Visi yang diusung rakyat Majalengka bukan hanya sekedar slogan, namun berakar dari cita-cita yang luhur yang lahir dari latar belakang agama, budaya, sosial kemasyarakatan dan kondisi obyektif Kabupaten Majalengka yang telah di anugrahi berbagai potensi yang sangat prospektif baik dari segi wilayah, kondisi sumber daya alam serta sumber daya manusia yang senantisa terus digali dan di kembangkan untuk satu tujuan yang tercermin dalam bingkai visi menjadi Majalengka yang Relegius Maju dan Sejahterah.
Kondisi Geografis Majalengka terbagi dalam 3 zona daerah yaitu : daerahpegunungan dengan ketinggian 500-857 m di atas permukaan laut dengan luas 482,02 Km² atau 40,03 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka; daerah bergelombang/berbukit dengan ketinggian 50-500 m diatas permukaan laut dengan luas 376,53 Km² atau 31,27 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka dan daerah daratan rendah dengan ketinggian 19-50 m diatas permukaan laut dengan luas 345,69 Km² atau 28,70 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka. Kondisi ini memungkinkan tumbuh suburnya potensi sumber daya alam yang melimpah seperti sayuran, buah buahan, pangan juga sektor pariwisata. Daerah dataran rendah yang rata ditunjang dengan posisi yang sangat strategissebagai wilayah penghubung 4 Kabupaten yakni Sumedang, Indramayu, Cirebon dan Kuningan, sangat cocok dikembangkan menjadi kota bisnis dan industri, sehingga tidak heran kalau Pemerintah Propinsi Jawa Barat melirik Majalengka sebagai salah satu prioritas pembangunan infrastruktur untuk menompang percepatan pembangunan termasuk mega proyek pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat yang akan dibangun di kecamatan Kertajati, serta sentra untuk relokasi berbagai industri dan konsep pengembangan Kertajati Aero City yang terintegrasi dengan berbagai fasilitas seperti pemunkiman, universitas, rumah sakit, pusat perbelanjaan, bussines center, resort, sarana hiburan dan rekreasi.
Kondisi obyektif ini akan mendongkrak percepatan pembangunan secara signifikan, sehingga Majalengka dituntut berbenah diri untuk menselaraskan dan mensinergikan dengan percepatan pembangunan tersebut secara lebih komperhenship meliputi pembangunan SDM, Infrastruktur, ekonomi kerakyatan berbasisAgribisnis serta industri kecil dan menengah dan berbagai bidang lainnya termasuk bidang pemerintahan untuk terciptanya sistem birokrasi yang baik, profesional, bersih dan akuntabel sehingga dapat meningkatkan pelayanan umum berdasarkan standard pelayanan minimal sebagai salah satu misi untuk meraih kepercayaan publik sehingga pemerintah dengan rakyat seiring dan berjalan untuk bersama-sama mewujudkan visi Kabupaten Majalengka yang Relegius Maju dan Sejahtera.
Sebagian besar masyarakat Majalengka berpencaharian sebagai petani yang tersebar di seluruh pendesaan di Kabupaten Majalengka, oleh karena itu pembangunan pendesaan yang merupakan bagian integral dari pembangunan secara menyeluruh dan berkelanjutan tetap menjadi prioritas utama sasaran pembangunan yang terdiri dari berbagai dimensi dari mulai tata pemerintah, insfrastruktur , SDM dan pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis agribisnis serta koperasi danusaha kecil menangah serta penerapan teknologi pertanian dalam rangka meningkatkan produksi dan produktivitas sebagai upaya pemantapan ketahanan pangan dan pemenuhan bahan baku industri.
Stuktur perekonomian Kabupaten Majalengka yang digambarkan oleh distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menunjukan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang masih dominan dan menjadi andalan dalam memberikan nilai tambah PDRB Kabupaten Majalengka, dimana kontribusi yang diberikan sektor ini cukup besar. Pada tahun 2009 PDRB berdasarkan harga berlaku berlaku untuk sektor pertanian mencapai angka 2,947,388,50 (satuan dalam jutaan) dengan laju pertumbuhan untuk bahan tanaman pangan sebesar 9.35%, tanaman perkebunan 9.42%, peternakan dan hasil-hasilnya 10.68%, kehutanan 1.88% dan perikanan sebasar 11.8%.
Kedepan pembangunan pendesaan akan diarahkan menjadi sebuah kawasanagropolitan. Konsep argopolitan merupakan salah satu alterbatif pembangunan perdesaan dimana argopolitan adalah strategi pengembagan kawasan dengan tujuan untuk membangun sebuah agropolis (kota pertanian) yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya.
Pembangunan infrastruktur pendesaan setahap demi setahap tengah dilakukan yang meliputi diantaranya pertama infrastruktur pemungkiman pendesaan yang kini tengah digodog dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan rencana detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Majalengka yang segera akan diperdayakan serta berbagai master plan yang mendukung terhadap laju pertumbuhan ekonomi khususnya di pedesaan, yang kedua adalah infrastuktur sistem produksi pertanian yang mencangkup pengembangan sarana produksi pertanian (saprotan), sarana pergudangan dan pengelolahan, sarana jalan dan sarana irigasi, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Majalengka terus berbenah melakukan berbagai macam terobosan baru untuk meningkatkan infrastruktur sistem produksi pertanian, bantuan mesin-mesin pertanian, perbaikan dan pembuatan jalan baru serta system pengairan merupakan program yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Cangkupan yang ketiga adalah infrastruktur pasar dan sistem informasi. Insfrastruktur pasar agropolitan merupakan salah satu infrastukturyang sangat di butuhkan. Pasar yang dibutuhkan yaitu pasar sebagai tempat transaksi fisik bagi input faktor produksi seperti pupuk, obat-obatan dan mesin-mesin pertanian serta passar untuk transaksi output untuk memasarkan pertanian dan KUKM. Pemerintah Kabupaten Majalengka tengah berupaya untuk menambah jumlah pasar tani dan pasar ekonomi disamping yang telah ada serta memperbaiki akses jalan menuju pasar bahkan membuat jalan baru sehingga jarak tempuh menjadi lebih pendek dengan demikian dapat menambah intensif ekonomi bagi para pelaku usaha, bahkan pada tahun anggaran 2010 Pemkab Kabupaten Majalengkamelalui BMCK telah mengangarkan 80 milyar lebih yang diperuntukan bagi pemeliharaan serta pembangunan jalan dan jembatan.
Struktur sistem informasi dan komunikasi juga merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya untuk mengembangkan kawasan perdesaan apalagi kawasan agropolitan. Penguasaan terhadap informasi akan mempu meningkatkan posisi tawar petani terutama dalam menentukan harga. Selain itu perilaku petani dalam mengelola usaha taninya juga menjadi lebih efisien dan menguntungkan karena pemilihan komoditas termasuk teknologi penunjangnya bisa dilakukan secara cepat dan tepat. Sebagai akibatnya akan terjadi efisiensi ekonomi, yang diharapkan dapat mampu memacu terjadinya pertumbuhan ekonomi kawasan dan meningkatkan kesehjateraan masyarakat secara merata. Dalam hal ini Kemerintah Kabupaten Majalengka berkerjasama dengan penyedia jasa telekomunikasi dan informasi telah membangun insfrastruktur tersebut di hampir seluruh pelosok desa yang ada di Kabupaten Majalengka sehingga masyarakat bisa secara mandiri mengakses berbagai informasi baik itu melalui media cetak maupun elektronik termasuk internet disamping informasi-informasi yang didistribusikan melalui kelompok-kelompok tani dan KUKM serta kelompok berbasis pemberdayaan masyarakat.
Unsur non fisik penunjang terus diupayakan peningkatan fungsi dan perannya agar mampu secara aktif dan partisipasi untuk saling mendukung dalam upaya meningkatkan pembangunan yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2009 tercatat sebanyak 603 koperasi yang terdiri dari 26 buah KUD dan 577 buah Non KUD yang tersebar di seluruh kecamatan Kabupaten Majalengka.
Pemerintah Kabupaten majalengka telah banyak menggulirkan berbagai program untuk medukung pengembangan pembangunan perdesaan dari peningkatan kualitas SDM, pemberian modal melalui kelompok tani dan KUKM, penerapan teknologi tepat guna serta membantu regulasi dan distribusi hasil-hasil pertanian dan KUKM serta program-program berbasis pemberdayaan masyarakat seperti PNPM Mandiri perdesaan, Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dll.
Dukungan dari pihak swasta seperti Bank dunia pun telah dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan tengah dilaksanakannya Proyek FEATI (Farmer Enpowerment Thought Agricultural Tecnology and Information) yakni Program Pemberdayaan Petani Melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) yang dilaksanakan oleh FMA (farmer Manage Extension Actives) yaitu kelompok penyuluhan yang dikelola oleh petani, dari petani dan untuk petani melalui proses partisipasi petani/gabungan kelompok.
Sumber: http://pabrikceritala.blogspot.com/2013/10/v-isi-yang-diusung-rakyat-majalengka.html