Durhaka Seorang Anak Tiri

“April, ikut mamah yuk?” ajak mamah April pada April yang tengah asyik menonton kartun kesukaannya, Crayon shincan. “Kemana mah?” tanya April kepada mamahnya tanpa melepas pandangannya dari layar televisi. “Biasa mamah mau ke pasar, ikut gak ? bantuin mamah donk. Mamah mau masak ayam goreng nih, kesukaan kamu kan, sayang ?” bujuk sang mamah kepada April supaya April mau ikut dan membantunya. “apa mah,? Ayam goreng ? mau banget donk. Lagi pula shincannya juga udah abis” jawab April langsung bangkit dari sofa dan mematikan televisi. “ayo mah. April udah siap. April juga udah laper nih. April gak sabar mau masak ayam terus makan deh. Heheheh….” ajak April pada mamahnya sambil tersenyum manja. Mamahnya pun mengangguk dan tersenyum melihat kelakuan anak semata wayangnya ini yang manja. April dan mamahnya pun pergi kepasar bersama. Ditengah perjalanan April melihat seorang pedagang es krim yang berada di sebrang jalan yang menarik perhatianya. “mamah, aku mau itu, es krim mah.” Kata April seraya menunjuk pedagang es krim tersebut. “Yasudah, mamah aja yang beli. Kamu tunggu sini ya. Jangan kemana-mana. Mamah mau nyebrang dulu.” Ucap sang mamah kepada April seraya berjalan menyebrangi jalan meninggalkan April. Namun, tanpa disadarinya sebuah truk melaju dengan kecepatan tinggi, dan akhirnya menabrak mamah April yang sedang menyebrang. Dan kejadian itu merenggut nyawa mamah April seketika. “Maaamaaaaaaaaa” …………

 

 

“April, kamu kenapa nangis sayang?” Tanya papah April yang khawatir pada April karna melihat April yang tengah menangis tersedu-sedu. “Lia inget mamah, pah. Andai, Lia gak minta es krim sama mamah. Pasti mamah sekarang masih hidup pah. Masakin makanan favorit Lia. Hikss…. hikss.. hikss…” jawab April sambil menangis tersedu-sedu. “sudahlah sayang. Mamah sudah tenang disana. Ini semua bukan salah April koq. Ini semua udah takdir dari Allah, sayang. Lagi pula gak ada gunanya juga kamu menyesali ini semua. Toh, itu sudah 6 tahun berlalu. Ayolah April kamu sudah besar, sebentar lagi kamu sudah berumur 17 tahun sayang. ” Ucap sang papah mencoba menenangkan April sambil memeluk April yang masih menangis tersedu-sedu, dan tanpa diketahui April papahnya pun meneteskan air mata.

Kejadian itu memang sudah 6 tahun berlalu. Mamahnya meninggal disaat April berusia 11 tahun, dan sekarang usia April menuju 17 tahun. Lama memang namun April belum bisa melupakan sosok mamahnya yang memiliki nama panjang Elisa Aliyani Syafitri dan April bernama lengkap Aprillia Andita Syafitri. Semenjak peristiwa itu sifat April pun berubah menjadi 180 derajat. Sekarang April menjadi jutek, cuek, angkuh, sombong, dan pemarah. April terlahir pada tanggal 4 April 1995, dan sang mamah pun terlahir pada tanggal 4 April 1975. Maka dari itu April yang dahulu sangat senang jika ingin berulang tahun sekarang dia menjadi sangat membenci tanggal lahirnya. Karna dia akan teringat pada mamahnya. Selain itu, mamahnya meninggal pada tanggal 6 April, dua hari setelah April, papah dan mamahnya pergi ke puncak untuk merayakan ulang tahun April dan mamahnya. Bahkan, April sekarang tidak ingin lagi dipanggil dengan sebutan April. Dia lebih senang dipanggil Lia. Jika ada seseorang yang memanggilnya April sontak April marah, dan moodnya pun akan langsung turun.

 

“papah, Lia kan sudah bilang. Jangan panggil aku April lagi, panggil aku Lia pah…” kata April sambil melepas pelukannya dan mulai menghapus air matanya. “iya sayang, maafin papah ya ?” tanya papahnya pada April. “iya.. hikss, hikss…” jawab April yang mencoba berhenti menangis. “ udah donk sayang nangisnya.” Bujuk sang papah kepada April agar April tidak menangis lagi seraya menghapus air mata di pipi April. “iya.” Jawab April masih sedikit sesenggukan. “senyum donk.” Ucap sang papah agar April mau tersenyum lagi. Karna sudah lama April jarang tersenyum. Dan April pun tersenyum. “nah, gitu kan jadi tambah cantik dan manis.” Ucap sang papah melihat April tersenyum dan melihat lesung pipi April. “apa siih papah.” Jawab April yang tersipu malu.

“Lia, papah mau ngomong sesuatu sama kamu. Sudah waktunya kamu tau.” Ucap papah serius, dengan wajah yang agak gugup. “ngomong apa pah ?” tanya April penasaran. “kamu kenal tante Erinta, kan?” tanya papah April pada April. “iya April kenal lah, tante April mamahnya kak Farel sama Alina kan ?” tanya April pada papahnya dengan raut wajah yang penasaran. “hmm, papah, papah akan menikah dengan tante Erinta bulan depan. Papah sudah persiapkan semuanya, dan undangan pun sudah papah sebarkan. Papah fikir jika papah menikah dengan tante Erinta kamu tidak akan kesepian lagi. Karna ada kak Farel dan Alina yang akan menemani kamu kan ? Maaf, karna sebelumnya papah tidak memberitahu kamu.” Ucap papahnya pada April dengan terbata-bata karna gugup, dan takut jik April akan marah. Dan hal yang ditakutinya pun terjadi. “ asal papah tau ya, gak akan ada yang bisa gantiin mamah dirumah ini.” Kata April penuh dengan emosi dan matanya pun berkaca-kaca. “tapi Lia, tante Erinta baik kok. Papah yakin dia bisa menjaga kamu dan menyayangi kamu dengan baik.” Ucap sang papah mencoba meredakan amarah April. “GAK, sekarang mending papah keluar dari kamar April. April benci papah. Lia gak mau punya ibu tiri. Sebaik-baiknya tante Erinta dia itu bukan mamah April.” Ucap April pada papahnya penuh dengan emosi. “sekarang papah mendingan keluar dari kamar April.” Bentak April pada papahnya seraya menunjuk pintu. Dan April pun sudah berani melawan papahnya.

(3 bulan kemudian…..)
“Lia, kamu sudah pulang ? makan dulu ya ? atau mau tante ambilkan ? tunggu sebentar ya sayang.” Tanya tante Erinta pada April seraya berdiri menuju dapur. “udah tau dirumah, ya pasti udah pulang lah.” Ucap April sedikit berbisik. “ini Lia makanannya. Habiskan ya ?” kata tante Erinta sambil memberikan sepiring nasi dengan lauk ayam goreng kesukaan April. Praaaannnggg… “astaghfirullah…” ucap tante Erinta kaget karena makanannya dibanting oleh April. “udahlah, gak usah sok baik sama gue. Percuma lo tuh gak akan pernah bisa gantiin mamah. Pake ngasih lauk ayam goreng lagi. Gue Cuma mau makan ayam goreng buatan mamah, bukan lo !!! gue tuh masih punya kaki, gue bisa ambil sendiri.” Bentak April pada tante Erinta lalu meninggalkannya. “April, kamu bisa gak sih sopan sedikit aja sama mamah.” Ucap Alina kepada April karna kesal dan tidak terima atas perlakuan April terhadap mamahnya. April pun langsung menghentikan langkahnya dan berjalan menuju Alina. “tadi lo manggil gue apa ? April. Gue bilangin lagi ya sama lo. Jangan panggil gue April, panggil gue Lia. Ngerti gak ? dan satu hal lagi ya, dia itu mamah lo bukan mamah gue. Paham ?” ucap April tepat di depan muka Alina. Alina ingin melawan namun dicegah oleh mamahnya, dan Alina pun hanya dapat menahan emosinya. “tapi Lia, mamahku juga udah jadi mamah kamu kan sekarang.” Ucap kak Farel dengan nada yang lebih lembut. “gue harus ngomong berapa kali sih sama kalian, mamah gue itu Elisa Aliany Syafitri bukan dia. Dan gak ada satupun yang bisa gantiin posisi dia dalam hati gue.” Ucap April dengan suara agak serak dan mata yang berkaca-kaca, dan akhirnya April pun lari menuju kamarnya.

Braaakkk….. April pun langsung membanting pintu kamarnya dan di dalam April langsung menangis tersedu-sedu. Setelah sekian lama April menangis, akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari rumah. Karena dia sudah tidak tahan lagi berada di rumahnya. Setelah, dia mengkemasi pakaiannya April mengambil kunci mobilnya. April pergi menaiki mobil honda jazz kesayangannya yang berwarna merah muda.
“ April… April… bangun sayang….” berkali-kali tante Erinta mengetuk pintu kamar April dan memanggil nama April namun tidak ada jawaban apapun dari dalam kamar April. Beruntung kamar April tidak dikunci, tante Erinta pun masuk ke kamar April. Namun, ternyata April tidak ada dikamarnya. Tante Erinta pun terkejut, hanya terdapat tulisan menggunakan lipstik berwarna merah muda di cermin bertuliskan “ GAK USAH CARI APRIL LAGI.”
“ Papah, Farel, Alina….” teriak tante Erinta panik. “ada apa sih mah pagi-pagi udah teriak-teriak.” Tanya sang papah sambil menggunakan dasi. “ Pah, April kabur dari rumah.” Jawab tante Erinta sambil menangis. “Apa ?” tanya sang papah kaget dan tidak percaya, lalu sang papah pun berlari menuju kamar April. “ Ada apa, mah ?” tanya Farel dan Alina serentak tanpa sengaja. “ April… April kabur dari rumah.” Jawab tante Erinta yang menangis dan panik.

Kriiiinngggg…. kriiinngggg…. “ Biar Farel aja mah yang angkat teleponnya.” Ucap Farel sambil melangkah ke telepon rumah yang berdering. “Halo, Assalamualaikum…” ucap Farel. Setelah mengangkat telepon wajah Farel berubah menjadi gelisah. “mah, pah, na… April kecelakaan sekarang April berada di rumah sakit Anindya.” Setelah Farel berbicara mamahnya pun langsung tak sadarkan diri.
“mah, mamah sudah sadar ?” tanya Alina kepada tante Erinta saat tante Erinta membuka matanya secara perlahan. “April mana ? ayo cepat kita harus ke rumah sakit.” Ucap tante Erinta sambil memaksakan diri untuk berdiri walaupun sebenarnya dia masih lemas. “ Iya mah, sabar. Pelan-pelan.” Kata Farel sambil membantu tante Erinta untuk berdiri.

Sesampainya di rumah sakit mereka pun menuju UGD. Dan beruntung saat mereka datang tak lama dokter keluar dari ruang UGD. “ Dokter, kami dari keluarga Aprillia. Bagaimana keadaannya sekarang, dok ? ” tanya sang papah panik. “beruntung kalian datang tepat waktu. Keadaan Aprillia sekarang sangat kritis, dia membutuhkan donor darah secepatnya, kalau tidak kami sulit menolongnya. Dan bank darah di rumah sakit ini sudah habis. Adakah yang ingin mendonorkan darahnya untuk Aprillia? Bapak bagaimana ?” jawab sang dokter. “ saya diabetes dok. Saya tidak mungkin mendonorkan darah saya.” Jawab sang papah semakin bingung mendengar penjelasan dokter. “dok, kalo saya boleh tau apa golongan darah April ?” tanya tante Erinta kepada dokter dan bermaksud untuk mendonorkan darahnya. “golongan darah Aprillia AB. Ibu berminat mendonorkan darah ibu ?” tanya sang dokter kepada tante Erinta. “iya dok. Kebetulan golongan darah saya O. Bisa kan dok, jika saya ingin mendonorkan darah saya?” jawab tante Erinta. “bisa, Yasudah ibu ikut saya untuk memeriksakan darah ibu, setelah itu jika darah ibu bersih kita akan mentransfusikan darah itu secepatnya. Karena April benar-benar membutuhkan darah itu secepatnya.” Ajak sang dokter kepada tante Erinta untuk memeriksakan darah tante Erinta.

Nyawa April pun tertolong, dan April berhasil melewati masa kritisnya. Setelah beberapa lama April pun sadar. “pah,?” ucap April lirih nyaris tak terdengar. “apa sayang ? allhamdullillah kamu udah sadar.” Jawab papahnya seraya mengelus kepala April, dan mengucap syukur karna April sudah sadar. “Pah, April kenapa ?” tanya April bingung. “Tadi malem, kamu pergi dari rumah sayang. Dan disaat semua orang di rumah bingung mencari kamu telepon rumah berbunyi, ternyata pihak rumah sakit mengatakan bahwa kamu sedang kritis di rumah sakit. Papah, tante Erinta, kak Farel, dan Alina pun langsung ke rumah sakit. Dan disaat papah baru sampe dokter bilang katanya kamu butuh donor darah secepatnya, karena golongan darah AB lagi kosong di bank darah.” Jawab papah panjang lebar kepada April. “terus siapa yang donorin darah buat Lia?” tanya April yang bingung dan penasaran siapakah yang menolongnya karena April merasa berhutang nyawa kepada orang yang telah mendonorkan darahnya. “Lia merasa berhutang nyawa pah sama orang itu?” tanya April yang semakin penasaran karena papahnya hanya diam dan tidak menjawab sama sekali pertanyaan itu. “yang mendonorkan darah itu… Tante Erinta.” Jawab papahnya gugup. “apa tante Erinta ?” jawab April kaget seolah tak percaya ternyata yang mendonorkan darah itu adalah orang yang selama ini dia hina, April pun merasa bersalah. “Sekarang tante Erinta mana pah ?” tanya April pada papahnya. “Lia mau minta maaf, Lia bener-bener merasa bersalah sama tante Erinta karena selama ini Lia selalu menghina dan menyakiti hati tante Erinta.” Ucap April pada papahnya supaya papahnya mau memberitahukan dimana keberadaan tante Erinta. Sang papah seolah-olah tidak percaya karena ia kira April akan marah namun ternyata April berniat untuk meminta maaf padanya. “tunggu sebentar ya sayang. Papah panggilin tante Erinta. Tapi kamu benar-benar ingin meminta maaf padanya?” tanya papahnya kepada April karena masih kurang percaya. April hanya mengangguk dan tersenyum papahnya. Papahnya pun keluar kamar dan memanggil tante Erinta. Tak lama kemudian tante Erinta, kak Farel dan Aliana masuk ke dalam ruang perawatan April. “tante maafi Lia ya. Selama ini Lia jahat sama tante, Lia selalu menghina tante dan berlaku kasar sama tante. Lia benar-benar minta maaf tante.” Ucao Lia kepada tante Erinta sambil menangis dan menggenggam tangan tante Erinta. “Sebelum kamu minta maaf tante sudah maafin kamu kok.” Jawab tante Erinta kepada April, tante Erinta pun menangis karena tak percaya dan merasa bahwa yang dialaminya sekarang adalah mimpi. “ Alina, kak Farel. Maafin aku juga ya kalo aku punya salah sama kalian.” Ucap April seraya menoleh ke arah Farel dan Alina yang berada di sebelah kiri tempat ia berbaring. “iya aku udah maafin kamu kok.” Ucap kak Farel. “aku juga udah maafin kamu kok.” Ucap Alina. Mereka pun saling tersenyum satu sama lain.

Setelah peristiwa itu, mereka pun menjadi keluarga yang bahagia dan rukun. April pun sudah mau memanggil tante Erinta dengan sebutan mamah. Selain itu, April pun sudah mau merayakan ulang tahunnya dan ia pun bersedia jika dipanggil April lagi.

Sumber: http://www.lokerseni.web.id/2012/07/cerpen-islam-durhaka-seorang-anak-tiri.html

Jadikan Aku Bidadari Surga-Mu

Pagi yang cerah dihari minggu, rasanya sangat berbeda dari pagi-pagi sebelumnya yang selalu diguyur hujan dan awan kelabu. Alhamdulillah, pagi ini mentari kembali menyinari bulan setelah hampir tiga hari vakum bersinar. Hari ini aku tidak ada mata kuliah, dan kebetulan hanya ada satu acara untuk pergi ke salah satu daerah terpencil di kota Metropolitan bersama dua teman LDK-ku untuk mengajari para ibu yang sangat jarang mendapat siraman keagamaan. Sebelum berangkat, aku membereskan rumah kos ku yang ku tinggali dengan empat teman kampusku. Yaitu Teh Rini, Mbak Nana, Nisa dan Fatma. kebetulan hari ini adalah jadwalku untuk membersihkan rumah, sedangkan teman-temanku sudah pergi sejak pukul delapan pagi. Entahlah, apa yang ingin mereka kerjakan.Sembari menyapu, ngepel, mencuci piring, aku mendengar lagu-lagu nasyid favoritku yang menanmbah semangatku dalam berjuang dijalanNya.
“Ketika yahudi-yahudi membantaimu
merah berkesimbah ditanah airmu
mewangi harum genangan darahmu
membebaskan bumi jihad Palestina. . . ”

Terkadang akupun ikut terbawa dalam keindahan suara para munsyidnya, hingga aku ikut bernyanyi dan memecahklan kesunyian rumah kosku saat aku sedang sendiri.
jam pun terus berganti, tibalah adzan dzuhuh memanggil para umat islam untuk mengerjakan satu kewajibannya. Aku pun berwudhu dan melakukan ibadah shalat berjamaah dengan Teh Rini dan Teh Nana yang sudah tiba dirumh semenjak pukkul 12 siang tadi. Sesudah shalat, aku beranjak dari tempatku shalat dan bergegas mengganti baju. Aku pergi dengan yamaha mio yang ku beli dengan uang tabunganku sendiri.
Setibanya disana, para Ibu menyambutku dan teman-temanku dengan ramah dan sopan. Salah satu dari mereka pun mempersilahkan kami untuk masuk kerumahnya. Kami pun larut dalam nuansa islami dan kekeluargaan yang sangat kental.
~~~~~~~~~~Hari terus berganti, kegiatan ku semakin padat saja. Karena aku diminta Akhy Huda yang bertugas sebagai ketua LDK memberikan amanah baru untukku. Yaitu untuk mengajari para anak yang berada dipenjara anak tentang agama, serta beberapa tugas lainnya.
“Ukhty Dinda, ada beberapa tugas baru untuk anty. Semoga anty bersedia.” Beriotahunya dengan suara yang menyejukkah hatiku.
“astagfirullahgh” ucapku dalam hati.
~~~~~~~~~~
Waktu terasa terus berlalu, dua tahun sudah aku berkecimpung dalam indahnya berjuang dijalan Allah, Tapi jujur saja, aku belum puas akan perjuanganku ini. tapi ada hal yang teruys mengganjal hatiku. Begitu juga dengan Ummy dan Abah didesa. Setiap kali menelponku, mereka seringkali menanyaiku akan siapnya aku melenkapi separuh agamaku.
“Nduk, Ibu dan Bapakmu ini sudah tua. Umurmu sudah hampir 24 tahun. Lekaslah nduk menikah.” pinta Ibu padaku.
Aku hanya bisa berkata bahwa “Allah belum memberinya padaku, doakan saja ya Bu.”.

Tapi suatu hari, Ibu menelponku. ia berkata bahwa ada seorang kyai yang meminangku untuk cucunya yang katanya tinggal di Jakarta. Kata Ibu, pemuda itu juga kuliah sepertiku. ia bernama Rasyid, cucu dari Kyai Burhan yang sangat dihormati didesaku.
“Maaf nduk, Ibu harap kamu pikirkan baik baik ya. Insya Allah cucunya kyai Burhan cocok untukmu.” harap Ibu
“Inggih bu, Dinda Istikharah dulu ya.” sergah ku.
Aku bingung sekaligus bimbang dengan apa yang harus aku lakukan. setelah istikharah aku tertidur dan bermimpi membaca Surah Arrum.”

Aku terbangun dari mimpiku dan bersyukur karena Allah telah ,memberikan petunjuknya padaku. Keesokan harinya, aku menelpon Ibu dan mengatakan kesediaanku untuk menikah. Ibu menangis mendengarkan pernyataanku, ia berkata bahwa cucu kyai Burhan juga bersedia untuk dinikahkan denganku.
” Ya Allah, semuanya ku serahkan pada kekuasaanMU” doaku
aku pulang kedesa, dan subhanallah ternyata cucu kyai Burhan adalah Akhy Huda, seorang ikhwan impianku.
Pernikahan kami diadakan dengan sederhana namun terasa begitu sakral.
“saya nikahkan dan kawinkau engkau, Muhammad Rsyid Alhuda bin Muhammad Alhabsyi dengan Dinda Azzahra Ramadhani binti Syamsul rahman dengan. . . .” ucap Abah dengan lantang.
“saya terima nikah dan kawinnya Dinnda Azzahra Ramadhani binti Syamsul Rahman dengan. . .” sahutnya lantang.
Subhanallah, aku telah menjadi isterinya, dan kurasakan butiran – butiran halus tlah membanjiri wajahku yang sangat bhagia.
” terimakasih Ya Allah, kau anugerahkan aku mujahidmu.
bimbinglah kami kejalan lurusmu” aamiin

Sumber: http://www.lokerseni.web.id/2012/11/jadikan-aku-bidadari-surgamu-cerpen.html

Ikhlas dalam Penantian

Setelah menunggu setengah hari, akhirnya surat pengumuman kelulusan sampai juga, dan aku dinyatakan lulus, alkhamdulillah nilainya memuaskan. Begitu pula sahabatku Astrid. Kami sangat bahagia, tidak sia-sia usaha giat dalam belajar akhirnya membuahkan hasil yang maksimum.

Meneruskan jenjang pendidikan ke Perguruan Tinggi adalah rencana kita. Dari berbagai banyak pertimbangan, akhirnya kita memilih UIN Yogyakarta. Setelah dinyatakan diterima, kami pun mencari tempat tinggal. Tiba-tiba teringat akan nasihat Ibu tercinta,
“Nduk, carilah ilmu sebanyak-banyaknya, tidak hanya ilmu duniawi saja, tetapi ilmu akhirat pun harus dicari dan diamalkan. Tujuan hidup kita adalah bahagia dunia akhirat. Jagalah diri kalian masing-masing dan hiduplah dilingkungan orang-orang yang sholeh, ibu hanya bisa mendoakan dari sini. Semoga kalian sukses dunia akhirat.” Di ucapkan dengan suara halusnya.

 

Ikhlas Dalam Penantian

Akhirnya kami memutuskan untuk tinggal di sebuah pesantren yang letaknya tidak jauh dari kampus kami. Astrid adalah sahabat dekatku, sejak SD,SMP,SMA, bahkan sekarang di PT kami pun bersama. Suka duka kami rasakan bersama. Tetapi ada satu hal yang membedakan kami, yaitu masalah percintaan. Astrid jagonya dalam menggaet cowo manapun yang disukainya. Hampir tidak terhitung berapa banyak cowo yang di deketin. Beda halnya dengan aku, aku belum berani untuk bermain-main dengan hati. Entah aku tidak peduli dengan orang-orang yang menganggap aku tidak butuh seorang pendamping hidup. Yang aku pikirkan saat ini belajar dengan sungguh-sungguh.
***

Hari pertama masuk pesantren membuat aku terkejut dengan keadaan di pesantren, aku yang terbiasa hidup dalam keadaan rapi, suasana yang tenang, kini semua itu berbanding terbalik. Sungguh membuat aku ingin pingsan seketika. Barang-barang berserakan tidak jelas dimana tempat aslinya, disetiap sudut-sudut tembok terdapat tumpukan baju yang tidak rapi, entah itu baju bersih atau kotor, keadaan kamar mandi yang begitu menjijikan membuat aku tidak ingin memasukinya. Ya Allah inikah tempat yang di inginkan Ibu untuk aku tempati..?? sejenak aku menganggap Ibuku kejam, tega membiarkan anaknya hidup dalam keadaan seperti ini. Tetapi pikiran buruk itu aku buang jauh-jauh, karena aku yakin Ibuku ingin aku menjadi anak yang terbaik.
“Apa kamu yakin mau tinggal ditempat ini?” tanya Astrid kepada ku..
“Yakin..! kenapa tidak…..?” dengan tegas aku menjawabnya.

Mendengar jawabanku yang meyakinkan, Astrid pun ikut yakin untuk tinggal di pesantren ini. Kami berdua berjalan mencari kamar yang disediakan untuk kami. Tetapi belum ketemu-ketemu, karena tempatnya begitu luas. Tiba-tiba ada seorang santriwati menghampiri kami,
“Assalamu’alaikum ya ukhti..?”
“Wa’alaikumsalam.. ukhti..”
“Afwan, ukhti-ukhti ini santri baru ya?”
“Ia benar, perkenalkan saya Keyla dan ini teman saya Astrid, kami sedang mencari kamar yang disediakan untuk kami. Tetapi kami belum menemukannya..”
“Ohh..saya aminah, afwan ukhti ! sebaiknya ukhti soan ke ndalem dahulu.. nanti disana bertemu dengan Abah dan Umi. Nanti baru kami tunjukan kamar yang bisa ukhti tempati..”
“Soan ? Ndalem?” Astrid seketika terkejut.
“Ya ukh, soan itu seperti halnya orang bertamu, sedangkan ndalem itu tempat tinggalnya Kyai. Mari saya antar ke ndalem”

Aku dan Astrid saling menatap dan tersenyum bersama, dan akhirnya kami ikuti santriwati itu ke ndalem. Letaknya tidak terlalu jauh dari asramanya. Sesampainya di depan ndalem lalu santriwati itu mengetuk pintu, dan mengucapkan salam. Melihat sikap dan tingkah laku santriwati itu sangat sopan. Kami heran, di zaman Agnes Monica ternyata masih ada orang seperti Siti Nurbaya.
“Assalamu’alaikum…..??”
“Wa’alaikumsalam..” dari arah dalam Umi menjawab salamnya.
“Ngapunten Umi, niki wonten santri enggal bade soan.”
“Ya silahkan masuk, sebentar nunggu Abah ya.”
“Nggihh…” kami serentak menjawabnya.
Aku dan Astrid hanya diam dan tersenyum ketika mendengar percakapan diantara Bu nyai dan santrinya.

Abah pun keluar, dan kami duduk di ruang tamu bersama Umi dan Abah. Aku memulai pembicaraannya dengan sedikit deg-degan karena berhadapan dengan seorang Kyai.
“Maaf Abah Umi, kita dari Semarang. Perkenalkan nama saya Keyla Nur Istiqomah, dan ini teman saya Astrid Pangesti. Kami berniat untuk masuk ke pesantren ini”
“Ya kami ucapkan selamat datang. Yang terpenting ketika belajar dipesantren adalah sabar dan istiqomah, insya Allah bisa dan semoga ilmunya bermanfaat.”

Itulah sepenggal nasihat dari Abah. Setelah mendengar berbagai nasihat dan cerita dari Abah dan Umi. kami pun pamit dan menuju ke asrama. Tiba-tiba Umi menghentikan langkah kami.
“Sebentar mba Keyla, di ndalem ada kamar kosong, berhubung putri kami sekarang kuliah di Amerika. Ada baiknya jika kamarnya diisi mba Keyla dan mba Astrid. Bagaimana?”

Sejenak kami berdiam, dan serentak menyetujui tawaran Umi untuk tinggal di ndalem. Karena pertimbangan dari pada kamarnya kosong, sedangkan di asrama sepertinya penuh, jadi untuk sementara kami disuruh untuk menempatinya untuk menggantikan anak bungsunya yang sekarang kuliah di Amerika.
“Ternyata jika hati kita ikhlas menerimanya, maka kita diberikan yang terbaik untuk kita, buktinya kita menempati tempat yang nyaman dan bersih seperti ini.” Astrid hanya tersenyum mendengar ucapanku.
Kami mulai merapikan barang-barang kami. Dan tidak terasa waktu ashar pun tiba, kami siap-siap berangkat jam’ah dan memulai aktivitas mengaji. Diawal pertemuan kami pun memperkenalkan diri kami di depan banyak santri. Ternyata begitu banyak santrinya, ada yang masih kecil ada yang remaja dan ada yang dewasa. Jelas saja karena pesantren ini dibuka untuk umum.
***

3 tahun sudah aku dan Astrid menetap di pesantren. Kuliah pun berjalan dengan lancar. Kini aku semester 7, itu artinya harus lebih giat dan serius untuk menggarap skripsi.

Tiba-tiba Astrid menepuk punggungku dengan tangannya ketika aku sedang duduk asik sambil baca buku.
“Key, kamu tau tidak, santri-santri sedang asik berbincang-bincang tentang apa?”
“Tidak, memang apa? Awas loh jangan nggosip lagi seperti kemarin-kemarin. Ntar kamu yang terjebak sendiri…!” aku mewanti-wanti sahabatku karena memang kupingnya diman-mana.
“Kata santri, bentar lagi putra Abah yang di kairo pulang.”
“Ah kata siapa kamu? memang Abah punya putra yang di kairo?”
“Yaah sahabatku yang satu ini ketinggalan berita. Abah memang punya putra yang kuliah di kairo, sudah 4 tahun belum pernah pulang. Denger-denger si ganteng. Heheeee..”
“Mulai deh kamu. Cowo mana aja kamu gebet…” Ledek ku pada Astrid.
“Biarin. Awas loh kalo kamu sampai naksir.”
“Astrid senyum-senyum sendiri, sepertinya dalam pikirannya membayangkan yang aneh-aneh.”
“Ketimbang kamu naksir sama orang yang belum jelas, siapa itu namanya? Zulfi ya. Hanya sekedar di dunia maya. Kalau cowo itu gentle, pasti dia sudah menemui kamu. Coba kamu pikir key, sudah 2 tahun lamanya kamu dekat dengan cowo, dan itu pun hanya dalam sebuah jejaring sosial Facebook. Sedangkan kamu belum tau wujud aslinya seperti apa, keluarganya bagaimana. Kapan kamu bertemu? “Dan yang aneh lagi kenapa kamu bisa suka dan mempertahankan dia. Padahal cowo-cowo yang ada di sekitar kita banyak yang ngantri buat ndapetin kamu. Tapi sayang tidak ada yang kamu respon satupun. Kamu sadar gak sih key….???” Dengan panjang lebar Astrid berusaha menyadarkanku.
“Aku tidak tahu kenapa aku bisa mempunyai keyakinan dengan Zulfi. Meskipun hanya di dunia maya. Aku nyaman, aku tenang, aku baru merasakan perasaan seperti ini. Kamu tahu aku belum pernah berpengalaman dekat sama laki-laki. Mungkin ini kuasa Allah. Belum saatnya untuk bertemu dengannya. Aku terus berharap suatu saat nanti aku bisa bertemu dengannya.”
“Mau sampai kapan key?? “
“Aku hanya bisa sabar, dan menanti takdir Allah. Sudah lah kamu tidak perlu pusing memikirkan aku ya. Aku punya sahabat sepertimu saja sudah merasa bahagia, dan cukup untuk menjadi teman keluh kesah, canda tawa. Aku sayang kamu Astrid…..”sambil memeluknya aku teteskan air mata dipipiku.
“Aku juga sayang kamu key, kamu sahabat terbaik ku. Aku tidak akan pernah melupakanmu. Jika memang menanti laki-laki itu membuat kamu bahagia, akupun ikut bahagia. Sudah ya jangan nangis lagi. Ayo dong senyum.” diusaplah airmata dipipiku olehnya. Dan setelah itu kami tersenyum bahagia.
***

Ternyata benar apa yang dikatakan Astrid 1 minggu yang lalu. Putra Abah pulang.
“Astrid !!! benar apa yang kamu katakan 1 minggu yang lalu, putra Abah pulang, nanti sore insya Allah sampai di rumah. Tadi pagi Umi bilang padaku kalau putranya pulang dan diperkirakan sampai rumah nanti sore. Jadi kita disuruh nyiapin makanan untuk nanti sore.”
“Asiiik, akhirnya aku ketemu cowo ganteng. Hhehe..”Astrid kegirangan.

Terdengar suara mobil didepan. Seorang laki-laki berpostur tubuh tinggi berkulit putih dengan wajah yang menenangkan jika dipandang, dan senyuman yang sangat manis turun dari mobil, dan mencium tangan Abah dan Umi. Apakah dia putranya yang digemari banyak santriwati.? Aku dan Astrid mengintip dari jendela.
“Waahhh gantengnya,, lihat key.!! Memang benar-benar ganteng ya.,” Astrid memujinya.
Abah Umi dan putranya duduk bersama di ruang tamu, terlihat sangat bahagia karena putranya yang dibanggakan akhirnya pulang dengan selamat. Karena sekitar 4 tahun mereka tidak bertemu, dan akhirnya rasa kangen yang terobati dengan kembali berkumpul.

Aku dan Astrid mengantarkan minuman keruang tamu. Aku hanya bisa menundukan kepalaku, karena rasa malu yang luar biasa, dan jantung yang berdetak begitu kencang membuat aku nerves ketika mengantarkan minuman. Astrid ada di depanku membawa makanan ringan.
“Terimakasih, ini santri-santri yang tinggal di sini.” Ucap Umi memperkenalkan kami pada putranya.

Setelah selesai menyuguhkan makanan dan minuman, kami pun kembali ke kamar. Astrid senyum-senyum terus karena merasa senang bertemu dengan laki-laki ganteng.
“Ganteng banget key, aku benar-benar menyukainya. Aku memimpikan punya pendamping hidup seperti dia key. Bagaimana menurutmu key?”
“Apa dia mau sama kamu,, hehe” nadaku bercanda.
“Ah kamu, sahabat lagi bahagia palah di ledekin, gak asiik ah.,” kesal Astrid padaku.
“Sudah-sudah yuk belajar, besok ujian kan..” ajaku pada Astrid.
***

Sebelum aku baringkan tubuhku diatas ranjang, tiba-tiba aku ingin membuka Facebook, barangkali ada pesan dari Zulfi, laki-laki yang selama ini ada di hatiku. Dan ternyata benar dia kirim pesan.
“Keyla, aku sekarang sudah di indonesia, 2 hari yang lalu aku sampai dirumah. Bagaimana keadaanmu, baik-baik saja kan? Aku ingin bertemu. Aku tunggu besok ba’da dhuhur di masjid Ar-Rahman dekat pesantren kamu. Aku harap kamu bisa datang. Aku ingin perkenalkan kamu pada orang tuaku.”

Aku kaget, senang, takut, campur aduk gak jelas. Entah apa yang akan aku lakukan. Sampai malam pun aku tidak bisa tidur karena teringat pesan itu. Dan akhirnya aku ambil air wudhu dan shalat tahajud.
“Ya Allah Dzat yang Maha membolak mbalikan hati,
Aku serahkan semua urusanku padaMU
Berikanlah yang terbaik untukku ya Rabb
Jika memang laki-laki yang aku nanti adalah jodohku
Maka berikanlah kesabaran dalam penantianku
Dan jika laki-laki yang aku nanti bukan untukku
Maka balikanlah hati ini, dan berikanlah rasa ikhlas”
Setelah selesai bermunajat hati dan pikiranku mulai tenang.
Waktu dhuhur telah tiba, kini saatnya aku siap-siap untuk menemui Zulfi ditempat yang di janjikan. Astrid tidak mengetahui pertemuanku dengan Zulfi, karena aku takut dia marah-marah pada zulfi yang telah menggantungkan perasaanku selama 2 tahun. aku datang menemui Zulfi sendirian.

Ketika aku sampai di masjid, aku terkejut seketika. Di dalam masjid ada Abah, Umi, putranya dan ternyata Astrid juga ada dan beberapa santri. Aku bingung kenapa mereka semua berkumpul disini, apa mereka tahu kalau aku mau menemui laki-laki yang aku nanti? Lalu aku berjalan mendekati mereka.
“Keyla, sini mendekat.” Ucap Umi memanggilku untuk mendekat.
“Apa kamu mencari sosok laki-laki yang menjajikan akan menemuimu di masjid ini?”
“Benar Umi..”
“Ini laki-laki yang selama ini kamu nanti, anak Umi, namanya Ahmad Zulfikar. Umi sudah mendengar banyak cerita dari Astrid. Kesetiaanmu menunggu pasangan hidupmu kini sudah terjawab. Umi bangga kepadamu. Kamu begitu sabar menantinya. Ahmad juga sering cerita sama Umi lewat telfon kalau dia mengagumi seorang perempuan. Dan tidak disangka kalau ternyata perempuan itu akan nyantri dipesantren ini. Makanya untuk mengenal lebih dekat kami tempatkan kalian di ndalem” Umi menceritakan kejadian sebenarnya.
Aku semakin bingung dengan keadaan ini semua. Ingin rasanya lari meninggalkan masjid ini, tapi sulit bagiku. Aku pun hanya terdiam dalam wajah kebingungan.

Zulfi pun angkat bicara,
“Aku lah Zulfi Key, mau kah kamu menyempurnakan separuh agamaku??”

Detak jantungku semakin kencang, mulut tidak bisa berucap sekatapun. Hanya kedua mataku yang langsung mengarah ke Astrid sahabatku. Karena aku tau kalau dia mengharapkan untuk menjadi pendamping Gus Ahmad. Astrid mendekatiku,
“Tenang sayang, aku hanya mengaguminya, dia untukmu. Aku bahagia akhirnya laki-laki yang kamu nanti sudah jelas wujudnya sekarang. Dan dia melamarmu key. Ayo ini saatnya kamu ungkapkan perasaanmu yang sudah lama kamu pendam key”
“Bagaiman key,” tanya Zulfi.,
“a..a…a.kuu terima…” jawabku gemetar.
“Alkhamdulillah…” serentak orang yang ada didalam masjid. Kini aku merasakan suasana yang selalu bahagia mengiringi langkahku untuk melewati hari demi hari.
Seusai wisuda, Zulfi, yang sekarang aku panggil Gus Zulfi, karena dia putra Kyai, datang kerumah dan segera diselenggarakan acara Ijab Qobul.
Mungkin ini yang dinamakan barokahnya berbakti kepada orang tua, yang pada akhirnya aku hidup di pesantren, sehingga aku bisa bertemu dengan cinta sejatiku. Dan keikhlasan dalam menanti akhirnya berbuah manis.

Sumber:http://www.lokerseni.web.id/2013/05/ikhlas-dalam-penantian-cerpen-islam.html

Menangislah karena Bidadari itu Terlalu Sempurna Untukmu

Pagi itu masih dingin,kota Padang yang semalaman diguyur hujan lebat sehingga masih terlihat sisa-sisa guyuran hujan yang membuat ranting-ranting pohon dan dedaunan disekitar Wismaku banyak yang berguguran karena begitu lebatnya hujan yang mengguyur Padang dan sekitarnya tadi malam sehingga efeknya juga dirasakan oleh rekan-rekan seperjuanganku yang ada diwisma ibarat sebuah rutinitas musiman ketika musim hujan sudah datang kamar mandi yang biasanya antri tiap pagi ketika musim panas tapi sangat kontras dengan yang terjadi ketika musim hujan hanya beberapa orang ikhwah yang tampak untuk sekedar memercikan air dikamar mandi karena sebagian mereka lebih memilih untuk beramah tamah dengan selimut diatas kasur karena sulitnya untuk bangkit karena suasana pagi yang cukup dingin seakan selimut begitu menggoda untuk tetap dalam cengkramannya,kulihat jam yang ada ditanganku sudah hampir jam 7 akupun bergegas untuk mengkemasi seluruh keperluan kuliah hari ini sengaja aku percepat kekampus karena ada janji denga Ustdz

 

Menangislah Karena Bidadari Itu Terlalu Sempurna Untukmu

 

Isran di Mesjid kampus pagi ini,sesampai dikampus kutegakkan shalat Tahiyatul mesjid disusul denga 4 rakaat shalat dhuha lalu kutadahkan tanganku ketas sembari berdoa,akupun menyambung ibadah paginya dengan membaca Al-Qur’an sembari menunggu Ustadz datang,selang beberapa menit kemudian seorang Ikhwah menghampiriku akupun menutup bacaan Qur’anku dan kemudian menyalami ikhwah yang menghampiriku
“Assalamualaikum akhi Rahman”sapa ikhwah kepadaku
“walaikumsalamwarahmatullahhiwabarakatu,apa kabar Akhi…? Jawabku sambil tak lupa bertanya
“Alhamdulillah ana baik,gimana dengan antum? Ana dengar kabar udah siap nikah ni…mata ikhwah menggerling menggoda kearahku.Akupun Cuma tersenyum dan tak berniat untuk menanggapi gurauanya
“akh disini ada bidadari”
“bidadari?”darahkupun berdesir mendengar ucapannya
“sini ana tunjukkan akhwatnya,,,beliau akhwat yang luar biasa,anak Psikologi serta ketua bidang kaderisasi akhwat dikampus ini,akhwat yang cerdas,aktivis,mengagumkan dan ibadah yang sudah tidak diragukan lagi serta akhlak yang begitu sempurna beliau adalah Mentor adik ana cocok untuk antum!ikhwah itu menjelaskan panjang lebar yang membuatku semakin penasaran.Lalu tunjuknya mengarah kesosok seorang akhwat,tak lama sesosok yang dibilang bidadari itu muncul dengan jelas
“Subhanallah…”gumanku dalam hati,seakan darah ini semakin berdesir setelah memandangnya tapi cepat-cepat kupalingkan pandanganku dengan mencoba untuk menunduk dan mengalihkan pembicaraan
“udah dulu Akh ana ke Perpus dulu Assalamualaikum” belum sempat aku melangkah seorang Ikhwah memanggilku
“Akhi Rahman….ni ada titipan surat untuk antum dari Ustadz Isran”

Akupun membalikkan badanku kearah ikhwah yang memanggilku dan menerima surat yang dititipkan untukku oleh ustadz Isran.
“afwan Akhi…ustadz tadi pesan beliau ndak bisa nemui antum sekarang karena beliau ngantar istrinya yang sedang sakit,,,oh ya nanti setelah antum baca isi surat tu Taffadol hubungai ustadz Isran langsung”
“hmmm…Ya akh Syukron suratnya,,,afwan ngerepotin antum Assalmualaikum”
“Afwan Akh…Walaikumsalam”
Akupun melangkahkan kakiku menuju keperpustakaan sembari memasukkan surat yang dititipkan Ustadz kedalam tasku,sesampai dipustaka tepatnya dilantai empat akupun mencari tempat yang agak sepi agar aku lebih leluasa untuk membaca biodata Akhwat yang diberikan ustadz untukku,”Bismilla hirrahma nirrohim” kumantapkan hati untuk membaca huruf demi huruf yang ada dalam biodata tersebut “akhwat luar biasa”gumamku dalam hati,usianya hampir sebaya denganku nampaknya Ibu dan Ayah pasti senang melihanya,dengan hati yang berbunga-bunga ku ambil selembar foto yang ada didalam Amplop,tapi ketika Foto itu baru akan keluar tiba-tiba Akhwat yang dikatakan bidadari oleh Ikhwah tadi lewat persis disampingku dengan gugup langsung kumasukkan kembali foto beserta biodata akhwat dari ustadz kedalam amplop dan langsung bergegas menuju lantai bawah perpustakaan karena takutnya aku tidak sanggup menahan pandangan kepada akhwat tersebut.

 

Setelah selesai kuliah jam ke tiga tepatnya pada pukul 12:10 akupun bergegas menuju Mesjid kampus untuk bersiap menunaikan Shalat Dzuhur,selesai shalat akupun langsung bergegas menuju wisma ku yang tidak begitu jauh dari kampus tempatku kuliah sesampai diwisma dengan bergegas ku kunci pintu kamarku dan langsung mengambil foto Akhwat dari dalam amplop,akupun terkejut bukan main ketika melihat foto akhwat tersebut ternyata akhwat yang dibilang bidadari oleh ikhwah tadi yang ditawarkan Ustadz kepadaku dengan tetesan air mata akupun langsung sujud syukurYa Allah engkau yang maha mendengar dan maha mengetahui
Apabila dia benar seseorang yang kau pilihkan untukku
Seseorang yang akan menjadi ibu bagi anak-anakku
Seorang yang akan menjadi teman didalam setiap perjuanganku
Maka jadikan lah dia sebagai penyemangat dan pengingat bagiku dalam perjuangan
Dakwah ini,jangan sampai dia menjadi penghalang bagiku untuk memperjuangkan
Dakwah ini Ya Allah,Ya Allah lancarkanlah segala urusanku dalam menempuh proses
Selanjutnya Ya Allah……Amin

Taaruf yang kujalani dengan Ukhti Dina nama akhwat yang disodorkan Ustdz Isran kepadaku sangat wajar dan baik-baik saja,aku didampingi oleh Ustadz Isran sedangkan Ukhti Dina didampingi istri beliau,komunikasi berjalan dengan baik,penyatuan persepsi lancar,pengungkapan kondisi keluarga dan latar belakangnya juga lancar,akupun merasa deg-degkan dan was-was ikhtiar ini gagal ketika orang tua Dina mengujinya.
“Abi sudah mendengar kebaikan akhlak dan aktivitasmu dikampus,sekarang Abi ingin dengar bacaan Qur’an mu,Abi tidak ingin menyerahkan putrid Abi kepada orang yang tidak bagus bacaan Qur’annya”
“Itulah Ujiannya,Alhamdulilah lancar meskipun masih banyak catatan-catatan yang dipesankan orang tua dina kepada ku” sekarang aku hanya menunggu hari proses pengkitbahan yang akan melibatkan keluargaku.

2 minggu kemudian
Hingga tibalah waktu yang dinanti. Hari ini seharusnya aku dan keluargaku datang untuk mengkhitbah Dina. Hari ini seharusnya rombongan berangkat dengan wajah berseri. Namun, Allah membuat rencana yang sangat berbeda. Aku yang semalam penuh diliputi senyum simpul, kini banyak menunduk dan beristighfar.Sungguh siapa sangka, lamaran kali ini gagal. Dina, sang aktivis dakwah yang telah menjual diri dan jiwanya untuk berjihad fii sabiilillah, pulang ke rumah orang tuanya, bukan untuk dilamar, melainkan untuk dimakamkan.

Motor yang dikendarainya sehabis pulang dari Ta’zia kerumah salah satu akhwat seperjuangannya dikampus yang ayahnya meninggal dunia,menabrak trotoar jalan sehingga sangat sulit dikendalikan dan iapun terpental jauh ke aspal dan langsung dilindas sebuah mobil pick up.Akupun tercenung menatap tanah merah basah di pekuburan itu. Di dalamnya bersemayam jasad sang mujahidah. Bidadari yang hendak aku sunting. Semilir angin menghembuskan wangi kesturi, wangi para syuhada.Dalam desah akupun bergumam,
“Kau ternyata wanita agung. Kau lebih mulia daripada bidadari. Akupun tak diizinkan Allah untuk sekedar mengkhitbahmu, apalagi memilikimu. Maafkan aku, yang dulu terlambat untuk mengenal dan meminangmu” akupun hanya tertunduk dalam. “Subhanallah… aku tak mengira bahwa kau adalah bidadari yang diturunkan Allah untukku. Allah menurunkanmu bukan untuk kumiliki, tetapi untuk menegurku dari segala kesombongan.

Sumber:http://www.lokerseni.web.id/2013/06/menangislah-karena-bidadari-itu-terlalu.html

PUASA (PERKARA-PERKARA MEMBATALKAN PUASA

PUASA (PERKARA-PERKARA MEMBATALKAN PUASA

Apakah perkara-perkara yang membatalkan puasa?

1. Makan dan minum dengan sengaja (ijmak ulamak); berdalilkan pemahaman dari ayat Allah; “…maka sekarang setubuhilah isteri-isteri kamu dan carilah apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kamu; dan makanlah serta minumlah sehingga nyata kepada kamu benang putih (cahaya siang) dari benang hitam (kegelapan malam) iaitu waktu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sehingga waktu malam (maghrib)…”. (al-Baqarah; 187)

2. Bersetubuh dengan isteri pada pada siang hari bulan Ramadhan walaupun tanpa keluar mani (ijmak ulamak); berdasarkan pemahamana dari ayat di atas.

3. Muntah dengan sengaja walaupun sedikit (berdasarkan pandangan Imam Malik dan Syafi’ie); berdalilkan hadis Nabi s.a.w.; “Sesiapa yang terpaksa muntah, maka (tidaklah batal puasanya dan) ia tidak wajib mengqadha’ dan sesiapa yang sengaja muntah, maka (batallah puasanya dan) ia wajib mengqadhanya” (HR Imam Abu Daud, Tirmizi, an-Nasai dan lain-lain dari Abu Hurairah r.a.). Mengikut pandangan Imam Abu Hanifah; tidak batal puasa kecuali banyak (penuh mulut). Jika muntah berlaku tanpa sengaja tidak batal puasa dengan ijmak ulamak.

4. Kedatangan haid dan nifas (ijmak ulamak); wanita apabila kedatangan haid atau nifas, maka batallah puasanya dengan sendirinya. Kemudian wajib ia menggantikan puasanya pada hari-hari lain di luar Ramadhan.

5. Mengeluarkan air mani dengan perbuatan secara lansung yang disengajakan seperti mengeluar dengan tangan (sama ada tangan sendiri atau tangan isteri), bercium atau berpelukan dengan isteri dan sebagainya. Adapun jika keluar mani kerana melihat atau berfikir/khayal, tidaklah membatalkan puasa –kerana ia seumpama mimpi- kecuali orang yang menjadi kebiasaan baginya. Namun begitu perbuatan tersebut adalah makruh. Begitu juga, jika yang keluar adalah air mazi, tidaklah membatalkan puasa.

6. Memasukkan sesuatu bukan makanan melalui saluran terbuka yang menyampai ke rongga perut, yakni memasukkan melalui mulut atau hidung. Perkara ini membatalkan puasa mengikut mazhab Syafi’ie, Malik dan jumhur ulamak dengan mengkiaskannya kepada makanan dan minuman.

7. Memasukkan ubat melalui lubang dubur; membatalkan puasa mengikut jumhur ulamak kecuali Imam Malik (mengikut satu pandangannya) dan Imam Daud.

8. Menitikkan air atau ubat ke dalam lubang telinga dan lubang kencing membatalkan puasa menurut Imam Syafi’ie. Begitu juga, menyedut ubat melalui hidung.[1]

9. Pengsan sepanjang hari akan membatalkan puasa dengan disepakati sekelian ulamak. Adapun tidur sepanjang hari tidak membatalkan puasa dengan ijmak juga.

10. Gila; jika seseorang itu menjadi gila, batallah puasanya kerana ia telah hilang darinya kelayakan untuk beribadah.

11. Berbekam (mengeluarkan darah); batal puasa mengikut Imam Ahmad. Jumhur ulamak tidak membatalkannya.

12. Berniat keluar dari puasa; batal puasa mengikut Imam Ahmad. Menurut Abu Hanifah, majoriti ulamak mazhab Maliki dan yang rajih dalam mazhab Syafi’ie; tidak batal puasa.

Nota kaki;

[1] Ketetapan umum dalam mazhab Syafi’ie; membatalkan puasa dengan memasukkan sesuatu ke rongga dalam badan (iaitu rongga halqum ke perut, rongga kepala (otak), usus dan pundi kencing) melalui saluran yang terbuka di badan. Sama ada benda yang dimasukkan itu kecil atau besar, makanan atau bukan makanan. Yang dimaksudkan saluran terbuka pada badan itu ialah mulut, hidung, telinga, kemaluan/faraj (saluran kencing) dan dubur (saluran berak).

http://www.fiqh-am.blogspot.com/2008/07/puasa-perkara-perkara-membatalkan-puasa.html

Tata Cara Sholat Jenazah | Bacaan Shalat Jenazah

Bacaan Doa dan Hukum Sholat Jenazah: Selain shalat fardu 5 waktu, ada satu shalat Fardhu Kifayah yaitu “Sholat Jenazah”. Shalat Jenazah atau sholat Ghoib berbeda dengan shalat biasa, shalat ini gak memakai ruku’, sujud, i’tidal dan tahiyyat, hanya dengan 4 takbir dan 2 salam, yang dilakukan dalam keadaan berdiri.

Tata Cara Shalat Jenazah

Berikut Rukun Shalat Jenazah yang terdiri dari 8 rukun, yang Hukumnya “Fardhu Kifayah” artinya jika tidak ada yang men’shalati, semua akan berdosa.

1. Niat

Setiap shalat dan ibadah lainnya kalo gak ada niat dianggap gak sah, termasuk niat melakukan Shalat jenazah. Niat dalam hati dengan tekad dan menyengaja akan melakukan shalat tertentu saat ini untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah : 5).

Hadits Rasulullah SAW dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai niatnya.” (HR. Muttafaq Alaihi).

2. Berdiri Bila Mampu

Shalat jenazah sah jika dilakukan dengan berdiri (seseorang mampu untuk berdiri dan gak ada uzurnya). Karena jika sambil duduk atau di atas kendaraan [hewan tunggangan], Shalat jenazah dianggap tidak sah.

3. Takbir 4 kali

Aturan ini didapat dari hadits Jabir yang menceritakan bagaimana bentuk shalat Nabi ketika menyolatkan jenazah.

Dari Jabi ra bahwa Rasulullah SAW menyolatkan jenazah Raja Najasyi (shalat ghaib) dan beliau takbir 4 kali.
(HR. Bukhari : 1245, Muslim 952 dan Ahmad 3:355)

Najasyi dikabarkan masuk Islam setelah sebelumnya seorang pemeluk nasrani yang taat. Namun begitu mendengar berita kerasulan Muhammad SAW, beliau akhirnya menyatakan diri masuk Islam.

4. Membaca Surat Al-Fatihah
5. Membaca Shalawat kepada Rasulullah SAW
6. Doa Untuk Jenazah

Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :

“Bila kalian menyalati jenazah, maka murnikanlah doa untuknya.”
(HR. Abu Daud : 3199 dan Ibnu Majah : 1947).

Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain :

“Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi’ madkhalahu, waghsilhu bil-ma’i watstsalji wal-baradi.”

 

7. Doa Setelah Takbir Keempat

Misalnya doa yang berbunyi :

“Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfirlana wa lahu..”

 

8. Salam

* Berikut Urutan Tata Cara dan Doa Sholat Jenazah:

1. Lafazh Niat Shalat Jenazah:

“Ushalli ‘alaa haadzal mayyiti fardlal kifaayatin makmuuman/imaaman lillaahi ta’aalaa..”

Artinya:
“Aku niat shalat atas jenazah ini, fardhu kifayah sebagai makmum/imam lillaahi ta’aalaa..”

2. Setelah Takbir pertama membaca: Surat “Al Fatihah.”

3. Setelah Takbir kedua membaca Shalawat kepada Nabi SAW : “Allahumma Shalli ‘Alaa Muhamad?”

4. Setelah Takbir ketiga membaca:

“Allahummagh firlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu anhu..”

Artinya:
“Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat, sejahtera dan maafkanlah dia”

5. Setelah takbir keempat membaca:

“Allahumma la tahrim naa ajrahu walaa taftinnaa ba’dahu waghfirlanaa walahu..”

Artinya:
“Ya Allah janganlah kami tidak Engkau beri pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah kepada kami sesudahnya, dan berilah ampunan kepada kami dan kepadanya”

6. “Salam” kekanan dan kekiri.

Catatan: Jika jenazah wanita, lafazh ‘hu’ diganti ‘ha’ – See more at: http://ariepinoci.blogspot.com/2012/07/tata-cara-sholat-jenazah-bacaan-shalat.html#sthash.mCKps6Y9.dpuf

Tata Cara Wudhu

Penulis: Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts al ‘Ilmiyyah wa al Iftaa

Soal: Amalan apakah yang dianjurkan ketika berwudhu’, dan apakah doa yang mesti diucapkan setelahnya?

Jawab :

Alhamdulillah, tatacara wudhu’ menurut syariat adalah sebagai berikut:

– Menuangkan air dari bejana (gayung) untuk mencuci telapak tangan sebanyak tiga kali ;

– Kemudian menyiduk air dengan tangan kanan lalu berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya sebanyak tiga kali ;

– Kemudian membasuh wajah sebanyak tiga kali ;

– Kemudian mencuci kedua tangan sampai siku sebanyak tiga kali ;

– Kemudian mengusap kepala dan kedua telinga sekali usap ;

– Kemudian mencuci kaki sampai mata kaki sebanyak tiga kali. Ia boleh membasuhnya sebanyak dua kali atau mencukupkan sekali basuhan saja.

Setelah itu hendaknya ia berdoa:

Asyhadu allaa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu, Allahummaj ‘alni minat tawwabiin waj’alni minal mutathahhiriin.”

Artinya“Saya bersaksi bahwa tiada ilaah yang berhak disembah dengan benar selain Allah semata tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Yaa Allah jadikanlah hamba termasuk orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri.

Adapun sebelumnya hendaklah ia mengucapkan ‘bismillah’ berdasarkan hadits yang berbunyi:

“Tidak sempurna wudhu’ yang tidak dimulai dengan membaca asma Allah (bismillah).”
(H.R At-Tirmidzi 56)

(Dinukil dari Fatawa Lajnah Daimah juz V/231. Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al Ilmiyah wal Ifta, Dewan Tetap Arab saudi untuk riset-riset ilmiyah dan fatwa)

Sumber : Amalan saat berwudhu dan doa setelahnya

http://kaahil.wordpress.com/2011/11/22/ringkasan-cara-wudhu/

SANGKURIANG

Long time ago in West Java, lived a beautiful girl named Dayang Sumbi. She was also smart and clever. Her beauty and intelligence made a prince from the heavenly kingdom of Kahyangan desire her as his wife. The prince asked permission from his father to marry Dayang Sumbi. People from Kahyangan could never live side by side with humans, but his father approved on one condition, when they had a child, the prince would transform into a dog. The prince accepted the condition.

They get married and lived happily in the woods until Dayang Sumbi gave birth to a baby boy. The prince then changed into a dog named Tumang. Their son is named Sangkuriang. He was very smart and handsome like his father. Everyday, he hunted animals and looked for fruits to eat. One day, when he was hunting, Sangkuriang accidentally killed Tumang. His arrow missed the deer he was targeting and hit Tumang instead. He went home and tells her mother about the dog. “What?” Dayang Sumbi was appalled. Driven by sadness and anger, she grabbed a weaving tool and hit Sangkuriang’s head with it. Dayang Sumbi was so sad; she didn’t pay any attention to Sangkuriang and started to cry.

Sangkuriang feel sad and also confused. How can his mother love a dog more than him? Sangkuriang then decided to go away from their home and went on a journey. In the morning, Dayang Sumbi finally stopped crying. She started to feel better, so she went to find Sangkuriang. But her son was no where to be found. She looked everywhere but still couldn’t find him. Finally, she went home with nothing. She was exhausted. She fell asleep, and in her dream, she meets her husband. “Dayang Sumbi, don’t be sad. Go look for my body in the woods and get the heart. Soak it with water, and use the water to bathe, and you will look young forever,” said the prince in her dream. After bathing with the water used to soak the dog’s heart, Dayang Sumbi looked more beautiful and even younger.

And time passed by. Sangkuriang on his journey stopped at a village and met and fell in love with a beautiful girl.He didn’t realize that the village was his homeland and the beautiful girl was his own mother, Dayang Sumbi. Their love grew naturally and he asked the girl to marry him. One day, Sangkuriang was going on a hunt. He asked Dayang Sumbi to fix the turban on his head. Dayang Sumbi was startled when she saw a scar on his head at the same place where she, years ago, hit Sangkuriang on the head.

After the young man left, Dayang Sumbi prayed for guidance. After praying, she became convinced that the young man was indeed her missing son. She realized that she had to do something to prevent Sangkuriang from marrying her. But she did not wish to disappoint him by cancelling the wedding. So, although she agreed to marry Sangkuriang, she would do so only on the condition that he provides her with a lake and built a beautiful boat, all in one night.

Sangkuriang accepted this condition without a doubt. He had spent his youth studying magical arts. After the sun went down, Sangkuriang went to the hill. Then he called a group of genie to build a dam around Citarum River. Then, he commands the genies to cut down trees and build a boat. A few moments before dawn, Sangkuriang and his genie servants almost finished the boat.

Dayang Sumbi, who had been spying on him, realised that Sangkuriang would fulfill the condition she had set. Dayang Sumbi immediately woke all the women in the village and asked them to wave a long red scarf. All the women in the village were waving red scarf, making it look as if dawn was breaking. Deceived by false dawn, the cock crowed and farmers rose for the new day.

Sangkuriang’s genie servants immediately dropped their work and ran for cover from the sun, which they feared. Sangkuriang grew furious. With all his anger, he kicked the unfinished boat. The boat flew and landed on a valley. The boat then became a mountain, called Mount Tangkuban Perahu (Tangkuban means upturned or upside down, and Perahu means boat). With his power, he destroyed the dam. The water drained from the lake becoming a wide plain and nowadays became a city called Bandung (from the word Bendung, which means Dam).***

https://sites.google.com/site/lokersosial/cerita-bahasa-inggris/SANGKURIANG.docx?attredirects=0&d=1

Ya Allah…Kutitipkan Rinduku Tuk Kekasih-Mu –

YA ALLAH.. KUTITIPKAN RINDUKU TUK KEKASIH-MU

“Ya Allah. . apakah salah jika aku merindukan kekasih-Mu. . aku sungguh sangat merindukan kekasih-Mu. . aku ingin bertemu dengannya. . “ ucapku dalam hati, dikala aku tengah teringat akan nabiku. Ia adalah sosok tauladan yang sangat aku rindukan.
Hatiku menangis jika aku teringat akan pengorbanan yang telah Beliau berikan untukku. Meskipun aku sempat berpikir, apakah aku pantas mengidolakan Beliau?. .

Dengan pikiran seperti itu. Aku meluapkan perasaanku kepada sahabat terbaikku. Tapi sebelum itu semua terjadi, terlebih dahulu aku bertanya idola sahabatku itu.
“Eva. . siapakah idolamu. . ?” tanyaku.
“Untuk apa kamu bertanya seperti itu ukh. . ?” tanya Eva heran.
“Aku hanya ingin tahu. . siapakah idolamu. . ?” tanya balikku.
“Baiklah. . Tapi sepertinya, aku tidak perlu menyebut nama idolaku. . karena aku yakin. . kamu pasti tahu siapa idolaku. . “ jawab balik Eva.
“Apakah kekasih Allah. . Nabi Muhammad Saw. . “
“Na’am. . “ jawab balik Eva sambil tersenyum.
Dengan perasaan senang, aku langsung memeluk sahabatku. Aku merasa bersyukur karena tidak hanya aku saja yang mengidolakan Beliau. Dan dari situpun, aku langsung meluapkan perasaanku.
Meskipun sebenarnya, sulit untukku mengatakan hal itu. Tapi disisi lain, aku berfikir, untuk apa aku memendam semuanya sendiri.

Sambil menatap indahnya suasana sore, aku luapkan perasaanku, kepada sahabatku.
“Eva. . pada saat aku berzikir pagi dengan teman-teman sekolahku. . guru agamaku bercerita seputar kisah Nabi Muhammad Saw. Aku sungguh merindukan nabi kita. . aku malu akan dosa-dosa yang telah aku lakukan selama aku hidup. . apakah pantas. . aku mengidolakan nabi kita. . apakah aku pantas?” tanyaku.
“Din. . akupun berpikir hal yang sama sepertimu. . tapi kau harus tahu. . Allah Maha Pengampun lagi Maha penyayang. . Jika kamu bersungguh-sungguh untuk memperbaiki dirimu dari dosa-dosa yang telah kau perbuat. . Allah akan memaafkan dosa-dosamu. . teruslah berharap Ridho Allah. . teruslah berjuang untuk menegakkan islam lewat dakwah kita. . Insya Allah. . kita akan bertemu Rasulullah di surga kelak. . “
Mendengar apa yang Dinda katakan, aku kembali memeluk sahabatku dan langsung melepaskan pelukanku.
Sambil tersenyum, Eva memberikan tissue kepadaku. Ia tidak ingin, jilbabku basah karena air mataku. Sungguh, aku bersyukur memiliki sahabat seperti Eva.
Ketika air mataku sudah terhapus dengan tissue pemberian Eva. Aku langsung tersenyum sambil memandang wajah sahabatku. Wajah yang sangat ayu dan sholehah.
Setelah itu, aku langsung mencubit pipi Eva yang tembem seperti bakpau.

Tidak heran jika ia meringis kesakitan.
“Au. . sakit ukh. . “
“Maaf ukh. . aku cuma gemas saja sama kamu. . abis pipimu seperti bakpau. .” ucapku sambil tertawa kecil. Sedangkan Eva hanya cemberut sambil mengelus pipinya yang sakit.
Tapi untungnya, Eva tidak marah dengan kejailanku itu. Ia malah penasaran dengan ceritaku tentang Nabi Muhammad. Sambil tersenyum, ia bertanya seputar kisah Nabi Muhammad sebelum wafat.

Dengan perasaan yang teramat sangat rindu akan sosok Beliau. Akupun langsung menceritakannya.
“Saat itu, tepatnya saat sore hari. . nabi kita memberikan khutbah terakhirnya dengan nada yang amat lemah. . “Wahai Umatku. . Kita Semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taatilah dan bertakakwalah kepada-Nya. . Kuwariskan dua perkara pada kalian Yakni Al-Qur’an dan As-Sunah. .
Nabipun kembali bersabda. . “Barang siapa mencintai sunnahku, berarti engaku mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan masuk surga bersamaku. .”
Dan pada saat khutbah terakhirnya itu. . ia akhiri dengan memandang para sahabatnya. . dengan tatapan tenang. .
Abu Bakar menatap matanya itu. . dengan berkaca-kaca. .
Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. .
Usman menghela nafas panjang. .
Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. .
Dan para sahabat saat itu mulai mengerti, jika Rasulullah akan pergi meninggalkan kita semua.
Manusia tercinta-Nya itu telah selesai menjalankan tugasnya di Dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat. . tatkala Ali dan Fadhal dengan cepat menangkap Rasulullah yang kondisinya semakin lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. . “ . . “ ucapku sambil menangis dan menghela nafas panjang.
Melihatku seperti itu, Eva menatapku sambil menangis. Iapun menginginkanku untuk menceritakan kembali kisah Nabi Muhammad Saw.

Dengan perasaan yang masih rindu dan sedih. Akupun kembali menceritakan kisah Nabi Muhammad Saw.
“Disaat itu. .kalau saja para sahabat mampu berada disana. . pasti akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari makin tinggi. . tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup.
Sedang di dalamnya. . Rasulullah tengan terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu, terdengar seorang berseru mengucapkan salam dan Fatimah langsung membuka pintunya. Tapi ia langsung menutup pintunya kembali, karena ia menagatakan bahwa sang ayah tengah demam.

Setelah orang itu sudah pergi, Fatimah langsung menghampiri sang ayah. . sang ayah bertanya perihal tamu tersebut. .
“Siapakah itu wahai anakku. . ?” tanya sang ayah.
Fatimahpun menjawab. . “Tak tahulah ayahku. . aku baru pertama kali melihatnya. . “.

Dan pada saat itulah, Rasulullah menatap wajah putrinya dengan pandangan yang menggetar seolah-olah seluruh sudut wajah anaknya itu hendak dikenangnya. . dan Beliau langsung berkata. .
“Ketahuilah nak. . dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. . DIALAH MALAIKAT MAUT. . “
Mendengar apa yang sang ayah katakan, Fatimah menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut telah datang menghampiri Rasulullah.

Dan ternyata benar, ia akan segera pergi meninggalkan kita semua. Tapi sebelum itu semua terjadi, Ia merasa cemas dan khawatir dengan umatnya kelak. Iapun langsung meminta kabar kepada malaikat Jibril. .
“Kabarkan kepadaku. . bagaimana nasib umatku kelak. . ?” tanya Rasulullah.
Dan malaikat Jibrilpun menjawab, “Jangan khawatir wahai Rasul Allah. . Aku pernah mendengar Allah Berfirman kepadaku:” kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya. . “
Dan setelah itu, malaikat Izroil mulai melakukan tugasnya.

Perlahan-lahan Ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat lehernya menegang. .
“JIbril. . betapa sakit sakratul maut ini. . “ perlahan desiran Rasulullah mengaduh.
Fatimah hanya mampu memejamkan matanya sementara. . Ali yang ada disampingnya, menunduk semakin dalam.
Sesaat kemudian. . terdengar suara Rasulullah memekik karena sakit yang tidak tertahankan lagi. .
Dan iapun berkata. . “Ya Allah. . dahsyat sekali maut ini. . timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku. . Jangan pada umatku. . “

Dan pada saat itulah. . badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Alipun segera mendekatkan telinganya.
“Vushiikum bis sholati, wa maa malakat aimanuku. . “
Yang artinya: peliharalah salat dan peliharalah orang-orang yang lemah diantaramu.
Di luar pintu, tangis sahabat terdengar dan langsung berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
Dan kata terakhir sebelum beliau wafat adalah “ Ummati. . ummati. . ummati. . “ yang artinya umatku, umatku, umatku. .
Dan akhirnya berakhirlah hidup manusia mulia itu. “ ucap terakhirku.
Mendengar cerita itu, aku langsung menutup wajahku. Dan sahabatkupun langsung memelukku sambil menangis. Ia tidak pernah menyangka, di akhir hayat Rasulullah. . Beliau masih mencemaskan umatnya. . bahkan Beliau rela menanggung siksa maut umatnya. .

Ketika antara aku dan Eva sudah mulai tenang, kami langsung berdoa kepada Allah. . agar kami bisa bertemu dengan-Nya juga kekasih-Nya di surga kelak. . kamipun tidak lupa untuk menitipkan rasa rindu kami untuknya.
“Ya Allah. . Kutitipkan Rinduku tuk Kekasih-Mu. . “.

http://www.lokerseni.web.id/2012/11/ya-allahkutitipkan-rinduku-tuk-kekasih.html

Jadikan Aku Bidadari Surgamu

JADIKAN AKU BIDADARI SURGAMU
Karya Dinda Pelangi
Pagi yang cerah dihari minggu, rasanya sangat berbeda dari pagi-pagi sebelumnya yang selalu diguyur hujan dan awan kelabu. Alhamdulillah, pagi ini mentari kembali menyinari bulan setelah hampir tiga hari vakum bersinar. Hari ini aku tidak ada mata kuliah, dan kebetulan hanya ada satu acara untuk pergi ke salah satu daerah terpencil di kota Metropolitan bersama dua teman LDK-ku untuk mengajari para ibu yang sangat jarang mendapat siraman keagamaan. Sebelum berangkat, aku membereskan rumah kos ku yang ku tinggali dengan empat teman kampusku. Yaitu Teh Rini, Mbak Nana, Nisa dan Fatma. kebetulan hari ini adalah jadwalku untuk membersihkan rumah, sedangkan teman-temanku sudah pergi sejak pukul delapan pagi. Entahlah, apa yang ingin mereka kerjakan.

Sembari menyapu, ngepel, mencuci piring, aku mendengar lagu-lagu nasyid favoritku yang menanmbah semangatku dalam berjuang dijalanNya.
“Ketika yahudi-yahudi membantaimu
merah berkesimbah ditanah airmu
mewangi harum genangan darahmu
membebaskan bumi jihad Palestina. . . “

Terkadang akupun ikut terbawa dalam keindahan suara para munsyidnya, hingga aku ikut bernyanyi dan memecahklan kesunyian rumah kosku saat aku sedang sendiri.
jam pun terus berganti, tibalah adzan dzuhuh memanggil para umat islam untuk mengerjakan satu kewajibannya. Aku pun berwudhu dan melakukan ibadah shalat berjamaah dengan Teh Rini dan Teh Nana yang sudah tiba dirumh semenjak pukkul 12 siang tadi. Sesudah shalat, aku beranjak dari tempatku shalat dan bergegas mengganti baju. Aku pergi dengan yamaha mio yang ku beli dengan uang tabunganku sendiri.
Setibanya disana, para Ibu menyambutku dan teman-temanku dengan ramah dan sopan. Salah satu dari mereka pun mempersilahkan kami untuk masuk kerumahnya. Kami pun larut dalam nuansa islami dan kekeluargaan yang sangat kental.
~~~~~~~~~~

Hari terus berganti, kegiatan ku semakin padat saja. Karena aku diminta Akhy Huda yang bertugas sebagai ketua LDK memberikan amanah baru untukku. Yaitu untuk mengajari para anak yang berada dipenjara anak tentang agama, serta beberapa tugas lainnya.
“Ukhty Dinda, ada beberapa tugas baru untuk anty. Semoga anty bersedia.” Beriotahunya dengan suara yang menyejukkah hatiku.
“astagfirullahgh” ucapku dalam hati.
~~~~~~~~~~
Waktu terasa terus berlalu, dua tahun sudah aku berkecimpung dalam indahnya berjuang dijalan Allah, Tapi jujur saja, aku belum puas akan perjuanganku ini. tapi ada hal yang teruys mengganjal hatiku. Begitu juga dengan Ummy dan Abah didesa. Setiap kali menelponku, mereka seringkali menanyaiku akan siapnya aku melenkapi separuh agamaku.
“Nduk, Ibu dan Bapakmu ini sudah tua. Umurmu sudah hampir 24 tahun. Lekaslah nduk menikah.” pinta Ibu padaku.
Aku hanya bisa berkata bahwa “Allah belum memberinya padaku, doakan saja ya Bu.”.

Tapi suatu hari, Ibu menelponku. ia berkata bahwa ada seorang kyai yang meminangku untuk cucunya yang katanya tinggal di Jakarta. Kata Ibu, pemuda itu juga kuliah sepertiku. ia bernama Rasyid, cucu dari Kyai Burhan yang sangat dihormati didesaku.
“Maaf nduk, Ibu harap kamu pikirkan baik baik ya. Insya Allah cucunya kyai Burhan cocok untukmu.” harap Ibu
“Inggih bu, Dinda Istikharah dulu ya.” sergah ku.
Aku bingung sekaligus bimbang dengan apa yang harus aku lakukan. setelah istikharah aku tertidur dan bermimpi membaca Surah Arrum.”

Aku terbangun dari mimpiku dan bersyukur karena Allah telah ,memberikan petunjuknya padaku. Keesokan harinya, aku menelpon Ibu dan mengatakan kesediaanku untuk menikah. Ibu menangis mendengarkan pernyataanku, ia berkata bahwa cucu kyai Burhan juga bersedia untuk dinikahkan denganku.
” Ya Allah, semuanya ku serahkan pada kekuasaanMU” doaku
aku pulang kedesa, dan subhanallah ternyata cucu kyai Burhan adalah Akhy Huda, seorang ikhwan impianku.
Pernikahan kami diadakan dengan sederhana namun terasa begitu sakral.
“saya nikahkan dan kawinkau engkau, Muhammad Rsyid Alhuda bin Muhammad Alhabsyi dengan Dinda Azzahra Ramadhani binti Syamsul rahman dengan. . . .” ucap Abah dengan lantang.
“saya terima nikah dan kawinnya Dinnda Azzahra Ramadhani binti Syamsul Rahman dengan. . .” sahutnya lantang.
Subhanallah, aku telah menjadi isterinya, dan kurasakan butiran – butiran halus tlah membanjiri wajahku yang sangat bhagia.
” terimakasih Ya Allah, kau anugerahkan aku mujahidmu.
bimbinglah kami kejalan lurusmu” aamiin

http://www.lokerseni.web.id/2012/11/jadikan-aku-bidadari-surgamu-cerpen.html

Featuring WPMU Bloglist Widget by YD WordPress Developer