Resep Pangsit Goreng Renyah Enak

Resep Pangsit Goreng
Pangsit Goreng renyah dan Kriuk kriuk

Info Masakan :

Waktu persiapan Waktu memasak Total Memasak Porsi
10 menit 10 Menit 20 menit 40 Buah

Bahan dan bumbu yang diperlukan

  • 200 gram tepung terigu protein tinggi, supaya renyah
  • 50 gram tepung sagu
  • 2 sendok makan margarin cair
  • 1 sendok teh garam
  • 50 ml air

Cara membuat Pangsit Goreng Renyah

  1. – Pertama campurkan semua bahan dan uleni sampai kalis (rata, halus, kenyal, lentur, dan tidak lengket di tangan).
  2. – Selanjutnya giling adonan kulit Pangsit Goreng menggunakan gilingan mie. (baca petunjuk atau tips dibawah), potong-potong.
  3. – Terakhir goreng hingga berwarna kuning kecoklatan / matang

Tips : – Tanda adonan belum kalis adalah adonan menempel saat digiling dan hasilnya tidak halus serta kenyal. – Jangan terlalu lama menguleni adonan karena suhu panas tubuh dapat membuat adonan keras dan melar. Alhasil, saat adonan pangsit dipotong, hasilnya akan mengerut, tidak kenyal, dan tidak renyah. – (giling) Awali dengan lubang yang paling besar sampai beberapa kali. lalu pindahkan pada lubang lebih kecil, lakukan sampai mendapatkan ketebalan yang diinginkan. – Semakin tipis adonan, si kulit pangsit akan semakin renyah dan juga kenyal.Adonan yang sudah selesai digiling harus ditaburi sedikit tepung sagu agar tak lengket.

sumber:http://resep4.blogspot.com/2014/03/resep-pangsit-goreng-renyah.html

Resep Soto Betawi Asli

resep soto betawi

Bahan bahan Utama :

  • 1 kilo gram daging sapi (boleh pakai jeroan atau kaki)
  • 1 batang lengkuas gepruk
  • 1 batang sereh
  • 3 lembar daun salam

Bumbu yang dihaluskan:
5 Siung bawang merah
3 siung bawang putih
1 ruas jempol jahe
1 sendok makan ketumbar
1/2 sendok teh jinten
lada butir secukupnya

Bahan lainnya :
1 kotak kecil santan kara
1/2 liter susu sapi segar/susu ultra yang tawar

Bahan pelengkap :
kentang kupas, belah menjadi 2 bagian dan goreng
tomat diiris
daun bawang diiris
jeruk nipis
emping goreng
bawang goreng
Sambal

Cara membuat Soto Betawi

  1. – Pertama Rebus bahan-bahan utama dengan air, buang kotoran daging yang keluar dari air, Setelah empuk, kecilkan api,sisihkan daging.
  2. – Didihkan kaldu, masukkan bumbu yang dihaluskan (tanpa tumis)
  3. – Tambahkan garam, cicipi rasanya. silahkan tamabah apa saja yang kurang
  4. – Tambah santan kara dan susu cair.selesai kuahnya

Cara penyajian soto Betawi :
Potong kecil daging dan kentang masukan ke mangkok, masukan juga irisan tomat lalu Tabur daun bawang, Tambah bawang goreng,kecap manis,merica bubuk, terakhir Tuang kuah soto juga Tambah emping goreng dan peres 1/2 jeruk.

sumber:http://resep4.blogspot.com/2013/05/resep-soto-betawi-asli.html

PANTUN AGAMA

Bila todak melanda Singapura
Habis dikerat dicincang lumat
Bila khianat pada manusia
Dunia akhirat takkan selamat
Habis dikerat dicincang lumat
Patinya diaduk dijadikan obat
Dunia akhirat takkan selamat
Kecuali minta ampun nasuha tobat
Anak jantan anak temenggung
Pergi memburu sampai ke Gombak
Lalu berhenti mengutip petai
Berani buat, berani tanggung
Kalau takut dilambung ombak
Jangan berumah ditepi pantai
Surat ditulis dalam gelap
Salah huruf banyak tak kena
Jagalah diri jangan silap
Jika silap dapat bencana
Kemuning daunnya lampai
Tubuh dijirat paduka tuan
Diatas dunia kaul tak sampai
Didalam surga ada penantian
Tubuh dijirat paduka tuan
Tidak cacat tidak selia
Didalam surga ada penantian
Hanya untuk yang beramal mulia
Sungguhlah besar taman Seri Mahkota
Tempat bermain bidadari Lela Utama
Sungguhlah benar bagi orang yang takwa
Ada tempat yang aman dan bahagia
Kain basurek kain bertulis
Pakaian raja Bugis – Makassar
Di Luh Mahfuz sudah tertulis
Janji sudah tak dapat ditukar
Anak merak anak merbah
Beradu kedua di dalam sarang
Siibu mendodoi
Anak sungai lagikan berubah
Inikan pula hati orang
Mengapa dirindui
Cari lebah bersarang besar
Jangan tersengat racun berbisa
Janji Allah adalah benar
Jangan tertipu kehidupan dunia
Harban Dewa anaknya Zanggi
Manis rupanya elok bercahaya
Jika perempuan taatkan laki
Beroleh surga Jannatul Mahwa
Menantunya pula Lela Sari
Semua melihat jatuh berahi
Selagi ugama tidak diingkari
Sebarang perintah wajib dipatuhi
Kelat sekali buah peria
Kelatnya kurang buah dibelah
Taatkan laki beroleh surga
Taat mutlak semata kepada Allah
sumber:http://aliashamzah2095.blogspot.com/p/pantun-agama.html

puisi islami

DEMI FAJAR

Demi Fajar
Demi malam yang sepuluh tiap bulannya
Dan demi yang genap dan yang ganjil

Kala Tuhan menurunkan cemeti siksaan pada manusia
Saat malaikat berbaris-baris
Dan neraka diperlihatkan oleh-Nya
Penyesalan itu tiada akan berguna…

Tiada yang mengikat manusia seerat ikatan-Nya
Tiada siksa didunia yang melebihi siksa-Nya
Tiada panas yang melebihi bara neraka-Nya

Lantas mau kau kemanakan nafsumu setelah peringatan itu??
Sedang setiap langkahmu, helai nafasmu dan setiap detik dalam hidupmu . .
Tak lepas dari pandangan-Nya

Wahai hati-hati yang suci
Kembalilah pada ridho Illahi
Masuklah sepenuhnya menjadi hamba-Nya
Beramalah didunia guna masuk surga-Nya

Sungguh bahagia dunia hanyalah fana
Tak juga lama hanya sementara
Hanya sesebentar umur hidupmu didunia
Bisa bawamu menyesal untuk selamanya
sumber :http://dhedighazali.blogspot.com/2014/02/kumpulan-puisi-islami-part-1.html
Tidakkah kau Menyadarinya???

pantun nasehat

Jalan kelam disangka terang
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci
================================
Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya
================================
Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati
================================
Ke hulu membuat pagar,
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.
================================
Tiap nafas tiadalah kekal,
Siapkan bekal menjelang wafat.
Turutlah Nabi siapkan bekal,
Dengan sebar ilmu manfaat.
================================
Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah
================================
Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan
================================
Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan
================================
Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju
================================
Ada ubi ada talas
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana
================================
Manis jangan lekas ditelan
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.
================================
Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan
================================
Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat
================================
Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding
================================
Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat
sumber : http://dadangherdiana.blogspot.com/2014/03/kumpulan-pantun-nasehat-bijaksana.html

puisi malaikat tanpa sayap

Air mataku dari air mata nya
Darah ku dari darah nya
Hidupku dari hidup nya

Sungguh aku tak tau malu
Hanya dengan kata maaf
Aku tak tau bagaimana cara aku
Untuk berbakti padamu ibu

Engkaulah malaikat ku
Engkaulah semangat ku
Do’amu yang selalu terpanjatkan tuk anakmu

Ibu,,,
Masih boleh kah aku meminta ?
Kalo boleh, aku cuma pengen satu,
Ridho allah ridho mu

Ibu…
Engkau lah malaikat yang berbentuk sosok seoarang wanita
sumber ;http://www.gudangpuisi.com/2014/03/malaikat-tanpa-sayap-oleh-alwy-zanky.html

cara-cara menutup aurat yang benar

Niat berjilbab hanya untuk pelengkap kecantikan semata itu SALAH BESAR, karena perlu kalian ketahui bahwa setiap kalian #wanita adalah jaring-jaringnya syaetan yang selalu dianggap mulya olehnya, sebagai mana hadits di bawah ini;

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «المَرْأَةُ عَوْرَةٌ، فَإِذَا خَرَجَتْ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ» : «هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ»__________[حكم الألباني] : صحيح

Rasulullah SAW bersabda; ”Perempuan itu aurat, ketika keluar setan menganggap mulya”.

Keterangan: jika Seorang wanita ketika keluar di tempat umum, maka setan akan selalu menghias-hiasinya dengan menghembuskan perasaan cantik dan berharga sehingga menarik laki-laki untuk menggodanya.

Dari hadits di atas menyimpulkan bahwa, bagi kalian wanita yang sejatinya biasa saja (kalem) dalam bersolek atau yang bertingkah laku dan bersifat pendiam sekalipun, kalian akan tetap kilihatan WOW di mata laki-laki yang pandanganya terkalahkan oleh syetan.

Jadi, tanpa bersolekpun kalian wanita akan tetap terlihat menggoda karna syetan telah menghiasinya.
NAAAH !!! terus bagaimana bagi kalian muslimah yang suka berhias atau bersolek…?!

Sekarang saatnya kalian harus mengerti dan memahami.

Bayangkan Saja Yang Berjilbab Saja Bisa masuk neraka Apalagi Yang Tidak, Nah Setelah Kalian Tahu info Ini jangan Jadikan Hijab/Penutup aurat Sebagai Ajang Modis dan fashion Semata, Tadinya sii Ingin menutup Aurat dan mendapat Pahala Eh Malah bisa Masuk Neraka karena fashion dan Tuntutan jaman.

KASIAN SEKALI…
Tapi yg terpenting jika kalian Ingin Menggunakan Jilbab/Hijab Penuhi Kritaria cara Berjilbab/Hijab yang benar:

berhiaslah (berhijab/jilbab) dengan Niat yang baik lantaran untuk mensyukuri nikmat Alloh. Jangan sampai berhias untuk hal-hal yang diharamkan Allah.
dan haram hukumnya apabila Berhiasnya wanita bukan untuk suaminya.
Berhias dengan tetap memperhatikan aturan Alloh Rasul. yaitu dengan ketentuan sebagai berikut:
1. pakaian menutup seluruh badan, kecuali wajah dan dua telapak

وَقَالَ الْأَعْمَشِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْها قَالَ: وَجْهُهَا وَكَفَّيْهَا وَالْخَاتَمُ
Al-’Amash meriwayatkan dari Said bin Jubair dari Ibni Abbas: dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali apa-apa yang nampak darinya, Ibnu Abas menegaskan: wajah dan telapak tangan dan cincinnya…

2. Pakaian tidak dijadikan sebagai perhiasan yang menarik perhatian orang lain

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا * سورة الأحزاب 59

Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan perempuan mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

3. Pakaian tidak transparan

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ، دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ رِقَاقٌ، فَأَعْرَضَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَقَالَ: «يَا أَسْمَاءُ، إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا» وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ رواه…رواه__________[حكم الألباني] : صحيح

Aisah Radhiyallohu anha meriwayatkan bahwa Asma’ binta Abu Bakar masuk melewati Rasulillahi SAW dan dan I (Asma’) mengenakan pakaian yang transparan maka Rasulullahi SAW berpaling darinya dan bersabda,”Wahai Asma’ sesungguhnya seorang perempuan ketika telah sampai haid (baligh) tidak pantas jika diperlihatkan darinya kecuali ini dan ini, dan nabi istarah pada wajah dan telapak tangannya.

4. pakaian tidak ketat dan menampakkan bentuk tubuh
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
: صنفان من أهل النار لم أرهما
قوم معهم سياط كأذناب البقر يضربون بها الناس
ونساء كاسيات عاريات مائلات مميلات رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة لايدخلن الجنة ولا يجدن ريحها وان ريحها لتوجد من مسيرة كذاوكذا )
رواه أحمد ومسلم في الصحيح .

“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya,
> yang pertama Kaum yang membawa cemeti/Cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia ,
> dan yang kedua adalah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok.Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu [jarak jauh sekali]”.

5. tidak berbau wangi dan tidak memakai parfum

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ» __________[حكم الألباني] حسن
“Rasulullah SAW berabda: Manakah perempuan yang memakai parfum maka lewat pada kaum agar mencium baunya maka ia sudah berzina”.Keterangan: Seorang wanita yang sengaja memakai parfum dan bergaul dalam suatu kaum dengan niat sengaja memamerkan baunya maka hukumnya sama dengan dia berzina.

6. tidak menyerupai pakaian kaum pria atau pakaian wanita-wanita kafir

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ»__________[حكم الألباني] : حسن صحيح

“Rasulullah SAW bersabda.”Barangsiapa berpakaian seperti suatu kaum maka ia masuk dalam golongan kaum tersebut”.

7. Tidak mengenakan pakaian untuk menjadi terkenal / mencari popularitas

عَنْعُثْمَانَ بْنِ أَبِي زُرْعَةَ، عَنْ مُهَاجِرٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ شُهْرَةٍ أَلْبَسَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَوْبَ مَذَلَّةٍ
Rasululloh SAW bersabda,”Barangsiapa mengenakan pakaian dengan niat ingin terkenal maka Allah memberinya pakaian hina pada hari kiamat kemudian membara dalam neraka”.

dari keterangan dan dalil-dalil di atas tentunya kalian tau dengan jelas apa yang seharusnya kalian kenakan.

SEKIAN
semoga bermanfaat
الحمد لله جزكم لله خير

sumber:http://www.ldii.or.id/nasehat/am/1095-menutup-aurat-dengan-baik-dan-benar-sesuai-syariah.html

hukum menuntut ilmu

Pecinta Radio Kita FM Rahimakumullah, Menuntut ilmu adalah salah satu sarana agar kita bisa mengetahui dan belajar sesuatu hal atau bidang keilmuan yang tentunya akan membawa manfaat bagi kita. Dan ilmu tersebut ada yang bersifat duniawi dan ada ilmu yang merupakan syari’at Islam yang harus dan wajib dituntut oleh setiap muslim sebagaimana hadits Rasulullah:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 224), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 3913). Diriwayatkan pula oleh Imam-imam ahli hadits yang lainnya dari beberapa Shahabat seperti ‘Ali, Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, Ibnu Mas’ud, Abu Sa’id al-Khudri, dan al-Husain bin ‘Ali radhiyallaahu ‘anhum.

Nah, lalu bagaimanakah hukum menuntut kedua ilmu tersebut? Simak penjelasannya berikut ini:

hukum menuntut ilmu

Hukum menuntut ilmu duniawi

Hukumnya tidak wajib ‘ain untuk setiap kaum muslimin, karena tidak ada dalil yang mewajibkannya, dan karena istilah ilmu dalam nash al-Quran dan Sunnah apabila muthlaq maka yang dimaksudkan adalah ilmu syari’at Islam.
Kadang kala wajib kifayah pada saat tertentu, seperti ketika akan memasuki medan pertempuran dan lainnya. Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Dapat kami simpulkan bahwa ilmu syar’I adalah ilmu yang terpuji, sungguh mulia bagi yang menuntutnya. Akan tetapi, saya tidak mengingkari ilmu lain yang berfaidah, namun ilmu selain syar’i ini berfaidah apabila memiliki dua hal: (1) jika membantu ta’at kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan (2) Bila menolong agama Allah dan berfaidah untuk kaum muslimin. Bahkan kadang kala ilmu ini wajib dipelajari apabila masuk ke dalam firman-Nya: (Q.S Al Anfal : 60) (Kitabul Ilmi, Hal 13-14)
Jika ilmu itu menuju kepada kejahatan maka haram menuntutnya.Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Adapun ilmu selain syar’i boleh jadi sebagai wasilah menuju kepada kebaikan atau jalan menuju kepada kejahatan, maka hukumnya sesuai degan jalan yang menuju kepadanya.” (Kitabul Ilmi, kitabul ilmi Hal-14)

Menuntut Ilmu Syari’at Islam

Menuntut ilmu syar’I yang berkenaan dengan kewajiban menjalankan ibadah bagi setiap mukallaf –seperti tauhid- dan yang berhubungan dengan ibadah sehari-hari –semisal wudhu, shalat dan yang lainnya-, maka hukumnya fardhu ‘ain, karena syarat diterimanya ibadah harus ikhlas dan sesuai dengan Sunnah, tentunya cara memperolehnya disesuaikan dengan kemampuannya sebagaimana keterangan surat al Baqoroh: 286. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo’a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” —— Menuntut ilmu syar’i ini pun tidak semuanya harus dipelajari segera dalam waktu yang sama, karena ada amal ibadah yang diwajibkan oleh orang yang mampu saja, seperti mengeluarkan zakat, haji dan lainnya. Maka saat akan menjalankan ibadah tersebut hendaknya mempelajari ilmunya. Sebagaimana keterangan Ibnu Utsaimin rahimahullah dan lainnya.

Menuntut ilmu syar’i yang hukumnya fardhu kifayah, maksudnya bukan setiap orang muslim harus mengilmuinya, akan tetapi diwajibkan bagi ahlinya. Seperti membahas ilmu ushul dan furu’nya dan juga yang berkenaan dengan ijtihadiyahnya.

Karena pentingnya kewajiban menuntut ilmu dien, maka sampai dalam kondisi perang pun hendaknya ada orang yang khusus mempelajari agama – tafaqquh fiddin.

Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mu’minin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S At Taubah: 122)

Sumber: Tulisan Ustadz Aunur Rofiq dari Majalah Al Furqon
http://www.radioassunnah.com/hukum-menuntut-ilmu/

Nenek Penjual Daun Jati

Nenek Penjual Daun Jati

“Kang… nglamun aja, ada apa sih?” tanya Bikul teman sekampungku.
“Ah nggak kul, ini pisang gorengnya enak banget” kataku menjawab sekenanya.
“Baru digigit sedikit saja masak kang Amin ini sudah merasa enak?” katanya lagi seperti tak yakin dengan jawabanku tadi.
“Aku kan ahli kuliner kayak di TV kul, jadi sedikit gigit saja aku tau makanan itu enak apa tidak” jawabku lagi.
“Kemarin juga jawab gitu waktu kita makan nasi agak basi sisa kondangan, ah kang Amin ini ada saja, hahaha..” tiba-tiba tawanya pecah. Akupun dibuat malu dengan alasannya barusan.
Ya dia teman sekampungku, Shobikul namanya, yang datang kesini 2 tahun lalu, kami dari sebuah desa tertinggal di daerah Kabupaten Tuban yang terpaksa harus datang ke Gresik ini untuk bekerja sekenanya saja, demi mendapatkan upah yang lebih layak dibandingkan di daerah kami yang bisa dibilang jauh lebih sedikit dari yang kami terima disini.
Aku datang ke sebuah desa di Gresik ini yang bisa dibilang cukup bagus dibandingkan desaku kurang lebih 5 tahun lalu, semua terjadi karena pertengkaran kaluarga untuk memperebutkan warisan Bapak kami yang wafat setahun sebelumnya, warisan itu berupa 4 petak sawah ukuran kecil, sedangkan kami 5 bersaudara. Aku adalah anak ke lima, oleh kakak-kakakku aku diseruh mengalah untuk tidak memdapatkan bagian apapun, alasan mereka karena aku belum berkeluarga jadi tidak punya tanggungan apa-apa. Jika dipikirkan alasan mereka memang benar, tapi aku kan kelak kemungkinan pasti menikah, tapi tetap saja mereka bersikeras agar aku mengalah.
“Nanti saja kalau kamu menikah, kami kasih bagian, sekarang cari jodoh dulu, tapi jangan lama-lama, kalu 2 tahun kamu belum mendapatkan calon istri, kami pastikan kamu tidak akan mendapatkan apa-apa dari kami”. Kakakku tertua Ahmad Sabar menjelaskan setengah mengancam.
Jawaban kang Ahmad Sabar inilah yang membuatku kecewa, aku tak menyangka kehidupan susah yang kami alami sejak kecil, tidak cukup membuat kakak-kakaku belas kasihan pada adiknya sendiri, sejak itulah aku pergi ke Gresik ini untuk meyambung hidup, bahkan saking kecewanya sampai saat ini aku tidak pernah ingin pulang kembali lagi ke desa di Tuban sana, jika rindu aku hanya melamun saja seperti pagi ini.
Namun lamunanku kali ini bukan karena membayangkan desaku yang selalu kurindukan, aku terbayang wajah nenek yang terjatuh tepat di depan rumah kontrakan kami sebulan lalu, dia terpeleset saat hujan deras sedangkan di punggungnya dia membawa dua ikat besar daun jati sepelukan 2 pria dewasa, kasihan sekali nenek itu pikrku, tanpa pikir panjang langsung saja aku menghampirinya untuk menolongnya, padahal baru saja aku selesai Sholat Ashar sehabis mandi dari pulang kerja tadi.
“Nenek tidak apa-apa nek?” tanyaku.
Tapi dia tidak menjawab dan cuma menggeleng tanda tak ada apa-apa.
Setelah selesai diapun pergi sambil mengucapkan satu kata “terimakasih”.
“ Ketus amat nenek itu” pikirku, Lalu aku kembali masuk ke rumah dan berganti baju.
Beberapa hari berikutnya aku melihat nenek itu lagi, sama seperti kemarin waktunya sepulang aku kerja. Hari-hari berikutnya, tepatnya setiap dua hari sekali aku selau melihatnya lewat di depan rumah kami, tapi yang paling membuatku penasaran kenapa setiap berjumpa dengan siapapun nenek itu tidak pernah tersenyum, dalam setiap perjalannya membawa dua ikat besar daun jati cuma menatap tajam ke depan, tidak menyapa atau berbasa-basi dengan siapapun yang dijumpainya di jalan.
Suatu sore selepas magrib aku mencoba berjalan-jalan dengan harapan bertemu dengan nenek pembawa daun jati itu, tapi sayangnya sampai setelah selesai ikut sholat isya’ di masjid desa aku tidak menjumpainya, akhirnya aku putuskan untuk bertanya-tanya.
“Pak, disini yang biasanya jualan daun jati siapa sih pak?” tanyaku pada seorang bapak di masjid ini.
“Kenapa Min, kok tumben kamu nanya orang tua itu? Bukannya lebih baik nanya para gadis untuk kamu nikahi?” kata bapak itu membuatku malu.
“Nggak pak, cuma ingin tau saja” jawabku lagi.
“Ya tapi untuk apa sih Min? Dia kan tidak punya anak untuk kamu nikahi”.
Kali ini aku diam karena tidak tau harus menjawab apa.
“Tapi kasian juga dia hidup sendiri sejak suaminya meninggal karena sakit beberapa tahun lalu” jawabnya lagi.
“Sebentar pak, yang bapak maksud seorang nenek kurus atau ada orang lain selain dia?” tanyaku penasaran.
“Siapa lagi min, ya memang nenek itu, Khodijah namanya” jawab bapak ini membuatku senang karena merasa sedikit mendapat jawaban atas rasa penasaranku selama ini.
“Memang kenapa sih, kamu kok pingin tau banget nek Khodijah min?” tanyanya lagi.
Demi menghilangkan kecurigaan bapak-bapak yang kebetulan mendengarkan pembicaraan kami di serambi masjid itu, aku ceritakan saja kejadian yang menimpa nek Khodijah di depan rumah kami waktu itu.
“Tinggalnya dimana sih pak?” tanyaku lagi.
“Lho kok sekarang tanya rumah segala? Oh, kamu mau ngasih makanan atau bantuan ke dia ya”? jawab Bapak itu.
“Percuma min, sejak dulu dia tidak pernah mau menerima pemberian apapun, dari siapapun, kami warga desa ini sampai heran kenapa dia begitu, tapi itulah dia, dan sejak kematian suaminya dia tinggal di sebuah gubuk dipinggir desa dekat hutan jati di utara sana” katanya sambil menunjuk arah utara.
Pembicaraan inipun kami akhiri karena tak terasa jam di dinding serambi masjid sudah menunjukkan pukul 21.00.
Hampir setiap pagi sebelum kerja, seperti biasanya kami ngopi dulu di warung kopi dekat rumah kontrakan kami, aku selalu terbayang dengan sikap nek Khodijah, penasaran akan sikapnya yang bersahaja namun tidak mau “tersentuh” orang lain dalam hal apapun. Dia bekerja sendiri dan mengurus keperluannya sendiri, “kenapa dengan nek Khodijah ini” kata hatiku semakin penasaran.
Terdorong rasa ingin tau, malam ini selepas sholat isya’ di masjid, aku putuskan untuk mencari rumah atau gubuk nek Khodijah di pinggir desa dekat hutan jati itu, akupun pergi kesana.
Benar saja dikejauhan aku melihat sebuah gubuk bambu dengan pintu tertutup, hanya ada dua lampu listrik disana, satu di depan gubuk dan yang satu lagi didalamnya. Kalau bisa dibilang ini bukan tempat tinggal manusia karena tidak layak, tapi lebih cocok kandang hewan peliharaan seperti sapi atau kambing. Namun mendadak aku terkesiap, samar-samar aku mendengar suara wanita mengaji dari dalam gubuk itu, demi meyakinkan hatiku akan apa yang kudengar barusan, Benar saja ternyata suara merdu nan fasih itu adalah suara nek Khodijah sendiri, Subhanalloh pikirku.
Sekarang rasa penasaranku semakin menggunung, seorang nenek yang sangat mandiri, tidak tersentuh orang lain, namun ternyata pandai mengaji, fasih lagi, jauh mengalahkan kemampuanku mengaji yang hanya asal jalan saja. Masyaalloh kenapa nek Khodijah seolah memenjarakan dirinya dari orang lain padahal dia tergolong orang fakir, yang semestinya membutuhkan bantuan orang lain, namun tidak dilakukannya bahkan ditolaknya.
Daripada aku hanya penasaran, malam berikutnya kembali dikesempatan selepas sholat Isya’ aku bertanya-tanya pada Bapak yang kemarin menjelaskan padaku tetang nek Khodijah.
“Nek Khodijah ternyata pandai mengaji ya pak?” kataku memulai.
“Lho kamu kok tau min?” jawab bapak itu yang belakangan ku ketahui namanya pak Thoha.
“Nggih pak, kebetulan kemarin saya jalan-jalan dan mendengar nek Khodijah sedang mengaji” jawabku singkat.
“Eee..” jawab pak Thoha sambil manggut-manggut, lalu melanjutkan: …
“Tidak hanya itu min, dulu dia sering ngajar Sholawatan anak-anak kecil di masjid ini, termasuk anakku yang sekarang sudah seumuran kamu, merdu sekali suara nek Khodijah” kulihat wajahnya sedikit tersenyum seolah menyimpan ketakjuban pada kemampuan nek Khodijah.
“Walau sempat mengajar dan berandil besar mengkoordinir pengajian dan sholawatan di desa ini dulu, tapi dia adalah orang yang sangat sederhana, segera setelah selesai kegiatan sholawatan atau mengaji, dia pasti langsung pulang tanpa mau menerima sedikit upah atau apapun dari pengurus masjid, sebagaimana biasanya pengurus masjid memberikan upah atau kue-kue ala kadarnya sebagai tanda terimakasih kepada para pengajar ngaji atau sholawatan di masjid ini”.
Setelah menghela nafasnya pak Thoha melanjutkan lagi:
“Herannya lagi kalau ada acara besar di masjid ini,kalau makan kue cuma dimakannya satu, kalau makan nasi cuma sekedarnya dan selalu menolak jika diberi nasi berkat” sambung pak Thoha.
“Begitu itu min, dia sama saja dengan mendiang suaminya, mereka pasangan sederhana yang cocok dan kompak satu sama lain” katanya lagi.
Wah baru kali ini aku mendengar bahkan pernah menjumpai orang yang hidup sangat sederhana, menjauh dari pergaulan masyarakat tapi tidak mau mengharap belas kasihan masyarakat, pikirku dalam hati.
“Lalu kenapa nek Khodijah melakukan itu semua pak, apalagi harus tinggal sendiri di gubuk bambu itu” tanyaku.
“Itulah yang tidak kami pahami dari nek Khodijah min, dia tidak pernah mengeluh bahkan kalau butuh bantuan, hanya untuk perkerjaan yang dia benar-benar tidak mampu melakukannya, hebatnya lagi diapun tetap memberi upah sebagaimana layaknya orang kebanyakan”.
“Walaupun dia tidak mampu, tapi dia loman sekali min, suka bershodaqoh pada masjid ini dan pada anak kecil yang kebetulan lewat di sekitar rumahnya”.
“Ohya satu lagi, setiap dia mendapatkan uang dari menjual daun jatinya tadi, dia selalu memberikan separuh pada pak mandor penjaga hutan jati, walaupun berkali-keli ditolak, tapi dia bersikeras untuk memberi, katanya dia numpang hidup maka harus tetap memberi pada pemerintah yang diwakili oleh pak mandor tadi”.
Masyaalloh.. Mulia sekali hati nek Khodijah, seketika itu juga aku menyesal atas ucapanku sekitar dua minggu lalu yang sempat mengatainya Ketus, saat itu juga aku putuskan untuk menemui nek Khodijah untuk meminta maaf atas kekurang sopananku padanya, sekaligus agar aku lebih tau lagi siapa sebenarnya nek Khodijah ini langsung dari beliau sendiri. Maka setelah berbasa basi dan berterimakasih akupun berpamitan pada pak Thoha dengan alasan ingin pulang karena sudah larut, aku bergegas menuju rumah nek Khodijah malam itu juga.
kemarin sayup-sayup kudengar suara nek Khodijah sedang mengaji, suaranya merdu, bacaannya fasih dan tartil, nikmat sekali mendengarnya.. namun tiba-tiba suara nek Khodijah terhenti entah kenapa, atau nek Khodijah memang sudah selesai mengajinya.
“Nah ini kesempatanku menemui beliau” ucapku lirih.
Namun samar-samar kembali kudengar nek Khodijah melantunkan beberapa ayat suci Al-Qur’an dan melanjutkan dengan suara yang lirih dia berdoa:
“Ya Alloh..ampuni hamba-Mu yang hina ini”
“Lindungilah aku dari segala penyakit hati yang dapat merusak amal ibadahku nan sedikit”
Aku terpancing dengan doa indahnya ini maka kuberanikan diri melangkah ke samping rumahnya agar lebih jelas mendengarkan doanya:
“Terimakasih Ya Alloh.. Aku tidak peduli pada siapapun ”
“Karena aku hanya takut padamu, tidak pada apapun”.
“Biarlah aku dibenci, aku tidak ingin membenci mereka”
“Karena tidak ada yang lebih ku khawatirkan selain takut Engkau membenciku”
“Akupun tidak ingin dipuji karena aku tidak memerlukannya”
“Bagiku akan lebih berarti andai aku mendapat Cinta dan Ridlo-Mu”
“Tidak pantas aku banyak memohon pada-Mu karena banyaknya dosaku”
“Namun pada siapa lagi aku mengadu ya Alloh..”
“Engkaulah harapanku.. dalam hidup dan matiku”
“Amiin..” ucapnya mengakhiri doanya.
Mendadak sekujur tubuhku bagai tersambar petir, aku lemas tak berdaya karena doanya tadi, Doa-doa yang indah dibalik suara yang lirih menggambarkan Wanita sederhana tidak mau mengharap apapun dari manusia tapi hanya dari Tuhannya..Tidak takut pada apapun hanya takut pada-Nya.. Subhanalloh, sungguh manusia dengan Tawakkal luar biasa, yang mungkin didapat dalam waktu singkat.
Entah berapa lama aku masih mematung tak berani melangkah entah akan pulang atau menemui nek Khodijah, namun bebetapa saat kemudian kulihat lampu bagian dalam gubuknya mati mungkin nek Khodijah akan segera tidur malam, akhirnya aku putuskan untuk pulang.
Sambil terus berusaha menenangkan fikiran dan persaanku yang tadinya kacau, akupun melangkah meninggalkan pagar bambu gubuk nek Khodijah, sungguh doa-doanya tadi terus mendesak masuk ke telinga menancap kuat di otak dan hatiku, jadi inikah maksud nek Khodijah meninggalkan keramaian dan hiruk pikuk masyarakat luas, lebih memilih menetap disamping hutan jati yang sepi dan gelap, hanya untuk mengasah kedekatan kepada Alloh SWT tanpa takut dan khawatir pada apapun, dan tidak mau menyusahkan orang lain. Pantas saja sikapnya pada orang lain seperti itu, karena dia sama sekali tak takut dibenci juga tak ingin dipuji. Luar biasa nek Khodijah…
sumber:http://airinmas.blogspot.com/

Doa Untuk Bidadari

Di sebuah auditorium kampus, berdiri seorang laki-laki berkemeja biru tua, tampak rapi dengan mengenakan peci hitam tertancap di kepala. Dengan wajah tampannya, Ia tebarkan senyuman pagi cerah, siap akan menyampaikan kuliah di hari pertamanya menjadi dosen. Kegagahan beliau memancarkan pesona kekaguman semua pelajar di dalam ruangan. Tak heran seorang mahasiswi berkerudung kuning penasaran bertanya kepadanya, “ Pak, kalau boleh tahu, apakah bapak sudah berkeluarga?”, perempuan itu agak malu rupanya bertanya demikian. Namun dengan bijaknya sang dosen tersenyum dan menjawab, “ hhhmmm,,, mungkin saya jawab dengan sebuah cerita…”. Semua orang terkesima penasaran ingin mendengarkan cerita pak dosen, suasanapun menjadi hening, semua telinga terpusat, pak dosen perlahan bercerita.

“ Dahulu, ada seorang pemuda yang telah lama belajar agama di sebuah pesantren di Jawa Tengah, Ia termasuk anak yang baik akhlak dan budi pekerti, pintar dan juga banyak prestasi yang pernah ia raih, baik di dalam pesantren maupun di luar pesantren. Orang-orang sering memanggilnya dengan nama Fawwaz, si peraih banyak prestasi. Alasan mengapa Fawwaz selalu mendapat juara dalam segala hal, karena ia terangkat dan termotivasi oleh seseorang. Dia bagi Fawwaz adalah perhiasan berharga yang selalu menghiasi hatinya, selalu membuat jiwanya membara untuk meraih apa yang Fawwaz cita-citakan. Iapun sebenarnya telah lama bersemayam dalam lubuk hati Fawwaz, namun Fawwaz belum berani mengatakan isi hatinya.

 

 

 

Setelah lulus dari Sekolah Aliyah dan pesantrennya, Fawwaz dipanggil oleh Kyai pesantrennya. Fawwaz merasa ada yang aneh dengan sikap yang dilakukan sang kyai pada hari itu sampai-sampai memanggilnya masuk ke dalam rumah. Tidak disangka pak Kyai ternyata telah mengetahui bahwa Fawwaz menyukai seorang santriwati Tahfidz al Qur’an, ia bernama Nurul Hidayah. Fawwaz tertunduk malu. Seketika itu Pak Kyai menghubungi orang tua Nurul dan meminta anaknya untuk bersedia dilamar oleh seorang santri yang akan melanjutkan kuliah di Mesir. Orang tuanya dengan ta’dzimnya menerima permohonan Pak Kyai itu. Tanpa basa basi, Pak Kyaipun menanyakan kesiapan Fawwaz langsung dan memohon orang tuanya untuk mempersiapkan lamaran. Fawwazpun mengiyakan dengan ekspresi kaku tidak menyangka.

 

Akhirnya digelarlah acara lamaran Fawwaz di kediaman Nurul yang dihadiri keluarga Fawwaz dan juga Pak Kyai dan istri. Resmilah kedua sejoli ini menjadi pasangan lamaran yang tinggal menunggu janur kuning ditancapkan. Semuanya sepakat pernikahannya agar diadakan setelah kepulangan Fawwaz dari Mesir. Senyum wajah Nurul memancar, dengan anggun Iapun menunduk sebagai isyarat mengiyakan.

 

Kemudian, Fawwazpun diberangkatkan dengan diantar oleh keluarganya dan Nurul yang ikut melepas kepergian menuju pengembaraannya ke Negri Pyramid. Sebelum berangkat, beberapa patah kata terlontar dari bibir dingin Fawwaz, “ wahai bidadariku, bersabarlah kau menanti, tetap tancapkan rasa cinta ini untuk obati, kerinduan kita yang kan mekar disaat ku pulang nanti, ku siap menjadikanmu satu-satunya bidadari, yang kan selalu menemani hidup kemana ku pergi, untuk mendapat ridho ilahi rabbi…”. Hati Nurul memerah merona mendengarnya, Iapun menjawab, “ baiklah wahai kekasihku, aku ikhlas dengan kepergianmu, akupun kan bersabar menantimu, tak lupa iringan do’aku kan selalu menyertaimu, sampai tiba waktunya kita kan bersatu, mengukir kasih cinta yang kian menggebu-gebu, dalam nahkoda bimbinganmu wahai kekasihkku…”

 

Sesampainya di Kairo, Fawwaz mulai disibukan dengan kegiatan kuliahnya, ia begitu semangat, serius dan bersungguh-sungguh. Cita-citanya ingin berhasil dengan predikat terbaik. Fawwaz masuk di Fakultas Ushuluddin, jurusan Tafsir Al Qur’an. Kesenangannya dengan tafsir membuat kesehariannya senantiasa digeluti dengan kitab-kitab tafsir. Fawwaz seolah orang yang kehausan akan ilmu, waktunya hampir habis dengan kegiatan keilmuannya, dari mulai kuliah, mengulang pelajaran, menghafal al qur’an, mengaji dan mengikuti dauroh-dauuroh yang diadakan oleh kalangan masisir (mahasiswa Indonesia di Mesir) dengan para masyayikh.Di tengah kesibukannya, sebetulnya Fawwaz terkadang merasa rindu kepada pesona indah wajah Nurul. Ketika itu, Ia selalu pergi ke pinggiran sungai Niil, menikmati keindahan aura sungai terpanjang dan termakmur di dunia, sambil duduk menyendiri meresapi angin kota Kairo, membayangkan bidadari impian hatinya dengan ditemani burung-burung beterbangan, Iapun sering mengungkapan isi hatinya dengan menendangkan syi’ir cinta arab,
“ asirbal qithoo, hal man yu’iiru janaahahu # la’alli ila man qod hawaitu athiiruu “
“Wahai segerombolan merpati,,,apakah diantara kalian ada yang berkenan meminjamkan sayapnya # sehingga aku bisa terbang menuju orang yang sangat ku cinta” .

Nurul yang merupakan santriwati tahfidz terbaik, seringkali mengirim surat lewat pos untuk Fawwaz, dalam suratnya Nurul memberi tahu bahwa ia sudah menyelesaikan hafalan Al Qur’an lebih cepat, Ia juga memohon izin untuk mengabdi sambil mengikuti kuliah keguruan di Instutut yang ada di pesantrennya. Nurul memang perempuan yang sangat sholehah, Ia sering memberi nasihat dan motivasi agar Fawwaz senantiasa tekun ibadah, kuliah dengan rajin, sehingga mendapat ilmu yang berkah dan manfa’at. Setelah membacanya, Fawwaz seolah mendapat energi dan semangat baru. Kata-kata Nurul membuat gelora jiwanya meningkat. Ia bertekad harus menjadi yang terbaik, karena ia akan menjadi Imam dari bidadari jelitanya.

 

Akhirnya kurang dari empat tahun, Fawwaz mampu menyelesaikan kuliahnya dengan predikat syaraf ula / cumlaude, Ia berhasil menghafal al qur’an 30 juz dan nadzom-nadzom penting yang selalu dibutuhkan dikalangan masyarakat, seperti Alfiyyah, Zubad, dan ilmu penting lainnya. Fawwazpun pernah meraih dua kali kejuaraan pembacaan puisi arab dalam even yang di adakan Universitas Al Azhar. Semua itu berkat sosok seorang bidadari calon pendamping hidupnya, yang senantiasa menentramkan jiwa, membakar semangat dan cita-cita.

 

Setelah kepulangannya dari Mesir, Keluarga Fawwaz dan Nurul sepakat meresmikan pernikahan di pertengahan bulan syawwal, tepat setelah satu bulan Fawwaz di tanah air. Persiapan acara sudah meriah, siap untuk digelar. Keluarga, kerabat dan masyarakat berbondong-bondong menghadiri acara. Iqrar ijab qobul diucapkan dari lisan Fawwaz dengan bahasa arab fasih, semua hadirin mengesahkan, semarak suasana membahana bahagia, akhirnya kedua sojoli telah sah terikat dengan tali pernikahan, Fawwaz dan Nurul diarak dengan mobil sedan yang sudah dihias indah, saat itulah Nurul telah halal untuk Fawwaz, dengan hangat Nurul mencium tangan Fawwaz, dengan kasih dan sayang Fawwaz mencium kening wajah anggun Nurul dan membelainya dalam pelukan. Namun ketika berada di jalan raya, tiba-tiba sedan yang ditunggangi sepertinya oleng, terlihat si sopir sepertinya mengantuk karena semalaman begadang, sekilas dari arah yang berlawanan mobil truk yang melaju kencang menabrak sedannya hingga terguling, kecelakaanpun terjadi.”
Semua orang di auditorium kaget dan menjerit histeris, bahkan ada yang menangis. seorang bertanya keheranan, “ lalu bagaimana nasib Fawwaz dan Nurul, Pak? “

Sang dosen melanjutkan lagi ceritanya, “ Ya, Alhamdulillah Fawwaz masih bisa diselamatkan, Namun,,, Nurul,,,, Ia tewas di tempat kejadian“… ruang auditorium menangis, tetesan air mata tidak bisa dibendung. “ Fawwaz waktu itu sangat terpukul dan frustasi, namun Ia masih diberi ketabahan. Ia berdo’a, semoga istrinya dimasukan ke dalam surga, menjadi bidadari pendamping diakhiratnya kelak. Kemudian, untuk menghilangkan kesedihannya, Fawwaz bertekad kembali ke Mesir melanjutkan Master sampai doktoral, kemudian kembalilah Fawwaz ke Indonesia, dan saat ini dia berdiri di depan kalian semua”, DR. H. Muhammad Ulul Azmi el Fawwaz, MA.

Sumber:http://www.lokerseni.web.id/2012/08/cerpen-islami-doa-untuk-bidadari.html

Featuring WPMU Bloglist Widget by YD WordPress Developer