- Az-Zikir artinya peringatan
- Al-Kitab artinya tulisan atau yang ditulis
- Al-Hakim artinya pemutus perkara
- Al-Furqon artinya pembeda
- Al-Bayan artinya penjelas
- Asy-Syifa artinya penawar
- Al-Huda artinya petunjuk
- An-Nur artinya cahaya
11. Nabi Yusuf as.
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku sungguh aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku.” (QS. 12/Yusuf: 4)
Yusuf teramat tampan, dan berbudi luhur. Selain itu ia dan Benyamin adalah anak yatim, sehingga Nabi Ya’qub lebih menyayangi keduanya. Kasih sayang Nabi Ya’qub yang berlebihan membuat anak-anaknya yang lain iri hati. Akibatnya sepakatlah mereka membuang Yusuf ke telaga Jub yang menyerupai sumur.
Yusuf akhirnya ditemukan oleh Musafir yang singgah di sana dan diperjualbelikan di pasar budak Mesir. Lalu ia dibeli oleh seorang Raja Mesir saat itu dan dibawa pulang ke istana. Melihat tanda-tanda kemuliaan pada diri Yusuf, Raja berpesan kepada permaisurinya, Zulaiha, agar memperlakukannya sebagai keluarga sendiri meski ia dibeli di pasar budak.
Menginjak dewasa, Yusuf kian gagah dan tampan. Segala gerak-geriknya mempesona. Zulaiha, ibu angkatnya, terpikat padanya. Kasih sayangnya yang semula berupa kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, berubah menjadi kasih sayang seorang wanita terhadap dambaan hatinya. Zulaiha pun selalu berusaha agar Yusuf bersedia melayani nafsu birahinya, namun tidak pernah berhasil.
Luapan keinginan Zulaiha mencumbu Yusuf yang tidak terpenuhi, membuatnya sangat tersiksa. Maka memohonlah Zulaiha kepada Raja agar memenjarakan Yusuf. Permintaannya dikabulkan, dan Yusuf pun tidak keberatan. Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu-daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.” (QS. 12/Yusuf: 33)
Suatu malam Raja bermimpi melihat 7 ekor sapi gemuk-gemuk, dimakan oleh 7 ekor sapi kurus-kurus serta melihat 7 batang gandum hijau dan 7 ekor batang gandum kering. Tidak seorang pun yang dapat menafsirkan makna mimpi tersebut, selain Yusuf.
Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok-tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa, kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya (disimpan), kecuali sedikit untuk kamu makan.” (QS. 12/Yusuf: 47) Ayat ini mengemukakan isyarat untuk berhemat dan menyimpan yang baik untuk menghadapi masa sulit yang akan datang. “Kemudian sesudah itu akan datang tujuh (tahun) yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan.” (QS. 12/Yusuf: 48) Maksudnya tujuh tahun masa amat sulit adalah kemarau panjang yang menghabiskan seluruh simpanan makanan yang ada, kecuali sedikit untuk bibit gandum.
Akhirnya Yusuf dibebaskan dari penjara. Kemudian dia diberi jabatan. Dia (raja) berkata, “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya.” Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir) karena sesungguhnya aku orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan.” Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri ini (Mesir), untuk tinggal di mana saja yang dia kehendaki. (QS. 12/Yusuf: 54-56).
Nabi Yusuf as akhirnya dapat membawa Mesir mengatasi masa-masa sulit dengan baik. Bahkan penduduk dari negeri sekitarnya saat itu, termasuk saudara-saudaranya, juga meminta bantuan bahan pangan kepadanya. Dari situlah Nabi Yusuf as. oleh Allah SWT dipertemukan kembali dengan orang-tuanya dan saudaranya sekandung, Benyamin. Dan dia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku, inilah takwil mimpiku yang dulu itu Dan Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sungguh Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskanku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dan saudara-saudaraku.” (QS. 12/Yusuf: 100).
10. Nabi Ya’qub as.
Suatu hari tejadilah pertengkaran antara Ya’qub dan kakaknya, Al-Ish. Agar tidak berkelanjutan, atas anjuran istrinya, Nabi Ishaq mengizinkan Ya’qub pergi ke Laban, paman dari ibunya yang tinggal di Haran, Irak. Di sanalah akhirnya Ya’qub menetap.
Setelah dewasa Ya’qub ingin menikahi putri Laban tercantik, bernama Rahil. Namun ia terpaksa dikawinkan lebih dulu dengan putri Laban yang tertua bernama Laiah. Syariat ketika itu memang tidak melarang seorang lelaki menikahi dua wanita sekandung. Laiah dan Rahil, masing-masing memiliki seorang budak wanita pemberian orang-tuanya, yaitu Zulfa dan Balha. Kedua budak tersebut kemudian dihadiahkan kepada Ya’qub untuk dinikahi.
Dari keempat istrinya itu, Ya’qub dikaruniai 12 orang putra. Mereka adalah 1) Rubil, 2) Yahuda; 3) Syam’un; 4) Lawi; 5) Yusuf; 6) Benyamin; 7) Yasakho; 8) Zabulun; 9) Dana; 10) Naftali; 11) Kal; dan 12) Asyar.
Tentang Nabi Ya’qub as., Al-Qur’an menceritakan, “Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrohim, Ishaq, dan Ya’qub yang memiliki kekuatan-kekuatan yang besar dan ilmu-ilmu (yang tinggi). Sungguh Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan) akhlak yang tinggi kepadanya, yaitu selalu mengingatkan (manusia)ke negeri akhirat.” (QS. 38/Shod: 45-46).
Adakah kamu menyaksikan ketika Ya’qub mendekati kematian berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang akan kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek-moyangmu Ibrohim, Ismasil, dan Ishaq, (yakni) Tuhan Yang Esa dan kami hanya Islam (berserah diri) kepada-Nya.” (QS. 2/ Al-Baqoroh: 133)
9. Nabi Ishaq as.
la putra Nabi Ibrohim dari istri pertama, Sarah. Nabi Ishaq menikah dengan wanita dari kota Haran, Rifqoh yang tidak lain cucu dari saudara kandung Nabi Ibrohim as. sendiri. Mereka dikaruniai dua orang putra, Al-Ish dan Ya’kub. Selanjutnya Al-Qur ‘an tidak banyak menceritakan riwayatnya. Hanya diterangkan bahwa Ishaq seorang nabi. “Dan Kamimenggembirakannya (Ibrohim) dengan (kelahiran) Ishaq sebagai nabi yang termasuk orang-orang saleh.” (QS. 37/Ash- Shoffat: 112)
8. Nabi Luth as
Nabi Luth menetap dikota Sodom, Yordania. Pada masa itu kota ini menjadi tempat maksiat. Perjudian, perzinahan, sampai kekejian yang belum pernah dilakukan anak-anak Adam sebelumnya, yakni liwath (homo seks) terjadi di sana. Nabi Luthlah yang ditugaskan menyadarkan mereka dari perbuatan menyesatkan itu. Dan (Kami telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (di dunia ini). Sungguh kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas.” (QS. 7/A1-A’rof: 80-81)
Seperti orang-orang kafir umumnya, kaum Luth juga tidak mau tahu dengan ajaran Tuhan. Kian hari kekejian mereka kian menjadi, dan ditujukan kepada siapa saja. Orang-orang kafir dari kaum Nabi Luth termasuk istri beliau sendiri yang tidak beriman kepadanya dan sangat zalim, akhirnya disiksa Allah SWT dengan hujan batu sampai meninggal.
Sebelum menurunkan azab, Allah SWT mengutus beberapa malaikat bertamu ke rumah Nabi Luth as dengan menyamar sebagai lelaki yang tampan sebagaimana diceritakan dalam ayat-ayat berikut ini. Dan ketika utusan Kami (Para malaikat) itu datang kepada Luth, dia merasa curiga dan dadanya merasa sempit karena (kedatangan)nya. Dia (luth) berkata, “Ini hari yang sangat sulit.” (QS. 11/ Hud: 77)
Maksudnya Nabi Luth merasa susah atas kedatangan para utusan Allah yang menjelma menjadi pemuda yang rupawan, sebab kaum Luth sangat menyukai pemuda-pemuda yangrupawan untuk melakukan homoseksual. Dia merasa tidaksanggup melindungi mereka jika ada gangguan dari kaumnya.
Kaumnya segera mendatanginya. Dan dari dulu mereka selalu melakukan perbuatan keji. Luth berkata, “Wahai kaumku, inilah putri-putri (negeri)ku mereka lebih suci bagimu, maka janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu orang yang pandai?”
Mereka menjawab, “Sungguh engkau pasti tahu bahwa kami tidak memiliki keinginan (syahwat) terhadap putri-putrimu. Dan engkau tentu mengetahui apa yang (sebenarnya) kami kehendaki.”
Dia (Luth) berkata, “Sekiranya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).”
Mereka (para malaikat) berkata, Wahai Luth, sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu, mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah bersama keluargamu pada akhir malam dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu. Sungguh dia (juga) akan ditimpa (siksaan) yang menimpa mereka. Sungguh saat terjadinya siksaan bagi mereka itu pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?”
Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkan negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar yang diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan siksaan itu tiada jauh dari orang yang zalim. (QS. 11/Hud: 77-83)
Nabi Luth as. beserta anak-anak dan para pengikutnya diselamatkan Allah SWT. “Kemudian kami selamatkan dia dan pengikutnya, kecuali istrinya. Dia (istrinya) termasuk orang-orang yang tertinggal. Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu). Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat dosa itu.” (QS. 7/ Al-A’rof: 83-84)
7. Nabi Ismail as.
Ia putra Nabi Ibrohim as., dari istri keduanya yang bernama Hajar. Dengan kelahiran bayi Ismail, istri pertama Nabi Ibrohim yang bernama Siti Sarah cemburu. Lalu ia meminta kepada suaminya agar memindahkan Hajar dan anaknya ke tempat yang jauh. Atas petunjuk Allah SWT, Ibrohim as. menempatkan Hajar dan anaknya di tengah Padang Pasir Mekah, dekat bangunan suci yang sekarang dikenal Ka’bah. Beliau sendiri kembali ke Palestina untuk menemui Siti Sarah.
Ketika bekal makanan dan minumannya habis, Hajar bersusah-payah ke sana ke mari mencari air. Berkat pertolongan Allah SWT melalui Malaikat Jibril, seketika muncullah mata air yang jernih di dekat Ismail. Mata air yang bernama sumur zam-zam itu, sejak ditemukannya hingga kini tidak pernah mengalami kekeringan.
“Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab(Al-Qur’an). Sungguh dia seorang yang benar janjinya, seorang rosul dan nabi. Dan dia menyuruh umatnya (mendirikan) sholat dan (membayar) zakat, dan dia sorang yang diridhoi di sisi Tuhannya” (QS. 19/Maryam: 54-55)
Semasa Nabi Ismail masih anak-anak, Nabi Ibrohim as mendapat perintah dari Allah SWT agar menyembelihnya. Baginya perintah tersebut merupakan ujian yang teramat berat. Sekalipun begitu dia bertekad melaksanakannya. Atas kehendak Allah SWT jua, Nabi Ismail mendukungnya. Maka tatkala anak itu (mencapai umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrohim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, ” Wahai bapakku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. 37/Ash-Shoffat: 102)
Setelah nyata ketaatan dan kesabaraan Nabi Ibrohim as dan Nabi Ismail as., maka Allah melarang menyembelih Nabi Ismail as. Untuk meneruskan kurban, Allah menggantinya dengan seekor sesembelihan (Kambing). “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. 37/ Ash-Shoffat: 107). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya kurban yang dilakukan pada Hari Raya Haji (Idul Adha).
Nabi Ismail as menikah dengan seorang wanita yang berasal dari Suku Jurhum, anak pendatang baru di kawasan sumur zam-zam itu. Ia menjadi penjaga sumur zam-zam yang semakin hari semakin banyak pengunjungnya. Menurut riwayat, Nabi Ismail wafat pada usia 137 tahun.
6. Nabi Ibrohim as.
Ia lahir di Babylonia (bagian selatan Mesopotamia, sekarang Irak) pada masa pemerintahan Namrud bin Kan’an bin Kusy, seorang raja yang menyatakan diri sebagai Tuhan. Bapak Nabi Ibrohim as. bernama Azar, seorang pembuat patung untuk sesembahan. Pada masa itu kaumnya memang menyembah patung.
Ketika Nabi Ibrohim as. menginjak dewasa, Allah SWT meresapkan wahyu ke kalbunya. Mulailah terbuka pikirannya, bahwa hanya Allah-lah Tuhan seru sekalian alam yang patut disembah. Sejak itu ia berusaha meluruskan akidah orangtua dan kaumnya. Dia (Ibrohim) berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Apakah yang kamu sembah?” Mereka menjawab, “Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya.” Dia (Ibrohim) berkata, “Apakah mereka mendengarmu ketika kamu berdoa kepadanya? Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat atau mencelakakan kamu?” Mereka menjawab, “Tidak, tetapi kami dapati nenek moyang kami berbuat begitu.” (QS. 26/Asy-Syuaro: 70-74)
Setelah ajakannya tidak didengar, pergilah Nabi Ibrohim as. ke tempat pemujaan dan menghancurkan semua berhala yang ada. Atas perbuatannya itu, Nabi Ibrohim as. dikenakan hukuman bakar hidup-hidup oleh Raja Namrud bin Kan’an bin Kusy, penguasa negeri Babilon saat itu. Atas kehendak Allah SWT, Nabi Ibrohim tidak terbakar api, beliau malah keluar dari tumpukan abu sisa pembakaran dalam keadaan kedinginan.
(Ingatlah) tatkala Ibrohim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrohim melaksanakannya dengan baik. (QS. 2/ Al-Baqoroh: 124) Ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Ibrohim as., cukup banyak dan beragam. Beberapa di antaranya yang terasa sangat berat adalah menghadapi kekafiran bapaknya sendiri, dan raja Namrud, kemudian turunnya perintah menyembelih anaknya sendiri, Ismail. Sekalipun itu hanya sebagai peristiwa disyariatkannya berkurban.
Ketaatan Nabi Ibrohim as. yang luar biasa menjadikannya hamba yang terpilih. Tidak ada orang yang membenci agama Ibrohim melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Dan sungguh Kami telah memilihnya*) di dunia, dan sesungguhnya di akhirat kelak dia termasuk orang-orang yang saleh. (QS. 2/ Al-Baqoroh: 130) Yang dimaksud “Kami telah memilihnya” adalah Allah SWT menjadikan Ibrohim as. memiliki banyak kelebihan, antara lain: ia menjadi imam, rosul, beberapa keturunannya menjadi nabi, dan mendapat gelar kholilullah
5. Nabi Sholeh as.
Setelah Kaum ‘Ad musnah akibat kedurhakaan mereka, negeri mereka menjadi tandus. Kemudian negeri itu dihuni dan dibangun kembali oleh Kaum Tsamud hingga subur dan makmur. Mereka menempati rumah-rumah bak istana dengan kekayaan yang melimpah-ruah. Dan sebagaimana kaum ‘Ad, mereka juga menyembah berhala. Untuk meluruskan aqidah mereka, Allah SWT mengutus Nabi Sholeh as. Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka Sholeh. Dia berkata: “Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya.” (QS. 11/ Hud: 61).
Kaum Tsamud mengabaikan dakwah Nabi Sholeh as., bahkan mereka menantangnya untuk menunjukkan mukjizat kenabiannya. Atas izin Allah SWT, Nabi Sholeh as. dapat mendatangkan seekor unta betina yang besar. (Nabi Sholeh berkata) “Wahai kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat untukmu. Sebab itu biarkan dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang menyebabkan kamu segera ditimpa (azab).” (QS. 11/Hud: 64)
Tetapi Kaum Tsamud mengabaikan peringatan tersebut. Bahkan mereka menantang dengan menyembelih unta itu. Dia (Sholeh) berkata, “Bersukarialah kamu semua di rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.” (QS. 11/Hud: 65) Setelah tiga hari Allah SWT menimpakan azab kepada mereka. Satu hari sebelum diturunkannya azab tersebut, Nabi Sholeh as. beserta keluarganya dan orang-orang yang beriman mengungsi ke sebuah tempat di Palestina. “Kemudian suara yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya.” (QS. 11/Hud: 67)
4. Nabi Hud as.
Nabi Hud as diutus meluruskan akidah Kaum ‘Ad yang terkenal memiliki fisik kuat dan menempati wilayah yang subur, sehingga hidup makmur. Hanya saja mereka menyembah dan mempertuhankan berhala. Selain itu kehidupan mereka menganut hukum rimba, yang kuatlah yang berkuasa. Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) Hud, saudara mereka. Dia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah. Tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (QS. 7/ Al-A’rof: 65)
Kaum ‘Ad selalu menganggap Nabi Hud as. pendusta yang tidak patut didengar tutur katanya. Karena itu Allah SWT menurunkan adzab dalam dua tahap. Pertama, berupa kekeringan hebat. Lalu Nabi Hud as. meyakinkan kaumnya bahwa itu awal siksaan yang diturunkan Allah SWT dan akan dicabut jika mereka bertobat dan beriman kepada-Nya. Namun mereka tidak percaya, maka turunlah azab berikutnya berupa angin topan yang dasyat selama tujuh malam delapan hari yang memusnahkan Kaum ‘Ad yang zalim beserta harta kekayaan mereka. “Ingatlah, Kaum ‘Ad itu ingkar kepada Tuhan mereka. Sungguh, binasalah kaum ‘Ad, umat Hud itu.” (QS. 11/Hud: 60)
3. Nabi Nuh as.
Beberapa abad sepeninggal Nabi Idris as., ada lima pemuka masyarakat yang sangat bijak dan terpandang. Mereka ialah wadd, suwa’, yaghuts, ya’uq, dan nasar. Setelah kelima orang itu meninggal, untuk mengenang jasa-jasa mereka, masyarakat mengabadikannya dalam bentuk patung yang akhirnya dijadikan sesembahan. Mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan tuhan-tuhan kamu, dan jangan kamu tinggalkan (berhala-berhala) wadd, suzva’, yaghuts, ya’uq, dan nasar.” (QS. 71/Nuh: 23)
Pada masa itulah untuk pertama kalinya manusia menyembah berhala. Guna menyelamatkan mereka dari kesesatan, Allah SWT mengutus Nabi Nuh as. Ia adalah keturunan kesembilan dari Nabi Adam as. Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, (karena) tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa?” Maka berkatalah para pemuka orang kafir dari kaumnya, “Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang ingin menjadi orang lebih mulia dari kamu. Dan seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia mengutus malaikat. Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada (masa) nenek moyang kami dulu” (QS. 23/Al-Mu’minun: 23-24)
Menurut Al-Qur’an usia Nabi Nuh as. mencapai 950 tahun. Ia diangkat menjadi rosul pada usia 480 tahun. Berarti sekitar 500 tahun Nabi Nuh berusaha menyadarkan kaumnya, namun boleh dibilang tidak berhasil. Dalam waktu selama itu, jumlah pengikutnya hanya antara 70 sampai 80 orang.
(Nuh as.) berdoa, “Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakanku,” (QS. 23/ Al-Mu’minun: 26) Lalu Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh dan pengikutinya membuat kapal. Setelah kapal itu jadi Allah memerintahkan agar Nabi Nuh as. dan pengikutnya menaiki kapal tersebut berikut hewan ternak mereka dan segala macam barang yang mereka butuhkan. Setelah itu Allah menenggelamkan orang-orang zalim dari umat Nabi Nuh as. dalam banjir bandang. “Ingatlah kaum Nuh, ketika mereka mendustakan rosul-rosul, lalu mereka Kami tenggelamkan dan kami jadikan mereka sebagai pengajaran kepada manusia. Dan Kami sediakan azab yang pedih bagi orang-orang zalim.” (QS. 25/ Al-Furqon: 37)
Nabi Nuh as. dikarunia dua orang anak lelaki, ialah Sam, dan Yapis. Putra kedua nabi Nuh as termasuk yang tidak mau diajak naik ke kapal ketika banjir menenggelamkan orang-orang kafir.