Kisah Umar bin Khattab
Mendampingi Rasulullah
Umar bin Khattab masuk Islam dengan semangat yang sama ketika ia memusuhinya. Begitu berada dalam keluarga Islam, Umar mengumumkannya terang-terangan. Tadinya orang Islam dilarang shalat di depan Ka’bah dan berthawaf, tetapi berkat kegigihan Umar orang Quraisy membiarkan mereka beribadah. Sebelum masuknya Umar, dakwah Islam dilakukan sembunyi-sembunyi. Namun setelah Umar menjadi seorang muslim, dakwah pun dilakukan terang-terangan. Karena itulah dakwah Islam lebih tersebar diantara kabilah-kabilah Quraisy dan semakin banyak orang yang menjadi pengikutnya.
Tetapi bukan Quraisy namanya kalau mereka diam saja. Orang-orang musyrik itu meluaskan perlawanan. Mereka berkomplot dengan kabilah-kabilah lain. Tekanan terhadap Kaum Muslimin digandakan dengan menyebar kesan bahwa Muhammad Saw adalah seorang penyihir yang dapat memecah belah anak dengan ayah, suami dengan istri. Siksaan fisik pun meningkat, bahkan Ummu Jamil, istri Abu Lahab, menebar duri-duri di jalan yang akan dilalui Rasulullah dan melontarkan kata-kata kotor kepada beliau Saw. Tak puas hanya di situ, seluruh keluarga Nabi dan Kaum Muslimin dikucilkan dan dibuat kelaparan. Bukan hanya sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi selama tiga tahun terus-menerus tanpa jeda. Besarnya derita yang dijalani kaum Muslimin sudah tak terbayangkan lagi.
Lalu tibalah perintah hijrah ke Madinah. Umar pun ikut hijrah. Menurut kata-kata Ali bin Abi Thalib, semua muhajirin berhijrah dengan sembunyi-sembunyi, kecuali Umar yang pergi sambil berkata, “Barang siapa yang ingin diratapi ibunya, ingin anaknya menjadi yatim atau istri menjadi janda. Coba saja mencegahku! Temui aku di balik lembah itu!”
Besarnya jasa Umar bin Khattab selama mendampingi Rasulullah Saw di Madinah, sudah tak bisa dinilai lagi. Selain mengikuti semua pertempuran, Umar juga menyumbangkan pemikiran-pemikiran brilian bagi banyak masalah yang dihadapi Kaum Muslimin. Beberapa berpendapat bahkan dibenarkan dan diabadikan oleh ayat-ayat Al-Qur’an yang turun kemudian. Diantaranya adalah pendapat Umar untuk tidak menshalatkan jenazah orang munafik, tentang haramnya minuman keras, juga tentang perlunya hijab bagi orang yang ingin menemui istri-istri Rasulullah Saw.
Meski demikian banyak juga pendapat Umar yang ditentang Rasulullah saw karena terlalu keras melebihi keteguhan hati. Berbeda dengan Rasulullah Saw yang selain teguh juga bijkasana dan memiliki kemampuan memaafkan yang besar. Mengenai pendapat-pendapat Umar ini, Rasulullah Saw bersabda, “Allah telah menempatkan kebenaran di lidah dan hati Umar.”