cerpen : pelukan pertama ibu di akhir hidupku

Pagi telah menyambut. Sinar kehangatannya memancar ke seluruh penjuru dunia. Kicauan burung menambah cerahnya pagi ini. Semakin membuktikan kebesaran dari sang pencipta.
Hari ini hari Minggu. Saatnya untuk memberikan waktu istirahat pada otakku, karena selama enam hari dalam seminggu otakku ini lah yang bekerja keras untuk menentukan masa depanku nanti.

Dengan gontai aku meyusuri jalan setapak. menuju tempat di mana aku dapat merasakan kedamaian dan mencurahkan segala isi hati yang tersimpan. Kedua tongkat tua masih setia untuk menyanggah berat badanku. Ya, kalian pasti mengerti, bahwa aku adalah anak yang terlahir secara tidak sempurna. Aku terlahir dengan keadaan yang memilukan. Kedua kakiku tidak dapat berjalan dengan sempurna.. Aku adalah anak yang lumpuh sobat. Kalian tahu, betapa aku di remehkan oleh setiap orang yang melihatku. Tak jarang mereka mencemooh keadaanku tepat di depan mata kepalaku sendiri. Teman-teman di sekolahpun tak sedikit yang berbuat demikian. Namun ada juga beberapa dari mereka yang mau berteman denganku, entah karena mereka benar-benar tulus berteman denganku ataupun hanya karena mereka mengasihaniku, aku tak tau.

Bagi sebagian besar anak seorang Ibu adalah bagaikan dewa penolong di dalam hidupnya. Bagaikan malaikat yang selalu melindunginya. Tapi mengapa aku tak pernah merasa demikian? Aku tak pernah merasakan belaian hangat seorang Ibu, tak pernah ku mendapat kasih tulusnya. Tak pernah aku mendapat kelembutan darinya. Hanya cacian, amarah dan segala tindakan yang semakin membuat hari hari ku terasa semakin menyiksa. Aku tak tau mengapa Ibu bersikap sedemikian tega kepadaku. Apakah karena keadaanku yang seperti ini? Anak seperti apakah yang Ibu inginkan? Apakah Ibu ku menginginkan anak yang sempurna? Cantik bagaikan ratu, ataupun putih bagaikan malaikat? Lalu salahkah aku jika keadaanku seperti ini? Jika aku bisa memilih aku lebih memilih untuk hidup di atas awan saja. Berlari ke sana kemari. Biarkan aku hidup seorang diri, biarkan aku menikmati segala apa yang ada dalam tubuhku. Daripada hidup di antara orang-orang yang tak bisa menerima semua keadaanku. Hidup yang membuat aku semakin merasa bersalah karena telah lahir di dunia ini.

Tak terasa aku telah sampai ke tempat favoritku. Taman indah yang selalu mencoba menghibur di tengah kekalutanku. Aku merasakan bahwa tempat inilah tempat yang paling mengerti dan paling bisa menerima aku di dalamnya. Kusandarkan tubuhku di bawah pohon. Kuhirup segarnya udara sambil kupejamkan mata. Membayangkan banyak pengalaman masa lalu. Kembali aku teringat akan kehangatan sosok seorang Ayah yang selama ini aku rindukan. Ayah yang telah meninggal 4 tahun yang lalu. Tepat di saat aku mulai menginjakkan kaki di bangku SMP. Ayah yang selalu membelai aku dengan kasih sayangnya. Aku merasakan kehagatan sosok Ibu di dalamnya. Ayah selalu membelaku di saat Ibu mulai menyakitiku. Ayahku terserang penyakit jantung. Sungguh saat Ayah meninggal aku merasakan separuh jiwa yang ada dalam tubuhku ikut pergi bersamanya. Mungkin kalian mengira bahwa aku bukalah anak kandung Ibuku, melainkan anak tiri bagaikan di sebuah cerita dongeng masa lalu. Sempat aku berfikir demikian. Namun saat aku tanyakan kepada Ayah, dia menjawab dengan meneteskan air mata. Meyakinkanku bahwa aku adalah anak kandung mereka. Sempat aku mengajukan protes terhadapnya. Aku tak dapat menerima. Jika aku anak kandung mereka mengapa Ibu begitu tega terhadapku. Ayah kemudian memelukku. Mencoba menguatkan hati dan perasaanku. Aku tak tega melijhatnya menangis seperti itu. Maka aku mengalah. Aku mencoba mempercayai meskipun jauh di dalam lubuk hati selalu mencoba untuk menentangnya.

Tak terasa sudah hampir satu jam aku berada di sini. Segera aku bangkit dan mulai berjalan kembali menuju rumah yang membuat aku merasa tak betah di dalamnya. Saat aku berjalan menuju rumah tak sengaja aku berpapasan dengan sekelompok anak jail yang suka mengejekku. Kali ini mereka melakukan hal yang sama seperti biasanya.
“Hai kakak. Kau memang anak yang sempurna yah.”
“Apa yang kau lihat? mengapa kau mengatakan dia sebagai orang yang sempurna?.” Kata anak yang berambut ikal.
“hhaha.. jelas dong.. lihat tuh kakinya.. kerena dia terlalu sempurna sampai-sampai dia memiliki empat kaki sekaligus.. hhaha”
“Hahaha.. benar juga kau. Mengapa ada orang yang seperti ini di dunia? benar-benar tak berguna”
“hhaahahahaha” gelak ketiga anak itu bersamaan.
Tak ku gubris sedikitpun perkataan mereka. Rasanya hati ini sudah mati rasa uuntuk menerima semua perkataan yang menyakitkan. Kembali aku berjalan dengan gontai.

“Dari mana saja kau? Pagi-pagi begini sudah keluyuran. Apakah kau melupakan tugasmu?!” teriak Ibu membuatku kaget. Tak terasa aku sudah memasuki halaman rumah mungilku.
“Maaf Ibu..”
“Maaf.. Maaf.. Apa dengan kata maafmu kau bisa mengembalikan semua waktu yang terbuang karena pekerjaan konyolmu itu? Sekarang cepat cuci baju, piring-piring kotor dan jangan lupa bersihkan seluruh isi rumah.. Kau mengerti?!”
“Mengerti Ibu.”
Beginilah keadaanku. Aku bagaikan seorang pesuruh yang memiliki seorang majikan jahat. Tapi apa daya. Sebagai seorang anak, aku harus menuruti perintah orang tua, terutama Ibu. Meskipun aku tak pernah mengerti, apa arti Ibu sesungguhnya. di dalam hidupku.

Hari terus berganti. Kini aku sudah duduk di bangku kelas 3 SMA. Tak ada yang berubah dari perlakuan ibu kepadaku. Beberapa minggu lagi Ujian Nasional akan datang. Hari dimana penentuan nasib masa depan akan segera di mulai. Kadang aku merasa tidak sanggup untuk berkosentrasi saat di dalam kelas. Bukan karena memikirkan hal hal yang tidak penting, namun karena tubuh dan otakku sudah terlalu lelah akan beban yang selalu ibu berikan kepadaku. Tak ada toleransi ataupun pengertian sedikit darinya. Tapi untunglah di sini ada Siska, sahabatku yang selalu memberi dukungan penuh terhadapku.

Hari yang di tunggu pun tiba. Ujian Nasional perlahan-lahan telah terlewati. Kini hanya tinggal memasrahkan semuanya kepada Tuhan. Aku curahkan segala isi hatiku padanya. Tak lupa juga untuk ku goreskan harapan kecilku pada lembaran-lembaran buku diary yang selama ini menyimpan segala keluh kesah yang ada di dalam benakku.

Hari ini, tanggal 23 Mei 2013, aku kembali mendapat perlakuan kasar dari ibuku. Hanya karena aku sedikit terlambat saat beliau menyuruhku membeli beberapa bahan dapur di pasar. Keterlambatan itu tak pernah aku sengaja. Tongkat tua ku lah yang membuat semuanya menjadi lambat. Mungkin tongkat tua itu telah lelah menemaniku selama ini sehingga saat aku gunakan pergi ke pasar, salah satu dari tongkat itu patah sehingga aku harus berhenti dan menggunakan berbagai cara sehingga aku bisa berjalan dengan kedua tongkat ku itu. Penjelasan tak di terima oleh ibuku, sehingga dia terus memukuliku. Tak di hiraukan isakan maupun teriakan sakit dariku. Saat itu aku memang telah pasrah. Biarkan ibuku melakukan apa yang bisa membuat dirinya merasakan senang meskipun nyawaku adalah taruhannya.

Malam semakin larut, menambah sakit tubuh ini. Besok adalah hari pengumuman kelulusan untuk tingkat SMA/K dan sederajat. Perasaan tegang sedikit menghampiriku. Perasaan tegang ini sama sekali tak dapat mengurangi seluruh sakit di dalam tubuhku. Ku coba memulai tidurku, berharap esok mendapatkan hal yang sedikit lebih indah daripada hari ini.
Tok.. tok… tok..
“Selamat siang”
“Oh kau Siska, ada apa?”
“Dina nya ada bu? saya mau mengabarkan hasil kelulusannya. Sebab dari tadi saya tunggu di rumah, Dina tidak kunjung datang. Kebetulan kakak Siska datang sehingga tidak perlu repot repot pergi ke warnet untuk melihat hasil kelulusan secara online.”
“Ibu gak tau Dina di mana. Sebab dari tadi pagi Ibu sudah gedor-gedor kamarnya juga tak ada jawaban darinya. Daripada ibu marah marah kepadanya hari ini mending ibuk biarkan dia mengurung dirinya seperti itu di dalam kamar. Itu lebih baik, karena setelah ini mungkin ada teman ibu yang mau mampir ke sini. Jadi dia tidak membuat malu saya”
“Astagfirullah, ibu istighfar. Bagaimanapun Dina anak ibu. Dia anak yang patut di banggakan. Meskipun dia cacat secara fisik namun kemampuan berfikirnya luar biasa. Dia mendapat nilai tertinggi di sekolah kami”
“Oh, benarkah? bagus kalau begitu. Tidak menambah beban fikiran ibu. Kalau kau mau menemuinya, langsung saja pergi ke kamarnya. Ibu mau keluar sebentar.”

Tok.. tok..
“Dina, apa kau di dalam? ini aku Siska. Aku membawa berita baik untukmu”
Hening.. Tak ada jawaban. Karena lama tak ada jawaban maka dengan terpaksa Siska mencoba mendobrak pintu kamar Dina. Siska merasa ada yang aneh, sebab pintu terkunci dari dalam, menandakan seharusnya si pemilik kamar berada di dalamnya. Pintu terbuka. Terlihat di mata Siska, Dina terbaring lemah tak berdaya. Wajahnya pucat. Siska hendak membangunkannya namun niatnya berubah ketika jemarinya menyentuh bagian tubuh sahabatnya itu. Dingin sekali dan terasa kaku. Seakan masih tak percaya dengan apa yang dia fikirkan, dia mencoba memeriksa denyut nadi di tangannya. Sontak dia menjerit, menangis pilu. Jeritan dan raungan yang cukup membuat para tetangga yang mendengarnya kaget. Lantas para tetangga yang mendengar teriakan Siska berbondong-bondong memasuki rumah Dina. Bergegas menuju di mana sumber teriakan berada. Mereka semua tercengang ketika melihat apa yang ada di depan mata mereka. Tubuh Dina yang sudah tak bernyawa dengan sahabat di sampingnya yang terus menangis histeris. Para tetangga segera mencoba menenangkan Saskia. Ibu Restu, ibunda Dina yang baru datang setelah kepergian sesaatnya sangat kaget melihat kondisi rumah yang penuh sesak dengan para tetangganya. Raut mukanya menampakkan kebingungan yang amat dalam.
“Ada apa ini? Mengapa kalian semua berkumpul di sini?”
“Bu Restu, ibu harus sabar dan tabah”
“Apa maksud kalian?”
“Anak ibu, Dina sudah di panggil oleh sang khalik”
“Apa? Tidak mungkin … Dinaaa!”

Ibuku tercinta, kini kau peluk aku saat aku sudah tak bernyawa. Jasadku memang sudah mati bu, tapi arwahku di sini. Di sampingmu. Mengapa bu.. mengapa kau baru memelukku sekarang? selama 17 tahun kau tak pernah memelukku seperti ini. Bu, aku sangat meyayangimu. Tapi mengapa kau bersikap demikian kepadaku. Bu.. dengar aku.. aku di sampingmu. Aku ingin marah padamu. Tapi aku terlalu menyayangimu bu.. Percuma kau peluk aku sekarang, karena yang kau peluk hanyalah jasad yang telah mati, yang setelah ini akan hancur menjadi tanah. Aku ingin merasakan pelukan yang nyata darimu. Bu, bisakah kau mengatakan bahwa kau juga sangat menyayangiku? Biarkan aku mendengarnya bu. Biarkan aku bawa pelukan terakhirmu di tempat kedamaianku. Bu, sebenarnya aku takut akan kematian ini, tapi mungkin inilah jalan yang lebih indah untuk mengakhiri penderitaanku. Aku akan bertemu ayah yang menyayangiku bu, bertemu dengan malaikat tanpa sayapku, separuh jiwaku. Satu. satunya orang yang meyayangiku tanpa batas dan pamrih. Hanya Ayah bu, dan sekarang, sebentar lagi aku akan bertemu dengannya. Bu.. dengarkan aku. Aku sangat menyayangimu, aku lahir karenamu dan matipun juga karenamu. Sampai kapanpun kau tetaplah Ibu yang terbaik untukku..

“Dinaaa! bangun nak. Maafkan ibu. Ayo bangun nak. Ibu janji tidak akan menyakitimu lagi nak. Ibu sangat menyayangimu.. Ibu inginkan kau kembali di samping ibu. Ayo sayang, bangun. Jangan kau hukum ibu seperti ini”

Ibu… maafkan aku. Aku lebih memilih untuk tinggal bersama Ayah di sini. Aku sudah tak mampu untuk kembali menatap dunia yang terlalu keji kepadaku bu. Bu.. percayalah, aku selalu di hatimu. Aku darah dagingmu dan sampai kapanpun aku tetap selalu mengingatmu. Bu, ijinkan Dina pergi menuju kedamaian. Aku selalu mendoakan apa yang terbaik untukmu. Semoga ibu mendapatkan hidayah dari kepergianku bu. Teruskanlah hidup ibu ke arah yang lebih baik. Aku sudah tenang bu, karena mungkin aku telah mendapatkan pelukan kasih pertama dan terakhirmu ibuku tersayang …

– END –

Cerpen Karangan: Anteng Maya Surawi
Facebook: Umeegg Mhaiya SiiAnashikatosha

cerpen jeritan seorang anak

JERITAN SEORANG ANAK
Karya Dessy Ratna PuspitaDi Senja itu, aku duduk termenung menatap indahnya langit. Khayalku mulai datang, terbayang di depan mataku keharmonisan keluarga yang mana salah seorang anak itu adalah aku, lalu kakakku dan orang tua itu adalah ayah dan ibuku, alangkah bahagianya aku bila dapat seperti itu. Ahh tiba-tiba khayalku pudar, saat suara ibu ku menggelegar di kupingku. “Hey pemalas ….. bangun kau dari tempat dudukmu itu, kerjakan apa yang seharusnya kau kerjakan. Dasar anak tak tau diri!!!” bentaknya dari dalam rumah. Dengan wajah pasi akhirnya aku masuk kedalam, lalu aku kerjakan semua pekerjaan rumah seperti mencuci, mengepel, dan lain sebagainya. Setelah 2 jam akhirnya semua pekerjaan rumahku selesai, yah walau tanpa bantuan siapapun termasuk ibuku. Hari minggu memang hari yang ahhh tak mampu ku gambarkan keadaan itu. Rasanya aku seperti bukan dari bagian dari keluarga ini. Walau senja seperti ini pun pekerjaan masih saja menumpuk, padahal pagi aku telah mengerjakannya hingga selesai.

Sungguh, beruntungnya kakak ku itu (dengan wajah sendu dan menopang dagu) tak pernah di suruh apapun hanya perlu belajar, duduk, makan dan menikmati semua yang ada. Ahh tak seperti aku, yang harus ini harus itu dan terkadang masih saja salah. Kini malampun telah tiba, seusai sholat maghrib suara ayah mengiang dikupingku. “Eh Ami, sudah kamu siapkan belum makan malam untuk kami ..HAH!!!” itulah kata-kata yang selalu ku dengar darinya. Setelah mendengar itu, akhirnya aku bergegas untuk memasak makan malam untukkami semua. Namun, malangnya aku seperti biasa aku harus makan sendiri di dapur atau dimanalah agar mereka tak menatapku, karena kata mereka aku ini memuakkan.
Jeritan Seorang Anak
Aku tak pernah tau sesungguhnya apa salahku pada mereka. Seusai makan malam, aku kembali kekamarku dan lekas mengambil diaryku lalu kutulis di diary itu.
“Dear Ayah, Ibu dan Kakak kesayanganku”
“Ayah … mengapa kau tak bisa memanggilku dengan lembut seperti layaknya ayah lain memanggil anaknya, aku ini juga anakmu ayah. Ibu… mengapa tak sekalipun kau memanjakanku layaknya Ibu manjakan kakak dengan segala yang ada??? Dan untuk kakak, mengapa kakak tak pernah sekalipun membantuku, membelaku, mengajariku serta menyayangiku. Apakah aku ini hanya anak pungutan hingga tak layak dapat kasih saying dari kalian semua. Ataukah kehadiranku memang tak pernah di inginkan oleh kalian.”
Setelah menulis itu, aku menangis sejadi-jadinya, sungguh rasanya amat sakit hidup di tengah-tengah keluarga yang tak pernah menyayangiku. Pernah waktu itu aku berfikir ingin sekali lari dari rumah, menemukan keluarga lain yang mungkin akan menyayangiku. Namun, aku terlalu sayang dengan mereka, walau mereka tak menyayangiku. Ahh… cukuplah tangisku ini, aku harus belajar sebab esok adalah semester pertamaku dikelas XII ini. Aku selalu bertekad untuk selalu mendapat peringkat kedua, karena aku ingin sekali nantinya masuk ke Universitas yang terbaik.
Satu minggu berlalu pertanda berakhirnya ujian semesterku. Ohh sungguh walau di tengah-tengah kesibukan belajarku untuk semester, tetap saja mereka menyuruhku seperti hari biasa. Tapi, tak apalah mungkin ini adalah jalanku. Kini waktu semakin mendekat ke ujian nasional, aku tetap mengerjakan apa yang telah menjadi kewajibanku tapi di samping mengerjakannya aku tetap belajar.
(mendekat waktu ujian nasional)
Duh.. sudah tinggal 2 hari lagi nih…. Bila aku izin dengan ayah dan ibu untuk focus pada ujian ku, kira-kira apa ya yang akan terjadi, batinku dalam hati. Hmm akhirnya kau memberanikan diri untuk bertanya pada mereka. Aku berjalan dengan langkah ragu menuju beranda rumah tempat Ayah, Ibu dan kakakku, lalu aku berkata “Ayah, Ibu (mereka menoleh padaku) aaakk aakkuu”. Belum selesai aku berkata Ayah membentakku “Heh kamu ngomong tinggal ngomong saja susah!! Cepetan ngomong muak saya liat muka kamu!!”. Sungguh kata-kata itu sangat menyakiti hatiku. Lalu ku beranikan lagi berkata “ayah, aku hanya ingin meminta sebuah permohonan, aku hanya ingin belajar full minggu ini jadi aku mungkin tidak akan bekerja maksimal seperti biasa ayah. Tolonglah ayah, aku akan mengahadapi ujian nasional ” (dengan nada memohon dan mengiba pada ayah). Sejenak ayah berfikir, dan akhirnya ayah berkata “baik untuk kali ini saya ijinkan kamu !!hanya untuk ini saja”. “Terimakasih ayah, ayah baik sekali padaku. Tenang ayah aku pasti akan mendapatkan nilai terbaik untuk ayah, ibu dan kakak. Aku berjanji pada kalian”. “Ahh… sudah pergi kau cepat-cepat muak aku melihatmu!!” itulah kata-kata ibu yang menyakitkan lagi untuk ku dengar. Tapi, tak apalah aku harus tetap semangat.
Esok adalah hari pertamaku ujian dan aku sangat bersemangat sekali ingin membuktikan pada kedua orang tuaku. Malam sebelum hari pertama ujian nasional, aku menulis dalam diaryku “Dear Ayah. Ayah terimakasih untuk waktu belajarku. Aku sayang ayah… aku sayang ibu dan juga aku sayang kakak. Aku ingin punya keluarga harmonis seperti dalam khayalku selama ini ayah, ibu .. dapatkah kita seperti itu???”.
Hari demi hari ujian nasional telah ku lewati dan mala mini adalah maam terakhir aku belajar untuk ujian nasional besok. Namun sebelum aku tidur, aku menulis sesuatu dalam diaryku :Dear Ayah, Ibu dan Kakak …
“Aku sangat sayang kalian, aku tak pernah sedikitpun membenci kalian. Walaupun kalian seperti tak pernah menyayangiku, aku selalu tegar saat ayah dan ibu berkata padaku dengan kasar sekali bahkan kata-kata yang keluar dari mulut ayah dan ibu adalah kata-kata paling menyakitkan yang yang pernah aku dengar, Tapi tak apalah, itu adalah kata-kata yang selalu menyemangatiku selama ini, karena ayah dan ibu juga kakak tak pernah sedikitpun memberikan semangat padaku dan selalu saja menyalahkan aku jika ada sesuatu yang tak beres atau yang tak kalian suka dariku. Sungguh Ayah, aku ingin sekali di sayangi oleh ayah dan ibu juga kakak… selama in aku sangat iri pada teman-temanku yang selalu mendapatkan kasih sayang dari orang tua mereka, aku menginginkannya ayah. Ibu … aku ingin kau manjakan seperti kakak, aku ingin makan bersama dengan kalian saat makan. Aku tidak ingin disishkan di dapur, aku tidak ingin dianggap tidak ada dan aku juga tidak ingin tidak terlihat seperti bagian dari keluarga ini. Ibuku tersayang… terimakasih telah melahirkanku ke dunia ini, tanpamu aku mungkin takkan berada disini, terimakasih juga telah merawatku selagi aku kecil. Ibu…. Nyanyikan aku lagu tidur sekali saja, Ibu hidupku terasa amat hampa tanpa kasih sayangmu… Ibu aku sayang ibu selamanya. Ibu jika nanti aku belum sempat membuatmu bangga, maafkanlah anakmu ini dan jangan lagi muak untuk mendoakanku. Aku rindu ibu… Ibu….. samakan aku dengan kakak. Ibu………………… ”

Oh tidak aku tertidur semalam, aku harus mandi sekarang karena ini adalah hari terakhirku ujian. Seusai mandi seperti biasa, aku akan cepat-cepat berangkat walau waktu menunjukkan pukul 06.00 pagi. Sebelum berangkat, untunglah aku masiih sempat berpamitan pada ayah dan ibu, dna ternyata hari ini ayah dan ibu tersenyum padaku. Aku merasa bahagia sekali hari ini. Apakah Tuhan mendengar doaku ya (gumamku dalam hati).
Sesampainya di sebrang sekolah, saat Ami hendak melangkah. Tiba-tiba.. Gubrakkkkkkkkkkkk sitttttttttt dan terdengar jeritan “aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ibuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu”. Teriakan suara Ami yang terakhir, karena tiba-tiba ada sebuah mobil meluncur dengan kecepatan tinggi menabraknya hingga tewas.
Salah seorang teman Ami yang melihat kejadian itu langsung menghubungi Ibu Ami, dan mengatakan bahwa Ibu Ami harus cepat datang kesekolah sekarang Ibu Amipun bingung dan bergumam “dasar anak menyusahkan, ada apa lagi sih dengan anak ini!!”. Beberapa saat kemudian Ibu Ami datang ke sekolah, dan mendapati banyak orang mengerumuni sesuatu. Dan tiba-tiba Ibu Ami di sapa seorang anak SMA juga, “Ibunya Ami ya Bu ??”, Ibu Ami berkata “Iya, emang ada apaan sih nelpon-nelpon tadi??”. “Maaf Ibu, Ibu bisa liat di kerumunan orang-orang itu”.
Lalu, Ibu Ami bergegas melihatnya. Ibu Ami terpaku melihat jenazah yang tengah di kerumuni ternyata adalah Ami anaknya yang telah berlumur darah, dan tiba-tiba air mata mengalir denga derasnya dari mata Ibu Ami. Ibu Ami berteriak-teriak “ami….. ami ….. bangun nak, jangan pergi nak, jangan tinggalkan Ibu. Ibu berjanji tak akan lagi kasar padamu tapi buka matamu nak. Maafkan ibu nak, ibu menyesal”.
Disore hari, Amipun dikuburkan. Ibu, Ayah dan kakaknya menangis tiada henti sejak kedatangan jenazah ami di rumah hingga ami telah di makamkan. Malam hari, Ibu Ami masuk ke kamar Ami yang hanya dapat di kenang oleh nya. Tiba-tiba Ia menemukan surat yang ditulis Ami pada malam hari sebelum Ami meninggal, Ibu Ami membacanya hingga tiada kuasa lagi membendung kesedihannya. Ia amat menyesal telah menyia-nyiakan Ami, tapi penyesalan hanyalah penyesalan dan tak mungkin untuk di ulang lagi apa yang telah berlalu.***

PROFIL PENULIS
Nama : Dessy Ratna Puspita
TTL : Tugumas, 11 Januari 1997
Hobi : Menulis, membaca
Alamat facebook :https://www.facebook.com/echie.puspithamoudybaeq?ref=tn_tnmnSaran dan kritik di tunggu sobat, mampir ya ke blog gw ceritakehidupan333.blogspot.com

—-
No. Urut : 517
Tanggal Kirim : 31/01/2013 20:30:05

 

cerpen sebuah janji

Sebuah Janji
Oleh: Rai Inamas Leoni

“Sahabat selalu ada disaat kita membutuhkannya, menemani kita disaat kita kesepian, ikut tersenyum disaat kita bahagia, bahkan rela mengalah padahal hati kecilnya menangis…”
***

Bel istirahat akan berakhir berapa menit lagi. Wina harus segera membawa buku tugas teman-temannya ke ruang guru sebelum bel berbunyi. Jabatan wakil ketua kelas membuatnya sibuk seperti ini. Gubrak…. Buku-buku yang dibawa Wina jatuh semua. Orang yang menabrak entah lari kemana. Jangankan menolongnya, meminta maaf pun tidak.

“Sial! Lari nggak pakek mata apa ya…” rutuk Wina. Dengan wajah masam ia mulai jongkok untuk merapikan buku-buku yang terjatuh. Belum selesai Wina merapikan terdengar langkah kaki yang datang menghampirinya.

“Kasian banget. Bukunya jatuh semua ya?” cemoh seorang cowok dengan senyum sinis. Sejenak Wina berhenti merapikan buku-buku, ia mencoba melihat orang yang berani mencemohnya. Ternyata dia lagi. Cowok berpostur tinggi dengan rambut yang selalu berantakan. Sumpah! Wina benci banget sama cowok ini. Seumur hidup Wina nggak bakal bersikap baik sama cowok yang ada di depannya ini. Lalu Wina mulai melanjutkan merapikan buku tanpa menjawab pertanyaan cowok tersebut.

Cowok tinggi itu sepintas mengernyitkan alisnya. Dan kembali ia tercenung karena cewek di depannya tidak menanggapi. Biasanya kalau Wina terpancing dengan omongannya, perang mulut pun akan terjadi dan takkan selesai sebelum seseorang datang melerai.

Teeeett… Bel tanda berakhirnya jam istirahat terdengar nyaring. “Maksud hati pengen bantu temen gue yang jelek ini. Tapi apa daya udah keburu bel. Jadi sori nggak bisa bantu.” ucap cowok tersebut sambil menekan kata jelek di pertengahan kalimat.

Cowok tersebut masih menunggu reaksi cewek yang ada di depannya. Tapi yang ditunggu tidak membalas dengan cemohan atau pun ejekan. “Lo berubah.” gumam cowok tersebut lalu berbalik bersiap masuk ke kelasnya. Begitu cowok itu membalikkan badannya, Wina yang sudah selesai membereskankan buku mulai memasang ancang-ancang. Dengan semangat 45 Wina mulai mengayunkan kaki kanannya kearah kaki kiri cowok tersebut dengan keras.

“Adooooww” pekik cowok tersebut sambil menggerang kesakitan.

“Makan tuh sakit!!” ejek Wina sambil berlari membawa buku-buku yang tadi sempat berserakan. Bisa dibayangkan gimana sakitnya tuh kaki. Secara Wina pakek kekuatan yang super duper keras. Senyum kemenangan menghiasi di wajah cewek tinggi kurus tersebut.
***

“Wina….”

Wina menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ternyata dari kejauhan Amel teman baiknya sejak SMP sedang berlari kearahnya. Dengan santai Wina membalikkan badannya berjalan mencari motor matic kesayangannya. Ia sendiri lupa dimana menaruh motornya. Wina emang paling payah sama yang namanya mengingat sesuatu. Masih celingak-celinguk mencari motor, Amel malah menjitak kepalanya dari belakang.

“Woe non, budeg ya? Nggak denger teriakan gue. Temen macem apaan yang nggak nyaut sapaan temennya sendiri.” ucap Amel dengan bibir monyong. Ciri khas cewek putih tersebut kalo lagi ngambek.

“Sori deh Mel. Gue lagi bad mood, pengen cepet pulang.”

“Bad mood? Jelas-jelas lo tadi bikin gempar satu kelas. Udah nendang kaki cowok ampe tuh cowok permisi pulang, nggak minta maaf lagi.” jelas Amel panjang lebar.

“Hah? Sampe segitunya? Kan gue cuma nendang kakinya, masak segitu parahnya?” Wina benar-benar nggak nyangka. Masa sih keras banget? Tuh cowok ternyata bener-bener lembek, pikirnya dalam hati.

“Nendang sih nendang tapi lo pakek tendangan super duper. Kasian Alex lho.”

“Enak aja. Orang dia yang mulai duluan.” bantah Wina membela diri.

Sejenak Amel terdiam, lalu berlahan bibirnya tersenyum tipis. “Kenapa sih kalian berdua selalu berantem? Masalahnya masih yang itu? Itu kan SMP. Dulu banget. ” ujar Amel polos, tanpa bermaksud mengingatkan kejadian yang lalu. “Lagi pula gue udah bisa nerima kalo Alex nggak suka sama gue.”

“Tau ah gelap!”
***

Bel pulang berbunyi nyaring bertanda jam pelajaran telah usai. Cuaca yang sedemikian panas tak menyurutkan niat para siswa SMA Harapan untuk bergegas pulang ke rumah. Wina sendiri sudah membereskan buku-bukunya. Sedangkan Amel masih berkutat pada buku catatanya lalu sesekali menoleh ke papan tulis.

“Makanya kalo nulis jangan kayak kura-kura.” Dengan gemas Wina menjitak kepala Amel. “Duluan ya, Mel. Disuruh nyokap pulang cepet nih!” Amel hanya mendengus lalu kembali sibuk dengan catatanya.

Saat Wina membuka pintu kelas, seseorang ternyata juga membuka pintu kelasnya dari luar. “Eh, sori..” ucap Wina kikuk. Tapi begitu sadar siapa orang yang ada di depannya, Wina langsung ngasi tampang jutek kepada orang itu. “Ngapaen lo kesini? Masih sakit kakinya? Apa cuma dilebih-lebihin biar kemaren pulang cepet? Hah? Jadi cowok kok banci baget!!!”

Jujur Alex udah bosen kayak gini terus sama Wina. Dia pengen hubungannya dengan Wina bisa kembali seperti dulu. “Nggak usah cari gara-gara deh. Gue cuma mau cari Amel.” ucap Alex dingin sambil celingak celinguk mencari Amel. “Hey Mel!” ucap Alex riang begitu orang yang dicarinya nongol.

“Hey juga. Jadi nih sekarang?” Amel sejenak melirik Wina. Lalu dilihatnya Alex mengangguk bertanda mengiyakan. “Win, kita duluan ya,” ujar Amel singkat.

Wina hanya benggong lalu dengan cepat mengangguk. Dipandangi Amel dan Alex yang kian jauh. Entah kenapa, perasaanya jadi aneh setiap melihat mereka bersama. Seperti ada yang sakit di suatu organ tubuhnya. Biasanya Alex selalu mencari masalah dengannya. Namun kini berbeda. Alex tidak menggodanya dengan cemohan atau ejekan khasnya. Alex juga tidak menatapnya saat ia bicara. Seperti ada yang hilang. Seperti ada yang pergi dari dirinya.
***

Byuuurr.. Fanta rasa stowberry menggalir deras dari rambut Wina hingga menetes ke kemeja putihnya. Wina nggak bisa melawan. Ia kini ada di WC perempuan. Apalagi ini jam terakhir. Nggak ada yang akan bisa menolongnya sampai bel pulang berbunyi.

“Maksud lo apa?” bentak Wina menantang. Ia nggak diterima di guyur kayak gini.

“Belum kapok di guyur kayak gini?” balas cewek tersebut sambil menjambak rambut Wina. “Tha, mana fanta jeruk yang tadi?” ucap cewek itu lagi, tangan kanannya masih menjambak rambut Wina. Thata langsung memberi satu botol fanta jeruk yang sudah terbuka.

“Lo mau gue siram lagi?” tanya cewek itu lagi.

Halo??!! Nggak usah ditanya pun, orang bego juga tau. Mana ada orang yang secara sukarela mau berbasah ria dengan fanta stroberry atau pun jeruk? Teriak Wina dalam hati. Ia tau kalau cewek di depannya ini bernama Linda. Linda terkenal sesaentro sekolah karena keganasannya dalam hal melabrak orang. Yeah, dari pada ngelawan terus sekarat masuk rumah sakit, mending Wina diem aja. Ia juga tau kalo Linda satu kelas dengan Alex. Wait, wait.. Alex??? Jangan-jangan dia biang keladinya. Awas lo Lex, sampe gue tau lo biang keroknya. Gue bakal ngamuk entar di kelas lo!

“Gue rasa, gue nggak ada masalah ama lo.” teriak Wina sambil mendorong Linda dengan sadisnya. Wina benar-benar nggak tahan sama perlakuan mereka. Bodo amat gue masuk rumah sakit. Yang jelas ni nenek lampir perlu dikasi pelajaran.

Kedua teman Linda, Thata dan Mayang dengan sigap mencoba menahan Wina. Tapi Wina malah memberontak. “Buruan Lin, ntar kita ketahuan.” kata Mayang si cewek sawo mateng.

Selang beberapa detik, Linda kembali mengguyur Wina dengan fanta jeruk. “Jauhin Alex. Gue tau lo berdua temenan dari SMP! Dulu lo pernah nolak Alex. Tapi kenapa lo sekarang nggak mau ngelepas Alex?!!”

“Maksud lo?” ledek Wina sinis. “Gue nggak kenal kalian semua. Asal lo tau gue nggak ada apa-apa ama Alex. Lo nggak liat kerjaan gue ama tuh cowok sinting cuma berantem?”

Plaakk.. Tamparan mulus mendarat di pipi Wina. “Tapi lo seneng kan?” teriak Linda tepat disebelah kuping Wina. Kesabaran Wina akhirnya sampai di level terbawah.

Buuugg! Tonjokan Wina mengenai tepat di hidung Linda. Linda yang marah makin meledak. Perang dunia pun tak terelakan. Tiga banding satu. Jelas Wina kalah. Tak perlu lama, Wina sudah jatuh terduduk lemas. Rambutnya sudah basah dan sakit karena dijambak, pjpinya sakit kena tamparan. Kepalanya terasa pening.

“Beraninya cuma keroyokan!” bentak seorang cowok dengan tegas. Serempak trio geng labrak menoleh untuk melihat orang itu, Wina juga ingin, tapi tertutup oleh Linda. Dari suaranya Wina sudah tau. Tapi Ia nggak tau bener apa salah.

“Pergi lo semua. Sebelum gue laporin.” ujar cowok itu singkat. Samar-samar Wina melihat geng labrak pergi dengan buru-buru. Lalu cowok tadi menghampiri Wina dan membantunya untuk berdiri. “Lo nggak apa-apa kan, Win?”

“Nggak apa-apa dari hongkong!?”
***

Hujan rintik-rintik membasahi bumi. Wina dan Alex berada di ruang UKS. Wina membaringkan diri tempat tidur yang tersedia di UKS. Alex memegangi sapu tangan dingin yang diletakkan di sekitar pipi Wina. Wina lemas luar biasa. Kalau dia masih punya tenaga, dia nggak bakalan mau tangan Alex nyentuh pipinya sendiri. Tapi karena terpaksa. Mau gimana lagi.

“Ntar lo pulang gimana?” tanya Alex polos.

“Nggak gimana-mana. Pulang ya pulang.” jawab Wina jutek. Rasanya Wina makin benci sama yang namanya Alex. Gara-gara Alex dirinya dilabrak hidup-hidup. Tapi kalau Alex nggak datang. Mungkin dia bakal pingsan duluan sebelum ditemukan.

“Tadi itu cewek lo ya?” ucap Wina dengan wajah jengkel.

“Nggak.”

“Trus kok dia malah ngelabrak gue? Isi nyuruh jauhin lo segala. Emang dia siapa? “ rutuk Wina kesal seribu kesal. Ups! Kok gue ngomong kayak gue nggak mau jauh-jauh ama Alex. Aduuuhh…

Alex sejenak tersenyum. “Dia tuh cewek yang gue tolak. Jadi dia tau semuanya tentang gue dan termasuk tentang lo” ucap Alex sambil menunjuk Wina.

Wina diam. Dia nggak tau harus ngapain setelah Alex menunjuknya. Padahal cuma nunjuk. “Ntar bisa pulang sendiri kan?” tanya Alex.

“Bisalah. Emang lo mau nganter gue pulang?”

“Emang lo kira gue udah lupa sama rumah lo? Jangan kira lo nolak gue terus gue depresi terus lupaen segala sesuatu tentang diri lo. Gue masih paham bener tentang diri lo. Malah perasaan gue masi sama kayak dulu.” jelas Alex sejelas-selasnya. Alex pikir sekarang udah saatnya ngungkapin unek-uneknya.
“Lo ngomong kayak gitu lagi, gue tonjok jidat lo!” ancam Wina. Nih orang emang sinting. Gue baru kena musibah yang bikin kepala puyeng, malah dikasi obrolan yang makin puyeng.

“Perasaan gue masih kayak dulu, belum berubah sedikit pun. Asal lo tau, gue selalu cari gara-gara ama lo itu ada maksudnya. Gue nggak pengen kita musuhan, diem-dieman, atau apalah. Pas lo nolak gue, gue nggak terima. Tapi seiring berjalannya waktu, kita dapet sekolah yang sama. Gue coba buat nerima. Tapi nggak tau kenapa lo malah diemin gue. Akhirnya gue kesel, dan tanpa sadar gue malah ngajakin lo berantem.” Sejenak Alex menanrik nafas. “Lo mau nggak jadi pacar gue? Apapun jawabannya gue terima.”

Hening sejenak diantara mereka berdua. “Kayaknya gue pulang duluan deh.” Ucap Wina sambil buru-buru mengambil tasnya. Inilah kebiasaan Wina, selalu mengelak selalu menghindar pada realita. Ia bener-bener nggak tau harus ngapaen. Dulu ia nolak Alex karena Amel juga suka Alex. Tapi sekarang?

“Besok gue udah nggak sekolah disini. Gue pindah sekolah.” Alex berbicara tepat saat Wina sudah berada di ambang pintu UKS.

Wina diam tak sanggup berkata-kata. Dilangkahkan kakinya pergi meninggalkan UKS. Meninggalkan Alex yang termenung sendiri.
***

Kelas masih sepi. Hanya ada beberapa murid yang baru datang. Diliriknya bangku sebelah. Amel belum datang. Wina sendiri tumben datang pagi. Biasanya ia datang 5 menit sebelum bel, disaat kelas sudah padat akan penduduk. Semalam Wina nggak bisa tidur. Entah kenapa bayangan Alex selalu terbesit di benaknya. Apa benar Alex pindah sekolah? Kenapa harus pindah? Peduli amat Alex mau pindah apa nggak, batin Wina. “Argggg… Kenapa sih gue mikir dia terus?”

“Mikirin Alex maksud lo?” ucap Amel tiba-tiba udah ada disamping Wina. “Nih hadiah dari pangeran lo.” Dilihatnya Amel mengeluarkan kotak biru berukuran sedang. Karena penasaran dengan cepat Wina membuka kotak tersebut. Isinya bingkai foto bermotif rainbow dengan foto Wina dan Alex saat mengikuti MOS SMP didalamnya. Terdapat sebuah kertas. Dengan segera dibacanya surat tersebut.

Dear wina,

Inget ga pertama kali kita kenalan? Pas itu lo nangis gara-gara di hukum ama osis. Dalam hati gue ketawa, kok ada sih cewek cengeng kayak gini? Hehe.. kidding. Lo dulu pernah bilang pengen liat pelangi tapi ga pernah kesampaian. Semoga lo seneng sama pelangi yang ada di bingkai foto. Mungkin gue ga bisa nunjukin pelangi saat ini coz gue harus ikut ortu yang pindah tugas. Tapi suatu hari nanti gue bakal nunjukin ke lo gimana indahnya pelangi. Tunggu gue dua tahun lagi. Saat waktu itu tiba, ga ada alasan buat lo ga mau jadi pacar gue.

“Kenapa lo nggak mau nerima dia? Gue tau lo suka Alex tapi lo nggak mau nyakitin gue.” sejenak Amel tersenyum. “Percaya deh, sekarang gue udah nggak ada rasa sama Alex. Dia cuma temen kecil gue dan nggak akan lebih.”

“Thanks Mel. Lo emang sahabat terbaik gue.” ucap Wina tulus. “Tapi gue tetap pada prinsip gue.”
Amel terlihat menerawang. “Jujur, waktu gue tau Alex suka sama lo dan cuma nganggep gue sebagai temen kecilnya. Gue pengen teriak sama semua orang, kenapa dunia nggak adil sama gue. Tapi seiring berjalannya waktu gue sadar kalo nggak semua yang kita inginkan adalah yang terbaik untuk kita.” senyum kembali menghiasi wajah mungilnya. “Dan lo harus janji sama gue kalo lo bakal jujur tentang persaan lo sama Alex. Janji?” lanjut Amel sambil mengangkat jari kelingkingnya.

Ingin rasanya Wina menolak. Amel terlalu baik baginya. Dia sendiri tau sampai saat ini Amel belum sepenuhnya melupakan Alex. Tapi Wina juga tak ingin mengecewakan Amel. Berlahan diangkatnya jari kelingkingnya.

“Janji..” gumam Wina lirih.
***

By : Rai Inamas Leoni
TTL : Denpasar, 08 Agustus 1995
Sekolah : SMA Negeri 7 Denpasar
Blog : raiinamas.blogspot.com

cerpen kado terakhir untuk sahabat

KADO TERAKHIR UNTUK SAHABAT
Karya Nurul Alma Febriyanti
Lima hari sebelum kawanku pindah jauh disana. Selepas makan siang, aku langsung kembali beranjak ketempat aku bermain dengan sahabatku.
“hei, kemana saja kamu? Daritadi aku nungguin” Tanya sahabatku yang bernama Alvi. “tadi aku makan siang dulu” jawabku sambil menahan perut yang penuh dengan makan siang “ah ya sudah, ayo kita lanjutkan saja mainnya” sahut Alvi. Tidak lama saat aku & Alvi sedang asyik bermain congklak, Rafid adiknya Alvi datang menghampiri kami berdua.
“kak, aku pengen bilang” kata Rafid “bilang apa?” sahut Alvi penasaran “kata bapak, sebentar lagi kita pindahan” jawab Rafid “hah? Pindah kemana?” tanyaku memotong pembicaraan mereka “ke Bengkulu” jawab Rafid dengan singkatnya “ya udah kak, ayo disuruh pulang sama ibu buat makan siang dulu” ajak Rafid ke Alvi “iya deh.. ehm.. Alma, aku pulang dulu ya aku mau makan siang” ujar Alvi “eh, iya deh aku juga mau pulang kalau gitu” sahutku tak mau kalah.

Sesampainya dirumah aku langsung masuk kedalam kamar & entah kenapa perkataan Rafid yang belum pasti tersebut, terlintas kembali ke pikiranku. “Andai perkataan tersebut benar, tak terbayang bagaimana perasaanku nanti” ujarku pada cermin yang menatapku datar “sudahlah daripada aku memikirkan yang belum pasti lebih baik aku mendengarkan musik saja” ujarku kembali sambil beranjak mengambil mp3. Tak lama kemudian aku mendengar sebuah pembicaraan, yang aku tau suaranya sudah tak asing lagi bagiku yaitu orang tuaku & orang tua Alvi sahabatku. Aku mencoba mendekati pintu kamar untuk mendengarkan pembicaraan itu. Tak lama tanganku keringat dingin, aku sudah mendapatkan inti pembicaraan ternyata benar apa yang dikatakan Rafid pada Alvi tadi siang bahwa mereka akan pindah kurang lebih sebulan lagi.

Lemas sudah tubuhku setelah mendengar kabar itu, tiba-tiba ibu mengetuk kamarku & mengagetkanku yang sedang bingung itu. *Tok3X… “Alma, kamu mengunci pintu kamarmu ya” Tanya ibu sambil mencoba membuka pintu “enggak kok” jawabku dengan lemasnya “kamu kenapa.. ayoo buka kamarmu!!” teriak ibu “iya.. sebentar” sahutku sambil membuka pintu.
“ngapain kamu mengunci kamar?” Tanya ibu.
“gak knapa2… tadi aku memang lg duduk didepan pintu” jawabku sambil menoleh keruang tamu yang berhadapan dengan kamar tidurku.
“ya sudah, tadi orang tuanya Alvi bilang kalau mereka ingin pindah bulan depan”
“iya, aku sudah tau” sahutku kembali ke kamar tidur.
“oh kamu tidak sedih kan?” Tanya ibu yang menghampiriku.
“…” tak kujawab pertanyaan ibu.
“hm.. sudahlah tak usah dibahas dulu.. sana tidur siang dulu biar nanti malam bisa mengerjakan PR” ujar ibu sembari mengelus elus rambutku.
“iya…” jawabku singkat.

Esoknya tepat dihari Minggu, matahari pagi menyambutku. Suara ayam berkokok dan jam beker menjadi satu. Tetapi, aku tetap saja masih ingin ditempat tidur. Sampai sampai ibuku memaksaku untyk tidak bermalas malasan.
“Alma, ayoo bangun.. perempuan gak baik bangun kesiangan” ujar ibu sambil melipat selimutku. “sebentar dulu lah.. aku masih ngantuk” sahutku sambil menarik selimut ditangan ibu. “itu Alvi ngajak kamu main.. ayoo bangun!!” ujar ibu kembali sambil mengeleng gelengkan kepala. “oh oke oke” sahutku semangat karena ingat bahwa Alvi akan pindah sebulan lagi. Lalu, aku langsung beranjak dan segera lari keluar kamar tidur untuk mandi & sarapan. Setelah itu Alvi tiba-tiba menghampiri rumahku
“Assalamualaikum, Alma!!” panggil Alvi dari depan rumah.
“walaikumsallam, iya!!” sahut ibuku yang beranjak keluar rumah.
“oh ibunya Alma, ada Alma nya gak?” Tanya Alvi.
“Alma nya lagi sarapan, sebentar ya tunggu dulu aja. Sini masuk” jawab ibuku.
“iya, terimakasih” sahut Alvi.

Ketika aku sedang asyik asyiknya sarapan, Alvi mengagetkanku.
“Alma, makan terus kau ini” ujar Alvi sambil tertawa. “yee, ngagetin saja kamu ini. Aku laper tau” sahutku sambil melanjutkan sarapan. “kok gak bagi-bagi aku sih” Tanya Alvi sambil menyengir kuda. “kamu mau, nih aku ambilin ya” jawabku sambil mengambil piring. “hahaha.. tidak, aku sudah makan, kau saja sana gendut” sahut Alvi sambil tertawa terbahak bahak. “ ya sudah” jawabku kembali sambil membuang muka. Tak berapa lama kemudian, sarapanku habis lalu Alvi mengajakku bermain games.
“sudah kan, ayoo main sekarang” ajak Alvi semangat.
“aduh, sebentar dong. Perutku penuh sekali ini” sahutku lemas karena kebanyakan makan.
“ah ayolah, makanya jangan makan banyak-banyak. Kalau gitu kapan mau dietnya” ujar Alvi menyindirku.
“ya sudah ya sudah.. ayoo mau main apa?” ajakku masih malas.
“Vietcong yuk tempur tempuran” jawab Alvi semangat seperti pahlawan jaman dulu.
“hah, okedeh” sahutku sambil menyalakan laptop milik ayah.

Kemudian, aku dan Alvi bermain games kesukaan kami berdua. Kami bermain bergantian, besar besaran skor, dll tidak berapa lama ibunya Alvi memanggilnya untuk pulang. “Assalamualaikum, ada Alvinya gak?” Tanya ibunya Alvi sambil tersenyum denganku. “ada-ada.. Alvi! ibumu mencarimu” kataku kepada Alvi yang sedang asyik bermain. “iya.. sebentar lagi, emangnya kenapa?” Tanya Alvi. “aku tidak tau, sana kamu pulang dulu. Kasian ibumu” ujarku sambil mematikan permainan. “huh… iya iya” sahut Alvi beranjak pulang kerumahnya.

Tak berapa lama, Alvi mengagetkanku saat aku sedang asyik melanjutkan permainan yang sedang aku mainkan. “Alma!!” panggil Alvi sambil menepuk pundakku. “Apa??” jawabku kaget. “aku pengen bilang sesuatu nih, hentikan dulu mainannya” ujar Alvi. “iya!!” jawabku agak kesal. “jadi gini.. dengarkan ya… ternyata aku akan pindah 3 hari lagi” cerita Alvi. “hah? Kok dipercepat??” sahutku memotong pembicaraan Alvi. “aku juga tidak tau, kau sudah memotong pembicaraanku saja. Sudah ya aku harus pulang ini.. bye!” ujar Alvi beranjak keluar rumah. “tunggu!! Kau serius??” tanyaku dengan penuh ketidak percayaan. “serius.. dua rius malahan” jawab Alvi sambil memakai sandal. “oh ok.. bye!!” sahutku kembali. Setelah Alvi pulang kerumahnya, aku langsung lari masuk kedalam kamar & mengunci diri. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan sedangkan sahabatku sendiri ingin pindahan. Terlintas dipikiranku untuk memberikan Alvi sahabatku sebuah kado yang mungkin isinya bisa membuat Alvi mengingat persahabatan antara kita selamanya walaupun sampai akhir hayat nanti kita tak akan dipertemukan lagi. Ku ambil buku diary & kutuliskan cerita-cerita persahabatanku dengan Alvi. Tak lama kemudian , terpikirkan suatu hadiah yang akan kukasih dihari dia pindahan nanti lalu, aku ambil uang simpanan yang kusimpan didompetku & ku piker-pikir uangnya cukup untuk membelikan hadiah untuk Alvi.

Besoknya sehabis pulang sekolah, aku langsung berlari ke toko sepatu dekat rumahku. Ku lihat-lihat sepatu yang cukup menarik perhatianku, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak yang menghampiriku.
“hai nak, kamu mencari sepatu apa?” Tanya seorang bapak yang menurutku adalah pemilik took sepatu tersebut.
“i..iya pak, maaf ada sepatu futsal tidak?” tanyaku sambil celingak celinguk kesegala rak sepatu.
“oh, ada kok banyak.. untuk apa? Kok perempuan nyari sepatu futsal?” Tanya pemilik sepatu itu sambil tertawa melihatku yang masih polos.
“bukan untukku pak, tapi untuk sahabatku” jawabku dengan polosnya.
“teman yang baik ya, memangnya temanmu mau ulang tahun?” Tanya pemilik toko itu. Entah kapan pemilik toko itu berhenti bertanyaku.
“iya” jawabku berbohong karena tak mau ditanya-tanya lagi.
“ok, sebentar ya. Bapak ambilkan dulu sepatu yang bagus untuk sahabatmu” ujar pemilik toko sepatu itu sambil berjalan ke sebuah rak sepatu.
“sip, pak” sahutku.

Tak lama, si pemilik toko sepatu itu kembali sambil membawa sepasang sepatu futsal.
“ini nak!!” kata pemilik toko sepatu itu.
“wah bagus sekali, berapa pak harganya?” tanyaku sambil melihat lihat sepatu yang dibawa oleh si pemilik toko itu.
“bapak kasih murah nak untukmu.. ini aslinya Rp. 60.000 jadi kamu bayar Rp.20.000 saja nak” jawab si pemilik toko itu sambil tersenyum.
“terima kasih banyak pak, ini uangnya” sahutku.
“iya nak, sama-sama” ujar sipemilik toko tersebut.
Setelah itu, aku kembali kerumah & mulai membungkus kado untuk Alvi. Mungkin ini hadiahya tidak seberapa, kutuliskan juga surat untuk Alvi.
Malamnya aku masih memikirkan betapa sedihnya perasaanku nanti jika sahabatku pindah pasti tidak bisa bermain bersama lagi seketika air mataku menetes & tiba-tiba ibu mengetuk pintuku. “Alma, ayo kerjakan dulu PRmu nanti kemalaman” ujar Ibu dari depan pintu kamar tidurku. “i..iya” sahutku sambil mengelap tetesan air mata yang membasahi buku yang sedang aku baca. Saat itu pikiranku masih campur aduk entah harus senang, sedih atau apa. Aku tidak bias konsen mengerjakan PR malam itu.

Besoknya disekolah, aku sering bengong sendiri sampai-sampai guruku bertanya kenapa aku seperti itu. Ku jawab saja dengan jawaban yang sangat singkat karena aku sedang memkikirkan bahwa besok lah dimana aku akan berpisah dengan sahabatku sendiri. Sepulang sekolah, aku langsung berlari memasuki kamar lagi, mengurung diri hingga malam. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku & kuintip lewat jendela kamar. Tak lama kemudian juga Ibu memanggilku untuk keluar kamar sebentar.
“Alma, ayoo keluar sebentar. Ada Alvi nih” ajak ibu sambil membuka pintu kamarku.
“iya…” jawabku beranjak keluar kamar.
“nah kamu sudah disini, jadi begini besok kan Alvi mau pindah ayoo berpamitan dulu” ujar ibuku.
“Alma!!” peluk ibunya Alvi kepadaku. “maafin tante sama Alvi beserta keluarga ya jika punya salah sama kamu, ini tante ada sesuatu buat kamu” kata ibunya Alvi sambil memberiku sekotak coklat.
“i..i..iya” sahutku tak bisa menahan perasaan & sejenak kuingat bahwa aku juga punya hadiah untuk Alvi.
“Alvi, ini ada hadiah buat kamu. Terima ya” ujarku mulai menangis.
“iya. Alma jangan nangis dong” jawab Alvi.
“aku..” sahutku semakin sedih.
“sudah kamu tidak usah sedih nanti suatu saat kalian bisa ketemu kembali kok, ibu yakin” kata ibu sambil menghapus air mataku.
“ya udah, Alma jangan nangis ya… oh iya ini tante kasih no telp. Tante biar nanti kalau Alma kangen sama Alvi bisa sms atau telepon ya” ujar ibunya Alvi sambil menghapus air matanya pula yang hendak menetes.
“iya..” jawabku sambil masih menangis.
Malam pun tiba, Alvi dan keluarganya pun berpamit & harus segera pulang. Aku pun kembali ke tempat tidur & mulai menangis. Ku gigit bantal yang ada didekatku tak tahan aku melihat hal tadi.

Esoknya, tepat dipagi hari. Suara mobil kijang mengagetkanku & bergegas aku keluar. Ku lihat Alvi & keluarganya sudah bersiap-siap untuk berangkat, tubuhku mulai lemas ibu pun mengagetkanku untuk segera bersiap siap sekolah. Sebenarnya aku ingin tidak sekolah dulu hari itu tapi bagaimana juga pendidikan yang utama. Aku bergegas kesekolah tapi sebelum itu, aku berpamitan dengan Alvi lagi.
“Alvi!!” panggilku dari jauh.
“Alma!!” jawabnya sambil mendekatiku.
“jaga dirimu baik baik disana ya kawan, semoga banyak teman-teman barumu disana & jangan lupakan aku” ujarku mulai meneteskan air mata.
“iya, kamu tenang. Kalau kamu sedih kepergianku ini tidak akan nyaman” sahutnya sambil memberiku tissue.
“iya… terima kasih” jawabku kembali sambil menghapus airmata dengan tissue yang diberikan oleh Alvi.
“oh iya Alma, thanks ya buat kadonya itu bagus banget… aku juga udah baca suratnya… terima kasih banyak ya… akan kujaga terus kado mu” ujar Alvi menatapku.
“iya.. sama-sama karena mungkin itu kado terakhirku untukmu kawan” sahutku sambil tersenyum tak menunjukkan kesedihan lagi.
“kau memang sahabat terbaikku selamanya” kata-kata terakhir Alvi yang ia ucapkan kepadaku. Disitulah aku berpisah & disitulah aku harus menempuh hidup baru, juga makna dari sebuah persahabatan tanpa menilai kekurangan seorang sahabat.

~Selesai~

PROFIL PENULIS
Hi~ my name is Nurul Alma Febriyanti, but you can call me Alma. I was born on 13th of February 1999. this is my first short story telling that I have been published. I hope all of you like my short story… enjoy it! ;D and if you want to know more of me, you can follow my twitter >> @alma_fbrynt

cerpen pentingnya musik dalam hidupku

Aku adalah salah seorang manusia yang sangat menyukai musik, saat hatiku gundah hanya musik yang dapat menemaniku, saat senang pun hanya musik yang aku inginkan di dekatku.

Teman tak sedekat musik, namun musik dapat sedekat sahabat, hanya musik yang dapat mengerti segala suasana. Awalnya aku pikir musik adalah hal yang biasa, tapi ternyata musik itu luar biasa.

Di saat aku kehilangan teman yang sangat ku sayangi, musik dapat menggambarkan perasaanku saat itu. Teman yang dulu selalu ada untuk ku di saat aku senang maupun sedih. memang ia pergi karena tuntutan pendiddikan. Baru ku sadari ia bukan sekedar teman namun sahabat yang sangat aku banggakan, aku cintai, aku harapkan. saat ia pergi pun ia hanya meninggalkan sebuah lagu kenangan yang sangat menyentuh hatiku.

Hari demi hari, sedikit demi sedikit aku dapat menghilangkan rasa sedihku hanya dengan mendengarkan lagu darinya. “Teman, walaupun kau pergi jauh aku yakin kau baik-baik disana dan tak pernah melupakanku”. Entah mengapa keadaanku semakin memburuk, bukan hatiku namun jiwaku bukan karena temanku. Namun karena penyakit yang aku derita. Ya Tuhan cobaan apalagi ini? Apa aku sanggup menjalani ini semua? Dapatkah akau turunkan mukjizat agar aku semangat menghadapi segala cobaan ini. Teman, lagumu masih dapat ku dengar, hangatkan kebersamaan kita masih dapat ku rasakan. Kepedulianmu masih bisa aku dapatkan.

Aku hanya berserah diri padamu Tuhan, aku semakin tak sanggup menghadapi cobaan darimu. Saat dokter menyatakan bahwa umurku hanya sebentar lagi, saat itu juga aku ingin mendengarkan lagu dari temanku lebih lama, lebih sering lagi karena saat orangtua ku mulai ketakutan luar biasa kehilanganku, aku harus mulai lebih kuat menjalani hidup, lagu darimu teman yang dapat menemani sisa hidupku selain orangtuaku.

Sesungguhnya aku tak ingin temanku tau tentang penyakitku ini. kanker darah yang dapat membunuhku kapanpun ia mau. Aku tak ingin mengganggu pendidikannya yang dapat membanggakan orangtuanya. lagumu masih kudengar sampai saat ini karena itu satu-satunya menghilangkan rasa rinduku pada temanku itu.

Hari ini mungkin adalah puncak dari segalanya, akhir dari kehidupanku, keadaanku makin memburuk, sangat buruk dari hari hari sebelumnya. Dokter tak mampu lagi merawatku. permintaan terakhirku adalah bunyikan “lagu itu” agar aku merasa bahwa “dia” temanku ada di sampingku di saat aku mulai menghembuskan nafas yang terakhir dan menutup mata untuk selamanya. “Maafkan aku teman, aku tak dapat menunggumu datang kembali, aku tak dapat menepati janjiku untuk tetap setia bersamammu, terimakasih ayah, dan terimakasih ibu, terimakasih dokter, terimakasih teman. kalian telah membantuku mempunyai mereka yang sangat berani untukku. Teman, lagumu akan terus ku kenang…

Mataku pun terpejam untuk selamanya disaat temanku datang untuk menjenguk ku dengan membawa sebuah lagu di dalam kotak suara.

Cerpen Karangan: Viona Lianita
Facebook: Vidi Lianita

cerpen : antara sahabat dan pacar

Di hari minggu Syila, Azmi, Nufi, Zain, Jihan dan Iran seperti biasanya keenam sahabat itu berkumpul, mereka tidak pernah bermain di hari-hari sekolah karena itu waktunya untuk belajar. Mereka hanya bermain di hari minggu. Pada hari minggu itu mereka pergi ke taman bungan di Bandung, disana mereka bermain-main dengan bahagia, dan tiba-tiba Farel mantannya Ilma yang lagi suka dengan Syila datang.
“hay semuanya” sapa Farel kepada teman-temannya.
“hallo! Mau apa kamu kesini?” jawab Azmi dengan kesal karena iya suka dengan Syila
“eh, Azmi kok gitu sih? Dia kan datang baik-baik” kata Syila yang juga suka dengan Farel
“iya, aku cuman mau ngomong sesuatu kok sama Syila” kata Farel
“ada apa rel?” jawab Syila
“Syila, mau gak kamu jadi pacar aku?”
“aku… mau rel” jawab Syila dengan muka memerah
“cieee” kata sahabat Syila serentak
“ih!” Azmi kesal dan pergi
“loh Azmi mau kemana?” kata Nufi.

Dan mereka semua pulang jalan kaki, sedangkan Syila diantar motor oleh Farel. Keesokan harinya di sekolah, Syila tidak seperti biasanya, mulai dari tidak menyapa teman-temannya, tidak menanyakan tentang pr yang kemarin, dan ia pun setelah nyimpan tas langsung pergi ke kelasnya Farel tanpa izin kepada teman-temannya, sahabatnya pun mulai kesal dengan sikap Syila yang sangat berubah semenjak jadi pacarnya Farel. Saat diperhatiin, ternyata Syila suka ikut Farel ke tempat-tempat yang dipakai oleh anak-anak nakal, iya dibonceng dengan motor dengan kecepatan yang sangat cepat. Pada saat sahabat-sahabatnya mengintip apa yang dilakukan Syila, dengan kebetulan Farel sedang menawarkan Rok*k kepada Syila, serentak sahabatnya berteriak kepada Syila.
“Jangan mau Syila! itu berbahaya!” sahabat-sahabat Syila berteriak sangat keras sehingga mengagetkan Syila dan Farel
“Teman-teman, ngapain kalian kesini?” Syila sedikit membentak
“semenjak kamu pacaran dengan farel, kamu berubah Syila!” jawab Azmi
“heh! Bilang aja kamu cemburu!” jawab Farel
“udah udah! lagian aku gak akan nerima rok*k dari kamu Farel!” jawab Syila
“ya sudahlah ayo kita pergi dari sini!” ajak Farel kepada Syila
“hey! Awas kalau kamu bawa motornya ngebut!” kata Jihan kepada Farel
“Udah deh gak usah ngurusin kita!” kata Syila membentak sahabatnya sendiri

Farel membawa motor dengan sangat kencang, tiba-tiba motornya menabrak sebuah pohon dan terguling, Farel dan Syila pun dibawa ke rumah sakit, Farel mengalami luka bakar karena terkena knalpot, sedangkan Siyla membutuhkan donoran darah. Ketika sahabat Siyla tau bahwa Siyla kecelakaan, mereka langsung pergi ke rumah sakit tempat Siyla dirawat.
“Syila!!” serentak mereka memanggil Syila
“Kalian? ada apa kalian kesini? Bukannya kalian benci denganku?” jawab Syila
“Syila, kami rindu padamu, dan kami khawatir padamu, apa yang terjadi padamu?” Tanya Azmi
“Sahabatku, aku telah mengalami kecelakaan, dan sekarang aku butuh donoran darah, tapi aku tidak tau bisa mendapatkan itu dari mana” kata Syila sambil menangis
“tenanglah, kami akan membantumu dengan cepat” kata Nufi menenangkan Syila
“tapi kalian bisa dapat darah dari mana?” kata Syila
“sudahlah lebih baik kamu istirahat saja” jawab Zafir
“terimakasih temanku” kata Syila perlahan memejamkan mata

Semua sahabatnya bingung siapa yang mau mendonorkan darahnya untuk Syila. Akhirnya mereka dapat ide dan memutuskan untuk mengecek darah masing-masing, dan sepakat bila ada darah yang cocok harus mendonorkan darahnya untuk Syila. Tidak disangka suatu hari Syila mendapatkan donoran darah, dia tidak tau siapa yang telah mendonorkan darahnya, saat mendapat informasi dari suster, bahwa yang mendonorkan darah kepada dia sedang berbaring di kamar nomor 11. Karena tidak jauh dari kamarnya, ia langsung beranjak dan pergi dari ranjangnya menuju kamar 11. Tidak disangka ia mendapatkan seorang lelaki sedang berbaring lemas, dan ternyata dia adalah Azmi yang selama ini jatuh ccinta kepada Syila. Syila pun menghampiri Azmi.
“Azmi? apakah kau yang mendonorkan darah kepadaku?” tanya Syila
“iya Syila, dia yang mendonorkan darah untukmu!” jawab Firda yang tiba-tiba masuk
“ini juga berkat sahabatmu yang lain Syila” kata Azmi
“Terimakasih ya teman-teman telah menolongku ternyata sahabat itu lebih baik daripada pacar” kata Syila,
Mereka pun bergenggaman tangan, Syila memutuskan Farel dan jadian dengan Azmi..

=== THE END ===

Cerpen Karangan: Syahida Inayatullah
Facebook: Syahida Inayatullah

cerpen : aku tidak punya teman

Jam menunjukan pukul 06.55. Seorang gadis muda tampak berlari-lari dari arah barat. Hampir saja ia terjatuh ketika tersandung sebuah batu kecil. Ia terus berlari walau ia tahu bahwa jalanan licin karena hujan semalam. Hingga tiba ia di sebuah tikungan sempit dalam gang dan ia terpeleset, alhasil kali ini ia jatuh dengan sukses. Namun tak menunggu waktu lama, ia segera bangkit, membersihkan rok panjangnya sebentar dan berlari kembali. Sampai juga ia di tempat yang dituju, sekolah.

“Pak satpam tunggu sebentar! Jangan ditutup dulu gerbangnya.” katanya dengan wajah panik saat melihat satpam sekolahnya menutup gerbang depan.
“Oh, kamu Nessa, sudah berapa kali kamu terlambat minggu ini, hah?! Sebenarnya aku enggan mengijinkan anak yang terlambat walau hanya satu menit untuk masuk. Tapi kali ini kau ku bolehkan masuk dan ingat, tak ada toleransi lagi lain kali.” pak satpam yang terkenal galak itu membuka gerbang kembali dan mengijinkan gadis itu masuk.
“Terimakasih banyak pak!” teriak gadis itu kegirangan sambil berlari masuk kelas. Sekilas Nessa melirik Rio, teman basketnya yang menawan.

Vanessa Alexandra Ibrahim merupakan nama lengkap dari Nessa, gadis yang sekarang duduk di kelas XI SMA. Ia anak pertama dari lima bersaudara, semua adiknya laki-laki. Ia tinggi kurus berkulit sawo matang dengan potongan rambut pendek lurus hampir seperti anak lelaki. Sudah beberapa hari ini ia datang terlambat ke sekolah, entah apa sebabnya.

Hidup Nessa mungkin bisa dibilang tak begitu menyenangkan seperti teman-teman sebayanya. Saat SMP, kedua orangtuanya bercerai, ayahnya meninggalkan mereka tanpa uang sepeser pun. Ibunya memutuskan untuk pindah ke kota lain dan memulai hidup baru walaupun sederhana. Di sekolah, Nessa bergabung dengan tim basket, olahraga favoritenya yang telah ditekuni semenjak SD kelas empat.

“Hai Nessa, enggak terlambat lagi? tanya Nina, teman sebangku sekaligus sesama tim basket SMA dengan nada bercanda.
Nessa hanya menjawab dengan senyuman. Ia segera mengeluarkan buku matematika, pelajaran pertama hari itu. Pak Sato guru matematika mereka terlihat masuk kelas.
“Ulangan minggu kemarin sudah bapak periksa dan akan bapak bagikan hasilnya sekarang, selamat Nessa kamu satu-satunya yang mendapat nilai sempurna, seratus.” kata Pak Sato mengawali pertemuan hari itu.
Sebagian anak bertepuk tangan untuk Nessa. Ada yang menatap iri padanya. Ada pula yang melongo tidak percaya. Bagaimana mungkin seorang anak miskin yang selalu datang terlambat dan bau keringat bisa mendapat nilai matematika terbaik di kelas. Begitu pikir sebagian anak. Sementara sisa anggota kelas yang lain tidak peduli apa yang terjadi. Sementara Nessa hanya tersenyum garing. Ada sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya. Tapi hanya ia pendam dalam hati.

Sepulang sekolah seperti biasa ia bermain basket di lapangan basket yang tidak jauh dari rumah maupun sekolahnya. Ia bermain bersama tim basket sekolahnya dimana ia dipercaya sebagai kapten. Walaupun tidak ada jadwal latihan, ia selalu menyempatkan diri untuk bermain basket walaupun hanya seorang diri.
“Aku pulang dulu teman-teman, dah.” pamit Nessa saat latihan selesai.
“Oh ayolah Nessa, baru jam 03.00 sore, duduk-duduk dulu sama kita sini.” ajak salah seorang teman kepada Nessa.
“Maaf aku tidak bisa, aku harus pulang sekarang.” tolaknya
“Boleh aku antar pulang?” tiba-tiba Rio menyela pembicaraan.
“Oh wow!” Nessa kaget dan tak percaya tapi ia segera menolak.
“Eh maaf, aku bisa pulang sendiri kok, rumahku deket.”
“Ya udah kalau gitu,” jawab Rio.

Hari selanjutnya Nessa tidak masuk sekolah. Tidak ada kabar sama sekali, hingga datang sebuah pesan singkat ke handphone Nina bahwa ibu Nessa telah meninggal dunia. Satu kelas kaget dan pulang sekolah mereka melayat ke rumah Nessa untuk memberi ucapan belasungkawa. Namun tak seperti yang mereka duga, Nessa sama sekali tak menampakan kesedihan. Ia tampak tegar dan bahkan tidak menangis.

Esoknya, saat ia sedang berjalan ke lapangan basket, seorang anak perempuan dengan sengaja menyilangkan kaki di depan Nessa hingga ia terjatuh.
“Ups, maaf sengaja.” katanya tanpa merasa bersalah sama sekali.
“Hei, apa maksudmu!” dengan muka marah Nessa bangkit menghampiri gadis yang bernama Viana tersebut.
“Hei kamu, anak yatim miskin, item, jelek dekil dan bau kambing mulai sekarang nggak usah deketin Rio lagi. Rio itu calon pacar gue tahu!” Viana menyerang Nessa dengan kata-katanya.
“Rio itu temen aku, masalah buat loooe!” jawab Nessa santai.
“Heh anak bau, pergi sana, kamu nyebelin banget tau nggak si.” Viana menghardik Nessa.

Nessa tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia langsung pergi, namun bukan ke lapangan basket seperti tujuan awalnya tadi. Ia berlari ke pinggir danau yang teduh dan sepi. Dan diam-diam ia meneteskan air mata. Yap, Nessa si tegar, ia menangis.
“Ya Tuhan, kenapa. Kenapa semua ini terjadi? Kenapa kau ambil segalanya dari hidupku! Kau bawa pergi ayahku, Kau ambil ibuku dan semua kebahagianku!” secara tak sadar Nessa mulai berteriak dan mengeluarkan segala unek-uneknya karena memang tak akan ada yang mendengar.
“Kenapa semua orang bisa hidup tenang dan bermimpi, sementara aku? Bahkan tak ada satu pun orang yang mau mendengarku. Tak ada yang mau mendengar! Tak seorang pun bisa memberi jawaban. Aku bahkan tak punya teman.”

“Aku mau kok ndengerin kamu.” tiba-tiba suara lain muncul dari belakang.
“Nina, kamu lagi ngapain disini?” kata Nessa kaget saat melihat Nina tiba-tiba muncul.
“Sebenernya tadi aku lihat kamu sama Viana di jalan, lalu aku ngikutin kamu sampai sini. Jangan anggap kamu nggak punya sahabat. Aku disini mau kok ndengerin semua curhat kamu.”
“Nina…” Nessa tertegun sejenak lalu memeluk Nina sambil menangis lagi.
“Nin, aku enggak setegar yang kamu lihat selama ini. Selama ini aku itu palsu. Aku cuma menjalan peran dari status yang terlanjur dilabelin ke diri aku. Aku anak pertama dari lima bersaudara, aku enggak mungkin nangis saat ibu meninggal, aku pengin ngajarin adik-adik aku buat tegar. Hidup itu keras. Setelah ayah pergi, aku harus nyari uang buat biaya hidup keluarga aku. Aku sama sekali nggak punya waktu buat main nggak jelas. Aku datang terlambat dan penuh keringat karena aku harus lari dari rumah setelah belajar dan ngerjain PR dari jam tiga pagi. Cuma itu waktu aku buat belajar, selebihnya aku rela jadi buruh cuci dan juga aku sibuk ngerawat ibu aku yang sakit-sakitan. Aku belajar keras karena aku nggak mau nyia-nyiain uang yang keluar untuk sekolah. Basket itu cuma pelarian dari semuanya. Basket itu sahabat aku satu-satunya yang bener-bener bikin aku bahagia. Aku capek Nin, aku capek.” panjang lebar Nessa menjelaskan semuanya.
“Aku emang nggak bisa selalu ada di samping kamu Ness. Tapi aku harap kamu bisa lebih terbuka sama aku, sahabat kamu, percayalah kamu itu enggak sendiri. Kamu punya banyak temen di luar sana, kamu hanya perlu untuk membuka mata dan hatimu untuk melihat semuanya lebih jelas. Memang tidak semua hal berjalan seperti yang kita harapkan, tapi yang pasti semuanya akan baik-baik saja. Ikhlaskan saja jalani semuanya walaupun aku nggak bisa ngrasain apa yang kamu rasain tapi aku bakal terus support kamu, biar kamu kuat. Teruslah pegang mimpi kamu. Kamu bakal sukses kalau kamu yakin.” Nina berucap panjang untuk mendukung Nessa.
Semua baik-baik saja. Mereka berdua pun pulang dengan tersenyum.

Cerpen Karangan: Rossa Kurnia Sasongko

cerita rakyat : legenda Malin Kundang

Advertisement | Posted Kang Ugih , Cerita Legenda, Cerita Rakyat

Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.

Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.

Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.

Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. “Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak”, ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.

Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.

Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.

Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.

Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.

Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. “Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku”, kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. “Wanita itu ibumu?”, Tanya istri Malin Kundang. “Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku”, sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”. Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.

Kata_Kata Indah

Diposkan oleh Seo Gresik Selasa, 28 Januari 2014

apa pun dapat lebih gampang disampaikan, bila dibarengi dengan senyuman, di banding dengan ucapan kasar.

didalam hidup, tidak ada seorangpun yg dapat buatmu tersenyum tanpa alasan, jika dia yg senantiasa anda pikirkan.

tak tahu anda berpikir hidupmu baik atau jelek, itu dapat benar berlangsung, dikarenakan pikiranmu dapat membawamu kesana.

perihal yg sukar tuk memaksa dirimu melupakan perihal yg dulu membuat kamu bahagia, cuma dikarenakan ia sudah berakhir.

yaitu sikap yg kurang terpuji, saat kita tertawa sesaat teman dekat kita ada yg sedang bersedih.

saat yang dimiliki sudah terlepas dari genggaman, disaat tersebut kau dapat jadi amat kehilangan. karenanya, jaga yg kau punyai !

tiap-tiap orang dapat berbahagia setiap saat, di mana saja. dikarenakan kebahagiaan yaitu kesederhanaan hati, tidak bergantung pada apa pun.

cinta tidak egois, tidak juga memaksa. saat kebahagiaan orang yang anda cintai lebih mutlak dari pada kebahagiaanmu. itu cinta.

maaf tidak dapat menghapus luka yang sudah kau torehkan dihati seseorang. tetapi buktikanlah ketulusanmu.

seluruh yang kita dengar yaitu pendapat, tidaklah fakta. serta apa yang kita tengok hanya langkah pandang kita, bukan hanya kebenaran.

sebesar apa pun area yang didapatkan tuhan pada kita, dapat merasa sempit bila tanpa perjuangan serta doa.

saat anda bicara perihal cinta, yakinkan bahwa tindakan mu sudah cocok dengan pengucapan mu.

perasaan takut kecewa cuma dapat bikin kita takut menatap hari esok.

ketahui dirimu lebih didalam untuk tahu di mana letak kelebihan serta kekuranganmu.

tidak ada yang tidak mungkin sepanjang ada tekad untuk coba. optimis dirimu serta berupaya sebaik-baiknya. yakin diri.

waspada saat memilih apa yang di idamkan. sesudah itu, berusaha dengan kemauan serta kesungguhan untuk memperolehnya.

perawatan jilbab memiliki bahan paris polos baiknya janganlah mencucinya dengan mesin bersihkan dikarenakan serat bahan paris yang tidak tebal dapat gampang rusak.

hargai orang lain, siapa saja itu, serta janganlah dulu menyimpan dendam pada siapa saja. isi tiap-tiap harimu dengan kebaikan.

bersedih serta berkeluh kesah perihal apa yang tidak kita punyai yaitu sama layaknya menyia-nyiakan apa yang sudah kita punyai.

bila hidup ini yaitu permainan, mainkan. bila hidup ini yaitu mimpi, wujudkan. buat jadi tiap-tiap peristiwa didalam hidup kita bernilai.

saat kita hindari masalah, ia dapat berbarengan kita lebih lama. hadapilah, serta ia dapat membuat kamu lebih bijaksana.

lakukan memanglah tidak semudah bicara, namun bila kita akan berusaha, lakukan dapat sama mudahnya layaknya bicara.

hidup ini memanglah banyak pilihan, tetapi anda tidak mesti memilih apa yg tampak paling baik. pastikan yg membuat kamu bahagia.

yakinlah, bahwa perihal yang baik berlangsung tiap-tiap hari apalagi saat perihal yang jelek berlangsung. senantiasa bersyukur !

kadang-kadang, capek lalu kecewa yaitu harga yang perlu dibayar untuk beli bahagia.

jgn prnh berpura-pura cuma utk tampak prima. kesempurnaan tdk prnh nyata & kenyataan tdk prnh prima.

cinta itu berikan, layaknya berkata saya mencintaimu apa ada, tanpa menuntut cintai saya apa ada.

cuma dikarenakan jadi diri terbatas, bukan hanya bermakna bisa sangsi saat akan memilih yg baik. ingat, kebaikan tidak dulu salah.

janganlah malu untuk menghendaki maaf. jarang sangsi untuk berikan maaf. maaf bisa mendekatkan dua hati yang dulu terpisah.

apa yg kita pikirkan barangkali dapat jadi kenyaatan. janganlah dulu pikirkan kegagalan saat anda lakukan suatu hal. just do it !

janganlah dulu coba jadi orang lain. tiap-tiap orang itu tidak sama serta anda unik dengan langkahmu. banggalah pada dirimu.

apa pun yg anda kerjakan tuk dirimu atau orang lain tidak dapat ada nilainya, bila anda melupakan cinta serta perhatian tuk keluargamu.

kadang-kadang, kita terlampau repot tangisi pintu yg tertutup, sampai tidak mengerti bahwa tidak seluruh pintu itu terkunci.

the day will come when you’ll be mine
but i’ll just wait till that time
if i have to wait forever, that’s what i’ll do
cause i can’t live my life without you

tau gak knapa malem ini tak ada bintang ? ?
soalnya bintangnya geser seluruh ke matamu…

apabila tuhan menciptakan wanita dari salahsatu tulang rusuk pria,
saya meyakini kamulah hanya satu yang cuma satu tercipta untukku…

musim terindah yaitu ….
saat kau sambut pagi dengansenyummu
saat kau payungi siang dengan sapamu
saat kau tutup malam ini dengan belai sayangmu
i love u

bersua denganmu yaitu takdir,
jadi temanmu yaitu pilihanku,
namun jatuh cinta denganmu itu di luar
kemampuanku..
kata yang sangat simple yaitu i
kata yang sangat indah yaitu love
serta orang tersayang yaitu you.
that’s why i love you

walau saya belajar hapalan pancasila dari kecil terkadang saya lupa urutannya,
namun tidak tau kenapa,
tidak sedikitpun saya dapat menyingkirkan bayang-bayang tentangmu di benakku…

bwt malam, bintanglah yg spesial
bwt bunga, kumbanglah yang spesial
but ! bwt aq, cm kamulah yg plg spesial

aq menulis namamu di langit
tp awan menghapusnya
aq menulis namamu di pantai
tp ombak menghapusnya
lantas aq menulis namamu di hatiku
agar tidak dapat ada yg bisa
menghapusnya…..

saya cinta padamu
tiga kata yang terucap
tiga detik untuk menyatakan
tiga menit untuk menjelaskan
tiga jam untuk menunjukkan
namun untuk membuktikan
dapat kuberikan waktu seumur hidupku

cintamu yaitu keindahan
memandangmu senantiasa tidak membuatku jemu
cintamu yaitu nafasku
denganmu saya pingin hidup seribu th. lagi
cintamu bikin hidupku sempurna

sepi..
saya cuma berteman sepi
nikmati indah bayangmu disini
sendiri..
ku terjebak seorang diri
menyusuri langkah kaki
hilang..
seluruh kan hilang serta takkan kembali lagi

saya tidak tau
kenapa semakin hari saya semakin sayang sama kamu
saya semakin takut kehilangan kamu
saya ingin terus berbarengan kamu

ku tau, saya bukan hanya yang terbaik
saya takkan dapat jadi layaknya yang kau inginkan
serta barangkali cintaku tidak sempurna
namun,
saya cuma pingin jadi sisi dari barisan kisahmu

ku buat jadi kau yang kedua
bukan hanya bermakna tidak cinta
saya serta dia cuma sementara
tidak butuh lagi kau pertanyakan
hatiku cuma untukmu
berikanlah waktu buat jadi engkau hanya satu..

kenapa saya sayang sama kamu
cinta sama kamu
sesudah saya jauh dari anda ? ?

anda datang saya nangis
anda pulang saya nangis
apa dapat kaya gini terus ?

apabila kau menangis. . hatiku lalu bersedih
apabila kau suka. . hatiku lalu berbunga
apabila kau gelisah. . hatiku lalu bergejolak
ini seluruh dikarenakan. . .
kita sehati. . .

saya tidak tau
kenapa semakin hari saya semakin sayang sama kamu
saya semakin takut kehilangan kamu
saya ingin terus berbarengan kamu

tidak henti kumenangis
tidak henti hatiku bersedih
serta tidak henti kumeratapi waktu yang tersisa
cuma untukmu
namun ku tidak tau hingga kapan ini berlangsung

kalau kau tau
ku tidak pingin kau pergi
meninggalkan ku sendiri berbarengan bayangmu

memanglah kita tlah jauh rasanya
memanglah kita telah tidak bersama
bila memanglah kita ditakdirkan tuk berbarengan selamanya
cinta takkan kemana..

lelahmu lantas lelahku juga
bahagiamu.. bahagiaku pasti
sharing, takdir kita selalu
jika setiap kau jatuh hati

andai engkau ada disini
ku kan slalu melindungi serta mencintaimu
andai kau tercipta untukku
kan kurangkai cerita terindah cuma untukmu
i love u..

setiap waktu didalam hidupmu yaitu seperti gambar yang belum dulu tampak, serta gambar yang tak lagi dulu tampak lagi. lantas, nikmati hidupmu serta buat jadi tiap-tiap peristiwa jadi indah.

janganlah mengakibatkan kerusakan apa yang kau punyai saat ini ejar suatu hal yang mustahil kau punyai. karena, apa yang ada padamu sekarang ini mungkin saja adalah di antara dari banyak perihal yang sangat kau impikan.

bila anda berdoa, janganlah menghendaki kehidupan yang gampang, namun mintalah pada tuhan untuk menjadikanmu pribadi yang kuat.

hidup itu layaknya mengendaradi sepeda. untuk melindungi keseimbangan, sepeda mesti terus jalan. demikianlah juga hidup ini.

rayakanlah tiap-tiap hari didalam hidupmu dikarenakan sebenarnya hari besok akan tiba amat cepat.

pendidikan tidaklah persiapan untuk hidup karena pendidikan yang sebenarnya yaitu kehidupan itu sendiri.

tak ada perihal yang lebih lembut dari kemampuan, serta tak ada perihal yang lebih kuat dari kelembutan.

orang bebal senantiasa mengira bahwa tuhan ada di sampingnya. sebaliknya, orang bijak senantiasa berupaya mendekatkan diri pada tuhan.

senyuman adalah perihal kecil yang bisa bikin hidup ini jadi lebih gampang.

hidup melewati jalur tanpa kendala amat jarang berujung pada keberhasilan.

kesenanagan terbesar didalam hidup ini yaitu melakukan perihal, di mana orang lain berasumsi bahwa kita tidak dapat lakukan perihal tersebut.

janganlah pikirkan apa yg sudah berlangsung, dikarenakan anda menciptakan hari besok dengan apa yg anda kerjakan hari ini. berikanlah yg paling baik !

saat anda tulus menyukai, anda dapat berjuang tuk menjaga apa yg anda punyai. janganlah biarlah orang lain merubah.

jatuh cinta bukan hanya bermakna siap untuk sesuatu jalinan cinta. dikarenakan cinta yaitu perihal kecocokan jalinan yaitu perihal kesiapan.

hidup tidak senantiasa layaknya apa yang anda kehendaki, namun bukan hanya bermakna anda tidak dapat menikmatinya.

janganlah butuhkan waktumu tuk dia yg terus buatmu terluka, saat ada seseorang di luar sana menanti tuk buatmu bahagia.

pria sejati tidak butuhkan waktunya tuk melacak wanita lain, dikarenakan dia terlampau repot melacak langkah baru tuk menyukai wanitanya.

janganlah salahkan cinta bila jarak membuat kamu kehilangannya. bila cinta yg anda mempunyai tulus ada, cinta dapat bertahan selamanya.

didalam cinta, tambah baik dibenci dikarenakan jadi dirimu sendiri, dari pada dicintai dikarenakan berpura-purang jadi orang lain.

berhenti tangisi dia yg sudah pergi, dikarenakan itu cuma bermakna anda satu langkah lebih dekat dengan dia yg pas.

cinta itu aneh, dia dapat bikin orang yg lemah jadi kuat, serta orang terkuat jadi lemah.

terkadang seseorang memilih tuk sendiri, dikarenakan dia paham apa terasa berikan segala nya namun berakhir dgn kehilangan dirinya.

kadang-kadang seseorang tidak dapat terima kenyataan, dikarenakan dia tidak pingin apa yg dia impikan sepanjang ini yaitu sesuatu kebohongan.

anda dapat tahu makna persahabatan, saat anda mulai merindukan saat-saat kebersamaan.

didalam cinta, jgn biarlah telingamu mendengar apa yg tidak dipandang matamu. jgn biarlah mulutmu menyebutkan apa yg tidak dirasa hatimu.

perihal terburuk saat dibohongi yaitu tahu bahwa anda tidak pantas dapat kejujuran serta dia tidak dapat dipercayai lagi.

janganlah menanti seseorang tuk berlaku ramah, perlihatkan pada dia bagaimana langkahnya.

butuh keberanian tuk kerjakan semua suatu hal, apa pun itu, anda terus perlu seorang teman dekat yg berani berkata anda salah

janganlah membatasi dirimu didalam berkarya, makin keras anda berkarya makin tinggi pencapaianmu.

kata-kata motivasi

Kata Kata Motivasi Hidup

Tuhan takkan pernah membiarkan dirimu terluka, Dia hanya ingin kamu belajar dari segala masalah. Percayalah padaNya.

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang2 tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

Jangan membuang waktu dgn terus bersedih.. Terus melarutkan diri dlm kesedihan hanya akan menghambat pertumbuhan “kebahagiaan”.

Terkadang kejujuran bisa menyakiti, tetapi percayalah masalah apapun akan cepat terselesaikan jika kamu berlaku jujur.

Tidak ada yang bisa mengendalikanmu, semua tergantung pada diri kita sendiri. Orang lain hanya bisa mempengaruhi.

Kualitas dari kehidupan se2orang itu tergantung pada komitmennya utk berhasil, bidang apapun yg dia tempuh.

Orang yg berjaya dalam hidup adalah orang yg nampak tujuannya dengan jelas & menjurus kepadanya tanpa menyimpang.

Seseorang dgn wawasan yg cukup untuk mengakui kekurangannya berada paling dekat dgn kesempurnaan.

Orang2 berhasil tidak hanya keras hati, mereka juga pekerja keras yg percaya pada kemampuan dirinya.

Berfikir itu cahaya, kelalaian itu kegelapan, kejahilan itu kesesatan & manusia yg paling hina ialah orang yg menganiaya orang bawahannya.

Kata Kata Motivasi Cinta

Cinta itu tulus. Bahkan ketika kemarahan mulai muncul, tidak akan pernah menuntut untuk dimengerti.

Menjaga cinta dengan setulus hati itu memang susah. tetapi jika kita memang benar tulus, maka kita akan mudah menjalaninya.

Luruhnya hati bukanlah suatu dosa, Maka Jangan Pernah Takut untuk Jatuh Cinta.

Jangan terlalu menyayangi seseorang, kelak kita akan membencinya. Jangan pula terlalu membenci seseorang, kelak kita akan menyayanginya.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk ‘MoveOn’ & untuk benar-benar bisa bangkit maka semuanya dimulai dari NIAT.!!!

Tak perlu lari dari masalah apalagi menyisakan pertengkaran dengan mengunci mulut. Pasanganmu bukanlah pembaca pikiran.

Pria dijadikan-Nya Pemimpin. Itulah mengapa tanggungjawab pria amat besar atas apa yg dia pilih, dan apa yg dia miliki.

Hidup bukan tentang seberapa besar kesalahanmu di masa lalu, tapi tentang bagaimana kamu memperbaiki diri dan kuat menjalani hari.

Pria memang tidak suka dilarang. Tapi pria akan merindukan omelanmu saat kamu berhenti melarang.

Hubungan dibangun bukan untuk meminta balas budi tapi untuk saling berbagi, memahami & menomorduakan keinginan diri sendiri.

Jangan marah padanya jika dia tidak lagi peduli. Tapi marahlah pada diri sendiri sebab ketika dia peduli, kamu tidak pernah menghargai.

Wanita tidak pernah melupakan orang yang bisa ia miliki, dan Pria tidak bisa melupakan orang yang tidak bisa ia miliki.

Kata Kata Motivasi Mario Teguh

Kadang keberhasilan baru akan tiba setelah kesulitan dialami. Maka jangan menyerah dalam menggapai keberhasilan walau kesulitan menghadang.

Dengan kekuranganmu kamu juga melihat, siapa sebenarnya yang menerimamu apa adanya, bukan ada apanya.

Cintailah orang tua dengan sunguh-sungguh, karena cinta orang tua tak pernah menghadirkan airmata kesedihan.

Orang yang tulus mencintaimu adalah orang yang akan membuat kamu mengeluarkan air mata bahagia.

Untuk membuat sebuah senyuman itu tidaklah mudah, tapi untuk membuat satu tangisan sangatlah mudah.

Ketika luka buatmu tak mampu berkata, sebuah pelukan akan buatmu temukan tawa. Karena pelukan mampu berkata tanpa perlu bersuara.

Jangan membuka pikiran kamu untuk membatasi diri, melainkan batasi diri kamu dari batasan untuk membuka pikiran.

Terus berdoa dan percaya. tanpa mengeluh, selalu bersyukur. maka indah semua yang kan kamu dapat.

Tersenyumlah walau hatimu terasa pahit dan Rasakanlah perlahan-lahan kepahitanmu akan tergantikan oleh rasa manis.

Hidup ini tak akan pernah lepas dari cinta, karna kita lahir dan di besarkan karena cinta.

Kebersamaan itu penting bukan hanya menjaga silahturahmi, tapi harus menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

Jangan pernah berjanji kamu tak akan saling mengecewakan, namun berjanjilah kamu akan tetap bersama meski dikecewakan.

Masalalu bukan untuk diratapi terus, masalalu ada untuk kita jadikan pelajaran berharga.

Kata Kata Motivasi Islam

Jika mulut seseorang berkata jujur, maka perilakunya akan bersih, jika niatnya baik, maka rezekinya akan ditambah, dan jika ia berbuat baik kepada keluarganya, maka umurnya akan ditambah.

Jika orang dapat empat hal, ia dapat kebaikan dunia akhirat: Hati yang bersyukur, lidah yang berzikir, badan yang tabah pada cobaan, dan pasangan yang setia menjaga dirinya dan hartanya.

Sesungguhnya Allah akan menghisab hamba-hamba-Nya pada hari kiamat sesuai dengan kadar akal yang telah dianugerahkan kepada mereka di dunia.

Sesungguhnya Allah mengampuni beberapa perilaku umatku, yakni  (karena) keliru, lupa dan terpaksa. (HR. Ibnu Majah).

Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang baik. Dan seseoran yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan kenikmatan dari hidup.(Bediuzzaman Said Nur).

Orang yang sempurna imannya tidak akan meninggalkan suatu amalan yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah sekalipun terdapat ribuan alasan untuk meninggalkannya. (Sayyid Abdullah Al-Haddad).

Barangsiapa memperbaiki hubungannya dengan Allah, niscaya Allah akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia. (Sufyan bin Uyainah).

Allah akan menolong seorang hamba, selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya. (HR. Muslim).

Dosa itu segala sesuatu yang menggelisahkan perasaanmu dan yang engkau tidak suka bila dilihat orang lain. (HR. Muslim).

Hati-hatilah terhadap orang yang teraniaya, karena doanya akan sampai ke langit tertinggi

Sumber : kata motivasi