Cerita Indahnya Ramadhan Bersama Keluarga dan Sahabat

Udah gak kerasa besok udah bulan Ramadhan. Pada bulan ini Umat Islam diwajibkan untuk berpuasa kecuali wanita yang sedang berhalangan, wanita yang sedang nifas, orang sakit, orang gila, lansia, wanita yang sedang mengandung dan menyusui

Kebetulan hari ini aku dan Sarah (Sepupuku) lagi di Desa jadi tarawihnya rame banget bisa bareng sama saudara dan teman-temanku yang ada di desa. Sepulang tarawih aku, Sarah dan Elsa (temanku) beramain di teras rumah, sambil berbincang bincang. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 09.00 aku, dan Sarah mulai ngantuk, dan Elsa pun sudah di jemput oleh ibunya untuk pulang. Elsa pun berpamitan untuk pulang. Setelah Elsa pulang Aku dan Sarah pun beranjak dari teras ke kamar kami masing-masing untuk tidur.

Kriiinnnggg… kriiinnnggg… kriiinnnggg…
Suara alarm berbunyi aku segera bangun dari tidurku untuk sahur. Tapi kulihat keadaan sepi, ku kira belum ada yang bangun Rupanya, tante masih di dapur mempersiapkan hidangan untuk kami sahur nanti, sedangkan Sarah sedang menonton TV. “Baru bangun nis.” Ucap Sarah. “he he he iya ” balasku. “Tumben biasanya kan kamu yang bangun duluan?” Tanya Sarah heran. “hmmm mungkin karena semalam aku gak bisa tidur” balasku. Sedang berbinang bincang tibi-tiba tante memanggil kami untuk membantu menyiapkan makanan untuk sahur. “Anisa, Sarah tolong bantu tante meletakkan hidangan ini di ruang makan” teriak tante dari dapur. “Iya tante” balas kami bersamaan. Akhirnya kami pun menghampiri dan membantu tante untuk meletakkan makanan di ruang makan.

Setelah tugas kami selesai, kami pun duduk di meja makan. “Hmmm baunya enak banget tante” kata ku sambil mencium aroma masakan. “Iya dong siapa dulu yang masak tante gitu loh” balas tante. “Iya deh” balasku. “Tante, Anisa perutku udah laper banget nih makan yuk” kata Sarah. “Ya udah kalau gitu kita berdoa dulu sebelum makan” kata tante.

Setelah sahur kami pun bergegas ke kamar mandi utuk mandi karena nanti aku, tante, Sarah akan sholat di Masjid dekat rumah kami. Setelah semua sudah siap kami pun berangkat menuju Masjid. Di tengah perjalanan aku bertemu dengan Elsa. Aku pun menyapanya “Elsa…”. “Eh Anisa, kamu sholat di Masjid juga hari ini.” Balas Elsa. “Iya bareng yuk” balasku. “Ayooo” kata Elsa bersemangat. “Hey akunya kok ditinggal” kata Sarah ter enggos enggos. “hehehe maaf kamu sih jalannya santai banget” balasku. “Eh gimana kalau selesai sholat Subuh kita jalan-jalan” kata Elsa bersemangat. “Okeee” balasku bersemangat. Tak terasa kami pun sudah sampai Masjid. Kami pun segera menempati shaf yang kosong.

Shalat pun selesai dilaksanakan. Pulang dari Masjid aku dan Sarah berpamitan ke tante kalau kami akan jalan-jalan bersama Elsa. Tante pun menyetujuinya. Kami pun menyusul ke rumah Elsa yang kebetulan dekat dari rumah kami. “Asalamualaikum, Elsaaa…” ucapku dan Sarah bersamaan. “Waalaikum salam iya nis sebentar.” Jawab Elsa. Setelah semua berkumpul kami pun pergi jalan-jalan sambil menikmati udara pagi. Tak terasa jam menunjukkan pukul 06.30. menandakan bahwa kami harus pulang ke rumah. Kami pun berjalan menuju rumah kami masing-masing.

Setelah aku dan Sarah sampai di rumah, kami langsung istirahat di kamar masing-masing. Aku sangat lelah, akibatnya aku tertidur pulas. Aku tidur lama banget. Ketika aku bangun sudah jan 09.00. Setelah bangun aku buru-buru ke kamar mandi untuk mencuci muka, lalu membantu tanteku beres-beres rumah.

Setelah itu aku mandi, ambil air wudhu terus sholat dzuhur. Setelah sholat dzuhur aku mengerjakan PR. “Lagi ngerjakan tugas apa tuh Nis?” tanya Sarah. “Ini loh tugas Bahasa Indonesia membuat cerpen” jelasku. “Apa kamu perlu bantuan Nis” Tawar Sarah. “Perlu banget Sarah” jawabku. Sarah pun membantuku. “Alhamdulillah tugasku selesai juga” gumamku. “Iya Nis ternyata susah susah gampang ya tugasmu” kata Sarah.

Ketika aku akan membereskan tugasku tiba-tiba Elsa datang. “Asalamu’alaikum Nisaaa… Saraaahhh” panggil Elsa. “Waalaikum salam, ada apa Elsa” Sautku. “Boring nih di rumah, ngabuburit di halaman rumah kamu yuuuk, sambil ngeliat bulan” cetus Elsa. “Waaaah seru tuh” sautku dan Sarah bersamaan. “Ya udah kalau gitu aku mau minta izin dulu ke tante” kata Sarah.
Sarah pun meminta izin kepada tante. “Tante aku sama Anisa boleh main di halaman gak sambil ngabuburit” izin Sarah kepada tante. “Boleh boleh aja asal maghrib langsung masuk rumah ya Sarah” jawab tante. “siiippp tante” kata Sarah.

“Anisa, Elsa kita di bolehin main di luar” kata Sarah senang. “Alhamdulillah teman teman kita di bolehin main” Sautku. Akhirnya aku, Sarah, dan Elsa pergi ke halaman rumah sambil berbincang bincang, dan melihat bintang. Waktu pun berlalu tak terasa adzan sudah berkumandang. Aku dan Sarah pun bergegas menuju rumah. “Asalamualaikum” kata kami bersamaan. “Waalaikum salam” jawab tante. Aku bergegas mengamil minum, setelah mengambil minum aku pun meminumnya. Tapi ketika aku hendak meminumnya tanteku mencegahnya “Berdo’a dulu Nis sebelum berbuka” tegur tante. “Oh iya tante lupa” jawabku.

“Allahumma lakasumtu wabika amantu wa’ala rizkika aftortu birahmatika ya arhamarrahimin” Aku, Sarah, tante berdoa bersama. Setelah itu kami minum, dan siap” untuk sholat maghrib. Setelah Sholat kami makan bersama di ruang makan.

Tak terasa hari ini adalah puasa terakhir dan besok sudah Hari Raya Idul Fitri, yap berarti nanti malam Takbiran. Sekarang aku harus mempersiapkan pakaian, mukena, jilbab, yang akan aku gunakan sholat Idul Fitri besok. Setelah selesai mempersiapkan yang akan aku gunakan besok, Aku mandi, lalu sholat Dzuhur. Setelah itu aku tidur siang.

Aku bangun pukul 15.00. Aku langsung menuju kamar mandi untuk mandi dan siap-siap untuk Sholat Ashar. Ketika aku akan sholat Sarah memanggilku. “Nis” panggil Sarah. “Ada apa Sarah” jawabku. “Sholatnya bareng ya tunggu aku, aku mau ambil wudhu” balas Sarah agak berteriak dan berjalan menuju keran air. “Iya Sarah agak cepat ya” balasku agak berteriak. Setelah Sarah selesai berwudhu kami pun sholat bersama. Selesai sholat kami membaca Al-Qur’an bersama hingga pukul 17.00. Selesai bertadarus kami membantu tante untuk menyiapkan hidangan buka puasa.

“Allahu Akbar Allahu Akbar. 2x
Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah. 2x
Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah. 2x
Hayya’ Alash Shalaah. 2x
Hayya’ Alal Falaah. 2x
Allaahu Akbar Allahu Akbar.
Laa Ilaaha Illallaah.”. Suara adzan berkumandang. Aku, Sarah, Tante pun segeran membaca doa berbuka puasa dan meminum minuman yang manis, karena itulah tata cara Rasulullah S.A.W. berbuka puasa. Setelah itu kami Sholat Maghrib bersama. Setelah sholat baru kami berbuka puasa. Setelah berbuka Elsa mengajakku untuk membeli ice cream dan melihat pawai. “Anisa, Sarah kita beli ice cream yuk untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri” ajak Elsa. “Ayooo tapi aku izin tante dulu ya sekalian ambil uang” jawabku. “Okeee aku tunggu ya” jawab Elsa.

“Tante aku boleh beli ice cream” tanyaku. “Boleh” jawab tante. “Makasih tante, ya udah kalau gitu aku sama Sarah berangkat dulu ya. Aslamualaikum” kataku berpamitan. “Waalaikum salam” jawab tante. Setelah berpamitan aku pun segera mengambil uang dari dompetku.

“Sarah, Elsa ayo berangkat” ajakku. “Ayoo Lets go” jawab Sarah dan Elsa bersamaan. Karena toko ice creamnya lumayan jauh kami pun naik sepeda. Setelah kami sampai kami pun segera membeli ice cream.

Setelah membeli ice cream kami pun merayakan Idul Fitri dengan menikmati ice cream dan melihat pawai yang cukup meriah

SELESAI

Cerpen Karangan: Choirunisa

Ceita 1000 Tahun Dalam Kubur

1000 Tahun Dalam Kubur

Awan sedikit mendung ketika kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan untuk ke tanah perkuburan. Baju merahnya yang besar melambai-lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang ais krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulut untuk dijamahi. Sementara tangan kirinya digenggam erat oleh ayahnya.

 

Yani dan ayahnya memasuki kawasan tanah perkuburan menuju ke pusara neneknya. Kemudian mereka duduk di atas tembok nisan yang bercatatan;

Hjh Aisyah Binti Marlia 19-10-1915 : 20-01-1965

“Nak, ini pusara nenekmu. Mari sayang… kita berdoa untuk nenek.”

Yani melihat wajah ayahnya, lalu meniru gaya tangan ayahnya yang diangkat ke atas dan dia ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Dia khusyuk mendengar ayahnya berdoa walaupun dia masih belum mampu memahami sepenuhnya setiap baris doa yang dititipkan.

 

“Ayah, nenek meninggal semasa umur 50 tahun ya?”

Ayahnya mengangguk dan tersenyum sambil memandang pusara ibunya.

“Hmm, bererti nenek sudah meninggal 48 tahun ya, Yah?” Kata Yani sambil lagak matanya mengira dan jarinya menghitung.

“Ya, nenekmu sudah di dalam kubur selama 48 tahun sayang… “

Yani menoleh kepalanya dan memandang sekelilingnya. Banyak pusara di sana . Di samping pusara neneknya terdapat pusara tua yang sudah berlumut.

Muhammad Zaini 19-02-1882 : 31-01-1910

“Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 103 tahun yang lalu ya Yah?” jarinya menunjuk nisan bersebelahan pusara neneknya itu.

Sekali lagi ayahnya mengangguk dan tangannya mengusap kepala anak tunggalnya itu.

“Ya nak. Benar katamu sayang. Mengapa?” tanya si ayah sambil menatap mata anaknya yang redup.

“Hmmm, semalam ayah beritahu jika kita meninggal dan banyak dosa. Kita akan diseksa di kubur. Iya kan yah?” kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya.

Ayahnya tersenyum dan menggangguk.

“Benar, lalu?” tanya si ayah meminta penerangan si anak.

“Iya… kalau nenek banyak dosanya, bererti nenek sudah diseksa 48 tahun di kubur ya ayah? Kalau nenek banyak pahalanya, bererti sudah 48 tahun nenek bahagia dikubur. Betul tak ayah?” Mata Yani bersinar ingin tahu.

Ayahnya tersenyum, namun sekilas menampakkan keningnya yang berkerut dan perasaannya yang cemas.

“Iya nak, kamu pintar sayang,” kata ayahnya pendek.

Pulang dari tanah perkuburan, ayah Yani kelihatan gelisah di atas sejadahnya. Dia memikirkan perkara yang telah diperkatakan oleh anak kesayangannya tadi.

“… 48 tahun hingga sekarang… kalau kiamat datang 100 tahun lagi…148 tahun diseksa .. atau bahagia dikubur?” Dia bermonolog sendirian.

Lalu dia tertunduk dan menitiskan air mata.

“Kalau dia meninggal dan banyak dosanya – kiamat masih 1000 tahun lagi, bererti dia akan diseksa 1048 tahun?..’Innalillaahi wa inna ilaihi rooji’un’… “

Air matanya semakin banyak menitis, sanggupkah dia diseksa selama itu.

“Itu kalau benar kiamat lagi 1000 tahun tetapi kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itukah  dia akan diseksa di kubur? Mampukah dia bertahan dengan tiap seksaan? Padahal melihat adegan pukul di salah satu rancangan televisyen pun dia sudah tidak tahan untuk melihatnya?” Jiwanya penuh dengan monolog.

“Ya Allah…”

Dia semakin menunduk. Tangannya diangkat dan air matanya semakin membanjiri pipinya.

“Allahumma as aluka khusnul khootimah.”

“Ya Allah, kurniakanlah aku pengakhiran kehidupan yang baik.”

Berulang kali dibacanya doa itu sehingga suaranya serak dan terhenti sejenak apabila terdengar batuk Yani. Dihampirinya anak kesayangannya yang sudah terlena dan membetulkan selimutnya.

Yani terus tertidur tanpa mengetahui betapa ayahnya amat berterima kasih kepadanya kerana telah menyedarkannya erti sebuah kehidupan dan kehidupan hakiki yang akan datang di hadapannya.

“Ya Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku…”

Cerita Perpisahan Kita

Sebelum mentari beranjak dari peraduan, walau jam masih menunjukkan pukul 04:30 aku sudah terbangun dan melaksanakan sholat subuh dan memulai aktifitas seperti biasa. Selesai sholat aku mandi dan membantu nenekku memasak. “nak rima sudah bangun?” tanya nenek padaku, “sudah nek!” jawabku singkat, “adikmu sudah bangun?” tanya nenek lagi, “belum nek, adik masih tidur!” ujarku, “ya sudah, bangunkan sekarang saja.” suruh nenek, “baik nek!” ucapku sambil tertawa.

Sesudah membangunkan adikku aku pun bersiap-siap berangkat ke sekolah, jam masih menunjukkan pukul 06:15, aku sudah berangkat bersama teman-teman, kami melewati jalan yang terjal dan licin. Tepat pukul 07:00 aku sampai di sekolah. Baru sampai gerbang sekolah aku sudah di panggil sama ocha sahabatku. “rima…!” teriak ocha memanggilku, “ada apa cha?” jawabku, “aku habis jadian sama cowok satu kelas kita!” ucapnya sembari jinggrat-jinggrat, “oh ya, bagus dong kalau begitu!, siapa namanya?, annga ya?” tanyaku penasaran, “bukan!” jawabnya singkat, “lalu?” tanyaku lagi, “em… Siapa ya?, ok deh aku ngaku, namanya sammy!” jawabnya terlalu bertele-tele. Seketika aku kaget, raut mukaku yang tadinya ceria kini tampak murung, dan aku hanya diam saja. “apa aku gak salah denger kalau kamu pacaran sama sammy?” tanyaku lebih meyakinkan, ocha hanya tersenyum, dalam hati aku bergumam “tuhan… Kenapa ini semua terjadi… Padahal ocha tau kalau aku sangat mencintai sammy, kenapa dia sampai tega-teganya bilang kalau dia pacaran sama sammy!”, “eh.. Kamu kenapa rim, kamu nggak suka ya kalau aku pacaran sama sammy?” tanyanya membuyarkan lamunanku, “oh, nggak kok cha, gak usah di bahas deh, ayo kita ke kelas saja!” ajakku, “ayo!” jawabnya singkat.

Beberapa menit kemudian bel berbunyi, murid masuk kelas dengan santai. Hari ini pelajarannya kosong, hanya ada uas, pelajaran pun kini berganti. Setelah pelajaran selesai bel istirahat pun terdengar. Semua murid berlari keluar kelas menuju kantin, aku hanya diam di kelas, “hey rim, gak istirahat apa?” tanya sasa, “nggak, aku lagi males!” jawabku, “ya udah kami tinggal dulu ya!” izin wanda, “ok..!” jawabku singkat. Saat itu pula aku menitihkan air mata, tiba-tiba ada yang menepuk bahuku dengan lembut, “hey rim, kamu kok nggak istirahat?, nangis sendirian lagi di kelas, awas lo nanti kalau kesurupan!” canda sosok itu yang ternyata sammy, “biarin!” jawabku cuek, “pasti ada masalah ya?” tanyanya sok tau, “gak ada tuh!” jawabku tetap dengan nada cuek, “cerita dong sama aku, mungkin aku bisa membantu?” tawarnya, “nggak, aku nggak mau cerita sama kamu!” jawabku kesal, “kalau begitu jangan nangis!” ujarnya sembari mengelap air mataku, aku hanya tersenyum, “gitu dong senyum jangan nangis terus!” ucapnya. Setelah ngobrol lama sama dia

Gak terasa bel masuk berbunyi, namun setelah istirahat kami pulang karena guru-gurunya ada rapat penting. Sesampainya di rumah, aku segera mandi dan menghampiri nenekku yang ada di halaman samping rumah, “nek, aku mau minta mondok setelah semester!” ujarku, “memangnya ada masalah to cah ayu di sekolah? Kok minta mondok?” tanya nenekku, “ndak kok nek, rima cuma mau memperkuat iman rima.” jawabku, “oh, ya sudah nanti ibumu yang di malaysia di beri tahu!” ujar nenekku, “ya nek!” jawabku singkat, “sudah, makan dulu sana ada lauk kesukaanmu itu lho..!” suruh nenek, “baik nek!” jawabku. Malam harinya aku mengabari ibuku lewat surat, dan surat itu aku titipkan kepada tetangga sebelah yang temannya ibuku.

Tak terasa satu minggu lagi aku ulangan semester ii, aku belajar begitu giat, dan 2 hari lagi katanya ibu mau pulang. Hari-hari aku lewati dengan biasa, hinga tak terasa aku sudah menyelesaikan ulangan semester ii, bahaginya keluargaku terutama ibu mendengar bahwa aku mendapat juara 1 di kelas, setelah pengumuman kenaikan kelas, aku mohon izin kepada teman-teman dan guruku, “teman-teman semua, maaf ya kalau aku ada salah sama kalian, aku mohon di izinkan untuk pergi mencari ilmu di pondok pesantren, jangan lupakan aku ya teman-teman, berkat dorongan kalian aku mampu menjadi siwi yang berprestasi di sekolah ini, terutama ocha, terimakasih ya teman-teman dan bu nuri!” ujarku

Saat aku sudah selesai maaf-maafan dengan teman-teman dan guruku aku pun berangkat, namun langkahku terhenti saat ocha berteriak memanggilku. “rima, kamu tidak marahkan sama aku?” tanya ocha, “kenapa aku harus marah?” aku balik bertanya, “mungkin kamu pergi mondok karena aku pacaran ya sama sammy?” ucapnya, “tidak ocha sayang, aku pergi mondok atas kehendakku sendiri, aku mondok karena ingin memperkuat ilmu agamaku dan juga imanku, dan apa hubungannya anatara aku pergi mondok dengan kamu pacaran dengan sammy?” ucapku panjang lebar, “bener kamu nggak marah kalau aku pacaran sama sammy?” tanyanya, “nggak ocha yang manis…!” ucapku sambil mencubit pipi ocha yang tembem, “ya sudah, silahkan kamu berangkat nanti keburu malam!” ujar ocha, “ya ocha yang manis…!” ucapku sekali lagi, aku pun memasuki mobil dan melambaikan tangan ke ocha, “hati-hati di jalan ya… Semoga semoga kamu kerasan di pondok!” teriaknya. Aku hanya tersenyum, dalam hati aku sangat berat meninggalkan teman-temanku, walaupun begitu aku harus tetap tegar tidak boleh bersedih hati, tak terasa pula air mataku tak dapat di bendung lagi, dan akhirnya menangis, aku bergumam dalam hati, “semoga kalian semua sahabat-sahabatku tidak pernah melupakan aku

Cerita Ada Cinta dalam Al-Qur’an

Disaat matahari belum terlalu tinggi, Clara seorang gadis SMA sedang bersiap – siap untuk pergi ke sekolah untuk menunaikan kewajibannya sebagai pelajar. Aku pergi ke sekolah dengan jalan kaki, karena sekolahnya tidak terlalu jauh dari rumah hanya ± 2 km. saat perjalanan menuju sekolah seperti biasa aku ditemani teman dekat yang satu sekolah denganku.
“Hai, Ra wajah loe suntuk amat, lagi ada masalah?” tanyanya sambil menepuk pundakku.
“Oh, ga kok, ga ada apa – apa gw lagi bête aja habis banyak pr sih, jadinya gw pusing deh ?” jawabku menarik tangan sintia untuk cepat jalan agar tidak terlambat.
“Ra, seperti biasa gw liat pr loe ok!” sambil menyenggol tanganku .
“Loe kebiasaan, emang semalem loe ngapain sih, ya udah deh!” bentakku.

Sesampai disekolah, seperti biasa Sintia mengambil tasku dan mengobrak – abrik isi tasku untuk mengambil pr-ku. Walaupun kelakuan temanku sangat menyebalkan tetapi dia adalah sahabat terbaikku dari SD yang setia
mendengarkan curhatku. Hari – hariku berjalan seperti biasa memperhatikan, mendengarkan, menulis dan mengerjakan apa yang disuruh guru.
Bel terakhir sekolahpun berbunyi, saat itulah yang dinantikan para siswa – siswi agar cepat pulang karena sangat bosan megikuti pelajaran. Akupun pulang dengan hati gembira karena besok adalah hari libur, seperti biasa aku pulang dengan Sintia dan beberapa teman lain.
Dipersimpangan jalan kamipun berpisah dengan teman kami lainnya. Dan sekarang kami berjalan hanya berdua aku dan sahabatku.
“Ra, besok gw kerumah loe ya.? Gw bête banget dirumah” tanyanya.
“Ya udah main aja, gw juga kesepian dirumah!” jawabku sambil membuka pagar rumahku.
“Ok. deh!” teriaknya sambil pergi meninggalkan halaman rumahku.
Keesokan hari seperti biasanya, saat liburan kerjaanku hanya tidur, makan, nonton tv, main, dengarkan music, atau membaca novel terkadang aku sangat bosan tapi mau bagaimana lagi. Tiba – tiba terdengar suara bel rumahku berbunyi dan ternyata itu sintia yang memakai celana jins berwarna hitam dengan kaos berwarna biru.
“Ra, lagi kenapa loe, suntuk amat muka loe, mau gw tebarkan keceriaan gw ke loe ga ?” jawabnya sambil berjalan menuju tangga rumahku. “Mang bisa, okelah boleh dicoba” sahutku dengan nada pelan.
Saat dikamar, kamipun bercanda dan ternyata keceriaan Sintia akhirnya tertular juga pada diriku, tetapi keceriaan itu hanya berlangsung sebentar, tiba – tiba Sintia melontarkan kalimat yang membuatku terkejut.
“Ra, gw boleh nanya ga, tapi loe jangan marah ama gw!” tanyanya dengan nada pelan.
“Mang nanya apa, tumben loe ngomong serius ama sama gw, ok gw ga akan marah kok!” dengan wajah terkejut.
“Sebenarnya loe udah pernah pacaran belum, apa loe udah punya cowok sekarang ?” tanyanya dengan alis naik sebelah.
“Oh itu, gw belum pernah pacaran kan dalam islam ga boleh pacaran, tapi kalo sekali ga papalah, lagian loe ngapain nanya kaya gitu, udah jangan omongin itu lagi, ok!” jawabku dengan suara ketus.

Hari seninpun tiba, akupun berangkat sekolah seperti biasa dan beraktivitas seperti biasa. Tapi bedanya hari ini aku pulang agak terlambat, karena harus mengikuti kegiatan mentoring yang kali ini hari senin sehabis pulang sekola. Selesai mentoring akupun langsung pulang. Tiba – tiba diperjalanan terdengar adzan ashar berkumandang, akupun langsung berjalan ke masjid dekat rumahku untuk shalat. Selesai shalat aku melihat dan mendengar seorang laki – laki yang mempunyai suara merdu saat membaca Al – Qur’an. Saat aku sedang memakai sepatu tiba – tiba ada yang memanggilku dari belakang, ternyata dia adalah cowok yag tadi membaca Al-Qur’an akupun sangat terkejut.
“Ra, tumben loe shalat di sini ?” tanyanya sedang berjalan menghampiriku.
” Oh, aku kebetulan lewat, ya udah sekalian, maaf, sebelumnya kamu ini siapa dan tahu dari mana namaku ?” tanyaku terkejut.
” parah loe ga kenal gw, loe jahat banget gw itu temen SD loe, gw Aldo, Clara?” jawabnya dengan nada suara ketus.
“Ya Allah, maaf Al gw baru inget habis loe beda banget, dulu loe SD ga tinggi kaya sekarang, kok loe shalat di sini bukannya rumah loe jauh?” tanyaku heran .
“Oh, gw baru dua bulan pindah ke sini, tuh rumah gw di gang mawar!” jawabnya sambil menunjukan letak rumahnya.
Akupun hampir lupa hari sudah sore dan akupun mengakhiri pembicaraan ini dan bergegas pulang ke rumah .

Setelah lima hari belajar akhirnya libur datang kembali. Pada hari sabtu pukul 08.30 WIB, suara handphoneku berbunyi ternyata itu sms dari Aldo, mengajakku untuk belajar Al-quran sehabis shalat maghrib gratis. Waktu yang kutunggu akhirnya datang, akupun langsung bergegas ke masjid. Selesai shalat Aldopun mengajariku membaca al-qur’an dengan suara yang indah, karena aku ingin sekali bisa seperti Aldo. Selesai mengaji kamipun langsung pulang, karena rumah kami satu arah, sepanjang jalan kamipun bercanda
Sampai Aldo lupa kalau gang rumahnya sudah terlewat, akupun tertawa dan kamipun berpisah. Sesampai dirumah tiba – tiba terbesit aku memikirkan Aldo, sampai – sampai bayangan Aldo tidak bisa hilang dari pikiranku.

Hari seninpun datang lagi, tapi kali ini kami sangat senang karena ada rapat guru. Tiba- tiba Sintia mendekatiku saat aku mengerjakan sedang tugas .
“Ra, gw punya kejutan buat loe, tar pulang sekolah loe ke kantin, jangan nolak ajakan gw, pliss!” tanyanya sambil memegang tanganku .
“Ok . “jawabku ketus. Bel pulang berbunti akupun langsung menuju kantin, saat itu aku melihat Sintia duduk bersama seorang cowok, akupun mendekati dan duduk disebelah Sintia.
“Ra, gw bawa kejutan buat loe, kenalin Randi” tanyanya sambil menarik tanganku dan Randi.
“Oh, gw Clara temen Sintia senang berkenalan” jawabku ketus.
“Ra, dia kelas XI IPA lho?” rayu Sintia padaku.
Stelah berkenalan aku langsung menarik tangan Sintia.
“Ada apa Ra, sakit tau, loe suka sama dia ?” tanyanya sambil menggodaku.
“Ngomong apa sih loe, ngapain loe ngenalin gw ama Randi, seakan gw kaya cewek ga laku apa! udah gw ga mau pacaran ama dia dan jangan coba-coba loe kenalin gw ama orang lain” jawabku ketus.
‘Ya, Ra gw udah cape nyariin buat loe, tapi dia tuh suka ama loe, lagi apa kurangnya dia sih, pintar, ganteng, baik lagi terima aja Ra kalau ga gw marah!” jawabnya dengan nada mengancam.
“Terserah loe mau marah apa ga yang penting gw ga mau pacaran sama Randi titik “sambil pergi meninggalkan Sintia.
Akupun pulang ke rumah sendiri tanpa Sintia. Keesokan pagi saat berabgkat sekolah, ia tidak menungguku. Sesampai di sekolah Sintia sudah datang duluan. Saat aku mencoba berbicara padanya, ia hanya diam dan tanpa berbicara dan menoleh sedikitpun . aku merasa sahabat terbaikku marah padaku, karena masalah kemarin di kantin.

Saat liburan sekolah aku mencoba ingin menyelesaikan masalah dengan Sintia, akupun memutusakan untuk pergi ke rumah Sintia dan menjelaskan semuanya padanya.
“Hai Sin, loe liburan ga kemana- mana ?” tanyaku
“Ga loe ada apa ke rumah gw, ada perlu ?” jawabnya jutek.
“Sin, gw pengen jelasin sebenarnya gw . . . dah suka sama orang lain, karena itu gw ga mau ama Randi” Jelasku .
“Kenapa loe ga ngomong sama gw dari awal jadinya gw ga usah marah am aloe, tapi loe ketemu dia dimana, terus siapa namanya ?” tanyanya sambil mencubit pipiku.
“Jadi sekarang loe ga marah ama gw, sekarang loe dah maafin gw, gw ketemu dia di masjid At – Taqw, dia tuh temen SD kita, Aldo” jelasku sambil memandang wajah Sintia yang imut.
“Udah gw maafin, terus loe bisa deket ama Aldo gimana tuh caranya?” tanyanya. dengan wajah penasaran.
“Gw deket ama dia saat gw minta dia ajarin gw baca Al-Quran gitu?” jelasku.
“Jadi loe suka suaranya dong, bukan orangnya gitu!” tanyanya penasaran.
“Ya, boleh dibilang gitu, tapi lebih tepatnya gw suka sama orangnyalah!” jawabku sambil bercanda.
Tiba – tiba handphoneku berbunyi dan itu sms dari Aldo
“Ra, loe gi d’mana? Biza ktmu ama w ga skrng? Tpi kalo g biza gpp, kalo mau dicafe dkt komplek kita!!! BlzZ ?

Pengirim :
Aldo
+6287878999xxx
Akupun membalas sms Aldo, agar aldo menungguku di Café. Aku bilang pada Sintia kalau aku akan bertemu dengan Aldo, akhirya aku pergi dan menuju café yang tidak jauh dari rumah Sintia, sampai di café aku melihat seorang cowok dengan celana jins warna hitam yang memakai kaos putih dan itu Aldo yang sedang menungguku .
“Assalamualaikum Do, maaf ya gw telat ?” jelasku .
“Waalaikum salam, gapapa kok gw juga baru” jawabya singkat.
Akhirnya kami langsung masuk kedalam café, mencari kursi kosong dan memesan minuman.
“Tumben loe ngajak gw kesini ada apa, memangnya loe lagi ulang tahun yah . .?” jelasku sambil bercanda.
“Oh . . . ga kok, gw ga ulang tahun, gw cuman pengen ketemu sama loe, ada yang gw mau omongin” jawabya menjelaskan padaku.
“Ngomong apa sih, gw punya salah ya ?” tanyaku penasaran.
“Ga kok, loe ga salah, malah gw yang salah Ra, gw boleh jujur ga, se-be-narnya gw . . .”
Tiba – tiba ada seorang pelayan café datang mengantarkan minuman yang kami pesan dan pelayan itu memotong pembicaraan Aldo.
“Maaf do, tadi loe ngomong apa, gw ga dengar bisa diulang?” tanyaku.
“Ra, gw suka sama loe, mau g aloe terima gw tapi kalo loe ga mau terima gapapa, memang ini salah gw karena gw suka sama loe!” jelasnya dengan bicara yang cepat.
Akupun terdiam sejenak, dan aku tidak dapat menatap wajah Aldo. Dan seakan ucapan Aldo dapat menghentikan peredaran darahku.
“Apa loe ga salah ngomong, bukan gw kali cewek yang loe taksir, Do?” tanyaku sambil meminum mencoba menenangkan diri.
“Gak, mana mungkin gw bisa salah orang, apalagi gw suka sama loe, saat loe kita masih duduk di kelas 5 SD, ga tau kenapa gw ga bisa nglupain loe Clara dan kalo loe mau tau gw ga pernah pacaran sama orang lain karena gw hanya suka sama loe” jelasnya dengan menatap kedua mataku.
Akupun mencoba berpikir dan mengambil napas untuk aku bisa menjawab pertanyaan dari Aldo. Dan sesaat suasana menjadi hening .
“Tapi kalau gw nolak, apa loe tetap mau nungguin gw sampai gw nerima loe, do?” tanyaku menatap wajah Aldo yang semakin tegang.
“Gw ga akan nyerah, gw akan coba terus sampai loe mau terima gw, Clara dang w benar – benar sayang sama loe dan gw akan lakukan apapun buat loe” jawabya .
“Gw . . . .mau te-rima loe jadi cowok gw!” jelasku padanya.
“Benar nih, berarti mulai sekarang kita pacaran dong!” tanyanya sambil mengedipkan mata.
“Tapi kita pacaran jangan terlalu berlebihan yah, loe tau maksud gw-kan, biasa aja ok . . .!” jelasku mencoba menenangkan pikiranku.
“Baiklah” jawabya dengan wajah bahagia.

Setelah pertemuan itu hatiku sangat bahagia sekali, seakan aku dapat dengan mudah menggapai awan yang tinggi. Setelah itu aku hampir lupa untuk mengabarkan Sintia tentang ini, akupun langsung mengambil hadphoneku dan menelpon Sintia.
“Assalamualaikum, Sintia lagi ngapain nieeh!” tanyaku .
“Waalaikum salam, lagi nonton tv. Ada apa loe kayaknya loe lagi seneng yah, kenapa?”
“Gak kenapa – napa, Sin gw ditembak Aldo.”
“Maksud loe, serius loe jangan bercanda!”
“Ngapain hal – hal kaya gini gw bercanda, ga ada gunanya lagi.”
“Terus loe terima ga?”
“Menurut loe lebih baik yang mana kalo ga terima bagaimana menurut loe?”
“Kalau loe ga terima dia loe akan nyesel karena loe udah kenal ama dia udah lama dan apa lagi dia tuh keren dan udah beda lagi sifatnya gak kaya dulu, ra!”
“Loe tau dari mana, Sin tentang Aldo?”
“Gw tau dari temen gw, dia satu kelas dan satu sekolah sama aldo, tapi loe jangan cemburu dulu ga baik lho?”
“Lagi siapa yang cemburu, orang gw biasa aja sih!” .
“Jadi loe terima diaapa ga, cepetan jawab.”
“Ya, gw terima dia, udah ya . . . udah malem gw mau tidur “
“Gitu dong, ya udah Assalamualaikum” .
“Walaikum salam pren” .
Dan setiap hari aku menjalankan aktivitaasku seperti biasanya tanpa berubah satu apapun. Aku merasa sangat senang mempunyai pacar seperti Aldo, selain menjadi pacar terkadang dia juga sebagai guru terbaikku karena dia membantuku dalam belajar sehingga aku dapat meningkatkan prestasiku.

Cerpen Karangan: Ismi Rachmawati
Facebook: Ismi Rachmawati

Cerita Perjuangan Hidupku Dalam Menuntut Ilmu

Perkenalkan nama saya supardin, biasa disapa adin saya anak pertama dari lima bersaudara. Saya lahir dari keluarga yang sangat sederhana, walaupun demikian saya memiliki motivasi yang sangat besar dalam hal dunia pendidikan. perjuangan saya bisa dikatakan sangat ekstrim, dan penuh tantangan bukan berati perjuangan saya menjadi pupus, justru hal tersebut yang membuat saya kian semangat.

Kepahitan itu kian membuat kehidupan keluarga ku terpukul, setelah ayah ku pergi meninggalkan kami semua, tentu semua tanggung jawab dibebankan kepada ibu. Mengingat usia kami yang masih sangat kecil dan masih membutuhkan kasih sayang.

Seiring berjalanya waktu dan usiaku pun kian bertambah, kini aku berumur 7 tahun tentu di umur seperti itu sudah selayaknya aku harus mulai masuk dunia pendidikan sekolah dasar, melihat kehidupan keluarga yang kian memburuk membuat ku kian giat menuntut ilmu. Demi satu tujuan yaitu ingin membahagiakan ibu ku.

Waktu terus bergulir dan kini aku pun naik ke kelas dua sekolah dasar. Tentu biaya kian tahun makin bertambah, maklum pada saat itu belum ada program wajib belajar Sembilan tahun. ibu ku pun kian semakin kesulitan untuk membiayaiku. Bahkan sempat terdengar di telingaku perkataan ibu ku yang menginginkan agar aku berhenti sekolah, karena tak sanggup lagi dengan biaya yang semakin bertambah, hal terebut tentu membuatku kian terpukul.

Senada ibu pun mngatakan “Nak… maafkan ketidaksanggupan ibu dalam mengurus kamu, ibu rasa perjuangan mu untuk menimba ilmu cukup sampai disini, ibu tidak memiliki apa-apa sekarang. Jadi maafkan ibu”.
Mendengar hal tersebut membuat ku terhenyak sejenak, terlintas di pikiran ku akankah semua ini akan berakhir..?

Mendengar hal tersebut tentu membuat sanak keluarga ku merasa empati kepada keadaan ku, merasa tidak ingin aku putus sekolah aku pun dibawa keluar kota. tante NAFSIA lah yang membawa ku dan membiayai semua kebutuhan ku. Meski demikian bukan berati aku bisa bersantai, maklum sebaik-baiknya seorang tante tidak lah lebih baik dari seorang ibu.

Hari yang dinantikan pun tiba, tepatnya pada tanggal 22 november 1997 aku didaftarkan di SDN REO II. Sebuah sekolah dasar negeri yang berada di kecamatan REOK dan berkabupaten MANGGARAI, hari pun telah berganti waktu terus bergulir aku mulai masuk sekolah di hari pertama ku di sekolah baru. Rasa gembira pun terpancar di raut wajah ku, menggingat aku dapat melanjutkan sekolah ku.

Lonceng sekolah pun berbunyi menandakan waktu pelajaran usai, aku pun berkemas dan bergegas meninggalkan ruangan, untuk segera pulang bersama teman baru ku.

Sesampai di rumah akupun langsung di suguhkan dengan sebuah baskom kecil yang berisikan kue lemet.
“Din hari ini kamu mulai berjualan kue, ini kuenya dan skarang juga kamu mulai berjualan”
“tapi tante saya kan belum makan, bisa kah saya berjualan setelah makan..?”
“oh.. tentu silakan .. tapi jangan lama ya.. makannya..”
“ia tante..”

Setelah makan aku pun bergegas untuk berjualan, langkah demi langkah aku menatih kan kaki ku, bersuara kan merdu bertedu kan mata hari yang cukup panas, soalnya aku berjualan tepat pada pukul 14:00 tentu cuaca masih panas.. badan bercucuran keringat dan aku pun mulai bersuara lantang.
“Bu, Kue.. kue.. bu kue bu..”

Waktu pu kian semakin sore, kue pun semua habis, dengan hati yang amat senang aku pun bergegas untuk pulang. Dan memberikan semua uang hasil jualan ku hari ini kepada tante ku.. itulah kegiatan sehari-hari ku setelah sepulang sekolah..

Waktu bergulir sangat cepat dan sekarang aku sudah lulus dan ingin melanjutkan pendidikan ku ketingkat SLTP, aku pun mulai mendaftarkan diri hati ku pun kian bertambah senang dapat melanjutkan sekolah.. dengan semangat aku kian giat belajar, agar dapat naik kelas alhasil usaha ku rupanya tak sia-sia, aku dapat naik ke kelas berikutnya, sampai akhirnya lulus pada tahun 2005 dan mendapat kan nilai yang sangat memuaskan.

Setelah lulus SLTP, aku pun ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Tapi sayang harapan itu hampir sirna akibat tante ku tak dapat melanjutkan ku ke tingkat SMA, dikarenakan suaminya mengalami kecelakaan kerja dan harus membutuh kan biaya yang cukup banyak untuk keperluan pengobatan Dan lain lain.

Aku pun kembali di belit cobaan yang amat berat, dengan hati yang amat sedih aku pun menerima dengan hati yang lapang. Dalam hati kecil terucap akankah ini semua akan berahir sampai disini..?

Karena keadaan yang tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan sekolah aku pun kembali ke kampung halaman ku. Setelah di kampung akupun mulai memikirkan bagaimana caranya agar aku dapat melanjutkan pendidikanku. Sebab aku memiliki impian yang sangat besar dalam dunia pendidikan. Karena merasa iBu ku sudah tak sanggup lagi membiayai ku. Aku pun mulai meencari pekerjaan, apapun itu yang terpenting aku dapat bersekolah kembali..

Cerpen Karangan: Supardin

Cerita Space Time (Perjalanan Ruang dan Waktu)

Januari 2015, NASA bekerja sama dengan beberapa lembaga Antariksa Asia untuk misi penelitian ke planet Mars dengan mengirimkan tiga orang astronot. Aku mewakili LAPAN untuk bergabung bersama aliansi NASA. Aku adalah seorang ilmuwan LAPAN (lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) di bidang astronautic engineering, Aku dan dua Astronot lain yakni James ahli Astrobiologi dari NASA (National Aeronautics and Space Administration) dan Hiro ahli Geologi dari JAXA (Japan Aerospace Eksploration Agency) Ditugaskan untuk misi penelitian ke planet Mars, sebuah misi impian umat manusia.

Pagi itu Istriku membangunkanku untuk berangkat menuju markas pusat NASA.
“Ayah… sekarang kau harus berangkat ke markas, dua hari lagi keberangkatanmu, ayo bangun..!!”. kata Istriku membangunkanku yang tengah tergeletak di tempat tidurku, seolah Aku lupa kalau dua hari lagi Aku berangkat ke suatu tempat jauh, yang disebut Mars.
“Astaga.. Aku lupa. apa kau sudah bersiap ma?”
“sudah dari tadi, yang mau berangkat misi itu kamu, bukan Aku. tapi dilihat dirimu, ayolah”
“iya iya, tunggu sebentar.” Aku lekas menuju kamar mandi.

Kami pun berangkat ke markas, kami harus tinggal di markas dua hari sebelum keberangkatan, untuk persiapan dan pengecekan kesehatan astronot.
Disana sudah menanti dua orang temanku, James astronot NASA, dan Hiro Astronot JAXA. dua hari pun terlewati, berbagai pemeriksaan pun selesai, kami bertiga pun siap untuk misi, meninggalkan keluarga untuk misi mulia dalam ilmu pengetahuan.

Sebelum keberangkatan, kami mempunyai kesempatan untuk berpamitan dengan keluarga yang ikut mengantarkan ke pusat keberangkatan. Istriku memelukku dengan erat seolah tak mengizinkanku pergi, tapi Aku mencoba untuk meyakinkanya, bahwa Aku dan dua orang temanku akan kembali ke bumi dengan selamat. Aku mencium keningnya dan pergi meninggalkanya menuju modul pesawat ruang angkasa.

Setelah berpamitan, Aku dan dua orang rekanku, James dan Hiro memasuki modul ruang angkasa dengan roket pendorong yang sangat besar, ratusan petugas NASA, JAXA dan LAPAN ikut meramaikan suasana keberangkatan, sorak sorai masyarakat yang ikut melihat keberangkatan meramaikan dekat area penerbangan.

Perjalanan bumi ke Mars memerlukan waktu kurang lebih satu tahun, kami memakai sebuah teknologi canggih yang membuat kami bisa bertahan tanpa makanan di ruang angkasa dalam setahun, bahkan bertahun tahun. kami bertiga di“mati”kan untuk sementara, detak jantung dan aliran darah dihentikan untuk sementara, seluruh tubuh di bekukan hingga minus 150 derajat celsius, hal itu digunakan untuk membuat kami tak membutuhkan makanan selama setahun di dalam modul, dengan teknologi ini kami tidak butuh makan, kami akan “mati” tertidur untuk waktu satu tahun lamanya, bahkan saat kami dalam mode tidur seperti ini, sel sel kami berhenti mati, atau beregenerasi, sehingga kami tidak mengalami penuaan selama setahun.

Kami pun berangkat, dan kami segera di tidurkan, sistem komputer automatis yang telah di rancang untuk menuju koordinat yang tepat akan membawa kami ke planet Mars secara automatis, dan sistem komputer itu akan secara automatis membangunkan kami ketika sampai di tanah merah planet Mars.

“Apa yang sedang terjadi?” Beberapa waktu kemudian, Aku terbangun, menjumpai sesuatu yang aneh, es di sekitar tubuku mencair mungkin sekitar tiga hari yang lalu, dinding pesawat sudah berkarat mesin mesin hancur berantakan semua sistem telah mati, Aku terbangun karena sistem tidurku rusak, terutama pada bagian penidur atau pembeku. dan Aku mulai sadar kalau kami mengalami pendaratan yang gagal, namun kami telah sampai di Mars. Aku sudah sadar, namun tubuh dan seluruh persendianku masih tak bisa kugerakan. Aku menunggu berjam jam hingga Aku akhirnya bisa bergerak
Tak berlama lama Aku berjalan sempoyongan menuju mesin beku milik James dan Hiro.
“James..! Hiro…! kalian tidak apa apa? apa yang sedang terjadi…?” tanyAku sambil jalan sempoyongan, Aku terkejut dan shock melihat Hiro telah menjadi kerangka, tubuhnya tertindih baja pesawat ulang alik yang penyok.
“Hiro…!! ti.. tidak mungkin, astaga.. apakah kami gagal? tunggu dulu, James.. James..!” teriAku berjalan menuju mesin tidur milik James. kemudian Aku melihat mesinya, kacanya masih utuh, masih terlihat es dan uap bersuhu minus 150 derajat. samar samar Aku melihat wajahnya dibalik kaca setebal ilma centimeter. Aku mulai mengambil besi bekas patahan kursi baja dan memukulkanya untuk memecahkan tabung mesin James, berkali kali Aku mencoba hingga akhirnya pecah, keluar asap dingin.

Terus kucoba untuk mengeluarkan James. suhunya benar benar sangat dingin, kAku seperti balok es, mungkin itu yang terjadi ketika Aku tak bisa bergerak tadi. Aku membuat peralatan sederhana dari mesin kapal yang tersisa dan anehnya sudah berkarat, Aku berasumsi bahwa kapal berkarat karena beroksidasi dengan permukaan Mars yang berkarat juga. Aku merangkai alat itu menjadi sebuah alat pengejut jantung dengan tegangan lIstrik kecil, mencoba untuk menghidupkan James yang tertidur selama kurasa setahun.
“James bangunlah..! James..!” Aku terus meneriakinya berharap ia terbangun.
Ia pun tersadar, namun tubuhya masih tak bisa bergerak. Aku menemaninya berjam jam menunggunya bangkit. ia membuka mulutnya dan mulai bicara padaku, ia sangat kebingunan sama seperti Aku.
“Dr. Fian.. di.. dimana kita?” ucapnya disertai tubuh yang menggigil. “Apakah sudah sampai?”
“James, pendaratan kita gagal. kita mengalami kecelakaan, dan…”
“dan apa..?”
“Dr. Hiro, meninggal.”

Akhirnya kita berdua bisa mulai mencari tahu apa yang terjadi. kapal kami rusak parah, semua sistem hancur, komputer mati dan ada beberapa hal yang aneh. kenapa semua besi disini sudah berkarat? James dan Aku terheran heran melihat Hiro tinggal kerangka yang lazimnya sudah mati bertahun tahun.
“ini aneh fian… bagaimana mungkin Dr. Hiro sudah menjadi kerangka, jika kita mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu, seharusnya tubuhnya masih utuh, belum menjadi kerangka seperti ini..” ujar James heran melihat tubuh Hiro menjadi kerangka.
“kau benar, ini biasa terjadi pada orang yang meninggal bertahun tahun.”
Kami belum bisa berpikir jernih setelah tertidur selama setahun. kami mengenakan helm yang masih berfungsi dan pakaian yang sedikit koyak, kami mulai mempertimbangkan untuk keluar karena radiasi matahari yang tak tersaring atmosphere Mars bisa saja membunuh kami berdua, tapi jika kami tetap di dalam kapal, kami akan membusuk tanpa berusaha apapun.

“Kau siap Dr. Fian..?”
“Ayo..”. Kami pun memberanikan diri untuk keluar, berusaha mencari tahu sesuatu, kami mulai berpikir jika kami akan mati disini karena tak ada makanan dan kapal telah hancur, kami tak bisa kembali ke bumi. Aku dan James sangat rindu keluarga kami. sebelum keluar kami mencoba mencari mesin semacam black box yang merekam kejadian dan masalah sistem di dalam pesawat. kami melihat komputer macet dan berhenti fungsi saat pendaratan, itu yang menyebabkan kami tak dibangunkan dan pesawat tidak mengeluarkan mode pendaratan yang menimbulkan benturan keras yang menghancurkan pesawat kami. dan anehnya black box itu langsung penuh dan mati, padahal itu bisa merekam data selama sepuluh tahun. kapal kami terkubur pasir dan batuan merah Mars, kami berusaha keluar dengan susah payah.

Walaupun terlihat seperti gurun tandus dan panas, namun suhu disini seperti di kutub karena jauh dari matahari dan ditambah atmosphere Mars yang tak mampu membuat efek rumah kaca. kami berjalan menyusuri Mars, Aku membantu James meneliti tanah dan tanda tanda kehidupan, berkilo kilo kami berjalan sangat pelan karena gravitasi yang sangat kecil disini. dan kami terkejut melihat sebuah rumput kecil tumbuh dari pecahan batu, kami tercengang, dan ternyata di Mars ada kehidupan walau berupa tumbuhan. Namun kejutan terbesar bukan disitu.
“Ja.. James.. tolong lihat ini.” ujarku dengan mata molotot melihat sesuatu yang tak pernah kuduga. ada KOTA PERADABAN, kota itu kecil, bangunanya terbuat dari besi. kami benar benar tercengang dan terdiam. kami mendekat untuk mencari bantuan.
“Astaga… Aku tidak percaya ini.”
Dari jauh seseorang mirip manusia, dan ternyata memang manusia, memakai seragam aneh berhelm gelap mengendarai kendaraan terbang seperti sepeda motor. kami meminta bantuan dan berteriak, ia menghampiri kami dan menodongkan senjata api. tiba tiba saja ia menembakan senjata itu ke arah kami, kami langsung menghindar dan melihat batu meleleh terkena tembakanya.
“hei… apa apaan ini, Fian.. lari…!” teriak James berlari menjauh dari sosok misterius itu. Dan anehnya orang itu berbicara bahasa kami, bahasa inggris, kami benar benar bingung dan tidak mengerti. kami berdua berlari sekuat tenaga dikejar orang asing itu. kami melihat sebuah pangkalan terbang dengan lambang NASA..!, dan ada kendaraan mirip piring terbang perak. kami langsung masuk ke dalamnya, kami tak tahu cara mengendalikanya, namun ada simbol simbol dalam astronautic engineering yang Aku tahu, kami pun lepas landas dan dikejar oleh orang orang Mars yang aneh itu. ini adalah hal yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya, ini GILA..!

“fian… Aku benar benar tak mengerti, mengapa ada kehidupan dan mengapa ada lambang NASA di kota asing ini..?” kata James kebingungan.
“Aku juga sangat bingung, ini bisa membuatku gila, kecelakaan, alien Mars, lalu apa lagi..?”
Kami berangkat pulang menuju bumi dan berharap menceritakan semua yang kami rekam dalam benak kami ke seluruh penduduk bumi. Kendaraan ini berjalan dengan kecepatan luar biasa, mungkin 30 persen dari kecepatan cahaya. kami dengan cepat sampai tanpa menggunakan sistem tidur kami. kami mulai mendekat ke bumi. dan ada hal janggal yang sangat aneh di depan mata kami. bumi tak lagi hijau, semua benua menjadi gurun, dan lebih anehnya benua amerika selatan berpisah dengan amerika utara di laut atlantik.
“ohahh..!! apa yang terjadi.! apa Aku gila..!!?” teriAku, Kami mendarat dan ingin tahu apa yang terjadi. ternyata terjadi perang yang mengerikan di bumi, kami mendarat di pulau jawa, disana juga berperang. entah apa yang mereka perebutkan, namun baju dan senjata mereka benar benar asing lebih mirip baju orang Mars yang mengejar kami.
“hei..! sedang apa kalian, cepat berlindung..!!” teriak seorang wanita berpakaian perang. wanita itu mengajak kami untuk berlindung. kami dibawa ke markas militer Jawa.

“NamAku, Elin… kalian aneh sekali, baju macam apa itu..?!” kata wanita berusia 20 tahunan.
“seharusnya kami yang tanya seperti itu…” .Wanita itu membawa kami ke tempat di bawah tanah. disana kami ditolong dan di interogasi oleh orang orang militer. kami berdiskusi sangat lama. dan kami mulai memikirkan kejanggalan kejanggalan dari mulai kami mendarat di Mars. pesawat kami tiba tiba jatuh karena sitemnya rusak, black box begitu penuh padahal itu bisa merekam sampai 10 tahun lamanya, kapal sudah berkarat seperti berpuluh puluh tahun, mayat Hiro sudah tinggal kerangka, yang artinya Hiro sudah tewas bertahun tahun lamanya, dan kata penduduk bumi sekarang, orang orang yang berada di Mars adalah para pemimpin bangsa dan bangsawan kaya raya yang tidak peduli dengan nasib manusia dan mereka pergi meninggalkan bumi ke Mars, membangun peradaban baru. kami tidak tertidur selama hanya setahun, ada kesimpulan yang kami tarik dari semua masalah ini, kami melihat kalender aneh, dan menyadari kami berada di MASA DEPAN.
Kalender menunjukan tahun 2115, yang artinya kami tertidur selama seratus tahun.!!!. dan dunia ini tengah berperang, perang nuklir, berawal ketika negara negara adidaya memperebutkan hasil hasil bumi dari negara negara lain, PBB sudah tidak ada, perang tak bisa terelakkan, dunia terbagi menjadi dua, blok barat dan blok timur, seluruh negara asia dan afrika bergabung menjadi satu aliansi yaitu Lemuria, sementara sebagian eropa bergabung bersama amerika membentun blok timur atau aliansi Atlantis. perang makin pecah ketika musnahnya hasil bumi kerena bom atom, musnahnya barang yang mereka perebutkan menjadi perang semakin memanas, ini perang dendam, perang kehancuran. inilah perang dunia ke tiga. perang ARMAGEDDON.

“jadi kau dari masa lalu dan tertidur selama seratus tahun..?” tanya wanita itu.
“kurasa begitu..”
“maukah kalian kembali ke masa kalian, dan membantu kami..?” tanyanya.
“bagaimana..?” tanya James.
Kami bersama tentara gerilya jawa, sebuah negara hasil pemekaran indonesia. mereka mencoba membuat mesin waktu dan berusaha mengubah masa depan dengan kembali ke masa lalu, mereka berkali mengirimkan tentara ke masa seribu tahun lalu untuk mencegah invasi, namun mereka semua menghilang dan tak kembali.mesin waktu ini memanfatkan teknologi mini wormhole, kelemahanya adalah hal ini tidak pasti. wormhole bisa menghilang kapan saja, dan kadang ketika terjadi kesalahan perhitungan tiba tiba, orang yang dikirim bisa musnah dari alam semesta, atau terkirim dan nyasar ke dimensi lain.

Markas kami diserang, banyak dari kami yang terluka.
“James..!!” teriakku melihat tembakan menembus dada James.
“ech.. maafkan Aku Fian, tolong, selamatkanlah masa depan sebisa mu…”
“tidak tanpamu, kau harus bertahan, Aku akan cari pertolongan.”
“ti.. tidak, sudah tak ada waktu, Aku sudah tidak kuat, Aku yakin kau bisa tanpa Aku.”
hal yang sangat ku sesali adalah, James tak terselamatkan, ia tewas, dan berwasiat kepadAku untuk melAkukan sesuatu untuk masa depan bumi. akhirnya di tengah tengah bencana, Aku memberanikan diri untuk masuk mesin waktu dan kembali kemasa ku, meski itu akan membunuhku. mesin waktu milik Jawa membuktikan bahwa alam semesta tidaklah pararel, artinya masa depan bisa dirubah.
“Elin..!! tolong hidupkan mesinya, Aku akan berangkat.”
“apa kau yakin, kemungkinanya sangat kecil.. terlalu berbahaya.”
“sudah nyalakan saja, jika Aku berangkat resikonya Aku akan mati, tapi jika Aku tetap tinggal kita semua akan mati tanpa usaha.”
“baiklah.. tolong selamatkan dunia, Aku percaya padamu..” akhirnya mereka mengirimkanku kemasa seratus tahun yang lalu. mesin mulai menyala, Aku membawa kunci mesin waktu di tanganku, Aku merasakan energi besar menghancurkan tubuhku seukuran nano. dan pandangan kabur, Aku mulai berpikir mungkin ini adalah akhir hidupku, dan mungkin Aku akan gagal. Aku tidak berharap ini akan berhasil, Aku serahkan semua pada tuhan, tapi Aku berharap satu hal… Aku berharap… semua ini hanya… MIMPI.

“Ayah… sekarang kau harus berangat ke markas, dua hari lagi keberangkatanmu, ayo bangun..!!”. Aku terbangun, Istriku membangunkanku. Aku sadar Aku berada di tempat tidurku. Tunggu dulu, aneh, ada yang salah… apa yang terjadi?
Semua ini gila, aneh, aneh dan aneh… semua seperti terulang sebelum keberangkatanku ke Mars seratus tahun lalu, Aku ingat ketika tentara jawa dan Elin mengirimkanku ke masa 100 tahun tepat di tahun 2015. dan Aku tersadar berada si atas tempat tidur lengkap dengan piyama ku.
“ma… apa yang terjadi?!, aahh..!! ada apa ini..!!?” Aku kebingungan, dan hampir gila.
“apanya yang terjadi? kau baru saja kesiangan, dasar suami tukang tidur..! kau mimpi buruk ya..?”
akhirnya Aku berkesimpulan. itu semua hanya mimpi.

Aku mulai berangkat dari rumah bersama Istriku menuju kantor nasa, mengenakan jas putih dinas ku. untuk pemeriksaan dua hari sebelum keberangkatan, sama persis dengan mimpi anehku.
Sesampainya disana, Aku segera menuju ruang kesehatan, sesuatu terjatuh dari saku jas putih ku. Aku terkejut dan melongo, mengetahui sesuatu yang terjatuh itu adalah… KUNCI MESIN WAKTU lengkap dengan simbol JAVA milik tentara jawa. Aku langsung sadar, mereka mengirimkanku ke 100 tahun yang lalu, memutar balikan dimensi ruang dan waktu hingga Aku kembali ke tempat tidur, waktu mundur hingga awal keberangkatanku. Istriku membentakku ketika Aku terdiam membisu.
“ayah…kenapa kau ini.?” tanya Istriku.
“tidak, ada sesuatu yang harus Aku lakukan, kau tunggu disini ya.” Aku berangkat tergesa gesa menuju pusat mesin NASA, bila semua itu bukan mimpi, maka kecelakaan itu juga nyata, dan berarti ada dua tugas yang harus kulAkukan, mengingatkan seluruh petugas NASA akan sistem komputer yang eror, dan memberi pesan untuk tidak melakukan invasi kepada negara lain, karena jika itu mereka lakukan maka 100 tahun yang akan datang, dunia akan hancur, Aku memegang amanah dari generasiku di 100 tahun yang akan datang.

Aku bertemu James dan Hiro di sana, tentu saja ini seratus tahun sebelum armageddon terjadi dan mereka masih hidup bersamaku, sesaat Aku terlihat seperti orang gila karena semua kegilaan ini.
“hai Dr. Fian, kenapa kau terlihat panik, apa kau stres karena keberangkatan dua hari besok?” tanya James.
“oh tidak Mr. James, ada sesuatu yang sangat penting yang harus kulakukan.”
“ehmm.. Dr. Fian, sejujurnya Aku semalam bermimpi aneh, Aku bermimpi ditembak orang aneh dan Aku tewas, Aku melihatmu di sisiku” ternyata kejadian 2015 juga ikut terbawa ke ingatan James walau dalam bentuk mimpi.
“kurasa kau perlu istirahat Dr.” Aku meninggalkanya.

Sebelum berangkat Aku memerintahkan petugas engineering lain untuk memeriksa sistem operasi, prosesor, dan sistem daya listrik komputer. dan mereka terkejut ketika mendapati kerusakan pada setiap yang kusebutkan tadi. penerbangan di tunda tiga hari untuk perbaikan
“bagaimana kau tahu semua ini Dr. Fian?” tanya Dr. Hiro, Aku turut senang melihatnya hidup, bukan dalam bentuk kerangka.
“dari mimpi” kata ku terus terang, ia kelihatan bingung, namun kami segera menyiapkan segala persiapan.

Hari pun berjalan sama persis seperti seratus tahun yang lalu, kami memberi salam pamit pada keluarga dan berangkat ke planet Mars.
kami sampai dengan selamat. dan ajaibnya, sama seperti dalam ingatanku, kami menemukan rumput kecil di Mars, kami membawa salah satu samplenya ke bumi. kami kembali dengan selamat di bumi pada tahun 2017. kami mendapat penghargaan ilmuwan dan pahlawan international, mereka ingin memberi kami permintaan untuk tanda penghargaan. James meminta laboratorium baru, Hiro meminta untuk mendirikan unversitas astrogeologi di china. sepertinya Aku sudah merubah satu masa depan.

Aku masih punya satu tugas, amanat dari 100 tahun yang akan datang. Aku diberi permintaan istimewa juga. permintaanku agak aneh. Aku minta di buatkan sebuah monumen setinggi monas dengan bertuliskan perjanjian perdamaian negara di dunia dan dihapuskanya invasi atas negara lain, tugu yang terbuat dari perunggu berlapiskan alumunium itu disetujui masyarakat sedunia. dengan begini perang armageddon tak akan terjadi. ketika Aku pensiun Aku mencoba menceritakan kisah ini dalam bentuk novel fiksi ilmiah.

Catatan:
Seratus tahun kemudian, bumi benar benar damai, tak ada peperangan, teknologi yang ramah lingkungan berkembang pesat. semua itu juga tak lepas dari menumen kuno yang dibangun seratus tahun yang lalu oleh Dr. Fian, astronot yang mengubah masa depan. “masa depan itu bisa diubah atau tidak, tergantung masa sekarang. tuhan tak akan mengubah nasib suatu kaum, melainkan kaum itu yang mengubah masa depanya sendiri”
“Aku berangkat…” kata seorang wanita cantik berusia 20 tahunan bernama Elin, yang sedang berangkat kuliah. ya.. tentu saja masa depan sudah berubah…

TAMAT

Cerpen Karangan: Aliffiandika
Facebook: Muhammad Irsha Havada

Cerita Kasih Sayang Ku Takkan Pernah Mati Untukmu Ayah dan Ibu

Dikala sang surya menepi.. langit yang biru berubah warna menjadi merah kekuningan yang menyilaukan mata.. rumput-rumput hijau yang tertiup angin sore seakan-akan bersuka ria menyaksikan peristiwa yang indah ini.. membuatku terpaku dan membisu menyaksikan semua itu.. mengingatkanku pada sebuah kisah lalu..

Awal cerita..

Suatu malam di bulan oktober, hujan turun cukup deras.. seorang gadis bernama Sinta tengah duduk di depan jendela kamarnya.. ia sedang memperhatikan tetesan air hujan yang jatuh di luar rumahnya.. ia amat menyukai hujan.. karena menurutnya.. disaat hujan turun bisa memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa..

Tiba-tiba suara bising cekcok mulut terdengar dari luar kamarnya.. ia bergegas melihat apa yang sebenarnya terjadi.. ketika ia melihatnya ternyata kedua orangtuanya yang tengah bertengkar.. entah apa yang mereka ributkan, sinta tak tau dan tak mau tau karena hal itu sudah biasa untuknya.. namun satu yang pasti di saat kedua orangtuanya bertengkar masalah apapun pasti terdengar olehnya yang akhirnya tertuju pada sinta.. ayah sinta sangat mmbenci sinta karena menurutnya sinta itu anak haram hasil hubungan gelap ibunya.. namun sinta tak mau ambil pusing. karena ia sangat menyayangi kedua orangtuanya.. setiap kedua orangtuanya bertengkar selalu sinta yang disalahkan.. “ayah, ibu mengapa kalian selalu bertengkar?” tanya sinta dengan polosnya.. “diam kamu anak haram!!” sebuah bentakan dari ayahnya membuat sinta menangis dan berlari masuk kamar, sinta hanya bisa membuka buku dan menuliskan semua perasaannya di dalam kertas.. dan malam pun berlalu dengan penuh air mata.

Suatu ketika ayah sinta mengalami kecelakaan beruntun yang membuat kedua kakinya harus diamputansi.. sinta dan ibunya selalu merawat ayahnya meskipun ayahnya tak mau mereka rawat.. ia tetap membenci sinta.. “ayah makan dulu ya.. nih sinta buatin bubur buat ayah”.. “puas kamu melihat saya seperti ini hah!! sudah jangan sok perduli kamu.. pergi sana!!” bentak sang ayah pada sinta.. ibunya hanya bisa menangis menyaksikan anaknya dibentak dan dicaci-maki seperti itu namun apa daya, walaupun sang ibu melarang sinta merawat ayahnya.. tapi sinta bersikeras pantang menyerah.. setiap sinta dibentak ayahnya sinta tetap tersenyum dan selalu berusaha agar ayahnya menerima sinta.

Suatu sore di halaman belakang rumah sinta.. ayahnya tengah duduk di sebuah kursi roda.. sinta berniat mendekatinya lalu memeluk ayahnya dari arah belakang.. namun apa balasan sang ayah.. ia malah mendorong sinta hingga terjatuh.. “pergi kamu jangan ganggu saya” meskipun di dalam hati sang ayah sudah mulai tumbuh rasa kasih sayang untuk sinta, akan tetapi sang ayah berusaha melawan rasa itu.. kali ini senyum sinta mulai redup, dengan berlinangan air mata sinta bersujud di kaki sang ayah.. “ayah.. begitu hinakah sinta ini, sehingga ayah sangat membenci sinta?. apa yang harus sinta lakukan lagi, agar ayah bia menerima sibta?” “tidak ada yang harus kamu kakukan.. saya bisa mengurus hidup saya sendiri.. pergi kamu jangan ganggu saya” dengan bercucuran air mata sang ayah membentak sinta.. air mata mengalir deras di pipi mereka berdua.. kehidupan di rumah sinta berlalu penuh derita.. setiap ayah sinta tak mau makan, sinta pun tak mau makan sebelum sang ayah makan..

hari ini terpancar senyum kebahagiaan dari wajah sinta, rupanya ini pertama kalinya ayah sinta mau disuapi oleh sinta.. senyuman itu seakan takkan pernah bisa luntur.. ternyata hati beku sang ayah mulai luluh oleh kasih sayang sinta yang tak pernah padam..
Namun ketika sinta menyuapi sang ayah makan.. tiba-tiba sinta jatuh pingsan di pangkuan sang ayah.. “sinta!! sinta!! kamu kenapa nak? sinta bangun!!.. sinta bangun!!” dengan pehuh rasa cemas terpancar dari wajah ayahnya.. ia memanggil ibu sinta untuk segera memanggil ambulan…

Sesampainya di rumah sakit.. dokter keluar dari ruang UGD dengan raut wajah kecewa.. “maaf pak, bu.. kami sudah berusaha semampu kami.. tapi tuhan berkehendak lain, nyawa sinta tak tertolong” “APA DOK!!! coba anda periksa lagi dok mungkin anda salah!!” ayah sinta begitu kecewa dan tak percaya dengan apa yang dokter katakan.. sedangkan ibu sinta hanya bisa menagis mendengar semua ini.

Hari ini hujan turun sangat deras, seakan ikut menangisi kepergian sinta.. terlihat gundukan tanah pemkaman yang masih basah diguyur hujan sang ayah tak henti-hentinya menangis turut membasi pemakaman sinta.. “maafkan ayah nak.. menyesal tidak bisa menjadi ayah yang baik untukmu.. maafkan ayah sinta maafkan ayah” sang ibu merangkul ayah sinta “sudahlah.. semua ini sudah terjadi.. ayo kita pulang”

Sampai di rumah pun air mata tak henti-henti mengalir.. ayah sinta memperhatikan seluruh ruangan kamar sinta, ini kali pertama ia memasuki kamar sinta.. terlihat di dinding penuh dengan gambar hasil karya tangan sinta.. di gambar itu terdapat 3 orang yang seang bergandengan tangan seperti sebuah keluarga.. ibu sinta menemukan sebuah buku di bawah bantal sinta.. yang ternyata itu adalah diary sinta.. sang ibu membaca lembar demi lembar buku itu.. tertulis
“ayah, ibu mengapa kalian selalu bertengkar karena sinta. maafkann sinta karena sinta bukan anak yang baik untuk kalian. tapi sinta akan berusaha menjadi anak yang berguna untuk ayah dan ibu.. oh iya, untuk ayah. sinta kali ini menjadi juara kelas loh.. sinta mendapat rangking satu..” sang ayah tak pernah menemani anaknya untuk menerima rapot.. lagi-lagi rasa sesal menusuk hatinya..

di halaman lain..
“ayah ibu yang sangat sinta sayangi..
untuk ayah sinta tulus menyayangi ayah meskipun ayah sangat membenci sinta tapi sinta yakin suatu saat nanti akan ada rasa sayang dari ayah buat sinta.” air mata tak hentinya mengalir dari sang ayah..

di halaman terakhir,
“ayah ibu yang sangat sinta sayangi..
akhirnya lengkap sudah.. pagi tadi sinta berhasil membujuk ayah makan bahkan sinta yang menyuapinya.. sinta bahagiiiaaa banget.. sinta rasa kasih sayang itu mulai tumbuh dalam hati ayah.. tapi maaf waktu sinta tidak banyak.. karena beberapa hari ini tuhan memberi sinta pesan agar sinta kembali pada-NYA, sebenarnya sinta tidak ingin meninggalkan kalian. namun jika tuhan menghendaki sinta pergi sinta iklas. karena semua keinginan sinta sudah terkabul.. harapan sinta hanya ingin melihat senyuman tulus dari ayah untuk sinta dan melihat keluarga kita utuh selamanya..” terlihat beberapa tetes darah membasahi krtas itu.. “sebenarnya selama ini sinta mengidap penyakit kanker darah stadium akhir.. tapi sinta tak mau membuat ayah dan ibu susah atau pun sedih.. selama ini sinta tahan semua rasa sakit ini dan memohon kepada tuhan agar memberikan sinta waktu untuk membuat ayah dan ibu bahagia.. sinta hanya takut disaat kasih sayang membanjiri keluarga ku ini sinta sudah tak ada lagi di dunaia ini.. maaf jika selama ini sinta selalu membuat ayah dan ibu susah.. salam sayang.. sinta..” kembali air mata mengalir di kedua pipi orang tua sinta. dan tak prcaya secepat ini sinta pergi.. kini hanya penyesalan yang tersisa..

SEKIAN

Cerpen Karangan: Cpenk
Facebook: Http://www.facebook.com/cpenk.shunda

Cerita broken Hearts-Down

Belum kering tanah di kuburan Ayahnya. Kinanti harus mendapat suatu masalah lagi. Yaitu sikap dingin dari kekasihnya Kevin. Entah kenapa?

Di sebuah taman tidak jauh dari rumah Kinanti. Kinanti menyeka air matanya dengan tissue yang diberi oleh Kevin yang duduk di sampingnya. Tampaknya ada kegundahan di wajah Kevin.
“Kinan, ada yang harus kubicarakan padamu, Penting.” ucap Kevin tiba-tiba.
Kinanti menoleh ke arahnya, memandangi wajah Kevin dengan penuh tanda tanya.
“ada apa?” hanya dua kata yang mampu Kinanti ucapkan.
“kamu boleh menganggapku tega, pembohong dan pengkhianat Nan..” ucap Kevin mengebu-ngebu. Dan semakin membuat Kinanti penasaran.
“ada apa, Vin? Kamu nggak biasanya ngomong kayak gini? Kamu pikir aku bodoh mengatakan hal seperti itu padamu? Apalagi kamu kekasihku!” dengus Kinanti kesal dengan ucapan Kevin.
Dengan lembut, Kevin menggenggam erat tangan Kinanti.
“Kinanti, dengarkan aku..” ucap Kevin dan berhenti sejenak mengatur nafasnya perlahan.
“aku harus sekolah di luar negeri! Besok aku akan pergi ke bandara.”
seperti disengat lebah. Sontak Kinanti terkejut dan langsung mengibaskan genggaman tangan Kevin.
“apa Vin? Berarti kamu akan ninggalin aku sendiri disini..” rintih Kinanti. Karena dia sudah membayangkan betapa sepinya dirinya nanti tanpa Kevin. Ayahnya sudah meninggalkannya juga untuk selama-lamanya.
“dengarkan aku dulu Nan..” pinta Kevin. Tapi, Kinanti terlanjur kecewa dengan Kevin. Dan langsung berlari meninggalkan Kevin begitu saja.

Kinanti menangis sepuasnya di dalam kamarnya sore ini. Hujan rintik-rintik di luar sana. Seolah merasakan apa yang dirasakan Kinanti. Gadis berumur 16 tahun. Yang masih duduk di bangku kelas 3 SMU itu. Kinanti sangat meratapi dirinya yang sungguh malang. Pada siapa lagi dia mengadu. Ayahnya sudah pergi untuk selamanya dan Kevin kekasihnya akan pergi meninggalkannya juga. Sedangkan Ibu Kinanti sudah meninggalkannya sejak berumur 2 bulan.

Hati Kinanti sangat perih, terluka, dan bahkan hampir patah. Andai siapapun orang yang sedang berada di posisinya sekarang ini pasti akan merasakan hal yang sama.

Hari ini adalah hari Kevin pergi ke luar negeri ke San Fransisco untuk menyambung masa SMUnya sekaligus langsung kuliah disana. Kevin sangat menginginkan kehadiran Kinanti untuk mengantar keberangkatannya. Tapi saat ditelpon beberapa kali ponsel Kinanti tidak aktif. Kevin berangkat dengan rasa kecewa. Tapi sebelum berangkat Kevin menitipkan surat pada Ibunya untuk diberikan pada Kinanti, pujaan hatinya.

Namun nasib berkata lain, tak disangka. Bahwa keberangkatan Kevin ini membawanya pada jurang kematian. Keadaan cuaca yang tidak cukup mendukung dan sering terjadi badai angin. Pesawat yang ditumpangi Kevin hilang kendali. Dan jatuh dengan mengenaskan.

Tiba-tiba sore itu dengan tergopoh-gopoh Bi Ijah pembantu Kinanti. Segera mengetok pintu kamar nona majikannya itu.
“Tokk… tokk.. tokk.. Non.. Non kinanti?!” panggil Bi Ijah dengan nada cemas.
“ada apa Bi” Kinanti langsung membukakan pintu kamarnya.
“itu.. Non.. Tanpa sengaja, bibi melihat di televisi tadi ada berita tentang kecelakaan Pesawat jatuh..” ucap Bi Ijah tanpa basa basi.

Jantung Kinanti berdesir dengan cepat. Tanpa banyak bicara lagi. Kinanti langsung berlari menuruni tangga loteng menuju ruang tengah. Dan langsung menghidupi televisi. Dan dia mengubah channel ke beberapa stasiun tv swasta. Dan dia menemukan di salah satu berita utama di salah satu stasiun tv swasta. Dan disitu diberitakan pesawat jatuh pada sekitar pukul 10:00 wib, akibat cuaca buruk dan menelan korban hampir separuh penumpang dan sebagian lainnya mengalami cedera dan luka parah.

Saat pembawa acara menyebutkan nama-nama korban yang meninggal, nama Kevin Kurniawan salah satunya.
Kinanti terduduk lemas. Dan langsung menjerit dalam tangisannya. Kini dia benar-benar merasa sendiri di dunia ini. Semua orang yang dia sayangi kini pergi satu persatu meninggalkannya. Dan kekasihnya pun juga pergi untuk selama-lamanya. Kini hati Kinanti terluka parah, benar-benar patah dan hancur berkeping-keping.

Pada saat selesai acara pemakaman.
Kinanti diberi sepucuk surat berwarna merah dari Ibu Kevin, yang Kevin titipkan pada ibunya sebelum dia berangkat dan pergi untuk selamanya.

“Dear Kinanti Azhari..
Sayang, ku tahu kamu pasti membenciku. Karena ku pergi saat kamu dalam keadaan hancur. Aku memang tidak pantas disebut sebagai kekasih yang baik. Tapi, asal kamu tau cintaku padamu nggak akan pernah padam. Walaupun kamu membenciku sekalipun, Sayang. Aku akan tetap menyayangimu.

Jika ku tak kembali lagi. Jangan pernah menyerah! Tetap jalani kehidupanmu. Doaku menyertaimu, Sayang.
Goodbye.
By: Kevin Kurniawan”

Setelah membaca surat Kevin. Kinanti langsung menangis. Ibu Kevin seolah merasakan kepedihan hati Kinanti. Lalu, Ibu Kevin memeluk Kinanti dengan penuh kasih sayang. Ibu Kevin berusaha menenangkan hati Kinanti dan juga menguatkan hatinya yang juga merasakan kehilangan.

“Selesai”

Cerpen Karangan: Mariana
Facebook: Mariana Akiva Allonia Bethseda
Twitter: @Mariana_Akiva
ini adalah cerpen pertamaku. Terimakasih atas perhatiannya.

CERPEN Ayah Bunda Tersenyumlah!

Hai, aku Kenny. Tepat tanggal 2 November kemarin, usia ku genap 7 tahun. Bagi sebagian orang, masa kecil digunakan untuk bermain bersama teman sebaya. Tapi tidak denganku. 3 tahun yang lalu, aku divonis terkena penyakit Retinoblasma. Bahasa Indonesianya sih kanker mata. Dokter bilang, penyakit ini umumnya terjadi dari bayi hingga usia 5 tahun. Tapi entah kenapa sampai sekarang kanker itu masih bersarang di mataku. Malah sekarang bola mataku nampak menonjol. kalau kata para dokter, bupthalmos. Itu artinya kanker ku ini sudah stadium lanjut.

Bunda bukannya tak mau mengobati kanker yang sudah menemani hari-hariku selama lebih kurang 4 tahun ini. Tapi masalah ekonomilah yang menghalangi bunda. Bunda hanya tinggal denganku. Jauh dari keluarga. Ayah? Entahlah. Dan bunda hanya bekerja sebagai guru TK. Gajinya mungkin tak seberapa.

Aku pernah iseng membaca buku milik bunda. Ternyata itu diary bunda. Dari buku itu, aku tau, kalau bunda diusir dari rumah karena menikah dengan ayah. Dan ayah, ayah diberi 2 pilihan oleh orangtuanya. Pilih bunda atau keluarga. Ternyata ayah memilih keluarganya. Tapi sumpah demi apapun, aku tidak pernah membenci ayah. Aku mencintaimu, ayah. Aku tau, ayah juga mencintai aku dan bunda.

Suatu ketika, aku terobsesi dengan sesosok anak dalam sebuah novel fiksi, yang jatuh bangun demi menemukan orangtuanya. Hingga akhirnya ia bertemu dengan orangtuanya dan mereka hidup bahagia. Seingatku nama anak itu Renny. Hahaha, mirip dengan namaku. Dan aku harap kisahku juga mirip dengan kisahnya. Semoga!

Melalui wawancara singkat dengan bunda, aku berhasil mengetahui nama ayah. Namanya Teguh Putra. Bunda bilang ayah meninggal saat aku baru lahir. Tentu saja aku tau bunda berbohong, karena diary bunda itu ditulis sejak bunda berusia 14 tahun hingga sekarang. Pokoknya aku tau segalanya.

Aku memang tak pernah keluar rumah. Tapi aku juga tidak kuper. Aku punya facebook dan twitter. Bunda yang buatkan. Facebook dan twitter ku namanya “Kenny Puspita”. Tapi baru-baru ini aku menggantinya menjadi, “Kenny Merindukan Ayah”. Terserah aku sajalah.

Iseng-iseng di pencarian fb-ku, aku ketik nama ayah, Teguh Putra. Ternyata ada 14 nama Teguh Putra. Dan, oh, itu ayah! Aku mengenali ayah karena aku sering lihat fotonya di diary bunda. Ayah tak berubah. Tetap ganteng. Hehe… Aku membuka profilnya. Teguh Putra. Bekerja di Rage Publishing. Alamat Jalan Flamboyant Jakarta Barat.
Hah? Flamboyant? Hanya berjarak beberapa meter dari rumahku. Tuhan, apa ini petunjukmu?

“Bunda, Rage Publishing itu apa?” tanya ku pada bunda saat kami tengah menonton tv.
“Rage publishing itu tempat percetakan buku. emang kenapa?”
“Nggak. kalau yang kerja disana pulangnya kapan?”
“Ehhmm, bunda nggak tau. Mungkin malam.”
“Ada hari liburnya nggak, Bun?”
“Ya, hari minggu”
“makasih ya Bunda infonya. Kenny mau tidur dulu.”
“Obatnya udah diminum belum?”
“Udah tadi. Kenny minum sendiri loh bun.”
“Wah, pinter. Ya udah, tidur sana.”

Minggu, ya hari minggu! Hari minggu aku akan ke jalan flamboyant. Barangkali ayah sedang baca koran di halaman rumahnya.
“Bunda”
“Ya, sayang”
“Kenny mau ke warung depan beli coklat.”
“Bunda ganti baju dulu ya.”
“Kenny sendiri aja. Kenny berani kok.”
Awalnya bunda ragu. Tapi dengan 1001 jurusku, bunda mengizinkanku.
“Ya udah. Hati-hati. kalau udah dapet coklatnya, langsung pulang.”
“Siap, Bun!!”

Aku segera keluar pagar dan menuju jalan flamboyant. Pergi ke warung tadi cuma alasan aja, biar diizinin sama bunda. Oh, ya aku juga membawa diary bunda. Sukses deh hari ini.

Hampir 1/2 jam aku keliling keliling. Tapi aku tak menemukan ayah. Dan tiba-tiba, Mataku, mataku, arrrghh. Mataku kenapa? Kenapa perih? Kenapa kabur? Arrrghh…

Tiiitt, tiitt, bunyi klakson mengangetkanku. Tapi aku tak tau darimana asalanya. Hingga akhirnya, aku merasa punggungku dihatam benda keras. Ahhhh…

Aku tersadar. Tapi belum membuka mata. Aku hanya diam mendengarkan perbincangan bunda dengan 2 orang laki-laki.
“Bu, kecil sekali kemungkinannya.”
“Tapi, dok, tolong!” kata seorang wanita. Itu Bunda.
“Saya, saya siap mendonorkan mata saya, Dok.” kata seorang pria. Entah siapa itu.
“Maaf, Pak, tapi donor hanya diambil dari orang yang telah meninggal. Akan berbahaya jika bapak mendonorkan mata bapak. Selain itu, Kenny juga membutuhkan jantung dan ginjal. Ginjalnya rusak terkena benda keras saat kecelakaan. Jadi sepertinya kita hanya bisa pasrah dan berdoa.”
“Biarlah, Dok. Ambil semua yang diperlukan Kenny. Saya rela mati asal anak saya sembuh.”
Deegg, Anak saya? Apa laki-laki itu ayah?
“Ayah…!” pekikku seraya berupaya membuka mata. Gelap… Gelap! Kenapa mataku?!
“Bunda, gelap! Hidupkan lampu!!” pekik ku lagi.
“Kenny…” teriak bunda dan seorang pria yang ku yakin itu ayah. Seorang menggenggam tanganku. Tangannya besar. Dia pasti ayah.
“Ayah. Ini ayah?”
“Iya, Kenny.”
Tuhan, terimakasih. Kau telah mempertemukanku dengan ayah meskipun kecelakaan sebagai perantaranya.
“Ayah, ayah tak perlu mendonorkan apapun. Kenny tak butuh. Biarlah keni meninggal asal ayah dan bunda bisa bahagia.”
Kali ini ada yang mengusap-usap kepalaku. Itu Bunda.
“Sungguh, ayah. Biarkan Kenny istirahat.” aku melanjutkan kata-kataku.
“Kenny” tangis bunda
“Bunda jangan nangis. Sekarang kan ada ayah.” kata ku sambil menggenggam erat tangan ayah. “Ayah, maukah kau berjanji padaku?” lanjutku lagi.
“Apa sayang?”
“Kalau Kenny pergi, ayah jaga Bunda, ya. Ayah harus tinggal dengan bunda. Jangan biarkan bunda sendiri.”
“Kenny,” tangis bunda lagi.
“Ayah, Bunda, tersenyumlah untuk Kenny.”
Walau aku tak bisa melihat, aku bisa merasakan senyuman mereka. Senyum yang damaikan tidur panjangku,
“kenny!!” teriak ayah dan bunda bersamaan.

Maafkan aku. Bunda. Aku membhoongimu kemarin. Tapi kalau boleh jujur, aku bahagia. Sungguh! Walaupun tak bisa melihat ayah, aku bisa melihat kalian berdua bersatu. Sekali lagi, tersenyumlah untukku!

1 lagi nyawa melayang demi kebahagiaan orang lain. Ternyata kisahku tak sama dengan kisah Renny. Oh, tidak!! Ini bukan kisahku. Ini kisah Ayah dan Bunda. Ayah, Bunda, tersenyumlah

Cerpen Karangan: Meilinda Dwi Pertiwi
Facebook: Meilinda Ntuch Dwi Pertiwi

CERPEN CINTA,CITA DAN KITA

CINTA,CITA DAN KITA

Cinta cinta dan cinta adalah suatu kata yang nggak ada matinya untuk dibahas. Kata yang mempunyai makna yang luas dan arti yang berbeda dalam masing-masing individu. Love is never die adalah benar, karena dari masa ke masa “Cinta” tetap menjadi “Trending topic”.

Saat pertama aku lahir ke dunia, cinta telah menyertaiku. Sebelum aku diberi nama Ajeng Citra Reynaldi, tuhan telah memperkenalkanku dengan cinta yaitu cinta dari mama dan papa. Kemudian mama dan papa mengajarkanku untuk cinta pada tuhan, kakek, nenek, kakak, tetanggaku, hingga hewan kesayangan mama dan mbak Vio yaitu Leon si kucing yang hobi buang hajat sembarangan tanpa rasa bersalah. Menjijikkan…!!

Namun untuk belajar mencintai lawan jenis, orangtuaku tidak mengajarkanku. Secara naluri, aku belajar mencintai dan tertarik pada pria pada awal masa pubertas. Pertama kali aku merasakan cinta pada temen sekelasku di kelas 1 SMP 45 Merah Putih, Malang.

“Kenalkan namaku Daufik Firdaus panggilannya Dafid, nama kamu siapa?” tanyanya padaku sambil mengulurkan tangan. Dia berdiri di depan bangkuku, setelah berkenalan dengan teman sebangkuku.

Aku tidak langsung menjawab untuk memperkenalkan diri. Karena aku sedang sibuk mencoba memperbaiki pulpenku yang ada 4 pilihan warna dalam satu tempat. Entah mengapa, pulpen itu rusak saat aku mencoba memilih dua warna sekaligus.
“Ada apa? pulpen kamu rusak ya?” tanya Ivi, teman sebangkuku.

Aku hanya mengangguk tanpa menolehkan wajahku. Di benakku hanya terbayang wajah seram mbak Vion. Saat ia tahu pulpennya yang aku ambil diam-diam dari tasnya telah rusak. Sebenarnya ini kesalahan mama, masak aku dibelikan gambar Power Rangers sedangkan pulpen mbak Vion bergambar Hello Kitty. Seharusnya mbak Vion dibeliin yang polos tanpa gambar kan dia udah masuk SMA.
“Sini, aku coba baikin” kata Dafid yang tanpa menunggu jawaban dariku, mengambil pulpen dari tanganku.

Dafid mencoba memperbaiki pulpen Hello Kitty itu. Sementara itu aku dan Ivi menunggu dengan H2C alias Harap-Harap Cemas. Akhirnya pulpen yang sok manis itu bisa kembali seperti semula.
“Terima kasih ya? siapa tadi nama kamu? Dafid ya? Perkenalkan namaku Ajeng Citra Reynaldi, cukup kamu panggil Ajeng” Kataku dengan penuh semangat.

Dafid hanya mengangguk dan tersenyum. Oh My God!!! ternyata dia cakep banget, apalagi hidungnya yang mancung itu. Aku pun membalas senyumannya. Lalu Dafid pergi keluar dari kelas, sementara aku tetap memandanginya.
“Cie… cie… kamu suka sama dia ya?” goda Ivi sambil menyenggol bahu kananku.
“Apaan? ke kantin yuk ntar ku traktir”.

Setiap hari aku suka merhatiin Dafid di kelas, di kantin, di tempat parkir dan semua sudut di sekolah. Aku suka banget sama dia tapi rasa itu tiba-tiba hilang. Karena dia suka sama makanan yang paling aku benci di dunia ini yaitu paetae alias pete. Informasi ini didapatkan, saat aku mewawancarainya mewakili JSP (Jurnalis Siswa Prestasi yaitu ekstrakulikuler jurnalis di sekolah) untuk mengisi profil siswa berprestasi untuk majalah sekolah. Saat itu Dafid meraih juara 1 Lomba Catur se- kota Malang. Sumpah gue ilfeel abisss sama dia.

Hari pertama
Sabtu, 12 Januari 2013 pukul 15.48 di lapangan basket SMA Tunas Bangsa, Aku dan Reifan resmi jadian. Dia adalah pacar pertamaku dan aku juga pacar pertamanya. Sebenarnya aku lebih berharap Denny, kapten basket yang nembak aku. Tapi setelah aku melakukan wawancara dengannya, bukan dia yang nempel ke aku malah aku dideketin sama anak buahnya. Walaupun se-sekolah mengakui dia lebih tampan daripada Denny.

Hari kelima
Emang ya? Kalau sudah punya pacar maunya hubungin si dia terus. Mulai dari bangun tidur sampai mau tidur, bahkan di tengah-tengah tidur rela bangun bentar hanya untuk membalas sms pacar atau sekedar memberikan ucapan “Good Night”. Tiap hari pulang-pergi sekolah bareng naik motor boncengan. Lumayan, motorku bisa istirahat.

Hari kelima belas
Saat jam istirahat pertama, Reifan nyamperin aku ke kelas hanya untuk say “Hai”. Tanpa rasa canggung dia masuk ke kelas, padahal dia kelas XI-IPS 2 sedangkan aku kelas XI-IPA 1. Beberapa teman sekelasku yang ada di kelas godain kita. Sementara aku yang terlanjur malu, nyuruh dia keluar dari kelas.

Hari kedua puluh dua
“Langsung antar aku pulang aja” kataku ketus tanpa melihat wajahnya sambil mengambil helm dari motor.
“Ada apa? Aku kan udah janji ajakin kamu nonton untuk merayakan kamu terpilih jadi ketua Pemuda Jurnalistik” Reifan membatalkan niatnya untuk memakai helm.
“Kamu nonton sama Reni aja, tadi aku lihat kamu seneng banget dihapus keringatnya. Nggak takut ketularan panu, jangan-jangan kulitnya putih karena kena panu. Trus panunya nempel di handuknya lalu kamu kena panu”
“Ajeng, kamu cemburu ya? Kan Reni anak cheerleader jadi wajar kalau aku akrab sama dia. Anak basket dan tim cheers itu kan emang harus saling mendukung” Reifan mencoba memberikan pengertian.
“Akrab? Aku pengen kamu bisa jadi ketua basket bukan sok-sokan kayak ketua basket. Seharusnya kamu fokus latihan bukan fokus ketawa-ketiwi sama Reni. Kamu nggak ngehargain aku, pacar kamu. Aku yang dari pulang sekolah sampai jam 5 sore nungguin kamu latihan basket. Aku yang kamu kecewain selesai latihan bukannya nyamperin aku, pacar kamu malah deketin Reni”
“Ajeng, jangan marah ya? Beneran aku nggak ada perasaan apa-apa ke Reni” belum sempat Reifan memegang tanganku, aku pergi dari parkir motor.

Hari kedua puluh tiga
“Assalamu’alaikum… Halo, ada apa Rei” setelah dua puluh kali aku tidak mengangkat telepon darinya.
“Wa’alaikumsalam… Ajeng ngapain kamu bocengan sama Aldo tadi siang? Lalu kalian pergi ke mana?” tanya Reifan dengan penuh emosi.
“Kenapa tanya?”
“Ajeng, aku ini masih pacar kamu. Seharusnya sebelum keluar sama cowok lain ngomong ke aku. Kenapa kamu nggak bilang ke aku sih?”
“Ngapain? Mamaku sudah ngasih izin. Lagian aku dan Aldo pergi ke percetakan untuk majalah sekolah nggak sok mesra-mesraan kayak tim basket dengan anak cheers” jawabku ketus.
“Ajeng, kenapa harus bahas masalah itu lagi?”
“Udahan kan tanyanya? Aku udah ngantuk pengen tidur” aku menutup telepon tanpa menunggu jawaban dari Reifan.

Hari kedua puluh empat
Aku dan Reifan masih berantem.

Hari kedua puluh lima
Aku dan Reifan baikan, setelah dia meminta maaf dengan mengirimkan sebuah video yang berisi foto kita. So sweet… serta yang membuat aku lebih melting, waktu aku dengerin backsongnya Adera – Lebih Indah yang dicover Reifan dengan alunan musik piano.

Suasana siang di taman alun-alun hari minggu cukup ramai. Aku dan Reifan duduk berteduh di bawah pohon sambil menikmati es krim. Anak-anak yang asyik bermain, satu-persatu meninggalkan taman bersama orangtuanya atau baby sitter.

“Hari rabu, aku ada pertandingan basket dengan SMA 5 Harapan. Kamu nonton ya?” Reifan membuka suara setelah lama kita larut menikmati es krim.
“Jam berapa? dimana pertandingan basket diadain?”
“Jam setengah 3 di GOR, kamu ada acara nggak?”
“Ada atau nggak ya?” godaku.
“Kalau sibuk, nggak apa-apa kok” Reifan berpura-pura memasang wajah sedih.
“Nggak sibuk, sayang” aku mengoleskan es krim di hidungnya, “Nanti kita berangkat bareng ya?”.
“Tenang sayang takkan ku biarkan kau jalan kaki” kata Reifan sok puitis.
“Gombal.. lagian ngapain Jalan kaki? Angkot banyak”
“Ya udah, nona naik angkot saja”
“Reifan…” teriakku manja.

Reifan tertawa sambil menikmati es krim kembali. Kita merasa geli, saat melihat seorang anak yang mengendarai sepeda namun bergaya seperti Valentino Rossi lengkap dengan jaket dan helmnya. Sementara mulutnya yang mungil tak berhenti berbunyi menirukan suara motor.

“Kapan diklat basketnya?” tanyaku
“Minggu ini, hari sabtu dan minggu. Nanti pas hari sabtu, kamu bawa motor sendiri ya?” kata Reifan.
“Ok, itu nanti ada acara pemilihan ketua basket kan?”
“Ada, emangnya kenapa?” Reifan menatapku heran.
“Ehm… ntar pas pertandingan, kamu maksimal ya? Biar ntar bisa kepilih jadi ketua tim basket sekolah” aku melihat ke arah anak yang lucu tadi.
“Insya Allah… cita-cita kamu apa?”
“Kenapa tiba-tiba kamu tanya tentang itu?”
“Nggak apa-apa, kamu kenal Ria Andansari?” aku menggelengkan kepala, “Dia sepupuku, katanya dia satu SMP sama kamu tapi kakak kelas”.
Aku diam menunggu penjelasan selanjutnya.
“Dia bilang kalau sejak SMP, kamu sudah aktif di ekskul jurnalistik dan pernah menjadi ketua redaksi juga”
“Owh… aku ingin jadi penyiar berita suatu saat nanti” kataku sambil memandang langit.

Aku menatap laptopku dengan mata yang sayu dan jemari yang hampir pingsan. Seharian ini, aku mencari artikel mengenai kesehatan dan memilih beberapa puisi kiriman teman yang bisa dimasukkan ke blog. Aku ingin blog sekolahku ini bisa menjadi sarana refrensi mengerjakan tugas sekolah dan hiburan. Bukan diisi dengan gosip atau isu yang nggak jelas sumber informasinya.

“Sayang, sudah jam berapa? kok belum tidur” kata mama sambil membuka pintuku tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
“Tinggal dikit kok, Ma” jawabku tanpa menoleh ke arah Mama.
“Ya, mama tidur dulu dan adik jangan sampai tidur larut malam. Ingat, besok sekolah” mama menutup pintu kamarku kembali.

Akhirnya tugasku selesai, aku melirik jam di meja belajarku. Mama benar sekarang sudah larut malam, angka menunjukkan pukul 22.18. Sebelum berlayar ke negeri impian, aku membuka handphone untuk mengecek apakah ada pesan dari Reifan.
Dari: Reifanku 03/03/2013 21:05
Besok kamu berangkat ke sekolah bawa motor sendiri ya?
Soalnya aku kecapekan habis ikut diklat
Pulang sekolah, kita pergi ke Cafe Mawar ya?
Good night n love you 🙂

Kalau ada yang bilang kota Malang adem, aku akan membantahnya. Menurutku semua kota sama saja, kalau sudah siang matahari akan dengan bangga memancarkan aura panasnya ke bumi. Aku sampai ke Cafe dan langsung menuju lantai 2. Di meja no.4, Reifan duduk menungguku sambil mendengarkan musik dari smartphone.
“Maaf lama, tadi aku ke Pak Abdul buat omongin tentang blog” kataku sambil meletakkan tas ke lantai.
“Woles, aku ngerti. Gimana ujian kimia?” tanya Reifan.

Jawabanku harus tertunda saat seorang waiter datang. Aku dan Reifan memesan untuk makan siang. Waiter mencatat pesanan kami dengan teliti dan tak lupa sebelum meninggalkan kami, ia menawarkan paket terbaru di Cafe ini.
“Tadi asam-basa cukup menyenangkan” jawabku tersenyum setelah waiter meninggalkan kami.
“Ehm… Dasar anak IPA” cibir Reifan.
“Apaaan sih?” aku berpura-pura akan melemparkan vas bunga ke kepalanya.

Pesanan kami pun datang. Kita menikmati steak ayam dan orange juice. Jangan pernah ditanya, apa yang terjadi saat cewek dan cowoknya makan bareng. Suatu hal yang selalu terjadi adalah cowok selalu makan lebih cepat daripada cewek dan makanan si cewek akan dimakan oleh si cowok apabila si cewek tidak sanggup menghabiskannya. Aku heran sama cowok, mulutnya kok cepet banget gilingin makanan.

“Gimana acara diklat kemarin?” tanyaku setelah kulihat dia telah menghabiskan makanannya.
“Makan dulu diselesaiin, habis itu baru ajak ngomong” kata Reifan menyuapiku.

Aku nurut saja, lagian yang bayarin dia bukan aku. Namun harus bagaimana lagi, perutku sudah berteriak tidak sanggup. Aku pun memasang wajah melas agar Reifan saja yang menghabiskan makananku. Reifan tersenyum dan menghabiskan makananku dengan lahap. Aku merasa yakin resep badan tegap dan tinggi 174 cm ini didapatkan dari banyak makan.

“Oh ya? besok aku akan mewawancarai Ogi” ceritaku antusias, “Dia hebat, bisa mendapatkan juara 1 Olimpiade Matematika Nasional. Sumpah keren abis”.
“Ogi siapa?”
“Ogi anak IPA 2, yang baru-baru ini bikin heboh kalau mulai hari kamis kemarin jadian sama si tulalit, Ana” jawabku kesal.
“Kok baru diwawancarai? kan dia dapat juaranya 2 minggu yang lalu”
Aku hanya mengangkat kedua bahuku.
“Diklat kemarin seru, kita dikasih pelatihan hardskill”
“Oh ya? terus siapa yang tepilih jadi ketua tahun ini?” tanyaku.
“Tahun ini, Denny yang terpilih kembali untuk menjadi ketua” bangga Reifan.
“Denny? kok nggak kamu yang jadi ketua?” tanyaku kecewa.
“Sayang, Denny itu leader yang top banget. Lagian kenapa kamu pengen banget aku jadi ketua basket?” tanya Reifan halus.
“Kenapa? kamu sudah janji sama aku, kamu ingat kan?” Aku menatap Reifan.
Reifan mengusap kepalanya sambil membuang wajahnya, “Iya, aku ingat”.
“Lalu, mana buktinya?”
“Ajeng, kenapa kamu mau jadi pacar aku?” pertanyaan Reifan membuatku kebingungan untuk menjawab.
“Kamu nggak bisa jawab?” aku tetap terdiam, belum menemukan jawaban.
“Ajeng, terus terang selama ini aku harus selalu jadi seperti apa yang kamu pengen. Kamu nggak pernah bisa terima aku apa adanya. Kamu malu punya pacar kayak aku? Aku yang hanya anggota biasa di tim basket bukan leader kayak kamu”.
“Reifan… kenapa kamu mikir kayak gitu? Aku… aku cuma pengen kamu maju gitu aja” aku berusaha menenangkan Reifan.
“Pengen liat aku maju dengan malu punya pacar kayak aku itu beda tipis” aku diam membiarkannya berbicara.
“Aku rasa hubungan kita nggak bisa diterusin” membuatku bagaikan tersengat petir.
“Reifan… please masalah kita nggak separah itu kan?” bujukku.
“Ajeng, kamu nggak nyadar kalau kamu itu…. kamu itu egois”

Aku sangat amat terasa terkejut dengan jawabannya. Tanpa sadar aku mendorong kursiku ke belakang dengan kasar. Sehingga menimbulkan suara yang cukup keras untuk membuat semua pengunjung di lantai itu memandang ke arahku. Lalu aku mengambil tas, aku ingin segera keluar dari Cafe ini. Aku tidak mengerti dengannya yang merasa terdzalimi olehku. Aku hanya ingin dia tidak diremehin teman-temanku yang selalu menganggap Reifan hanya modal tampang untuk masuk ke tim basket. Tapi mengapa sekarang dia salah mengartikan dukunganku.

“Ajeng, ku mohon jangan pergi” Reifan memegang tangan kananku.
Tak ingin kembali menjadi pusat perhatian di Cafe aku kembali duduk, “Tadi katanya hubungan ini nggak bisa diterusin”.
“Ajeng, aku masih sayang banget sama kamu” aku diam dan tak ingin melihatnya.
“OK, terserah kamu. Aku akan beri waktu 1 minggu untuk kamu berfikir untuk dibawa kemana hubungan ini”

Aku hanya diam memandangnya. Tak ada kata-kata yang bisa ku ungkapkan. Reifan memanggil waiter untuk membayar tagihan. Setelah selesai dia membayar, kita berdua keluar dari Cafe tanpa canda, tanpa mengucapkan good bye.

Hari ini mataku bengkak akibat efek menangis semalaman. Cinta itu rumit, nggak ada definisi yang tepat kecuali kata “rumit” hanya itu di pikiranku. Untuk mengurangi efek bengkak, pagi-pagi aku meneteskan obat mata. Aduh perih banget… tapi lebih perih sakit hati ini yang bikin galau. Yang terjadi biarlah terjadi, kalau aku dan Reifan harus putus biarlah dia mendapatkan yang lebih baik dariku. Tiba-tiba wajah Reni terbayang di pelupuk mataku.

Bel pertanda pulang telah berbunyi, aku dan teman-teman mengakhiri kegiatan belajar mengajar. Tak ingin membuang waktu, aku segera keluar dari kelas untuk menemui Ogi di gazebo. Saat berjalan menuju gazebo, aku melihat Reifan ngobrol dengan temannya di depan kelas. Namun baik aku maupun Reifan tidak saling menyapa.

Proses wawancara berjalan dengan baik. Walaupun lucu, mendengarkan jawaban Ogi yang sangat menjunjung tinggi kosa kata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ternyata Ogi lebih menggemari pelajaran fisika daripada matematika. Nggak terlalu suka aja dapet juara 1 tingkat nasional, apalagi kalau suka bisa-bisa dia dapet juara 1 tingkat internasional. Sebenernya di otak orang pinter itu ada apaan sih.

“Thanks udah mau diwawancarai” kataku mengakhiri.
Ogi hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum.
“Ogi, boleh nggak aku tanya sesuatu? Tapi ini sedikit pribadi, ehm.. tapi ini nggak akan aku masukin ke blog atau majalah sekolah” aku ragu-ragu.
“Jika ada yang ingin kamu tanyakan, silahkan”
Aku menarik napas panjang, “Kamu jadian sama Ana? Nggak, maksudku apa yang kamu suka dari Ana? Nggak gitu maksudku.. ehmm”.

Aku kebingungan menyusun kata-kata, agar dia tidak salah sangka denganku. Sungguh!!! aku hanya ingin tahu pandangannya tentang cinta.
“Saya paham maksud perkataan kamu. Menurut saya, cinta bisa terjadi pada setiap insan dan untuk siapapun tanpa memandang perbedaan”.
“Kamu nggak malu, kalo ngledekin kamu gara-gara jadian sama Ana”
“Mengapa kita merasa rendah diri dengan perkataan teman? Ana adalah perempuan yang unik. Jika 1 + 1 = 2, menurut Ana 1 + 1 = 5. Ajeng, kita jangan pernah menuntut orang untuk menjadi sempurna. Sesungguhnya perbedaan lebih indah daripada sempurna”.

Kata-kata Ogi telah membuka mata hatiku. Setelah berpamitan dengan Ogi, aku bergegas menuju kelas Reifan. Karena tidak ada tanda-tanda kehidupan, aku memutuskan untuk pergi ke rumah Reifan. Namun saat aku menuju tempat parkir, aku melihat Reifan duduk menengelamkan kepala di antara kedua lututnya di depan ring basket. Serta membiarkan 8 bola basket berserakan di lapangan basket.

“Ini lapangan basket bukan kamar” teriakku sambil memunguti salah satu bola basket.
Reifan tersenyum, “Lagi capek banget nih”.
“Ajarin maen basket dong” aku mencoba memasukkan bola ke ring dan berhasil.
“Pengen gabung ke tim basket ya?” goda Reifan.
Aku duduk di sampingnya, “Kamu kasih aku waktu 1 minggu untuk berfikir tapi kenyataannya aku mendapatkan jawabannya dalam waktu 1 hari. Mungkin kamu tertekan selama jadi pacarku. Aku sadar Rei, kamu mau nggak maafin aku?”.

Reifan berdiri mengambil tasnya dan memunguti bola-bola basket, sementara aku masih duduk. Aku ingin menangis lagi, Reifan pergi dari lapangan ini berarti dia telah memutuskan hubungan ini.

“Hey… ayo beli bakso, perutku laper banget”.
Aku menoleh ke arah sumber suara. Aku menghapus air mataku dan berlari ke arah Reifan.
“Rei, aku pikir kamu akan…”
“Ayo… entar keburu baksonya Cak Jin habis” Reifan menarik tanganku.
Aku tersenyum mengikuti langkah kaki Reifan.

Cerpen Karangan: Fariska Hurun In
Facebook: fariska hurun in