╰☆╮”,RUMAH-RUMAH SURGA YANG DIJANJIKAN ALLAH BAGI ORANG BERIMAN,”╰☆╮

╰☆╮”,RUMAH-RUMAH SURGA YANG DIJANJIKAN ALLAH BAGI ORANG BERIMAN,”╰☆╮

Tiada seorang pun tahu cendera mata apa yang masih tersembunyi bagi mereka-sebagai balasan atas amal kebaikan yang mereka lakukan. (Surat as-Sajdah, 17)

Surga adalah tempat yang dijanjikan bagi kaum mukminin atas keimanan mereka kepada Allah dan ketaatan mereka kepada-Nya. Surga, sebagaimana terpapar dalam banyak ayat, merupakan tempat yang diselimuti dengan aneka jenis berkah dan merupakan tempat tinggal kebahagiaan abadi. Allah menghadiahkan surga bagi orang-orang yang beriman sebagai pahala atas amal mereka di dunia.

Surga adalah tempat pengungkapan sifat pemurah Allah (kemurahan yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman kepada Yang Maha Pemurah, Yang mengganjar orang-orang yang menggunakan berkah-Nya dengan tepat dengan berkah lain yang abadi dan lebih unggul). Karena itu, surga merupakan rumah kebahagiaan yang mengandung segala hal yang mungkin diinginkan oleh jiwa manusia melebihi paparan ayat-ayat tersebut.

Dalam benak sebagian manusia, kata “surga” membangkitkan pikiran yang agak terbatas, karena mereka menduga surga tempat keindahan alamiah belaka, seperti taman ria. Akan tetapi, surga yang merupakan pikiran ini amat berbeda dengan surga yang terpapar dalam Al-Qur’an.

Dalam Al-Qur’an, surga dipaparkan sebagai tempat yang mengandung segala yang mungkin dikehendaki oleh manusia:

Diedarkan kepada mereka pinggan dan piala emas; di dalamnya ada yang menjadi idaman dan sedap dipandang mata; dan kamu akan kekal di dalamnya. (Surat az-Zukhruf, 71)

Di ayat lain, kita diberi tahu bahwa di surga bahkan terdapat lebih dari yang bisa diinginkan oleh manusia:

Segala yang mereka inginkan ada di dalamnya, dan ada tambahan dari Kami Sendiri. (Surat Qaaf, 35)

Dengan kata lain, berlawanan dengan kepercayaan umum, surga menawarkan berkah yang berlimpah, berkah yang belum terlihat oleh manusia sepanjang hayat mereka di dunia ini dan bahkan tak terbayangkan oleh mereka. Orang-orang beriman akan diberi pahala kehidupan kekal di surga atas ketaatan mereka kepada Allah semasa hidup di dunia dan atas jalan hidup mereka yang menuruti kehendak-Nya.

Surga yang dijanjikan bagi orang-orang beriman ini dijelaskan dalam berbagai ayat:

Dan sampaikan berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik bahwa bagi mereka tersedia taman-taman surga, di dalamnya mengalir sungai; setiap waktu mereka mendapat rizki berupa buah-buahan, mereka berkata, “Rizki inilah yang dulu diberikan kepada kami,” karena mereka pernah mendapatkan yang serupa; dan bagi mereka di sana ada pasangan-pasangan yang suci bersih; dan di sana mereka tinggal selamanya. (Surat al-Baqarah, 25)

Orang yang bertakwa berada di taman-taman dan matair (air bersih yang melimpah). (Akan disambut dengan) “Masuklah dengan damai dan aman.” Dan akan Kami cabut dari hati mereka segala rasa dendam; (mereka akan) bersaudara saling berhadapan di atas singgasana (kemuliaan). Tak ada rasa letih menghinggapi mereka, dan tidak (pernah) disuruh keluar. (Surat al-Hijr, 45-48)

Bagi merekalah taman-taman bahagia yang abadi, yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; mereka akan dihiasi dengan gelang emas, dan mereka akan mengenakan pakaian hijau dari sutera halus dan brokat tebal; mereka di sini bersandar di atas peterana. Sungguh balasan yang baik! Sungguh tempat istirahat yang indah! (Surat al-Kahfi, 31)

Sungguh, penghuni surga hari itu dalam kesibukan yang menyenangkan. Mereka dan pasangan-pasangan mereka berada di tempat yang teduh, bersandar di atas singgasana (kehormatan). Buah-buahan tersedia bagi mereka, dan akan mereka dapatkan segala yang mereka inginkan. “Salam!”, sebuah firman (sapaan) dari Tuhan, Maha Pengasih. (Surat Yaasiin, 55-58)

Adapun mereka yang bertakwa berada di tempat yang aman, di taman-taman dan mataair; mengenakan pakaian sutera halus dan brokat; mereka akan saling berhadapan. Demikianlah, dan Kami pertemukan mereka berpasang-pasangan dengan yang bermata indah, besar, dan berkilau. Di sana mereka dapat meminta buah-buahan dengan aman. Di sana mereka tak akan mengalami kematian lagi, selain kematian yang pertama; dan mereka dilindungi dari siksa api neraka, suatu karunia dari Tuhanmu; itulah kemenangan yang besar. (Surat ad-Dukhaan, 51-57)

Tetapi mereka yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan akan Kami beri tempat kediaman di surga, tempat kediaman yang tinggi, di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal di dalamnya; itulah pahala terbaik bagi orang yang beramal! (Surat al-‘Ankabuut, 58)

Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain apalagi dalam masalah agama yang dapat mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling memberikan manfaat bagi orang lain.” (Al Jaami’ Ash Shogir, no. 11608)

Dari Abu Mas’ud Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa memberi petunjuk pada orang lain, maka dia mendapat ganjaran sebagaimana ganjaran orang yang melakukannya.” (HR. Muslim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

لأَنْ يَهْدِىَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ

“Jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang melalui perantaraanmu maka itu lebih baik bagimu daripada mendapatkan unta merah (harta yang paling berharga orang Arab saat itu).” (HR. Bukhari dan Muslim)

╰☆╮”,AKHIRAT,” TEMPAT TINGGAL MANUSIA YANG SEBENAR NYA,”╰☆╮

╰☆╮”,AKHIRAT,” TEMPAT TINGGAL MANUSIA YANG SEBENAR NYA,”╰☆╮

Banyak orang yang mengira bahwa mungkin saja menjalani kehidupan yang sempurna di dunia ini. Menurut pandangan ini, hidup yang bahagia dan menyenangkan dicapai melalui kelimpahan materi, yang bersama dengan sebuah kehidupan rumah tangga yang memuaskan dan pengakuan atas status sosial seseorang umumnya dianggap sebagai asas bagi kehidupan yang sempurna.

Namun menurut cara pandang Al Quran, suatu kehidupan yang sempurna yaitu, kehidupan tanpa masalah adalah mustahil di dunia ini. Ini semata karena kehidupan di dunia memang sengaja dirancang untuk tidak sempurna.

Akar kata bahasa Arab bagi dunia dunya mempunyai sebuah arti yang penting. Secara etimologis, kata ini diturunkan dari akar kata daniy, yang berarti sederhana, remeh, rendah, dan tak berharga. Jadi, kata dunia dalam bahasa Arab secara inheren mencakup sifat-sifat ini.

Ketidakberartian kehidupan ini ditekankan berkali-kali pada awal halaman ini. Memang semua faktor yang dipercaya akan membuat hidup indah kekayaan, kesuksesan pribadi dan bisnis, pernikahan, anak-anak, dan seterusnya tak lebih dari tipuan yang sia-sia. Ayat tentang ini sebagai berikut:

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al Hadiid, 57: 20)

Dalam ayat lainnya, Allah menyebutkan kecenderungan manusia kepada dunia daripada akhirat:

Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS.A-A’laa,87: 16-17)

Berbagai masalah muncul hanya karena, dibandingkan hari akhirat, manusia menilai hidup ini terlalu tinggi. Mereka merasa senang dan puas dengan apa yang mereka miliki di sini, di dunia ini. Perilaku seperti ini tidak lain berarti memalingkan diri dari janji Allah dan karenanya dari realitas keberadaan-Nya yang agung. Allah menyatakan bahwa akhir yang memilukan telah menunggu mereka.

Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, (QS. Yunus, 10: 7)

Tentu saja, ketidaksempurnaan hidup ini tidak menyangkal kenyataan adanya hal-hal yang baik dan indah di muka bumi. Tetapi di bumi ini, apa yang dinilai indah, menggembirakan, menyenangkan, dan menarik berpasang-pasangan dengan ketidaksempurnaan,

cacat dan jelek. Tentu saja, jika diamati dengan pikiran yang tenang dan teliti, fakta-fakta ini akan membuat seseorang menyadari kebenaran hari akhir. Bersama Allah, kehidupan yang benar-benar baik dan bermanfaat bagi manusia adalah kehidupan akhirat.

Allah memerintahkan para hamba-Nya yang setia untuk berupaya keras memperoleh surga dalam ayat berikut:

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa

╰☆╮MUNCULNYA ORANG YANG MENGAKU SEBAGAI NABI, MERATANYA RASA AMAN, DAN MUNCULNAYA API HIJAJ,╰☆╮

╰☆╮MUNCULNYA ORANG YANG MENGAKU SEBAGAI NABI,
MERATANYA RASA AMAN, DAN MUNCULNAYA API HIJAJ,╰☆╮

<> MUNCULNYA ORANG YANG MENGAKU SEBAGAI NABI <>

Di antara tanda-tanda Kiamat yang telah nampak adalah munculnya para pendusta yang mengaku sebagai Nabi. Jumlah mereka mendekati tiga puluh pendusta. Sebagian dari mereka telah muncul pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga pada zaman Sahabat dan orang yang semisal mereka senantiasa muncul.

Batasan di dalam hadits-hadits tersebut tidaklah bermakna bagi setiap orang yang mengaku sebagai Nabi secara mutlak, sebab mereka yang seperti itu banyak dan tidak terhingga, tetapi yang dimaksud dalam hadits adalah orang yang (mengaku sebagai Nabi) lagi memiliki kekuatan, banyak pengikutnya dan terkenal di kalangan manusia.

{ Lihat Fat-hul Baari (VI/617 }

Dijelaskan dalam ash-Shahiihain dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبٌ مِنْ ثَلاَثِينَ، كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللهِ.

“Tidak akan terjadi hari Kiamat hingga dibangkitkan ‘dajjal-dajjal’ (para
pendusta) yang jumlahnya mendekati tiga puluh, semuanya mengaku bahwa mereka adalah utusan Allah.”

{ Shahiih al-Bukhari, kitab al-Manaaqib bab ‘Alaamatun Nubuwwah (VI/616, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraatus Saa’ah (XVIII/45-46, Syarh an-Nawawi }

Dan diriwayatkan dari Tsauban Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ، وَحَتَّى يَعْبُدُوا اْلأَوْثَانَ، وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِيْ ثَلاَثُوْنَ كَذَّابُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ، وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ، لاَ نَبِيَّ بَعْدِيْ.

‘Tidak akan terjadi hari Kiamat hingga beberapa kelompok dari umatku mengikuti kaum musyrikin dan hingga mereka menyembah berhala, dan sesungguhnya akan ada pada umatku tiga puluh orang pendusta, semuanya mengaku bahwa ia adalah seorang Nabi, padahal aku adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi setelahku.’”

{ Sunan Abi Dawud (XI/324, ‘Aunul Ma’buud), dan at-Tirmidzi (VI/466, Tuhfatul Ahwadzi), dan beliau berkata, “Ini adalah hadits shahih.”}

Hadits-hadits tentang kemunculan ‘dajjal-dajjal’ (para pendusta) seperti ini banyak jumlahnya. Di dalam sebagian riwayatnya dijelaskan dengan redaksi yang pasti bahwa mereka berjumlah tiga puluh orang, sebagaimana diungkap dalam hadits Tsauban. Dan di dalam riwayat lainnya bahwa jumlah mereka mendekati tiga puluh orang, sebagaimana dijelaskan di dalam ash-Shahiihain. Kemungkinan riwayat Tsauban diungkapkan dengan cara pembulatan, yaitu sebanyak 30 orang.

Di antara pendusta yang telah muncul dari ketiga puluh pendusta itu adalah Musailamah al-Kadzdzab, dia mengaku sebagai Nabi di akhir-akhir zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salalm. Rasul pernah mengirim surat kepadanya dan menamakannya ‘Musailamah al-Kadzdzab’ (si pendusta). Pengikutnya banyak dan kejahatannya semakin menjadi terhadap kaum muslimin, sehingga para Sahabat memeranginya di zaman Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu pada perang Yamamah yang masyhur.

Demikian pula muncul al-Aswad al-‘Anasi di Yaman. Dia mengaku sebagai Nabi, lalu para Sahabat membunuhnya sebelum Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.

Muncul pula Sajah yang mengaku sebagai Nabi dan dinikahi oleh Musailamah. Tatkala Musailamah mati dibunuh, dia (Sajah) kembali memeluk Islam.

Demikian pula Thulaihah bin Khuwailid yang mengaku sebagai Nabi, kemudian bertaubat dan kembali memeluk Islam lalu baiklah keislamannya.

Kemudian muncul al-Mukhtar bin Abi ‘Ubaid ats-Tsaqafi, ia menampakkan kecintaan kepada Ahlul Bait dan menuntut balas atas pembunuhan Husain. Pengikutnya bertambah banyak sehingga dia bisa menguasai Kufah di awal kekhilafahan Ibnuz Zubair. Kemudian syaitan menyesatkannya sehingga dia mengaku sebagai Nabi dan Jibril turun kepadanya (menyampaikan wahyu).

{ Lihat Fat-hul Baari (VI/617) }

Di antara hal yang memperkuat bahwa dia termasuk para pendusta adalah riwayat Abu Dawud setelah beliau menyebutkan hadits Abu Hurairah yang terdapat dalam ash-Shahiihain tentang para pendusta (Dajjal): “Diriwayatkan dari Ibrahim an-Nakha’i sesungguhnya beliau berkata kepada ‘Ubaidah as-Salmani,

{ Ubaidah as-Salmani al-Maradi al-Kufi al-Faqih al-Mufti, masuk Islam ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, berjumpa dengan ‘Ali dan Ibnu Mas’ud c. Asy-Sya’bi berkata tentangnya, “Dia adalah orang yang menyamai (hakim) Syuraih dalam masalah hukum.” Lihat biografinya dalam kitab Syadza-raatudz Dzahab (I/78-79) }

“Apakah engkau melihat bahwa dia termasuk di dalam golongan mereka, -maksudnya al-Mukhtar-?” Dia menjawab, Ubaidah berkata, “Adapun dia termasuk para pemimpinnya.”

{ Sunan Abi Dawud (XI/486, ‘Aunul Ma’buud) }

Di antara mereka adalah al-Harits al-Kadzdzab. Muncul pada masa khilafah ‘Abdul Malik bin Marwan, lalu dia dibunuh.

Lalu pada masa khilafah ‘Abbasiyyah keluar sekelompok orang (yang mengaku Nabi).

{ Fat-hul Baari (VI/617) }

Di masa kini muncul Mirza Ahmad al-Qadiyani di India. Dia mengaku sebagai Nabi dan mengaku sebagai al-Mahdi yang ditunggu-tunggu. Dia juga berkeyakinan bahwa Nabi ‘Isa Alaihissallam tidak hidup di langit… dan keyakinan-keyakinan bathil lainnya. Sehingga dia memiliki para pengikut dan pembela. Banyak ulama yang menentangnya, membantahnya, serta menjelaskan bahwa dia adalah salah satu dari para pendusta (Dajjal) yang diperingatkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Para pendusta seperti itu akan terus bermunculan satu persatu, hingga akhirnya akan keluar Dajjal yang buta sebelah (yang sesungguhnya). Imam Ahmad meriwayatkan dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tatkala terjadi gerhana matahari:

وَإِنَّهُ -وَاللهِ- لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّـى يَخْرُجَ ثَلاَثُونَ كَذَّابًا آخِرُهُـمُ اْلأَعْوَرُ الْكَذَّابُ.

“Sesungguhnya -demi Allah- tidak akan terjadi hari Kiamat hingga keluar tiga puluh pendusta, terakhir dari mereka adalah si buta sebelah (picek) sang pendusta (Dajjal).”

{ Musnad Ahmad (V/16, dengan catatan pinggir Muntakhab Kanzul ‘Ummal) }

Dan di antara para pendusta (Dajjal) ini adalah empat wanita. Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فِي أُمَّتِـي كَذَّابُوْنَ وَدَجَّالُوْنَ سَبْعَةٌ وَعِشْرُوْنَ مِنْهُمْ أَرْبَعُ نِسْوَةٍ وَإِنِّي خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي.

“Pada umatku ada dua puluh tujuh para pendusta, di antara mereka empat orang wanita, dan sesungguhnya aku adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi setelahku.” [9]

{ Musnad Ahmad (V/396), hadits ini shahih.
Lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (IV/97, no. 4134).
Al-Haitsami berkata, “Diriwayatkan oleh Ahmad, ath-Thabrani dalam al-Kabiir, dan al-Ausath, al-Bazzar, dan perawi al-Bazzar adalah perawi yang shahih.” (Majma’uz Zawaa-id VII/332) }

<><> MERATANYA RASA AMAN <><>

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ بَيْنَ الْعِرَاقِ وَمَكَّةَ لاَ يَخَافُ إِلاَّ ضَلاَلَ الطَّرِيقِ.

‘Tidak akan terjadi Kiamat hingga seseorang yang berkendaraan berjalan di antara Irak dan Makkah tidak merasa takut kecuali (rasa takut) tersesat di jalan.’” [1]

{ Musnad Ahmad (II/370-371 -dengan catatan pinggir Muntakhab al-Kanz).
Al-Haitsami berkata, “Diriwayatkan oleh Ahmad, dan perawinya adalah perawi ash-Shahiih.” (Majma’uz Zawaa-id VII/331) }

Hal ini terjadi pada zaman Sahabat Radhiyallahu anhum. Hal itu ketika Islam dan keadilan meliputi seluruh negeri yang ditaklukkan oleh kaum muslimin.

Hal ini diperkuat dengan hadits ‘Adi Radhiyallahu anhu, ketika Nabi bertanya kepadanya:

يَا عَدِيُّ! هَلْ رَأَيْتَ الْحِيرَةَ؟ قُلْتُ لَمْ أَرَهَـا، وَقَدْ أُنْبِئْتُ عَنْهَا. قَالَ: فَإِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَـاةٌ لَتَرَيَنَّ الظَّعِينَةَ تَرْتَحِلُ مِنَ الْحِيرَةِ حَتَّى تَطُوفَ بِالْكَعْبَةِ لاَ تَخَافُ أَحَدًا إِلاَّ اللهَ…

“Wahai ‘Adi, apakah engkau melihat (kota) al-Hirah?” “Aku tidak melihatnya, tetapi aku telah mendapatkan berita tentangnya,” jawabku. Beliau bersabda, “Jika umurmu panjang, niscaya engkau akan melihat seorang wanita melakukan perjalanan dari al-Hirah hingga dia melakukan thawaf di sekeliling Ka’bah dengan tidak merasa takut kepada seorang pun kecuali Allah….”{ Telah terdahulu takhrijnya }

Hal ini pun akan terjadi pada masa al-Mahdi dan Nabi ‘Isa Alaihissallam ketika keadilan telah meliputi tempat yang penuh dengan kezhaliman.

<><> MUNCULNYA API HIJAJ <><>

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّـى تَخْرُجَ نَارٌ مِنْ أَرْضِ الْحِجَازِ تُضِيءُ أَعْنَـاقَ اْلإِبِلِ بِبُصْرَى.

“Tidak akan terjadi hari Kiamat hingga keluar api dari tanah Hijaj yang menerangi leher-leher unta di Bushra.”

{ Bushra dengan huruf ba yang didhammahkan, akhirnya adalah alif maqsuurah, nama sebuah kota yang terkenal di Syam, dinamakan pula Hauran, jarak antara kota tersebut dengan Damasqus adalah tiga malam perjalanan.
Lihat kitab Mu’jamul Buldaan (I/441), Syarh an-Nawawi (XVIII/30), dan Fat-hul Baari (XIII/80) }

Api ini telah muncul pada pertengahan abad ke tujuh Hijriyyah, tepatnya pada tahun 654 H. Api tersebut sangat besar dan para ulama yang hidup pada masa itu juga setelahnya banyak mengomentari sifat api tersebut.

{ Shahiih al-Bukhari, kitab al-Fitan bab Khuruujun Naar (XIII/78, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraatus Saa’ah (XVIII/30, Syarh an-Nawawi }

An-Nawawi rahimahullah berkata, “Pada masa kami muncul api di Madinah pada tahun 654 H. Api tersebut sangat besar, muncul dari arah timur Madinah di belakang al-Harrah. Telah beredar berita tentangnya secara mutawatir di kalangan penduduk Syam juga negeri-negeri lainnya, dan telah memberikan kabar kepadaku seseorang yang menyaksikannya dari penduduk Madinah.”

{ Syarh Muslim, karya an-Nawawi (XVIII/28 }

Ibnu Katsir rahimahullah menukil lebih dari satu orang badui di kalangan orang Bushra bahwa mereka dapat melihat leher-leher unta dengan cahaya api yang muncul di tanah Hijaz. [4]

{ Lihat an-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/14) tahqiq Dr. Thaha Zaini, dan lihat al-Bidaayah wan Nihaayah (XIII/187-193 }

Al-Qurthubi rahimahullah telah menyebutkan munculnya api ini, dan beliau menjelaskan dengan rinci dalam kitab at-Tadzkirah

{ Lihat at-Tadzkirah (hal. 636 }

Lalu beliau menuturkan bahwa api tersebut bisa dilihat dari Makkah dan dari gunung Bushra.

Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Dan yang nampak bagiku (kebenarannya) bahwa api yang disebutkan… adalah api yang nampak di pinggiran kota Madinah, sebagaimana difahami oleh al-Qurthubi dan selainnya.”

{ Fat-hul Baari (XIII/79 }

Api ini bukanlah api yang muncul di akhir zaman, yang mengumpulkan manusia di tempat berkumpul mereka, sebagaimana akan dijelaskan dalam pembahasan tanda-tanda Kiamat yang besar

Oleh
Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

[Disalin dari kitab Asyraathus Saa’ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]

╰☆╮ALQUR’AN MEMPUNYAI PENJELASAN YANG RINCI MENGENAI TURUNYA NABI ISA KE BUMI╰☆╮

╰☆╮ALQUR’AN MEMPUNYAI PENJELASAN YANG RINCI MENGENAI TURUNYA NABI ISA KE BUMI╰☆╮

Allah tidak menghendaki orang-orang kafir membunuh ‘Isa AS, melainkan mengangkatnya ke sisi-Nya, dan mengumumkan kabar gembira kepada umat manusia bahwa nabi Isa akan turun ke bumi di Hari Akhir. Al Qur’an memberikan informasi mengenai turunnya ‘Isa AS dalam sejumlah ayat:

Salah satu ayat menyatakan bahwa orang-orang kafir yang merencanakan pembunuhan Isa AS tidak berhasil;

… dan karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa. (QS An Nisaa’: 157)

Ayat lain mengatakan bahwa ‘Isa AS tidak meninggal, melainkan diangkat dari lingkungan manusia ke kehadirat Allah.

… tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana (QS An Nisaa’: 158)

Pada ayat ke-55 Surat Ali ‘Imran, kita telah mengetahui bahwa Allah akan menempatkan orang-orang yang mengikuti ‘Isa AS di atas orang-orang yang kafir hingga Hari Kebangkitan.

Ini sebuah fakta sejarah bahwa 2000 tahun lalu, murid-murid ‘Isa tidak mempunyai kekuasaan politik. Orang-orang Kristen yang hidup antara zaman tersebut dan masa sekarang telah meyakini sejumlah ajaran palsu, terutama doktrin Trinitas (mengakui tiga Tuhan dalam satu Tuhan).

Oleh karena itu, terbukti bahwa mereka tidak bisa disebut sebagai pengikut Nabi ‘Isa as, karena, seperti dikatakan di berbagai ayat di dalam Al Qur’an, mereka yang meyakini Trinitas telah tergelincir ke dalam kesesatan. Dalam hal ini,

pada waktu sebelum Hari Akhir, para pengikut ‘Isa AS akan mengalahkan orang-orang yang ingkar itu dan memenuhi janji ilahiyah yang termuat di dalam Surat Ali ‘Imran. Yang pasti, kelompok yang diberkati ini akan diketahui ketika ‘Isa AS ketika turun kembali ke bumi.

* Selain itu, Allah berfirman di dalam Qur’an bahwa seluruh Ahli Kitab akan meyakini ‘Isa AS sebelum dia meninggal.

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (‘Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti ‘Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka. (QS An Nisaa’: 159)

Kita mengetahui dengan jelas dari ayat ini bahwa ada tiga janji yang belum terpenuhi berkenaan dengan ‘Isa as. Yang pertama, seperti setiap manusia lainnya, Nabi ‘Isa AS akan meninggal. Yang kedua,

seluruh Ahli Kitab akan melihatnya dalam bentuk sosok manusia dan akan menaatinya ketika dia hidup. Tidak ada keraguan bahwa dua perkiraan ini akan terpenuhi ketika ‘Isa AS datang kembali sebelum Hari Akhir. Perkiraan ketiga mengenai kesaksian ‘Isa AS atas Ahli Kitab akan terpenuhi di Hari Akhir.

Ayat lain dalam Surat Maryam membahas kematian ‘Isa AS.

Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. (QS Maryam: 33)

Ketika kita membandingkan ayat ini dengan ayat ke-55 Surat Ali ‘Imran, kita dapat memahami sebuah fakta yang sangat penting. Ayat dalam Surat Ali ‘Imran tersebut berbicara mengenai ‘Isa AS diangkat ke kehadirat Allah. Di ayat ini tidak ada informasi yang diberikan berkenaan dengan apakah ‘Isa AS meninggal atau tidak. Tetapi di ayat ke-33 Surat Maryam, disebutkan mengenai kematian ‘Isa AS. Kematian kedua ini mungkin terjadi hanya apabila ‘Isa AS turun ke bumi kembali dan meninggal setelah hidup di sini selama beberapa waktu (Allah-lah Yang Lebih Mengetahui)

Ayat lain yang menjelaskan turunnya ‘Isa ke bumi adalah:

Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil. (QS Ali ‘Imran: 48)

Untuk memahami rujukan atas ‘Al Kitab” yang disebutkan di ayat ini, kita harus melihat ayat-ayat lain di dalam Al Qur’an yang relevan dengan pokok permasalahan ini:

apabila Al Kitab dikatakan di satu ayat bersama dengan Taurat dan Injil, itu pasti berarti Al Qur’an. Ayat ketiga dari Surat Ali ‘Imran menegaskan maksud tersebut:

Allah, tiada ada Tuhan melainkan Dia, Yang Hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri. Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil sebelum (Al Qur’an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa). (QS Ali ‘Imran: 2-4)

Dalam hal ini, Al Kitab yang disebut dalam ayat 48, yang akan dipelajari oleh ‘Isa AS, hanya mungkin berupa Al Qur’an. Kita mengetahui bahwa ‘Isa AS telah mengetahui Taurat dan Injil selama kehidupannya, yaitu, sekitar 2000 tahun lalu. Jelas, kitab tersebut adalah Al Qur’an yang dia akan ajarkan ketika dia turun ke bumi kembali.

Petunjuk yang paling menarik pada ayat ke-59 Surat Ali ‘Imran adalah: ‘Sesungguhnya misal (penciptaan) ‘Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam…’ Di ayat ini kita dapat melihat ada sejumlah kesamaan antara kedua nabi tersebut. Seperti kita ketahui, Adam AS dan ‘Isa AS keduanya tidak berayah, tetapi kita dapat menarik suatu kesamaan lebih lanjut dari ayat di atas, di antara turunnya Adam AS ke permukaan bumi dari surga dan turunnya ‘Isa AS dari hadirat Allah pada Hari Akhir.

Al Qur’an mengatakan hal berikut ini tentang ‘Isa AS:

Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. (QS Az Zukhruf: 61)

Kita mengetahui bahwa ‘Isa AS hidup enam abad sebelum Al Qur’an diwahyukan. Oleh karena itu, ayat ini harus merujuk, bukan pada kehidupan pertamanya, melainkan pada kedatangannya kembali selama Hari Akhir.

Baik dunia Kristen maupun Islam sangat menunggu-nunggu kedatangan ‘Isa as yang kedua kalinya itu. Kehadiran terhormat tamu yang diberkati ini di permukaan bumi akan merupakan tanda penting dari Hari Akhir.

Bukti lebih lanjut kedatangan kedua ‘Isa AS dapat ditemukan dalam penggunaan kata wakahlan dalam Surat Al Maidah 110 dan Surat Ali ‘Imran 46. Di kedua ayat ini, kita diwahyukan perintah berikut ini:

(Ingatlah), ketika Allah mengatakan, “Hai ‘Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkanmu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa…” (QS Al Ma’idah: 110)

Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah salah seorang di antara orang-orang yang saleh.” (QS Ali ‘Imran: 46)

Kata-katanya hanya muncul di dua ayat ini dan hanya merujuk pada ‘Isa AS. Kata ini digunakan untuk menjelaskan usia ‘Isa AS yang cukup dewasa. Kata ini merujuk pada usia antara 30 dan 50, yaitu akhir masa pemuda dan awal usia tua. Para ilmuwan Islam setuju menerjemahkan kata ini merujuk ke periode setelah usia 35 tahun.

Para ilmuwan Islam meyakini sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas yang mendukung bahwa ‘Isa AS diangkat ke sisi Allah ketika berusia muda, yaitu permulaan usia 30-an, dan ketika dia turun ke bumi kembali,

dia akan berusia 40 tahun ketika tinggal dan hidup di permukaan bumi ini. ‘Isa AS akan berusia tua setelah dia kembali ke bumi, sehingga ayat ini dapat dikatakan merupakan sebuah bukti kedatangan kedua ‘Isa AS ke bumi.

╰☆╮”,DALIL-DALIL AKAN TURUNNYA NABI ISA ALAIHISSALLAM,”╰☆╮

╰☆╮”,DALIL-DALIL AKAN TURUNNYA NABI ISA ALAIHISSALLAM,”╰☆╮

Turunnya ‘Isa Alaihissallam di akhir zaman telah tetap dalam al-Kitab dan as-Sunnah yang shahih lagi mutawatir, hal itu merupakan salah satu tanda dari tanda-tanda besar Kiamat.

a. Dalil-dalil turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam di dalam al-Qur-an al-Karim.
1). Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ إلى قوله تعالى وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ

Dan tatkala putera Maryam (‘Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. Sampai dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya ‘Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari Kiamat…” [Az-Zukhruf: 57-61]

Ayat-ayat ini turun dalam konteks bercerita tentang ‘Isa Alaihissallam, di akhirnya dijelaskan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ , maknanya adalah turunnya Isa pada hari Kiamat merupakan salah satu tanda dekatnya Kiamat, hal itu pula ditunjuki oleh bentuk qira-ah (tanda baca) yang lainnya وَإِنَّهُ لَعَلَمٌ لِّلسَّاعَةِ dengan huruf ‘ain dan lam yang difat-hahkan, maknanya adalah tanda akan tegaknya hari Kiamat. Qira-ah seperti ini diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Mujahid dan yang lainnya dari kalangan imam ulama tafsir. [1]

Al-Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya kepada Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma di dalam tafsiran ayat وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ , dia berkata, “Ia adalah turunnya ‘Isa bin Maryam Alaihissallam sebelum tegaknya Kiamat.” [2]

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Yang shahih bahwa kata (إِنَّـهُ) -dhamirnya (kata ganti)- kembali kepada ‘Isa, karena redaksi ayat menyebutkan tentangnya.” [3]

Dan jauh sekali jika makna ayat adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi ‘Isa Alaihissallam berupa menghidupkan yang mati, menyembuhkan orang buta, yang berpenyakit kusta juga yang lainnya dari orang-orang yang berpenyakit.

Lebih jauh lagi apa yang diungkapkan dari sebagian ulama bahwa dhamir di dalam kata (وَإِنَّهُ) kembali kepada al-Qur-an al-Karim.[4]

2). Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ إلى قوله تعالى وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا

“Dan karena ucapan mereka, ‘Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, ‘Isa putera Maryam, Rasul Allah,’ padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sampai dengan firman-Nya Ta’ala: Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (‘Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti ‘Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” [An-Nisaa’: 157-159]

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi tidak membunuh ‘Isa Alaihissallam, tidak juga mensalibnya, akan tetapi dia diangkat oleh Allah ke langit, sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya:

إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَىٰ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ

“(Ingatlah), ketika Allah berfirman, ‘Hai ‘Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku…” [Ali ‘Imran: 55]

Maka sesungguhnya ayat-ayat itu pun menunjukkan bahwa di antara Ahlul Kitab ada yang beriman kepada ‘Isa Alaihissallam di akhir zaman. Hal itu terjadi ketika dia turun [5]sebelum wafat, sebagaimana dijelaskan oleh beberapa hadits mutawatir lagi shahih.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata dalam jawabannya atas pertanyaan yang ditujukan kepadanya tentang wafat dan pengangkatan ‘Isa Alaihissallam, “Segala puji hanya milik Allah, ‘Isa Alaihissallam masih hidup, dan telah tetap di dalam hadits shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda:

يَنْزِلُ فِيْكُمُ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلاً وَإِمَامًا مُقْسِطًا، فَيَكْسِرُ الصَّلِيْبَ، وَيَقْتُلُ الْخِنْزِيْرَ، وَيَضَعُ الْجِزْيَةَ.

‘Ibnu Maryam akan turun di tengah-tengah kalian sebagai hakim dan pemimpin yang adil, lalu dia akan mematahkan salib, membunuh babi dan menghapus jiz’yah (pajak).’ [6]

Telah tetap dalam hadits shahih dari beliau bahwa ‘Isa Alaihissallam akan turun pada menara putih sebelah timur Damaskus, sesungguhnya dia akan membunuh Dajjal. Barangsiapa ruhnya berpisah dengan jasadnya tidak mungkin tubuhnya akan turun dari langit, dan jika dihidupkan, maka sesungguhnya dia bangkit dari dalam kuburnya.

Adapun firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا

“… sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir….” [Ali ‘Imran: 55]

Ini merupakan dalil bahwa tidak dimaksudkan dengan pengangkatan ini adalah kematian, karena jika yang dimaksud dengan hal itu adalah kematian, niscaya ‘Isa q akan sama seperti layaknya orang-orang beriman lainnya, di mana Allah mengambil ruh mereka, lalu mengambilnya ke atas langit, sehingga tidak ada sesuatu yang khusus dalam pengangkatannya. Demikian pula firman-Nya وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا “Serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir,” dan jika yang dimaksud bahwa ruhnya telah berpisah dengan jasadnya, niscaya badannya di bumi akan seperti jasad para Nabi yang lainnya.

Sementara Allah Ta’ala berfirman dalam ayat yang lain:

وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۚ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ ۚ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ

… Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham tentang (pembunuhan) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya… [An-Nisaa’: 157-158]

Firman Allah Ta’ala, بَلْ رَفَعَهُ اللهُ إِلَيْهِ “Tetapi yang sebenarnya Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya,” menjelaskan bahwasanya beliau diangkat dengan badan juga ruhnya, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits shahih bahwa dia akan turun dengan badan juga ruhnya, karena jika yang dimaksud pengangkatannya adalah kematiannya, niscaya Allah berfirman, “Tidaklah mereka membunuhnya, tidak juga menyalibnya, akan tetapi dia telah mati.”

Karena itulah di antara para ulama ada yang berkata إِنِّي مُتَوَفِّيْكَ “Kami mewafatkannya,” maknanya adalah memegangmu, yaitu memegang ruh dan jasadmu. Dikatakan dalam bahasa Arab (تَوَفَّيْتُ الْحِسَابَ وَاسْتَوْفِيْقَهُ) maknanya ada-lah mengambilnya.

Dan lafazh (اَلتَّوَفِّي) secara menyendiri tidak mengandung makna kematian ruh tanpa badan, tidak juga kematian keduanya secara bersamaan kecuali dengan qarinah (petunjuk) lainnya yang terpisah.

Bahkan terkadang bermakna tidur, sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya:

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya…” [Az-Zumar: 42]

Firman-Nya:

وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ

“Dan Dia-lah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari…” [Al-An’aam: 60]

Dan firman-Nya:

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا

“… Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh Malaikat-Malaikat Kami…” [Al-An’aam: 61]” [7]

Pembicaraan dalam pembahasan ini tidak bermaksud mengungkapkan diangkatnya ‘Isa Alaihissallam, tetapi hanya sekedar menjelaskan bahwa dia q diangkat dengan jasad dan ruhnya, dan sesungguhnya dia masih hidup sampai sekarang di atas langit, dan akan turun di akhir zaman, serta akan diimani oleh orang-orang Ahlul Kitab yang ada pada waktu itu, sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala:

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ

“Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (‘Isa) sebelum kematiannya…” [An-Nisaa’: 159]

Ibnu Jarir rahimahullah berkata, “Ibnu Basyar meriwayatkan kepada kami, dia berkata, ‘Sufyan meriwayatkan kepada kami, dari Abu Hushain, dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas:

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ

‘Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (‘Isa) sebelum kematiannya…’ [An-Nisaa’: 159]

Dia berkata, ‘Maksudnya adalah sebelum kematian ‘Isa bin Maryam.’” [8]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ini adalah sanad yang shahih.” [9]

Kemudian Ibnu Jarir rahimahullah berkata setelah mengungkapkan berbagai pendapat tentang makna ayat ini, “Dan pendapat yang paling benar adalah pendapat yang mengatakan bahwa tafsiran ayat tesebut adalah “Dan tidak ada seorang pun di antara Ahlul Kitab yang tidak beriman kepada ‘Isa sebelum kematian ‘Isa.” [10]

Beliau meriwayatkan dengan sanadnya dari al-Hasan al-Bashri rahimahullah, bahwasanya dia berkata, “(Maknanya adalah) sebelum kematian ‘Isa. Demi Allah, sesungguhnya dia sekarang masih hidup di sisi Allah, akan tetapi jika dia turun, maka semua orang akan beriman kepadanya.” [11]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Tidak diragukan bahwa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini adalah pendapat yang benar, karena pendapat itulah yang dimaksud dari beberapa redaksi ayat dalam menetapkan kebathilan semua pengakuan Yahudi bahwa ‘Isa itu dibunuh dan disalib, kemudian diserahkannya kabar ini kepada orang-orang Nasrani yang bodoh. Maka Allah mengabarkan bahwa masalahnya tidak demikian, yang ada hanyalah seseorang yang diserupa-kan-Nya bagi mereka, sehingga mereka membunuh orang yang serupa dengan-nya (‘Isa) sementara mereka tidak mencari kebenaran akan hal itu, selanjutnya beliau diangkat kepada-Nya, dan sungguh, dia akan turun sebelum hari Kiamat, sebagaimana hadits-hadits mutawatir menunjukkan hal itu.” [12]

Beliau (Ibnu Katsir) menuturkan bahwa diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma juga yang lainnya bahwa Ibnu ‘Abbas menjadikan dhamir dalam firman-Nya قَبْلَ مَوْتِهِ kembali kepada Ahlul Kitab, dan beliau berkata, “Sesungguh-nya jika riwayat ini benar, niscaya akan bertentangan dengan penjelasan ini, akan tetapi yang benar di dalam makna dan sanad adalah yang telah kami jelaskan.” [13]

b. Dalil-Dalil Turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam Dalam as-Sunnah al-Mu-thahharah
Dalil-dalil dari as-Sunnah tentang turunnya ‘Isa Alaihissallam sangat banyak dan mutawatir, sebagian darinya telah kami uraikan, dan akan kami sebutkan di sini sebagian darinya karena khawatir akan terkesan terlalu panjang, di antaranya:

1). Diriwayatkan oleh asy-Syaikhani dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ؛ لَيُوْشِكُنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيْكُمْ ابنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلاً، فَيَكْسُرُ الصَّلِيْبَ، وَيَقْتُلُ الْخِنْزِيْرَ، وَيَضَعُ الْحَرْبَ، وَيُفِيْضُ الْمَالَ حَتَّى لاَ يَقْبَلُهُ أَحَدٌ، حَتَّى تَكُوْنَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا.

‘Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh telah dekat turunnya putera Maryam di tengah-tengah kalian sebagai hakim yang adil, dia akan mematahkan salib, membunuh babi, menghentikan pe-perangan, dan melimpahkan harta, sehingga tidak seorang pun menerima-nya, hingga satu kali sujud lebih baik daripada dunia dan seisinya.’”

Kemudian Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, “Dan bacalah jika kalian menghendaki.

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا

‘Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (‘Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti ‘Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.’ [An-Nisaa’: 159]”[14]

Ini adalah penafsiran Abu Hurairah Radhiyallahu anhu untuk ayat tersebut bahwa yang dimaksud di dalam ayat ialah di antara Ahlul Kitab akan ada yang beriman kepada ‘Isa Alaihissallam sebelum beliau wafat. Hal itu terjadi tatkala beliau turun di akhir zaman, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.

2). Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كَيْفَ أَنْتُمُ إِذَا أُنْزِلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ؟!

‘Bagaimanakah kalian ketika putera Maryam diturunkan sedangkan (pemimpin) imam kalian dari kalangan kalian sendiri?!’” [15]

3). Muslim meriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ، ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ؛ قَالَ: فَيَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ ، فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ: صَلِّ لَنَا. فَيَقُوْلُ: لاَ؛ إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضِ أُمَرَاءُ؛ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ.

“Senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang berjuang membela ke-benaran, mereka selalu mendapatkan pertolongan sampai hari Kiamat.” Beliau berkata, “Lalu ‘Isa bin Maryam Alaihissallam turun, pemimpin mereka ber-kata, ‘Shalatlah mengimami kami.’ Beliau berkata, ‘Tidak, sesungguhnya sebagian dari kalian adalah pemimpin bagi yang lainnya, sebagai kemuliaan yang Allah berikan kepada umat ini.’” [16]

4). Telah dijelaskan sebelumnya hadits Hudzaifah bin Asid tentang tanda-tanda besar Kiamat, di dalamnya diungkapkan:

وَنُزُوْلُ عِيْسىَ بْنِ مَرْيَمَ.

“Dan turunnya ‘Isa bin Maryam Alaihissallam.” [17]

5). Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلاَّتٍ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِيْنُهُمْ وَاحِدٌ، وَإِنِّي أَوْلَى النَّاسِ بِعِيْسَـى بْنِ مَرْيَمَ؛ لأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ بَيْنِـيْ وَبَيْنَهُ نَبِيٌّ، وَإِنَّهُ نَازِلٌ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُ؛ فَاعْرِفُوْهُ.

“Para Nabi adalah saudara seayah, ibu-ibu mereka berbeda-beda, akan tetapi agama mereka satu. Sesungguhnya aku adalah orang yang paling berhak (dekat) kepada ‘Isa bin Maryam, karena tidak ada Nabi di antaraku dan dia. Dan sesungguhnya dia akan turun, jika kalian melihatnya, maka kenalilah dia!” [18]

[Disalin dari kitab Asyraathus Saa’ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1]. Tafsiir al-Qurthubi (XVI/105), dan lihat Tafsiir ath-Thabari (XXV/90-91).
[2]. Musnad Ahmad (IV/329, no. 2921) tahqiq Ahmad Syakir, beliau berkata, “Sanadnya shahih.”
[3]. Tafsiir Ibni Katsir (VII/222).
[4]. Lihat Tafsiir Ibni Katsir (VII/223).
[5]. Yaitu, turun secara hakiki, tidaklah yang dimaksud dengan turun dan hukum yang diterapkan di bumi di akhir zaman hanya sekedar perumpamaan dominasi ruh dan rahasianya risalah beliau terhadap manusia, berkasih sayang, saling mencintai, kedamaian dan mengambil segala tujuan hukum tanpa memahami zhahirnya, maka sesungguhnya hal itu bertentangan dengan hadits-hadits yang mutawatir bahwa ‘Isa akan turun dengan ruh dan jasadnya, sebagaimana ia diangkat dengan ruh dan jasadnya Alaihissallam.
[6]. Lihat perkataan Syaikh Muhammad ‘Abduh dalam Tafsiir al-Manaar (III/317).
[7]. Majmuu’ al-Fataawaa (IV/322-323).
[8]. Tafsiir ath-Thabari (VI/18).
[9]. An-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/131).
Dan atsar Ibnu ‘Abbas dishahihkan oleh Ibnu Hajar dalam al-Fat-h (VI/492).
[10]. Tafsiir ath-Thabari (VI/21).
[11]. Tafsiir ath-Thabari (I/18).
[12]. Tafsiir Ibni Katsir (II/415).
[13]. An-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/137).
[14]. Shahiih al-Bukhari, kitab Ahaadiitsul Anbiyaa’, bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Alaihissallam (VI/490-491, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Shallallaahu ‘alaihi wa Sallaam Haakiman (II/189-191, Syarh an-Nawawi).
[15]. Shahiih al-Bukhari, kitab Ahaadiitsul Anbiyaa’, bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Alaihissallam (VI/491, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam Haakiman (II/193, Syarh an-Nawawi).
[16]. Shahiih Muslim, bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam Haakiman (II/193-194, Syarh an-Nawawi).
[17]. Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah (XVIII/27-28, Syarh an-Nawawi).
[18]. Musnad Ahmad (II/406, catatan pinggir kitab Muntakhab al-Kanz). —

Foto: ‎╰☆╮",DALIL-DALIL AKAN TURUNNYA NABI ISA ALAIHISSALLAM,"╰☆╮

Turunnya ‘Isa Alaihissallam di akhir zaman telah tetap dalam al-Kitab dan as-Sunnah yang shahih lagi mutawatir, hal itu merupakan salah satu tanda dari tanda-tanda besar Kiamat.

a. Dalil-dalil turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam di dalam al-Qur-an al-Karim.
1). Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ إلى قوله تعالى وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ 

Dan tatkala putera Maryam (‘Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. Sampai dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya ‘Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari Kiamat...” [Az-Zukhruf: 57-61]

Ayat-ayat ini turun dalam konteks bercerita tentang ‘Isa Alaihissallam, di akhirnya dijelaskan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ , maknanya adalah turunnya Isa pada hari Kiamat merupakan salah satu tanda dekatnya Kiamat, hal itu pula ditunjuki oleh bentuk qira-ah (tanda baca) yang lainnya وَإِنَّهُ لَعَلَمٌ لِّلسَّاعَةِ dengan huruf ‘ain dan lam yang difat-hahkan, maknanya adalah tanda akan tegaknya hari Kiamat. Qira-ah seperti ini diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Mujahid dan yang lainnya dari kalangan imam ulama tafsir. [1]

Al-Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya kepada Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma di dalam tafsiran ayat وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ , dia berkata, “Ia adalah turunnya ‘Isa bin Maryam Alaihissallam sebelum tegaknya Kiamat.” [2]

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Yang shahih bahwa kata (إِنَّـهُ) -dhamirnya (kata ganti)- kembali kepada ‘Isa, karena redaksi ayat menyebutkan tentangnya.” [3]

Dan jauh sekali jika makna ayat adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi ‘Isa Alaihissallam berupa menghidupkan yang mati, menyembuhkan orang buta, yang berpenyakit kusta juga yang lainnya dari orang-orang yang berpenyakit.

Lebih jauh lagi apa yang diungkapkan dari sebagian ulama bahwa dhamir di dalam kata (وَإِنَّهُ) kembali kepada al-Qur-an al-Karim.[4]

2). Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ إلى قوله تعالى وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا

“Dan karena ucapan mereka, ‘Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, ‘Isa putera Maryam, Rasul Allah,’ padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sampai dengan firman-Nya Ta’ala: Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (‘Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti ‘Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” [An-Nisaa': 157-159]

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi tidak membunuh ‘Isa Alaihissallam, tidak juga mensalibnya, akan tetapi dia diangkat oleh Allah ke langit, sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya:

إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَىٰ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ

“(Ingatlah), ketika Allah berfirman, ‘Hai ‘Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku...” [Ali ‘Imran: 55]

Maka sesungguhnya ayat-ayat itu pun menunjukkan bahwa di antara Ahlul Kitab ada yang beriman kepada ‘Isa Alaihissallam di akhir zaman. Hal itu terjadi ketika dia turun [5]sebelum wafat, sebagaimana dijelaskan oleh beberapa hadits mutawatir lagi shahih.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata dalam jawabannya atas pertanyaan yang ditujukan kepadanya tentang wafat dan pengangkatan ‘Isa Alaihissallam, “Segala puji hanya milik Allah, ‘Isa Alaihissallam masih hidup, dan telah tetap di dalam hadits shahih dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda: 

يَنْزِلُ فِيْكُمُ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلاً وَإِمَامًا مُقْسِطًا، فَيَكْسِرُ الصَّلِيْبَ، وَيَقْتُلُ الْخِنْزِيْرَ، وَيَضَعُ الْجِزْيَةَ.

‘Ibnu Maryam akan turun di tengah-tengah kalian sebagai hakim dan pemimpin yang adil, lalu dia akan mematahkan salib, membunuh babi dan menghapus jiz’yah (pajak).’ [6]

Telah tetap dalam hadits shahih dari beliau bahwa ‘Isa Alaihissallam akan turun pada menara putih sebelah timur Damaskus, sesungguhnya dia akan membunuh Dajjal. Barangsiapa ruhnya berpisah dengan jasadnya tidak mungkin tubuhnya akan turun dari langit, dan jika dihidupkan, maka sesungguhnya dia bangkit dari dalam kuburnya.

Adapun firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا

“... sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir....” [Ali ‘Imran: 55]

Ini merupakan dalil bahwa tidak dimaksudkan dengan pengangkatan ini adalah kematian, karena jika yang dimaksud dengan hal itu adalah kematian, niscaya ‘Isa q akan sama seperti layaknya orang-orang beriman lainnya, di mana Allah mengambil ruh mereka, lalu mengambilnya ke atas langit, sehingga tidak ada sesuatu yang khusus dalam pengangkatannya. Demikian pula firman-Nya وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا “Serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir,” dan jika yang dimaksud bahwa ruhnya telah berpisah dengan jasadnya, niscaya badannya di bumi akan seperti jasad para Nabi yang lainnya.

Sementara Allah Ta’ala berfirman dalam ayat yang lain:

وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۚ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ ۚ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ
“
... Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham tentang (pembunuhan) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya... [An-Nisaa': 157-158]

Firman Allah Ta’ala, بَلْ رَفَعَهُ اللهُ إِلَيْهِ “Tetapi yang sebenarnya Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya,” menjelaskan bahwasanya beliau diangkat dengan badan juga ruhnya, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits shahih bahwa dia akan turun dengan badan juga ruhnya, karena jika yang dimaksud pengangkatannya adalah kematiannya, niscaya Allah berfirman, “Tidaklah mereka membunuhnya, tidak juga menyalibnya, akan tetapi dia telah mati.”

Karena itulah di antara para ulama ada yang berkata إِنِّي مُتَوَفِّيْكَ “Kami mewafatkannya,” maknanya adalah memegangmu, yaitu memegang ruh dan jasadmu. Dikatakan dalam bahasa Arab (تَوَفَّيْتُ الْحِسَابَ وَاسْتَوْفِيْقَهُ) maknanya ada-lah mengambilnya.

Dan lafazh (اَلتَّوَفِّي) secara menyendiri tidak mengandung makna kematian ruh tanpa badan, tidak juga kematian keduanya secara bersamaan kecuali dengan qarinah (petunjuk) lainnya yang terpisah.

Bahkan terkadang bermakna tidur, sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya:

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya...” [Az-Zumar: 42]

Firman-Nya:

وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ

“Dan Dia-lah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari...” [Al-An’aam: 60]

Dan firman-Nya:

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا

“... Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh Malaikat-Malaikat Kami...” [Al-An’aam: 61]” [7]

Pembicaraan dalam pembahasan ini tidak bermaksud mengungkapkan diangkatnya ‘Isa Alaihissallam, tetapi hanya sekedar menjelaskan bahwa dia q diangkat dengan jasad dan ruhnya, dan sesungguhnya dia masih hidup sampai sekarang di atas langit, dan akan turun di akhir zaman, serta akan diimani oleh orang-orang Ahlul Kitab yang ada pada waktu itu, sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala:

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ

“Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (‘Isa) sebelum kematiannya...” [An-Nisaa': 159]

Ibnu Jarir rahimahullah berkata, “Ibnu Basyar meriwayatkan kepada kami, dia berkata, ‘Sufyan meriwayatkan kepada kami, dari Abu Hushain, dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas:

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ

‘Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (‘Isa) sebelum kematiannya...’ [An-Nisaa': 159]

Dia berkata, ‘Maksudnya adalah sebelum kematian ‘Isa bin Maryam.’” [8]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ini adalah sanad yang shahih.” [9]

Kemudian Ibnu Jarir rahimahullah berkata setelah mengungkapkan berbagai pendapat tentang makna ayat ini, “Dan pendapat yang paling benar adalah pendapat yang mengatakan bahwa tafsiran ayat tesebut adalah “Dan tidak ada seorang pun di antara Ahlul Kitab yang tidak beriman kepada ‘Isa sebelum kematian ‘Isa.” [10]

Beliau meriwayatkan dengan sanadnya dari al-Hasan al-Bashri rahimahullah, bahwasanya dia berkata, “(Maknanya adalah) sebelum kematian ‘Isa. Demi Allah, sesungguhnya dia sekarang masih hidup di sisi Allah, akan tetapi jika dia turun, maka semua orang akan beriman kepadanya.” [11]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Tidak diragukan bahwa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini adalah pendapat yang benar, karena pendapat itulah yang dimaksud dari beberapa redaksi ayat dalam menetapkan kebathilan semua pengakuan Yahudi bahwa ‘Isa itu dibunuh dan disalib, kemudian diserahkannya kabar ini kepada orang-orang Nasrani yang bodoh. Maka Allah mengabarkan bahwa masalahnya tidak demikian, yang ada hanyalah seseorang yang diserupa-kan-Nya bagi mereka, sehingga mereka membunuh orang yang serupa dengan-nya (‘Isa) sementara mereka tidak mencari kebenaran akan hal itu, selanjutnya beliau diangkat kepada-Nya, dan sungguh, dia akan turun sebelum hari Kiamat, sebagaimana hadits-hadits mutawatir menunjukkan hal itu.” [12]

Beliau (Ibnu Katsir) menuturkan bahwa diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma juga yang lainnya bahwa Ibnu ‘Abbas menjadikan dhamir dalam firman-Nya قَبْلَ مَوْتِهِ kembali kepada Ahlul Kitab, dan beliau berkata, “Sesungguh-nya jika riwayat ini benar, niscaya akan bertentangan dengan penjelasan ini, akan tetapi yang benar di dalam makna dan sanad adalah yang telah kami jelaskan.” [13]

b. Dalil-Dalil Turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam Dalam as-Sunnah al-Mu-thahharah
Dalil-dalil dari as-Sunnah tentang turunnya ‘Isa Alaihissallam sangat banyak dan mutawatir, sebagian darinya telah kami uraikan, dan akan kami sebutkan di sini sebagian darinya karena khawatir akan terkesan terlalu panjang, di antaranya:

1). Diriwayatkan oleh asy-Syaikhani dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ؛ لَيُوْشِكُنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيْكُمْ ابنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلاً، فَيَكْسُرُ الصَّلِيْبَ، وَيَقْتُلُ الْخِنْزِيْرَ، وَيَضَعُ الْحَرْبَ، وَيُفِيْضُ الْمَالَ حَتَّى لاَ يَقْبَلُهُ أَحَدٌ، حَتَّى تَكُوْنَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا.

‘Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh telah dekat turunnya putera Maryam di tengah-tengah kalian sebagai hakim yang adil, dia akan mematahkan salib, membunuh babi, menghentikan pe-perangan, dan melimpahkan harta, sehingga tidak seorang pun menerima-nya, hingga satu kali sujud lebih baik daripada dunia dan seisinya.’”

Kemudian Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, “Dan bacalah jika kalian menghendaki.

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا 

‘Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (‘Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti ‘Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.’ [An-Nisaa': 159]”[14]

Ini adalah penafsiran Abu Hurairah Radhiyallahu anhu untuk ayat tersebut bahwa yang dimaksud di dalam ayat ialah di antara Ahlul Kitab akan ada yang beriman kepada ‘Isa Alaihissallam sebelum beliau wafat. Hal itu terjadi tatkala beliau turun di akhir zaman, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.

2). Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

كَيْفَ أَنْتُمُ إِذَا أُنْزِلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ؟!

‘Bagaimanakah kalian ketika putera Maryam diturunkan sedangkan (pemimpin) imam kalian dari kalangan kalian sendiri?!’” [15]

3). Muslim meriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Aku mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ، ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ؛ قَالَ: فَيَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ ، فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ: صَلِّ لَنَا. فَيَقُوْلُ: لاَ؛ إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضِ أُمَرَاءُ؛ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ.

“Senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang berjuang membela ke-benaran, mereka selalu mendapatkan pertolongan sampai hari Kiamat.” Beliau berkata, “Lalu ‘Isa bin Maryam Alaihissallam turun, pemimpin mereka ber-kata, ‘Shalatlah mengimami kami.’ Beliau berkata, ‘Tidak, sesungguhnya sebagian dari kalian adalah pemimpin bagi yang lainnya, sebagai kemuliaan yang Allah berikan kepada umat ini.’” [16]

4). Telah dijelaskan sebelumnya hadits Hudzaifah bin Asid tentang tanda-tanda besar Kiamat, di dalamnya diungkapkan:

وَنُزُوْلُ عِيْسىَ بْنِ مَرْيَمَ.

“Dan turunnya ‘Isa bin Maryam Alaihissallam.” [17]

5). Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

اَلأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلاَّتٍ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِيْنُهُمْ وَاحِدٌ، وَإِنِّي أَوْلَى النَّاسِ بِعِيْسَـى بْنِ مَرْيَمَ؛ لأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ بَيْنِـيْ وَبَيْنَهُ نَبِيٌّ، وَإِنَّهُ نَازِلٌ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُ؛ فَاعْرِفُوْهُ.

“Para Nabi adalah saudara seayah, ibu-ibu mereka berbeda-beda, akan tetapi agama mereka satu. Sesungguhnya aku adalah orang yang paling berhak (dekat) kepada ‘Isa bin Maryam, karena tidak ada Nabi di antaraku dan dia. Dan sesungguhnya dia akan turun, jika kalian melihatnya, maka kenalilah dia!” [18]

[Disalin dari kitab Asyraathus Saa'ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1]. Tafsiir al-Qurthubi (XVI/105), dan lihat Tafsiir ath-Thabari (XXV/90-91).
[2]. Musnad Ahmad (IV/329, no. 2921) tahqiq Ahmad Syakir, beliau berkata, “Sanadnya shahih.”
[3]. Tafsiir Ibni Katsir (VII/222).
[4]. Lihat Tafsiir Ibni Katsir (VII/223).
[5]. Yaitu, turun secara hakiki, tidaklah yang dimaksud dengan turun dan hukum yang diterapkan di bumi di akhir zaman hanya sekedar perumpamaan dominasi ruh dan rahasianya risalah beliau terhadap manusia, berkasih sayang, saling mencintai, kedamaian dan mengambil segala tujuan hukum tanpa memahami zhahirnya, maka sesungguhnya hal itu bertentangan dengan hadits-hadits yang mutawatir bahwa ‘Isa akan turun dengan ruh dan jasadnya, sebagaimana ia diangkat dengan ruh dan jasadnya Alaihissallam.
[6]. Lihat perkataan Syaikh Muhammad ‘Abduh dalam Tafsiir al-Manaar (III/317).
[7]. Majmuu’ al-Fataawaa (IV/322-323).
[8]. Tafsiir ath-Thabari (VI/18).
[9]. An-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/131).
Dan atsar Ibnu ‘Abbas dishahihkan oleh Ibnu Hajar dalam al-Fat-h (VI/492).
[10]. Tafsiir ath-Thabari (VI/21).
[11]. Tafsiir ath-Thabari (I/18).
[12]. Tafsiir Ibni Katsir (II/415).
[13]. An-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/137).
[14]. Shahiih al-Bukhari, kitab Ahaadiitsul Anbiyaa', bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Alaihissallam (VI/490-491, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Shallallaahu 'alaihi wa Sallaam Haakiman (II/189-191, Syarh an-Nawawi).
[15]. Shahiih al-Bukhari, kitab Ahaadiitsul Anbiyaa', bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Alaihissallam (VI/491, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Haakiman (II/193, Syarh an-Nawawi).
[16]. Shahiih Muslim, bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Haakiman (II/193-194, Syarh an-Nawawi).
[17]. Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah (XVIII/27-28, Syarh an-Nawawi).
[18]. Musnad Ahmad (II/406, catatan pinggir kitab Muntakhab al-Kanz).‎

彡★。。 13-TANDA-TANDA AKHIR ZAMAN ITU, TELAH TERJADI DI SEKELILING KITA, 。。★彡

彡★。。 13-TANDA-TANDA AKHIR ZAMAN ITU,
TELAH TERJADI DI SEKELILING KITA, 。。★彡

TANDA-tanda qiamat kecil terbagi menjadi dua: Pertama, kejadian sudah muncul dan sudah selesai, seperti diutusnya Rasulullah saw., terbunuhnya Utsman bin ‘Affan, terjadinya fitnah besar antara dua kelompok orang beriman dll. kedua, kejadiannya sudah muncul tetapi belum selesai bahkan semakin bertambah, seperti tersia-siakannya amanah, terangkatnya ilmu, merebaknya perzinahan dan pembunuhan, banyaknya wanita dll .

Diantara tanda-tanda qiamat kecil adalah:

1. Diutusnya Rasulullah saw. Dari Jabir ra berkata:”Adalah Rasulullah saw. jika beliau khutbah memerah matanya, suaranya keras, dan penuh dengan semangat seperti panglima perang, beliau bersabda:” (Hati-hatilah) dengan pagi dan sore kalian”, beliau melanjutkan:” Aku diutus dan hari Kiamat seperti ini” Rasulullah saw mengibaratkan seperti dua jarinya antara telunjuk dan jari tengah. (HR Muslim)

2. Disia-siakannya amanat. Dari Jabir ra. berkata, tatkala Nabi saw. berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata :Kapan terjadi Kiamat ? » Rasulullah saw. terus melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata : » Rasulullah saw. mendengar apa yang ditanyakan tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya « . Berkata sebagian yang lain : » Rasul saw. tidak mendengar”. Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan perkataannya, beliau bertanya:” Mana yang bertanya tentang Kiamat ?” Berkata lelaki Badui itu:” Saya wahai Rasulullah saw. “. Rasul saw. berkata:” Jika amanah disia-siakan , maka tunggulah Kiamat”. Bertanya:” Bagaimana menyia-nyiakannya?”. Rasul saw. menjawab:” Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah Kiamat” (HR Bukhari)

3. Penggembala menjadi kaya, Rasulullah saw. ditanya oleh Jibril tentang tanda-tanda qiyamat, lalu beliau menjawab:” Seorang budak melahirkan majikannya, dan engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang dan miskin penggembala binatang berlomba-lomba saling tinggi dalam bangunan” (HR Muslim).

4. Sungai Efrat berubah menjadi emas . Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda : » Tidak akan terjadi Kiamat sampai sungai Eufrat menghasilkan gunung emas, manusia berebutan tentangnya. Dan setiap seratus 100 terbunuh 99 orang. Dan setiap orang dari mereka berkata:” Barangkali akulah yang selamat” (Muttafaqun ‘alaihi)

5. Baitul Maqdis dikuasai umat Islam. “Ada enam dari tanda-tanda Kiamat: kematianku (Rasul saw.), dibukanya Baitul Maqdis, seorang lelaki diberi 1000 dinar, tapi dia membencinya, fitnah yang panasnya masuk pada setiap rumah muslim, kematian menjemput manusia seperti kematian pada kambing dan khianatnya bangsa Romawi, sampai 80 poin, dan setiap poin 12.000” (HR Ahmad dan At-Tabrani dari Muadz).

6. Banyak terjadi pembunuhan. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda : » Tiadak akan terjadi qiamat, sehingga banyak terjadi haraj ». Sahabat bertanya apa itu haraj ya Rasulullah ? » Rasul saw. menjawab : » Haraj adalah pembunuhan, pembunuhan » (HR Muslim)

7. Munculnya kaum Khawarij. Dari Ali ra. berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “akan keluar di akhir zaman kelompok orang yang masih muda, bodoh, mereka mengatakan sesuatu dari firman Allah. Keimanan mereka hanya sampai ditenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya. Dimana saja kamu jumpai, maka bunuhlah mereka. Siapa yang membunuhnya kan mendapat pahala di hari Kiamat” (HR Bukhari).

8. Banyak Polisi dan pembela kezhaliman. “Diakhir zaman banyak polisi dipagi hari melakukan sesuatu yang dimurkai Allah, dan di sore hari melakukan sesutu yang dibenci Allah. Hati-hatilah engkau jangan sampai menjadi teman mereka” (HR At-Tabrani)

9. Perang antara Yahudi dan Umat Islam. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda:” Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin berperang dengan yahudi. Maka kaum muslimin membunuh mereka sampai ada seorang yahudi bersembunyi dibelakang batu-batuan dan pohon-pohonan. Dan berkatalah batu dan pohon:”wahai muslim wahai hamba Allah ini yahudi dibelakangku, kemari dan bunuhlah ia kecuali pohon Ghorqod karena ia adalah pohon Yahudi” (HR Muslim)

10. Dominannya Fitnah . Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. Bersabda : » Tidak akan terjadi Kiamat, sampai dominannya fitnah, banyaknya dusta dan berdekatannya pasar »(HR Ahmad).

11. Sedikitnya ilmunya, Merebaknya perzinahan, Banyaknya kaum wanita. Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:“ Sesungguhnya diantara tanda-tanda qiamat adalah ilmu diangkat, banyaknya kebodohan, banyaknya perzinahan, banyaknya orang yang minum khomr, sedikit kaum lelaki dan banyak kaum wanita, sampai pada 50 wanita hanya ada satu lelaki”(HR Bukhari)

12. Bermewah-mewah dalam membangun masjid. Dari Anas ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:” Diantara tanda Kiamat adalah bahwa manusia saling membanggakan dalam keindahan masjid” (HR Ahmad, An-Nasa’i dan Ibnu Hibban)

13. Menyebarnya riba dan harta haram. Dari Abu Hurairah ra. berkata, rasulullah saw. Bersabda : » Akan datang pada manusia suatu waktu, setiap orang tanpa kecuali akan makan riba, orang yang tidak makan langsung, pasti terkena debu-debunya » (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi)

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. Bersabda : » Akan datang pada manusia suatu saat dimana, seseorang tidak peduli dari mana hartanya didapat, apakah dari yang halal atau yang haram

╰☆╮”,HANYA,” KESOPANAN DAN RASA MALU ” ADALAH KARAKTERISTIK DASAR DARI SESEORANG YANG MULIA DAN TANDA DARI KEIMANAN YANG TINGGI,”╰☆╮

╰☆╮”,HANYA,” KESOPANAN DAN RASA MALU ” ADALAH KARAKTERISTIK DASAR DARI SESEORANG YANG MULIA DAN TANDA DARI KEIMANAN YANG TINGGI,”╰☆╮

Diantara
hal-hal terbaik yang telah dikatakan adalah bahwa; “Ia adalah
merupakan kepekaan yang baik dan kelembutan perasaan yang tampak di mata
dan yang mempengaruhi penampilan. Barangsiapa yang hilang darinya maka dia
telah kehilangan segala kebaikan, dan barangsiapa yang dimahkotai dengannya
maka dia telah mendapatkan kehormatan dan kemuliaan dan dianugerahi
dengan kebaikan yang sempurna.” (Mawarid Ath-Thaman Li Durus Az-Zaman –
Abud Aziz As-Salaman, vol. 3 hal. 367). Bagaimana bisa selainnya ketika mahluk
Allah terbaik, Rasulullah  bersabda:
 
  
“Malu itu baik keseluruhannya.” (HR Muslim).
Al-hayah kini semakin lemah dan ditinggalkan. Lebih dari itu, konsep-konsep
dan bentuk-bentuk yang merusak ditujukan kepada kita dari musuh-musuh
Allah dan musuh-musuh wanita Muslimah, mengambil dari setiap tubuhnya
sampai ia menjadi buruk dan lemah hingga pada tingkat dimana para penyeru
terhadap rasa malu (al-hayaa) hanya memberikan pengaruh yang kecil kepada
banyak wanita Muslimah, ketika mereka diseru kepadanya.
Jika kita melihat ke dalam perkara terbesar dimana wanita Muslim hidup dan
penyimpangannya mengikuti tren Barat dan terus-menerus meniru mereka
sampai jika mereka masuk ke lubang biawak dia akan ikut masuk bersama
mereka, kita menyaksikan dengan sebenar-benarnya akan kelemahan agama
dan rasa malu pada diri seorang wanita Muslimah yang demikian. Itulah
sebabnya mengapa saya bekerja keras, memohon pertolongan dan keikhlasan
dari Dia Yang Maha Tinggi dan Sebaik-baik Pelindung, untuk menulis beberapa
kata tertuju kepada saudari-saudariku Muslimah yang saya harapkan dapat
berpengaruh dan bergema dalam jiwa mereka.

Saudariku tercinta, kata-kata yang kutulis berasal dari hati yang
dipenuhi kesedihan dan rasa sakit atas kondisi menyedihkan terhadap
banyak wanita Muslimah sekarang ini. Kita melihat wanita Muslimah
yang berpakaian tetapi telanjang, keluar memamerkan kecantikannya dan
menggoda hamba-hamba Allah dengan senjata yang sangat kotor – senjata
bujukan dan rayuan yang dia pelajari sebagai cara dan alat untuk menggoda.
Engkau menemukan godaan ini di rumah dan di jalan dan dalam perkataan dan
dalam gerakan. Godaan dalam pakaian dan mempercantik (diri), dalam
berjalan dan duduk dan pada lirikan mata. Ini benar-benar perkara yang serius
yang memalukan dan merobek-robek hati dengan kesedihan manakala kita
hidup dalam kenyataan dimana begitu banyak wanita Muslimah terlepas dari
rasa malu. Agama ini dan Al-Qur’an terlupakan, perbuatan dan akhlak
diingkari… dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah!
Saudariku, kata-kata ini dari penaku yang hina dan lemah ditandai oleh jiwa
yang terluka dan tidaklah ini melainkan sebuah jeritan dari sebuah peringatan
dan perhatian bagimu saudariku. Ini adalah kata-kata yang saya harapkan
dapat terdengar oleh telingamu yang melaluinya dapat mencapai pintu hatimu
dan menemukan tempat disana, masuk, diterima dan dilaksanakan.
Kata-kata ini keluar dari hati yang berisi cinta, persahabatan dan nasihat yang
tulus untukmu. Nasihat dari saudarimu yang begitu perduli terhadap saudarinya
yang dilihatnya bergerak menuju jalan kesesatan dimana dia pasti akan
terhanyutkan. Dia telah menyimpang dan jatuh ke dalam jebakan dan
perangkap yang telah disiapkan baginya oleh Zionist dan dia lalai dan tidak
mengetahuinya. Bagaimana mungkin aku tidak memegang tangannya dan
menasihatinya, mengarahkannya atau mencoba membuka matanya terhadap
rencana dan Persekongkolan disekitarnya?
Saudariku, kata-kataku bukanlah sesuatu yang baru, namun merupakan
pengingat bagimu sehingga mungkin Allah akan menjadikannya penyebab
bagimu untuk mendapatkan manfaat dengannya dan membuatnya mengalir
didalam hatimu dengan kesejukan dan kedamaian. Semoga dengannya akan
memberikan pengaruh yang besar terhadapmu, insya Allah. Saya
mengunggahmu saudariku tercinta, terhadap rasa keberagamaanmu, kepada
fitrah yang Allah menciptakanmu dengannya, dan rasa malumu, dan rasa takut
kepada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa. Tidakkah engkau mendengar
panggilan suadarimu yang tulus yang sangat perduli kepadamu?
Ketahuilah saudariku, bahwa engkau dan aku dan setiap wanita Muslimah,
berdiri pada sebuah pelabuhan, diantara pelabuhan-pelabuhan Islam. Yakni,
keluarga Muslim dan pendidikan anak-anak dengan cara yang dicintai dan
diridhai Allah. Pilar dan landasannya adalah ketaatan kepada Allah dan
mengikuti Rasul-Nya  dan mencari apa yang diridhai oleh Allah untuk
mendapatkan sesuatu yang tidak ternilai yang kita semua menginginkannya –
Surga.

Untuk itulah, saudariku Muslimah, ketika musuh-musuh Islam melihat
kedudukan wanita Muslimah dan kekuatan pengaruhnya yang dimiliki diantara
mereka dimana dia tinggal sebagai guru dan pembangun generasi berikutnya
dan karena dialah asuhannya dapat menjadi kuat atau rusak, mereka
mengarahkan perhatian mereka kepada kita. Mereka berfokus pada kita –
wanita Muslimah – untuk menghancurkan akhlak kita dan mengambil agama dan
rasa malu kita ke arah yang secara alami kita tempatkan dan kita diperintahkan
untuk berpegang teguh kepadanya, sampai akhlak anak-anak kita, laki-laki
generasi mendatang, pilar-pilar ummat, menjadi rusak. Mereka akan merusak
akhlak ini yang mendukung ummat dalam pertumbuhan dan pemahaman dan
atas mereka (laki-laki) yang di atas mereka lah terletak kehormataan setelah
(bergantung) kepada Allah. Jika pilar ini dibuat menjadi cacat atau
dihancurkan dan kekuatan alami ummat ini menjadi lemah, maka akan menjadi
apa masa depannya? Sungguh persis seperti inilah yang dikehendaki musuhmusuh
Allah.

╰☆╮TANDA-TANDA HARI AKHIR DARI SURAT AL KAHFI╰☆╮

╰☆╮TANDA-TANDA HARI AKHIR
DARI SURAT AL KAHFI╰☆╮

Banyak hadits nabi menghubungkan Surat Al Kahfi dengan Hari Akhir. Sebagian hal ini disampaikan di bawah ini:

Diriwayatkan oleh An-Nawwas ibn Sam’an:

‘Dia, yang hidup dan melihatnya (Dajjal) harus membacakan di depannya ayat-ayat pembukaan Surat Al Kahfi. (HR Muslim)

Diriwayatkan oleh Abu Umamah al-Bahili:

Barangsiapa memasuki nerakanya (Dajjal), mintalah pertolongan Allah dan bacakan ayat pembukaan Surat Al Kahfi, dan hal ini akan mendinginkan dan mendamaikannya, seperti api menjadi dingin terhadap Ibrahim. (HR Ibnu Katsir)

Satu alasan mengapa Rasulullah SAW menganjurkan orang-orang beriman membaca Surat Al Kahfi adalah karena surat ini berisi isyarat penting mengenai Hari Akhir, seperti berbagai hal yang dibutuhkan untuk bertahan dan memerangi Dajjal,

dan gerakan-gerakan anti-agama yang menimbulkan berbagai kejahatan atas kemanusiaan, yang ingin disebarkan oleh Dajjal ke seluruh dunia. Surat Al Kahfi ini juga berisi berbagai pelajaran bagi kaum Muslimin. Anjuran Rasulullah SAW untuk menghapalkan dan membaca surat ini dengan penuh perhatian adalah suatu isyarat kuat tentang hal ini.

Seperti kita akan lihat di seluruh bab ini, pengalaman Ashabul Kahfi yang tinggal di sebuah masyarakat yang kafir, pelajaran bahwa Musa AS belajar dari Khidr, dan pemerintahan di atas dunia yang didirikan oleh Dzulkarnain AS agar dapat menyebarkan nilai-nilai Islam, adalah perkara-perkara yang perlu direnungkan oleh orang-orang beriman.

Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu, mereka berdoa, “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)” (QS Al Kahfi: 9-10)

Kedua ayat ini menyinggung keadaan para pemuda yang luar biasa itu. Dari cerita tersebut, kita melihat pengalaman mereka sebagai sesuatu yang gaib dan tidak lazim.

Seluruh kehidupan mereka penuh dengan kejadian yang menakjubkan. Keadaan ini merupakan pokok permasalahan hadits Nabi SAW yang menghubungkan antara tanda-tanda ini dengan Hari Akhir. Ini mengisyaratkan bahwa orang-orang yang hidup di Masa Akhir dapat mengalami berbagai pengalaman supernatural.

Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka (QS Al Kahfi: 18)

Ayat kesepuluh menjelaskan kepada kita bahwa para pemuda tersebut mencari tempat perlindungan di gua dari pemerintahan zalim yang tengah berkuasa. Pemerintahan tersebut menyebabkan mereka tidak mungkin mengungkapkan pandangan mereka, menjelaskan kebenaran, dan menyerukan agama Allah. Oleh karena itu, mereka menjauhkan diri mereka dari masyarakat.

Akan tetapi, hal ini seharusnya tidak dipahami sebagai kurun waktu tanpa kerja yang jauh dari masyarakat, karena mereka mengungsi ke sana sambil memohon rahmat dan bantuan Allah. Mereka juga berupaya memperbaiki dan mengembangkan diri mereka sendiri. Kaum Muslimin di Hari Akhir yang berada di bawah rezim yang menindas akan menyembunyikan diri dan berharap kepada Allah untuk memberikan rahmat-Nya atas mereka, dan juga memudahkan kehidupan dan perjuangan mereka atas gerakan-gerakan anti-agama.

Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu) (QS Al Kahfi: 11-12)

Alasan ditidurkannya Ashabul Kahfi adalah penyerahan diri terhadap takdir dan kedamaian, karena Allah, Yang telah menciptakan alam semesta tanpa sia-sia, mengatur segala sesuatu de,o kemaslahatan umat Islam. Di masa kini, sebagian umat Islam telah mengambil pendirian yang sama secara spiritual. Dengan cara ini,

mereka tidak disimpangkan oleh paham materialis yang berupaya menjauhkan masyarakat dari iman mereka, dan juga tidak tersentuh oleh kekerasan yang diarahkan oleh paham-paham ini. Oleh karena itu, mereka dapat terus hidup menurut Al Qur’an tanpa dipengaruhi oleh kehancuran akhlak,

kekejaman, dan kekacauan yang ada di sekitarnya. Ashabul Kahfi tetap tersembunyi selama beberapa waktu dan Allah membangkitkan mereka pada waktu yang ditentukan-Nya.

Mereka memproklamirkan agama Allah kepada masyarakat

Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? (QS Al Kahfi: 15)

Seperti yang dinyatakan oleh ayat ini, kelompok ini menyeru orang-orang musyrik agar kembali ke agama yang benar, mengajak mereka menuju agama Allah, meminta mereka agar berhenti mempersekutukan Allah dengan yang lain,

dan meminta mereka mengajukan bukti-bukti atas penolakan mereka tersebut. Ketika mereka tidak dapat melakukan ini, Ashabul Kahfi menyatakan bahwa orang-orang musyrik dari masyarakat mereka sebagai para pembohong dan pemfitnah.

Saat ini, kaum Muslimin juga menuntut pembuktian dari mereka yang menyembah selain Allah. Di Hari Akhir, akan ada kepercayaan yang mendewakan materi dan kesempatan: Darwinisme.

Darwinisme menyatakan bahwa alam semesta tidak bertujuan, terjadi begitu saja, dan hanya anggota-anggota alam yang paling menyesuaikan dirilah yang dapat bertahan hidup. Sistem anti-agama ini didasarkan pada konflik dan kekerasan. Jelas, “pernyataan kebetulan acak” yang bertanggung jawab atas segala sesuatu ini tidak lebih dari tindakan fitnah oleh para pengikut Darwinis atas Allah Yang Maha Kuasa yang telah menciptakan segala sesuatu yang ada.

Mereka menjauh sepenuhnya dari pandangan musyrik di sekitar mereka

Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu (QS Al Kahfi: 16)

Karena penindasan orang-orang musyrik, Ashabul Kahfi merasakan perlunya pemisahan secara menyeluruh. Oleh karena itu, mereka memutuskan seluruh hubungan dengan orang-orang musyrik dengan mengungsi ke gua. Selama masa itu, rahmat Allah turun kepada mereka dan Dia memudahkan segala sesuatu bagi mereka. Hal yang paling penting dari pertolongan dan dukungan-Nya adalah menghindarkan mereka dari pengaruh buruk orang-orang tak beriman.

Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melemparmu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya (QS Al Kahfi: 20)

‘Mereka akan melemparmu’ menjelaskan sebuah bentuk teror. Watak dasar ini dengan jelas terlihat saat ini pada orang-orang yang berada di bawah pengaruh paham-paham anti-agama. Misalnya, para teroris yang menganut paham komunisme dikendalikan oleh permusuhan mereka pada negara, dengan melempar batu-batu dan menyerang pejabatnya,

maupun polisi. Serangan-serangan ini bertujuan untuk melemahkan dan melemahkan semangat mereka, sehingga kaum komunis dapat mewujudkan ide-ide anti-agama mereka dan mendirikan kekuasaan mereka di atas kekacauan dan pertentangan di negara tersebut.

Oleh karena itu, sangat mendasar bagi orang-orang yang hidup di Hari Akhir untuk melepaskan diri dari paham-paham yang berlumur darah dan kerusakan, yang tidak membawa apa pun selain kejahatan pada dunia, tidak berpihak pada orang-orang yang bersekongkol, dan tidak dipengaruhi oleh bujuk rayu paham-paham anti-agama atau hasutan mereka.

Hanya Allah dan segelintir orang yang mengetahui jumlah mereka

Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga, orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) adalah lima orang, yang keenam adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya.” Katakanlah, “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka, kecuali sedikit.” Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja, dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka. (QS Al Kahfi: 22)

‘Yang mengetahui mereka hanya sedikit’ juga menunjukkan bahwa hanya segelintir orang yang memiliki pengetahuan ini. Misalnya, salah satunya bisa jadi Khidr,

yang kemampuannya yang menakjubkan akan kita bahas secara singkat. Juga mungkin murid-muridnyalah yang memiliki pengetahuan ini, dengan kehendak dan wahyu Allah. Al Qur’an menyebutkan bahwa Allah memfirmankan sebagian hal gaib kepada Rasul-rasul-Nya

AGAMA DI SISI ALLAH

AGAMA DI SISI ALLAH

Sepanjang sejarah, Allah telah mengutus para rasul-Nya kepada umat manusia. Para rasul Allah menyeru seluruh umat manusia kepada jalan yang benar dan menyampaikan kepada mereka ajaran-ajarannya. Tetapi pada saat ini, ada suatu keyakinan yang berkembang bahwa apa yang diwahyukan melalui para rasul kepada manusia merupakan agama yang berbeda. Hal ini merupakan pendapat yang keliru. Agama yang diwahyukan Allah kepada manusia di masa yang berbeda adalah sama. Misalnya, Yesus (as) telah menghapus beberapa larangan yang dibawa oleh agama sebelumnya. Walaupun demikian, tidak ada perbedaan yang berarti dalam ajaran agama-agama yang diwahyukan Allah. Apa yang telah diwahyukan kepada para rasul sebelumnya, kepada Musa (as), Yesus (as) dan kepada rasul terakhir Muhammad (saw) pada dasarnya sama:

Katakanlah, ” Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim (Abraham), Isma’il (Ishmael) dan Ishaq (Isaac) dan Ya’qub (Jacob) dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa (Moses) dan Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka…” (Surat Ali Imran: 84-85)

Sebagaimana tertulis dalam ayat tersebut, agama yang benar yang diturunkan untuk manusia adalah Islam. Apa yang kita pahami dari Al-Qur’an adalah bahwa seluruh rasul menyeru umatnya kepada jalan yang sama. Allah menggambarkan fakta ini dalam ayat-Nya:

Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat terang bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kapadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali kepada-Nya.” (Surat asy-Syu’araa’: 13)

Allah telah mengutus para rasul-Nya untuk menyampaikan agama ini, satu-satunya agama yang Dia ridhai, kepada seluruh umat manusia dan kemudian memberikan peringatan kepada mereka. Setiap orang, kepada mereka yang Allah utus dan kepada siapa pun yang kemudian diserukan agama ini, mendapatkan beban untuk mengikutinya.

Meskipun demikian, beberapa kelompok masyarakat ada yang menerima ajaran tersebut, namun ada juga yang menolaknya. Sebaliknya, pada beberapa kelompok masyarakat, agama yang benar tersebut diselewengkan menjadi ajaran yang sesat setelah kematian rasul mereka.

Salah satu dari kelompok masyarakat yang tersesat dari agama yang benar adalah Bani Israel. Sebagaimana yang diinformasikan dalam Al-Qur’an, Allah telah mengutus banyak rasul kepada Bani Israel; mereka telah menyampaikan agama yang benar. Akan tetapi, setiap masa mereka menentang seorang rasul atau setelah kematian rasul tersebut, mereka mentransformasikan agama yang benar tersebut menjadi suatu ajaran yang sesat. Selain itu, dari Al-Qur’an, kita mengetahui bahwa bahkan saat Musa (as) masih hidup pun, Bani Israel menyembah sapi betina yang terbuat dari emas selama masa ketidakhadirannya yang sebentar saja (lihat surat Thaahaa: 83-94). Setelah Nabi Musa (as) tiada, Allah mengutus beberapa nabi lainnya kepada Bani Israel untuk memberikan peringatan kepada mereka dan yang terakhir dari para nabi yang diutus itu adalah Yesus (Isa) (as).

Seumur hidupnya, Yesus (as) menyeru umatnya untuk hidup dengan agama yang diturunkan Allah dan mengingatkan mereka untuk menjadi hamba Allah yang benar. Dia memerintahkan mereka dengan ajaran yang ada di dalam Injil – wahyu yang diturunkan kepadanya yang sebagian dari ajaran tersebut masih ada dalam kitab Injil dewasa ini. Kitab tersebut membenarkan ajaran-ajaran Taurat – wahyu yang diturunkan kepada Musa (as) yang sebagian ajarannya masih ada dalam Taurat atau Perjanjian Lama yang kemudian diselewengkan. Mengkritisi ajaran-ajaran yang tidak benar dari para rabi yang bertanggung jawab atas kemrosotan agama yang benar, Yesus (as) telah menghapus aturan-aturan yang dibuat oleh para rabi itu, yang melaluinya, mereka mendapatkan keuntungan secara personal. Dia menyeru kepada Bani Israel untuk mengesakan Allah, kebenaran yang hakiki, dan berakhlak luhur, sebagaimana firman Allah:

Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
(Surat Ali Imran: 50)

Setelah Yesus (as), Allah mengutus seorang rasul lain yang berasal dari suatu suku yang berbeda agar melalui rasul-Nya ini, Allah dapat menurunkan wahyu berupa agama yang asli ke dunia dan Dia membekalinya dengan sebuah kitab suci. Rasul itu adalah Nabi Muhammad (saw) dan kitab tersebut adalah Al-Qur’an, satu-satunya wahyu yang tidak diubah.

Al-Qur’an diperuntukkan bagi seluruh umat manusia di dunia. Seluruh umat manusia di semua masa akan mendapatkan kewajiban beriman terhadap kitab ini karena mereka diperintahkan untuk mengikuti ajaran Islam. Mereka akan diadili berdasarkan Al-Qur’an pada hari perhitungan. Pada masa kita khususnya, seluruh bangsa di dunia secara esensi disatukan dan hampir menjadi seperti suatu suku yang satu; terima kasih kepada penerobosan di bidang teknologi. Seorang akademisi menunjukkan bahwa dunia dewasa ini sebagai global village (desa buana). Karena itu, hanya ada sebagian kecil manusia di dunia ini yang tidak menyadari keberadaan Al-Qur’an dan yang oleh karenanya pula belum mendapatkan informasi tentang Islam. Walaupun demikian, ada suatu bagian tertentu dari umat manusia yang mempunyai keyakinan pada Al-Qur’an. Di antara mereka ada yang telah beriman, namun kebanyakan dari mereka tidak hidup berdasarkan ajaran-ajaran yang disebutkan dalam Al-Qur’an.

Kita berharap bahwa Yesus (as) akan kembali ke bumi dan menyeru umat manusia kepada jalan yang benar. Allah memberikan kabar gembira tentang masalah ini dalam Al-Qur’an. Sebagaimana yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya dalam situs ini, Yesus (as) telah diangkat ke haribaan Allah dan tidak wafat dalam arti fisik. Setelah beberapa masa, dia akan kembali dan menjadikan Islam menang di muka bumi. Upaya terbaik yang dapat dilakukan, baik oleh umat Nasrani maupun umat Islam dunia adalah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan tamu yang diberkati ini dan tidak mengulangi melakukan perlawanan terhadapnya seperti di masa silam

Tips For Troubleshooting Internet Slow Internet Connection

Tips For Troubleshooting Internet Slow Internet Connection

posted Aug 8, 2011, 2:49 AM by Salwan Sulaiman

 

1. Broadband Router Settings

As the centerpiece of a network, a broadband router can be responsible for slow Internet connections if configured improperly. For example, the MTU setting of your router will lead to performance issues if set too high or too low. Ensure your router’s settings are all consistent with the manufacturer’s and your Internet Service Provider (ISP) eg : Streamyx, Jaring, P1Wimax,DIGI, MAXIS, CELCOM recommendations. Carefully record any changes you make to your router’s configuration so that you can undo them later if necessary.

2. Wireless Signal Interference

Wi-Fi and other types of wireless connections may perform poorly due to signal interference, which requires computers to continually resend messages to overcome signal issues. Household appliances and even your neighbors’ wireless networks can interfere with your computers. To avoid slow Internet connections due to signal interference, reposition your router for better performance and change your Wi-Fi channel number.

3. Internet Worms

An Internet worm is a malicious software program that spreads through computer networks. If any of your computers are infected by an Internet worm, they may begin spontaneously generating network traffic without your knowledge, causing your Internet connection to appear slow. Runantivirus software regularly to diagnose and remove these worms from your computers.

4. Running Background Applications

Some software applications you install on a computer run in the background, quietly consuming network resources. Unlike worms, these are programs designed to do useful work. Peer to peer (P2P) programs in particular can heavily utilize your network and cause connections to appear slow. It’s easy to forget these applications are running. Always check computers for any programs running in the background when troubleshooting a slow network.

5. Faulty Network Equipment

When routers, modems or cables fail, they typically won’t support connections. Certain technical glitches in network equipment, however, adversely affect performance even though connections are maintained. To troubleshoot potentially faulty equipment, temporarily re-arrange and re-configure your gear while experimenting with different configurations. Try bypassing the router, swapping cables and changing network adapters to isolate the slow performance to a specific component of the system.

6. Service Provider Issues

Internet speed ultimately depends on the service provider. Your ISP may change their network’s configuration, or suffer technical difficulties, that inadvertently cause your Internet connection to run slow. ISPs may also intentionally install filters or controls on the network that can lower your performance. Don’t hesitate to contact your service provider if you suspect they are responsible for a slow Internet connection.

Featuring WPMU Bloglist Widget by YD WordPress Developer