Majulah Terus Siswa Indonesia |
|
|
|
Pengarang: Anonim
Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini
Hanya kepadamu harapan ku sandangkan
Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib bangsa engkau yang menentukan
Pengarang: Anonim
Kami saksikan suasana luka lara
menerpa Ibu Pertiwi
Kami tak habis pikir
Apa gerangan engkau bersedih
Mengapa keadaanmu begitu mengkhawatirkan
begitu mencemaskan
Kami tahu kami begitu durhaka
Tak pernah berbakti kepadamu
Kerusakan, perpecahan, pertikaian,banyak kami lakukan
Dan hanyalah maaf yang dapat kami pinta
Selagi engkau masih mau menerima
Di hati kami tak ada bisikan selain minta maaf ,
dan menyaksikan engkau bangun
melawan keruntuhan itu
Pengarang: Zshara Aurora
Kabut,
Dalam Kenangan Pergolakan Bumi Pertiwi
Mendung,
Pertandakah Hujan Deras
Membanjiri Asa Yang Haus Kemerdekaan
Dia Dan Semua Yang Ada Menunggu Keputusan Sakral
Serbu…. Merdeka Atau Mati.. Allahu Akbar
Titahmu Terdengar Kian Merasuk Dalam Jiwa
Dalam Serbuan Bambu Runcing Menyatu
Kau Teruskan Bunyi-Bunyi Ayat Suci
Kau Teriakan Semangat Juang Demi Negeri
Kau Relakan Terkasih Menahan Terpaan Belati
Untuk Ibu Pertiwi..
Kini Kau Lihat,
Merah Hitam Tanah Kelahiranmu
Pertumpahan Darah Para Penjajah Keji
Gemelutmu Tak Kunjung Sia
Lindungan-Nya Selalu Dihatimu
Untuk Kemerdekaan Indonesia Abadi..
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa |
|
|
|
Pengarang: Gabriel Sianipar
Pahlawan tanpa tanda jasa
Ialah Guru
Yang mendidik ku
Yang membekali ku ilmu
Dengan tulus dan sabar
Senyummu memberikan semangat untuk kami
Menyongsong masa depan yang lebih baik
Setitik peluhmu
Menandakan sebuah perjuangan yang sangat besar
Untuk murid-muridnya
Terima kasih Guru
Perjuanganmu sangat berarti bagiku
Tanpamu ku tak akan tahu tentang dunia ini
Akan selalu ku panjatkan doa untukmu
Terimakasih Guruku
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa |
|
|
|
Pengarang: Gabriel Sianipar
Pahlawan tanpa tanda jasa
Ialah Guru
Yang mendidik ku
Yang membekali ku ilmu
Dengan tulus dan sabar
Senyummu memberikan semangat untuk kami
Menyongsong masa depan yang lebih baik
Setitik peluhmu
Menandakan sebuah perjuangan yang sangat besar
Untuk murid-muridnya
Terima kasih Guru
Perjuanganmu sangat berarti bagiku
Tanpamu ku tak akan tahu tentang dunia ini
Akan selalu ku panjatkan doa untukmu
Terimakasih Guruku
Pengarang: Anonim
Hamparan susunan batu tertata apik
Pahatan dan ukiran terbaik dari orang orang terpilih.
Tak berbelok mata ini menatapnya
Reliefmu begitu melegenda
Oh, nenek moyangku sungguh kekuatanmu maha hebat waktu itu
Kau torehkan tanpa pamrih usahamu
Kau bangun peninggalan sejarah itu untuk keindahan dunia
Kini kusaksikan hasil keikhlasanmu ituada di depanku
Terbesik dalam hati menyentuh stupa-stupamu.
Sungguh warisan usahamu begitu membekas
Semangat gotong royongmu bak kehidupan kerajaan semut
Dan saatnyalah kini kau berikan contoh
Kau berikan tauladan
Agar kami bangkit membangun negeri ini
Pengarang: Anonim
Angin berdesir di pantai
Angin berdesir sepoi-sepoi
Burung pun ikut berkicau dengan merdu
Di atas pantaiku
Sawahnya yang hijau terbentang luas
Gunungnya tinggi menjulang
Itulah Indonesiaku
Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan
Di sanalah aku akhir menutup mata
Pengarang: Anonim
Meliuk, membentang, dan menggejola
Perihalmu menampilkan
Pabila satu, pabila dua, pabila tiga
Itu pastilah berbeda
Sedikit orang yang memperlihatkan
Apalagi mengerti perihalmu beda itu
Tak sedikit darah yang ditumpahkan
ataupun harta dikobarkan
Tuk menebus gejolak iramamu itu
Memang hanya satu yang dapat
meredam ,meluluh, bahkan menyirnakan
Pabila persatuan tertancapkan di irama nusantaramu
Pengarang: Anonim
Saat Sarafku Dipengapkan Meja 1/2 Biro
Kupahat Hatiku Itu Lagi
Pada Prasasti Tugu Negriku
Agar Para Pahlawan Negri Ini
Tak Lagi Keluhkan Sesal
Harus Lahir Di Negri Ini
Sudirman-Sudirman Reformasi
Harus Berkembang Di Negri Ini
Sukarno-Sukarno Reformasi
Harus Bangkit Di Negri Ini
Suharto-Suharto Reformasi
Agar Diponegoro Tak Lagi Keluhkan Java
Agar Wolter Monginsidi Tak Tangisi Celebes
Agar Patimura Tak Sia-Siakan Maluku
Agar Indonesiaku
Tak Lagi Tangisanku
Pengarang: Anonim
Oh, pahlawan
Engakulah yang melindungi bangsa
Tiada engkau, tiada kebebasan
Karenamu bangsa bebas dari penjajah
Sekarang tiada engkau lagi
Dan bangsa harus tetap bersatu
Ku akan merindukanmu selalu
Karena namamu tetap harum menyatu di kalbu
|
Pengarang: Anonim
Aku bisa tertawa
Aku bisa bergaya
Aku bisa berpesta
Aku bisa tamasya
Karena Indonesia telah merdeka
Kemerdekaan yang mahal harganya
yang tak dapat diukur dengan harta
sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua
Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya rayaAku ingin….
Pahlawan yang telah gugur dahulu
dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya
Pengarang: Rezha Hidayat
Ohh…….. Pahlawan Ku
Bagaimana Ku Bisa
Membalas Jasa-Jasa Mu
Yang Telah Kau Berikan Untuk Bumi Pertiwi
Haruskah Aku Turun Ke Medan Perang
Haruskah Aku Mandi Berlumurkan Darah
Haruskah Aku Tertusuk Pisau Belati Penjajah
Aku Tak Tahu Cara Untuk Membalas Jasa Mu
Engkau Rela Mengorbankan Nyawa Mu
Demi Suatu Kemerdekaan Yang Mungkin
Tak Bisa Kau Raih Dengan Tangan Mu Sendiri
Ohh……… Pahlawan Ku Engkau Lah Bunga Bangsa
Pengarang: Anonim
Jika dunia kami yang dulu kosong
tak pernah kau isi
Mungkin hanya ada warna hampa, gelap
tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana
Tapi kini dunia kami penuh warna
Dengan goresan garis-garis, juga kata
Yang dulu hanya jadi mimpi
Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
Itu karena kau yang mengajarkan
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Terimakasih guruku dari hatiku
Untuk semua pejuang pendidikan
Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa
Dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah
Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin
Hanya ucapan terakhir dari mulutku
Di hari pendidikan nasional ini
Gempitakanlah selalu jiwamu
wahai pejuang pendidikan Indonesia
Pengarang: Anonim
Tebing tebing tebal
Tertaklukkan sang pendaki
Berhari-hari menahan rintihan
Menahan siksaan dinginnya
salju berasa puncak jaya wijaya
Setapak demi setapak
Kaki bertautan menahan pijak
Melawan terjalnya tantangan
alam jayawijaya
Berlama lama melintas
Menanjak, meliku,mengganjal
Guliran kaki yang menghentak
Sedikit demi sedikit
Dengan pelan lagi pasti
Sang puncak telah terlihat
Haru membahagia membahana
Bendera menancap pada sang raja pegunungan
Pengarang: Ratrya Khansa Amira
Saat ku menyerah
Aku coba sampai bisa
Saat ku putus asa
Aku coba berlatih keras
Saat aku kebingungan
Kucoba untuk bertanya
Saat aku bersemangat
Semangatku menyala nyala
Kucoba semua
Demi masa depanku
Hasilnya tak terkira
Aku bisa!
Aku bisa
kalau aku berusaha
Apapun yang terjadi,
aku pasti bisa!
Pengarang: Anonim
Di tengah gemerlapan cahaya
Diantara tarian-tarian malam
Mereka terlena dan lupa
Atau sengaja lupa akan budaya bangasa
Tertutup oleh pesona luar
Yang bukan milik kita
Wahai ………..anak bangsa
Dengar……… dengarkanlah
Sisihkan hati untuk negeri ini
Cintailah budaya sendiri
Sebenarnya kita punya banyak pesona
Pesona yang dapat dibanggakan
Inilah budaya daerah, budaya bangsa
Wahai…….bangsaku
Bangunlah dari tidur lelapmu
Hapuskanlah dari mimpi-mimpi kosongmu
Berjuanglah !
Jangan biarkan budaya dicuri negeri orang
Ia butuh perhatian
‘tuk diperjuangkan dan dilestarikan
Agar tetap jadi milik bangsa
Bangsa yang besar
Bangsa indonesia
Pengarang: Noer
Rangkaian waktu berlalu mengisi hari
Takan lama lagi tiba waktu rakyat memilih
Seorang pemimpin yang didamba.
Dia yang tulus hati membela dan mengabdi,
karena yang datang dari hati akan sampai kehati.
Bukan karena kepentingan dan ambisi sesaat.
Yang ‘kan sirna seperti waktu yang berlalu.
Pengarang: Anonim
Tidak habis pikir mata ini memandang
Pesona keindahan alam begitu terbentang
Barisan bukit – bukit nampak begitu indah
Bentangan samudra nan kaya hasil laut,
hamparan hutan begitu menyegarkan udara
Namun kulihat kini dimana keberadaanmu ?
Kenapa engkau semakin tiada
Hutan – hutan banyak yang digunduli
Laut – laut banyak yang tercemar
Kawasan persapan banyak dijadikan perumahan
Apakah memang bumi Indonesia telah rusak ?
Wahai manusia Indonesia, Ada apa dengan sikapmu ?
Kenapa kau di luar batas ?
Perilakumu begitu menghancurkan alam ini
Lihatlah, tataplah dan pandanglah
Alam Indonesia kini sedang bersedih
Pengarang: Lie
Di antara dua, aku harus memilih
Entah satu baik atau buruk
Aku tak bisa berdiri di antara keduanya
Dan aku menentukannya
Di antara dua, aku harus masuk
Entah satu mudah atau sulit
Aku tak bisa bergelut di antara keduanya
Dan aku meratapinya
Di antara dua,aku harus berjuang
Entah satu manis atau pahit
Aku tak berhenti meraih satunya
Dan aku tak ingin kalah
Pengarang: Anonim
Terima kasih guruku
Kau telah memberiku pendidikan
Sungguh senangnya aku
Mendapat ilmu karena pendidikanmu
Engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa
Aku ingin sepertimu
Walau kau keras kepadaku
Aku tau kau sangat sayang padaku
Terima kasih guruku tercinta
Pengarang: Awaliya Nur Ramadhana
Negaraku Cinta Indonesia
Nasibmu Kini Menderita
Rakyatmu Kini Sengsara
Pemimpin Yang Tidak Bijaksana
Apakah Pantas Memimpin Negara
Yang Aman Sentosa
Oh Indonesia Tumpah Darahku
Apakah Belum Terbit,
Seorang Pemimpin Yang Kita Cari
Apakah Rasa Kepemimpinan Itu
Masih Disimpan Di Nurani
Tertinggal Di Lubuk Hati
Tak Dibawa Sekarang Ini
Rakyat Membutuhkanmu
Seorang Khalifatur Rasyidin
Yang Setia Dalam Memimpin
Menyantuni Fakir Miskin
Mengasihani Anak Yatim
Kami Mengharapkan Pemimpin
Yang Soleh Dan Solehah
Pengganti Tugas Rasulullah
Sebagai Seorang Pemimpin Ummah
Yang Bersifat Siddiq Dan Fatanah
Andaikan Kutemukan
Seorang Pemimpin Dunia
Seorang Pemimpin Agama
Seorang Pemimpin Indonesia
Hanya Allah Yang Mengetahuinya |
Pengarang: Basilius Andreas Gas
Kemerdekaan semu menghinggap
Bukan diraih karena tetes perjuangan
Dengan motto “Sampai Titik Darah Penghabisan”
Atau gelora pembangkit semangat “Rawe-rawe
rantas, malang-malang putung”
Entah benar atau tidak ejaan pun ku tak tahu
Kemerdekaan semu dirasa
Bukan karena ingin bebas dari belenggu jajahan
Tapi karena merasa lebih bebas
Entah mengapa…
Bebaskah?
Kemerdekaan…
Yah, itulah istilah yang kuguna
Kemerdekaan yang sebenarnya memalukan
Kemerdekaan yang sebenarnya tak boleh kuulang
Kemerdekaan yang bisa keblabasan
|
|