novel perpisahan

13655931751584363613

Foto Ilustrasi dari http://www.facebook.com/fitri.yenti.12

Hmmm… Huffttt…!… *tarik napas dalam-dalam…. “

Novel “Satu Cinta Dua Agama” membuatku hanyut ke dasar samudera hati Tri dan Li, dua sejoli yang jatuh cinta pada pandangan pertama.

Siapa bisa menyangkal manakala cinta hadir di dalam hati. Itu yang tidak bisa disangkal dara cantik Tri yang berdarah Minang dan si tampan Li yang berdarah Chinese. Bagaikan magnet, keduanya saling menarik dan saling tertarik.

Pertemuan pertama berlanjut pada pertemuan-pertemuan berikutnya tanpa mereka tahu skenario apa yang sedang dipersiapkan di ujungnya nanti. Semakin saling mengenal, cinta mereka semakin kuat. Mereka merasakan apa itu yang namanya chemistry, kesesuaian jiwa, mereka merasakan banyak kecocokan, merasa klik dan sangat yakin bahwa mereka dilahirkan ke dunia ini sebagai sepasang jiwa, masing-masing adalah belahan jiwa yang dipertemukan untuk bersatu.

Namun, sesuatu yang mereka takutkan itu terjadi juga. Rintangan terbesar membayang, yaitu perbedaan agama. Tri seorang Muslim, Li seorang Buddhis.

Dalam masyarakat Indonesia pada umumnya, pernikahan bukan sekadar urusan dua anak manusia, tapi bisa juga dibilang merupakan pernikahan dua keluarga. Suara keluarga ada kalanya sangat dominan dan harus didengarkan, kalau tidak mau dikucilkan. Itu yang dirasakan Tri yang berasal dari keluarga Muslim yang taat. Agak berbeda dengan Li yang berasal dari keluarga yang relatif terbuka, longgar, memberikan kebebasan tentang perbedaan keyakinan dalam membangun sebuah keluarga.

Tri dan Li mengalami gejolak batin yang hebat, karena sudah pasti orang tua Tri tidak merestui pernikahan beda agama. Bagi orang tua Tri, Tri harus menikah dengan pria seagama. Itu sudah harga mati. Namun, Tri dan Li tidak mau menyerah begitu saja. Mereka punya pertimbangan sendiri, ingin menyatukan cinta dalam mahligai pernikahan dengan tetap menghormati keyakinan masing.masing.

Yang menarik dari novel ini, Tri dan Li tidak memaksakan kehendak. Walaupun mereka bisa saja menikah tanpa persetujuan orang tua, mereka tidak menempuh jalan itu. Mereka bisa mengatasi egoisme. Mereka bisa berjiwa besar menerima kenyataan pahit itu.

Tri memang sangat menghormati Ibu Bapaknya. Ia tidak bisa mengesampingkan begitu saja pendapat orang tuanya. Dan Li pun, setelah bertemu orang tua Tri dalam pertemuan yang hangat penuh kesantunan, akhirnya bisa legowo walaupun belum sepenuhnya legowo untuk melupakan mimpi menjadi sang pangeran bagi Tri.

“Kalau kita tidak bisa memiliki apa yang kita cintai, mengapa kita tidak mencintai apa yang kita miliki, Li? Iman adalah satu-satunya milik kita saat ini. Aku hanya ingin mencintai Sang Pemilik cinta abadi itu, Li,” ucap Tri pada Li (hal.13).

Tri mengucapkan itu tentu dengan hati yang getir dan berlanjut pada malam-malam penuh air mata.

Setelah bertemu orang tua Tri yang bersikap sangat simpatik, Li semakin terbuka matanya. Li bisa memahami keadaan dan memilih mundur teratur. Kepada Tri, Li menawarkan hubungan baru berupa persaudaraan dan persahabatan. Tentu saja dengan tidak rela pada awalnya, demikian pula Tri.

Perjuangan di dalam hati dan pikiran dua anak manusia ini yang menarik untuk disimak. Bagaimana mereka mengkompromikan kenyataan yang tidak selaras dengan harapan besar dan hasrat terpendam.

Hmm… mengikuti lika-liku kisah cinta Tri dan Li ini, mereka bisa membuktikan ketika cinta itu “mati”, mereka tidak ikut “mati” bersamanya. Mereka tidak kehilangan semangat hidup karenanya. Mereka justru menemukan isyarat bahwa seseorang pergi karena akan datang seseorang yang lain lagi. Mereka sampai pada pengertian bahwa pernikahan bukan satu-satunya bentuk kemenangan cinta.

Ketika pada akhirnya Tri “menemukan” seseorang yang lain, Tri meminta pendapat Li mengenai calon suaminya itu. Dan lebih mengagumkan lagi, Li menghadiri pernikahan Tri.

Ouch… kayak apa rasanya melihat pujaan hati bersanding dengan pria lain di pelaminan. Bagaimana pula nasib cinta Li selanjutnya. Baca sendiri lebih asyik. Dan, ada baiknya menyiapkan tisu yang banyak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *