Cerpen Islami

CINTA DALAM SUJUD

Cahaya, gadis cantik yang menjadi primadona di desanya. Namanya sudah tersiar ke penjuru desa sampai kota. Bahwa tinggallah sesosok gadis cantik nan rupawan bersama wanita janda. Wajahnya bagaikan bidadari turun dari surga. Tak heran jika semua orang menyukainya.

Suatu ketika datanglah tiga orang menemui wanita janda yang sudah renta itu. Mereka menyampaikan maksud untuk mempersunting Cahaya.

Ketiga pemuda berasal dari desa yang berbeda. Bram, dia adalah seorang saudagar sukses dari desa sebelah, kabarnya ia juga membeli rumah di kota dan sebuah mobil mewah. Begitu bangganya ia atas apa yang ia miliki. Bagi Bram, hartanya seperti pasir yang tinggal di cangkul.

Kedua Ibnu, seorang pelaut ulung. Ia menceritakan pengalamannya yang telah menjelajahi samudra, dan mendarat di berbagai Negara. Ia juga berjanji, ia akan mengajak Cahaya untuk berlibur ke luar negeri menaiki kapal pesiar yang megah dan mewah.

Yang ke tiga Surya. Dari tadi dia hanya diam saja. Pakaiannya sangat berbeda dengan Bram dan Ibnu yang memakai jas. Surya memakai sarung baju koko dan peci.
“mungkin aku tak memiliki apa yang mereka miliki. Namun aku akan menjadi imam yang baik dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Percayalah, aku akan membawamu ke jalan yang terang. Harta itu bisa di cari jika pandai meniti buih selamat badan di seberang. Dan ingatlah harta bukan segalanya”, ujarnya. Ibnu dan Bram malah tertawa mendengar ucapan Surya. Namun Surya hanya diam, meskipun telah dilecehkan.

Cahaya bingung untuk memilih. Ia kemudian memutuskan untuk membuat suatu persyaratan siapa yang benar-benar klik di hatinya.
“pulanglah, dan besok kembalilah bawakan aku sesuatu”, ujarnya.

Ibunya menyarankan agar Cahaya bertanya pada Tuhannya, siapakah yang terbaik dalam hidupnya. Setiap hari ia sholat agar di berikan petunjuk oleh yang kuasa.

Ketiga lelaki itu kemudian datang dan membawakan sesuatu untuk Cahaya. Dengan bangga Bram, membawa kunci mobil. Ibnu, kunci rumah yang baru dibelinya. Seangkan Surya hanya membawa sebungkus kantong plastik. Saat mereka memberikan pada Cahaya, ia benar-benar terkejut saat tau yang ada dalam kantong plastik itu ternyata mukena. Surya berkata ia ingin agar Cahaya tak pernah lupa akan Tuhannya.

Cahaya menyuruh mereka pulang lagi. Kali ini ia mempunyai trik yang sangat jitu. Ia pura-pura kecelakaan dan kakinya harus diamputasi. Bram dan Ibnu pergi dan tak muncul lagi. Sementara Surya tetap mendatangi rumahnya. Cahaya menanyakan kenapa Surya masih mau ke rumahnya dan meminangnya padahal ia sudah tidak sempurna lagi.
“aku takkan pernah menjilat air liurku sendiri”, ucap Surya. Dan tersadarlah Cahaya bahwa Suryalah yang sudah Tuhan takdirkan untuknya…

 

KU LEPAS KAU DEMI TUHANQ

Rintik hujan malam itu tidak menghambat dua insan yang sedang di landa cinta untuk memadu cintanya meski hanya di dunia maya. Petir yang bergemuruh tak menghentikan obrolan kekasih itu via telepon.
“Kamu memutuskan untuk berjilbab?” Tanya suara itu dari seberang sana.
“Iya beh,” Jawabku pelan.
Beh, itu panggilan sayangku untuknya. Dia Giant, pacarku. Sudah 4 tahun, tapi pacaran itu hanya di dunia maya. Tak sekali pun aku dan dia bertemu. Aku di Padang dan dia di Solo. Sangat jauh memang, tapi perkenalan aku dan dia via Facebook, lalu bertukaran no HP, sampai menjalin hubungan begini.
“Kenapa harus memakai jilbab?” Tanyanya lagi dengan suara indah yang mampu memikatku untuk mencintainya.
“Karena wanita muslim itu harus menutup auratnya, untuk mencegahnya dari pebuatan dan perlakuan yang tidak baik dari laki laki. Begitu firman Allah dalam surat QS. Al Ahzab: 59
“Ya sudah jika itu terbaik buat kamu. Beh kamu mau tidak ajarkan aku tentang agamamu?” Ujarnya dengan nada tercekat.
Subhanallah. Ingin aku berlompatan gembira kesana kemari, seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Tapi itu tidak mungkin aku lakukan. Sungguh kata katanya ini, sangat membahagiakan ku. Ini yang ku mau. Aku dan dia memang berbeda keyakinan, dan ini yang terkadang menghambat hatiku dan dia.
“Beh. apa kamu disana? Hallo?” Katanya membuyarkan lamunanku.
“Maaf beh, ya aku disini. Apa kamu sudah yakin dengan hal itu?” Tanyaku untuk mendapatkan pembenaran yang pasti akan hal itu.
“Iya beh, tapi aku mau belajar dulu. Nanti kalau aku sudah menguasai, aku ingin jadi mualaf” Giant meyakinkanku.
“Ok beh” Ucapku dengan semangat
“Ya sudah ya, aku mau beli makan dulu. Aku cinta kamu. Kita pasti bertemu”
Tuuuutttt. tuuttt. Telephone disana terputus, sebelum aku sempat membalas kata kata Giant. Aku ingin katakan, aku benar benar mencintaimu dan pilihanku tidak salah, meski hanya di dunia maya aku mengenalmu. Giant.

Begitulah hari hari ku dengan Giant, selalu SMS dan telephonan. Tidak pernah bertemu tapi saling membutuhkan. Tapi setelah saat itu, perbincangan kami seputar agama islam, ajaran serta larangan. Aku juga harus lebih banyak membaca tentang hal hal itu, agar aku mampu menjawab pertanyaan kekasihku yang sedang mencari Tuhan. Dan itu sangat membantu.
Dan hati ku terenyuh saat aku mendapati sebuah kalimat Allah melirik mataku untuk memperhatikannya
QS Al Isra (17:30-32) yang artinya: “(30) Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (31) Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.
Barangsiapa yang percaya kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia berdua-duaan dengan perempuan yang tidak ada bersamanya seorang muhrimnya karena yang ketiganya di waktu itu adalah setan.” “Seseorang ditusuk kepalanya dengan jarum besi lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ar-Ruyani di dalam kitab Musnad-nya (227/2).
Hatiku tersentak membaca ayat itu, ku pandangi lagi. Aku pahami berkali kali, ada pembenaran dan penyalahan yang bercampur aduk dalam otakku.
Zina? kata kata itulah yang membuat hatiku bergetar, jiwaku menggelar,
aku dan Giant berarti sudah mendekati Zina.? Akhh. tidak. Aku dan dia berjauhan, jangankan berpegang tangan, bertemu saja aku dan dia tidak pernah. Banyak pembenarkan yang aku terka terka untuk menenangkan hati ku. Tapi berdua duaan?
Kami selalu ingin bersama, sms dan telephone itu yang kami lakukan. Mungkin akan menimbulkan syahwat yang kami tak menyadarinya. Akhh. penyalahan penyalahan itu muncul di otakku.

Ku ambil laptop, mulai ku tekan keyboardnya lalu meyambungkan ke internet. Mulai ku cari dalil dalil pembenaran pendapatku, satu persatu ku buka. Ku baca dengan penuh kehati hatian. Tapi apa yang aku temukan disana? Satu pun tidak ada yang menghalalkan pacaran. Alasan pastinya, Islam mengharamkan laki laki dan perempuan yang tidak muhrim berdua duaan. Meski di media komunikasi yang sering kami lakukan berlama lama. Allah telah menjanjikan pasangan yang baik untuk orang yang baik dan sebaliknya. Dan allah pun telah mengatakan menciptakan manusia berpasang pasangan.
Bergetar hatiku membacanya, merasa aku lah makhluk yang penuh dosa, meragukan kata kata Allah. Aku hanyut dalam kegundahanku, antara patuh kepada ajaran agama ku atau tetap bersama kekasihku. Entahlah aku harus bagaimana.
Ku langkah pelan kakiku ke tempat dimana aku harus mengadu, tapi ku sucikan diri sebelum itu. Ku basuh beberapa anggota tubuh, ku bentangkan sajadah. Dengan mukenah putih yang membalut tubuh, kulakukan shalat di antara dua pilihan.

“Ya Allah pilihkanlah untukku dengan kekuatan ilmu-MU, tentukanlah untukku dengan kehendakmu, aku minta kemurahanMU yang sangat luas, karena Engkaulah yang bisa menentukan sesuatu dan aku tidak bisa, Engkau maha mengetahui apa yang tidak ku ketahui, dan Engkaulah yang paling tahu hal-hal yang ghaib. Ya Allah, jika sesuatu ini menurutMU baik bagi diriku, kehidupanku dan kesudahan perkaraku maka pilihlah dia untukku dan mudahkanlah dia bagiku kemudian berkahilah, dan seandainya ini menjadi malapetaka bagiku, agamaku, kehidupanku dan kesudahan perkaraku maka jauhkanlah dia dariku sejauh-jauhnya, dan berilah aku kebaikan di mana saja berada dan ridhailah aku karenanya.”
Ku lantunkan doa itu sebelum dan sesudah shalat di iringi desahan nafas yang sesak dan bulir bulir air mata pengaduan, meminta KuasaNya.

Entahlah, bisikan apa yang menggodaku untuk bergerak beberapa cm dari sajadah ini.
“Sayang,” Suara teduh disana mengawali telephoneku. Membuatku diam sejenak.
“Beh, kamu tahu Islam mengajarkan kita tentang cara bergaul yang baik antara laki laki dan perempuan?” Tanyaku tercekat dengan kata kata yang menjadi sulit ku rangkai.
“Iya, tahu” Jawabnya singkat
“Ternyata selama ini kita salah Beh, dijalan yang salah!” Jelasku padanya.
“Maksudnya?” Dia melontarkan tanya yang begitu sulit aku menjelaskan.
“Jika kita saling mencinta apa siap untuk menikah?” Tanya ku mengutip kata kata di artikel tadi.
“Ah aneh. tentu saja aku belum siap, umurku masih 20 tahun, banyak hal yang ingin aku lakukan. Banyak mimpi yang ingin ku raih. Begitu juga dengan kamu bukan?” Kata katanya mulai sedikit meninggi, tersentak hatiku, menggenang air mataku mendengarnya. Dia yang selama ini ku banggakan dengan kata kata indah dan halusnya, sekarang menjadi menakutkan.
“Iya, berarti lebih baik kita teruskan hidup kita masing masing untuk menyempurnakan agama kita, mimpi kita. Nanti jika sudah waktunya kita akan bertemu dalam sebuah ikatan halal dan suci, yang akan mendatangkan ibadah. Bukan dosa seperti ini Beh, pahamilah” Kata kata yang menggetarkan bibirku akhirnya terucap. Berat sekali, sesaat aku biarkan paru paruku kosong dengan oksigen, untuk menahan tekanan yang muncul dari hatiku.
“Ya sudah, semoga kamu damai di agamamu”
Tuuttt. Telephonenya di matikan.
Beh, beh. tunggu. Aku ingin katakan pada mu, aku mencintaimu lebih dari diriku. Temui aku suatu saat nanti. Dalam istiqamah cinta.

Sakit memang saat keputusan itu terjadi, berat dan menyiksaku untuk beberapa hari, karena facebookku di blokir, Number HP nya di ganti. Namun Allah menguatkanku, ku tetapkan hati untuk lebih banyak mendalami Cintaku Pada Sang Khalik agar aku di cintai dan mencintai orang yang mencintaiNya. Aku dan dia kini sudah berakhir aku tak tahu kabar dia lagi, entah dia msih tetap di agamanya atau sudah menjadi lebih baik.

Yang aku tahu sampai hari ini kan Ku lepas kau demi Tuhanku. Karena aku sedang mencari cinta Tuhan ku. Untuk jadi pribadi yang lebih baik.

 

  • HIJABKU

Matahari di hari ini, bukan seperti matahari yang seperti biasanya, panas. Namun hari ini sinarnya begitu cerah dan bersahabat. Aku yang dari tadi duduk-duduk santai di depan halaman sekolah, sambil ku sandarkan kepalaku di kursi. Kunikmati sinar matahari, hembusan angin yang segar, dan ku biarkan rambutku terurai. Seperti biasa, saat hari sabtu tiba, aku sengaja pulang terlambat karena aku menunggu satu di antara mahasiswa yang biasa lewat depan sekolahku, aku bukan cuma kagum, sepertinya aku telah jatuh hati padanya. Keramahannya, senyumnya, cara bicaranya, buat aku kagum dan rasanya ingin memilikinya. Namun tak sedikit pun ada rasa berani untuk mendekatinya. Apa karena aku wanita yang tak mungkin mendahului? bisa jadi.
“Apa salahnya kamu deketin dia?”
Satu di antara sahabatku menegur aku yang sedang memperhatikan dia.
“Kalau suka deketin gih!. So akrab juga boleh, dari pada merhatiin dari jauh mulu, sana ayo samperin!”.

Dengan rasa percaya diri aku samperin dia, ternyata apa yang aku takutkan benar-benar terjadi. Dia cuekin aku, sedikit pun dia mengabaikan sapaanku, aku seorang wanita yang mencoba memberanikan diri menyapa laki-laki yang biasanya tak pernah aku lakukan. Hasilnya dicuekin, sakit, sakit banget. Aku membalikan badanku dan kembali kepada teman-teman, namun ketika aku melangkahkan kakiku dia memanggilku.
“Ukhti… memanggilku? kalau ukhti seorang muslim, tau bagaimana menyapa yang baik seperti yang Rasulluloh ajarkan? Asallamualaikum”.
Rasanya senang, hati serasa gugup, mukaku pucat, tanganku mendadak dingin, apa ini? Entahlah.
“Waalaikumsallam. Maaf sebelumnya, namaku bukan ukhti tapi Fuzi”.
“Maksudku dalam bahasa Arab, ukhti itu sebutan bagi seorang akhwat wanita. Ada apa de? kamu mengenaliku?”
“Oh aku jadi malu, kakak ngomongnya pakai bahasa Arab sih, haha (sambil tertawa kecil) . Mmm kak, boleh minta nomer HP nya gak?”.
“Tidak”.
Aku diam cukup membuat sakit jawaban simpel itu.
“Tidak mungkin aku tidak kasih nomer HP ku, boleh dong. Kalau ada apa-apa ade boleh hubungi saya”. cetus dia melanjutkan pembicaraannya.
Huh hampir saja aku mati rasa, apa kata orang-orang nanti Fuzi minta nomer cowok terus gak dikasih? Ga kepikiran dan gak mau mikir. Untung aja dikasih.

Setelah bertukaran nomer HP, aku senang mengenalnya, aku rasa dia laki-laki yang baik dan sholeh.
“Kakak calon ustad ya?”,
“InsyaAllah kalau Allah meridhoi kenapa tidak?”.
“Keren, pantes ceramahin aku mulu, hehe”.
“Harusnya ini menjadi kesadaranmu de, kamu telah berhenjak dewasa. Kamu seorang wanita harusnya kamu tau betapa pentingnya menutup aurat, dan rambutmu itu adalah mahkotamu, sampai kapan mau dibiarkan terlihat oleh non mukhrim?”.
“Aku belum siap”.
“Mau sampai kapan nunggu siap berhijab? kita gak kan pernah tau sampai kapan kita hidup di dunia ini”.
“Aku mau memperbaiki hati dan sikapku dulu, baru menutup aurat ku”.
“Salah, tutup auratmu dahulu. Dengan menutup auratmu itu merupakan salah satu contoh menghindari dosa besar, jika kamu menutup auratmu, maka ketika kamu ingin melakukan sesuatu yang tidak baik, kamu ingat dengan jilbab. Menutup aurat itu wajib hukumnya, Fikirkan baik-baik”.
“Iyah nanti aku fikirkan terimakasih”.

Aku menutup telfon tanpa salam padanya. Baru kali ini ada orang yang berani nyeramahin aku sampe ngotot mulu, fikirku mulai sebel padanya dia bawel dan sok baik. Hobby nya ceramahin aku mulu tiap kali kontak, entah itu lewat via sms atau telfon sama aja. ( urhatku pada Nia temen sebangku aku).

Namun aku sadar sebenarnya niat dia baik, aku yang terlalu keras kepala dan kurang mengerti agama. Bahkan saat aku ketemu dengannya aku masih belum mengenakan jilbab, dan lagi-lagi alasanku bilang belum siap. Dan Ku ingin berhijab bukan karena orang lain, tapi karena diri sendiri dan karena Allah. Namun hari demi hari sepertinya aku mulai diberi hidayah, akhir-akhir ini aku sering membeli baju panjang, rok panjang, jilbab, sampai teman-teman aneh melihat aku yang sekarang tiba-tiba berubah. Aku mulai mau mengenal lebih dekat tentang Islam dan wanita muslimah. Dengan cara browsing dan sering membeli buku-buku islami.

Aku Fuzi Adhawiyah siap tampil beda di hadapan keluarga, teman dan semuanya dengan lebih baik, anggun, manis, soleha, Fuzi akan mengamalkan apa yang selama ini Fuzi pelajari. Sampai pada saatnya beberapa bulan tak bertemu dia karena aku sibuk memperbaiki diri dan belajar agama aku kehilangan kominikasi dengan dia, rasanya rindu ingin bertemu dengannya, kata-kata yang selalu bikin aku ingat dari dia adalah
“Wanita yang keluar rumah dan menutup auratnya, juga harus tetap menjaga dandannannya, dia dilarang memamerkan perhiasan dan kecantikannya, terutama di hadapan laki-laki”.
Lalu aku kirimkan sebuah pesan singkat padanya

“Asallamualaikum, aku cinta Allah dan aku buktikan dari apa yang aku lakukan, mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Termasuk pentingnya wanita menutup auratnya”,
Fuzi Adhawiyah..

“Waalaikumsalam nak, harap ukhti tidak kaget. Yang punya nomor ini sudah tiga hari yang lalu saat hari juma’at telah pulang ke Rahmatulloh karena sakit jantung yang dideritanya”.
Ibunda Rizki Fauzan..

Sakit, rasa tidak percaya dan sedih menjadi satu. Rasanya hancur dia penyemangatku orang yang aku cinta telah kembali ke pelukan Allah, namun setelah aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, dia benar benar telah tiada, Kak Rizki batinku terus menangis, merintih rindu. Kau pergi begitu singkat tanpa meninggalkan pesan apapun padaku kak, hanya mimpi itu. Bermimpi dia membelikanku jilbab cantik berwarna putih. Namun aku yakin kau telah bahagia di alam sana, rinduku menyertaimu, kelak nanti aku akan menyusulmu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *