Tangisan Abu Darda , Cahaya Hikmah Dan Penerang Iman

Tangisan Abu Darda , Cahaya Hikmah Dan Penerang Iman

Ia acapkali berkata kepada orang-orang di sekitarnya, “Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang sebaik-baik amal kalian, yang terbaik di sisi Pencipta kalian, yang lebih meninggikan derajat kalian, dan lebih baik daripada dirham dan dinar?!” Mereka pun segera bertanya kepadanya, “Apakah itu, wahai Abu Darda’?” Ia menjawab, “Berdzikir kepada Allah… dan sung-guh berdzikir kepada Allah itulah yang terbesar.”

Sejak ia masuk Islam dan iman masuk ke dalam hatinya, sedangkan ia bersama Rasulullah SAW, ia belajar dari beliau, dan berjihad bersamanya hingga kemenangan dari Allah datang. Ia menempati “mihrab hikmah” dan menadzarkan hidupnya untuk menyebarkan hakikat dan keyakinan.

Ia menetapi keimanannya. Ia berbuat sesuai keimanan dalam hal tekad, kesadaran dan keagungan. Hingga ia mencapai tingkat kejujuran yang kuat, tingkatan orang-orang yang shalih. Ia bermunajat kepada Tuhannya seraya membaca ayat-Nya, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam’.” (Al-An’am: 162).

Abu Darda’ berkata dalam hadits tentang dirinya, “Aku masuk Islam bersama Nabi a, sedangkan aku seorang pedagang. Aku ingin agar ibadah dan perniagaan berkumpul padaku, tetapi keduanya tidak bisa berkumpul. Akhirnya, aku tinggalkan perniagaan dan bergiat untuk beribadah. Hari ini aku tidak gembira bila aku berdagang lantas aku mendapatkan keuntungan 300 dinar setiap harinya. Bahkan seandainya kedaiku berada di pintu masjid. Ketahuilah, sesungguhnya aku tidak berkata kepada kalian bahwa Allah mengharamkan jual beli, tetapi aku ingin agar aku bersama golongan orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah.”

Ketika Qubrus ditaklukkan dan harta rampasan perang diangkut ke Madinah, orang-orang melihat Abu Darda’ RA menangis. Orang-orang mendekatinya dengan tercengang untuk bertanya kepadanya, dan yang mengajukan pertanyaan kepadanya ialah Jubair bin Nufair. Ia bertanya kepadanya, “Wahai Abu Darda’, apakah yang membuatmu menangis pada hari di mana Allah memuliakan Islam dan pemeluknya?” Abu Darda’ menjawab, “Kasihan kamu, wahai Jubair. Betapa hinanya manusia, ketika mereka meninggalkan perintahNya. Dulu mereka adalah bangsa yang jaya, memiliki raja. Tapi karena mereka meninggalkan perintah Allah, maka mereka menjadi seperti yang kamu lihat.”

Dari sini ia mengemukakan alasan kekalahan yang demikian cepat yang dialami pasukan kaum muslimin di negeri-negeri yang telah ditaklukkan. Dari sini sebenarnya ia khawatir jika kaum muslimin mengalami hari-hari seperti itu.

Para sahabatnya menjenguknya pada saat ia sakit, ternyata mereka menjumpainya sedang tidur di atas tempat tidur yang terbuat dari kulit. Mereka berkata, “Kalau kamu suka, kamu akan mendapatkan tempat tidur yang lebih baik dan lebih nyaman.” Ia menjawab, “Negeri kami di sana, untuknya kami mengumpulkan dan kepadanya kami akan kembali. Kami akan berangkat ke sana, dan kami berbuat untuknya.”

Di masa kekhalifahan Imam Syahid Utsman bin Affan RA, Mu’awiyah RA menjabat sebagai gubernur Syam. Sesuai keinginan Khalifah, Abu Darda’ RA mau menjabat sebagai Qadhi Syam pada saat itu adalah sebuah peradaban yang melimpah dengan kesenangan dan kenikmatan hidup. Tapi Abu Darda’ RA berdiri dengan kukuh menghadapi semua orang yang tergoda oleh kesenangan duniawi. Sepertinya penduduk Syam merasa terganggu dengan nasihat-nasihat Abu Darda’ yang selalu menyuruh mereka untuk meninggalkan harta dan kekayaan mereka. Abu Darda’ RA mengumpulkan mereka dan berkhutbah di tengah-tengah mereka, “Wahai penduduk Syam, kalian adalah saudara seagama, tetangga senegeri, dan penolong dalam menghadapi para musuh. Tetapi mengapa aku melihat kalian tidak punya rasa malu?! Kalian mengumpulkan apa yang tidak kalian makan, membangun apa yang tidak kalian huni, mengharapkan apa yang tidak kalian capai. Generasi-generasi sebelum kalian mengumpulkan harta yang sangat banyak, berharap sangat tinggi, dan membangun dengan sangat kukuh. Lantas apa yang mereka kumpulkan itu menjadi sia-sia, harapan mereka hanya tipuan, dan rumah-rumah mereka menjadi kuburan. Mereka adalah kaum ‘Ad yang memenuhi antara Adn hingga Aman dengan harta benda dan anak-anak.” Kemudian ia berkata dengan ejekan, “Siapakah yang mau membeli peninggalan kaum ‘Ad kepadaku seharga dua dirham?”

Abu Darda’ RA memuliakan ulama yang gemar beramal dan ia sangat menghormati mereka. Ia pernah berdoa kepada Tuhannya dengan ucapan, “Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kutukan (laknat) hati para ulama kepadaku.” Ditanyakan kepadanya, “Bagaimana hati mereka melaknatmu?” Ia menjawab, “Hati mereka tidak menyukaiku.”

Inilah Abu Darda’ RA yang zuhud, ahli ibadah dan banyak bertaubat. Dialah orang yang ketika manusia memuji ketakwaannya dan memohon doanya, maka ia memberi jawaban kepada mereka dengan ketawadhu’an yang kukuh, “Aku tidak bisa berenang dengan baik, dan aku takut tenggelam.”

Dengan semua ini, dia mengira tidak bisa berenang dengan baik?! Tetapi adakah yang mengherankan. Engkau adalah didikan Rasulullah SAW, murid al-Qur’an, putra Islam pertama, serta sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq RA, al-Faruq Umar bin al-Khaththab RA, Imam Syahid Utsman bin Affan RA dan Imam Ali bin Abi Thalib RA.

(Dinukil dari Rijal Haula ar-Rasul SAW, hal. 244-251)

SUMBER:

Menahan Marah

Menahan Marah

Suatu hari Rasulullah SAW bertamu ke rumah Abu Bakar Shidiq. Ketika sedang bercengkerama dengan Rasulullah, tiba- tiba datang seorang Arab badui menemui Abu Bakar dan langsung mencela Abu Bakar. Makian, kata- kata kotor keluar keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tidak menghiraukannya. Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini Rasulullah tersenyum.

Kemudian orang Arab badui itu kembali memaki Abu Bakar. Kali ini makian dan hinaannya lebih kasar. Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah kembali memberikan senyum.

Semakin marahlah orang Arab badui ini. Untuk ketiga kalinya ia mencerca Abu Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali ini selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu, Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab badui itu dengan makian pula. Terjadilah perang mulut. Seketika itu Rasulullah beranjak dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.

Melihat hal ini, selaku tuan rumah Abu Bakar tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya Rasulullah yang sudah sampai halaman rumah. Kemudian Abu Bakar berkata, ”Wahai Rasulullah, janganlah Anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahan ku!”

Rasulullah menjawab, ”Sewaktu ada seorang Arab badui datang lalu mencelamu, dan engkau tidak menanggapinya, aku tersenyum karena banyak Malaikat di sekelilingmu yang akan membelamu di hadapan Allah. Begitu pun, yang kedua kali ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para Malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum. Namun, ketika kali yang ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya, dan engkau membalasnya, maka seluruh Malaikat pergi meninggalkanmu. Hadirlah Iblis di sisimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepadanya.”

Demikian Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk bersabar menahan amarah, dengan tidak membalas keburukan dengan hal-hal yang buruk pula. Allah berfirman, ”Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan [kepada Allah] dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

SUMBER :http://bidadari08.wordpress.com/2010/01/19/menahan-marah/

Kisah Kaum Yasin

Kisah Kaum Yasinloh

Subhanallahu Ta’ala berfirman

وَاضْرِبْ لَهُم مَّثَلاً أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَآءَهَا الْمُرْسَلُونَ {13} إِذْ أَرْسَلْنَآ إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّآ إِلَيْكُم مُّرْسَلُونَ {14} قَالُوا مَآأَنتُمْ إِلاَّ بَشَرٌ مِّثْلُنَا وَمَآأَنزَلَ الرَّحْمَنُ مِن شَىْءٍ إِنْ أَنتُمْ إِلاَّ تَكْذِبُونَ {15} قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّآ إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ {16} وَمَاعَلَيْنَآ إِلاَّ الْبَلاَغُ الْمُبِينُ {17} قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِن لَّمْ تَنتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ {18} قَالُوا طَآئِرُكُم مَّعَكُمْ أَئِن ذُكِّرْتُم بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ {19} وَجَآءَ مِنْ أَقْصَا الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَى قَالَ يَاقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ {20} اتَّبِعُوا مَن لاَّيَسْئَلُكُمْ أَجْرًا وَهُم مُّهْتَدُونَ {21} وَمَالِيَ لآأَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ {22} ءَأَتَّخِذُ مِن دُونِهِ ءَالِهَةً إِن يُرِدْنِ الرَّحْمَـنُ بِضُرٍّ لاَّتُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلاَيُنقِذُونَ {23} إِنِّي إِذًا لَّفِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ {24} إِنِّي ءَامَنتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُونِ {25} قِيلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ قَالَ يَالَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ {26} بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ {27} * وَمَآأَنزَلْنَا عَلَى قَوْمِهِ مِن بَعْدِهِ مِن جُندٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَمَا كُنَّا مُنزِلِينَ {28} إِن كَانَتْ إِلاَّ صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ خَامِدُونَ {29}

Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka.(Yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian kami kuatkan dengan (utusan) ketiga,maka ketiga utusan itu berkata:”Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu”.Mereka menjawab:”Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka.”Mereka berkata:”Rabb kami lebih mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu.Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas”.Mereka menjawab:”Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan mereajam kamu dan kamu pasti akan mendapatkan siksa yang pedih dari kami”.Utusan-utasan itu berkata:”Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri.Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu mengancam kami)?.Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”Dan datanglah dari ujung kota seorang laki-laki (Habib An Najjar) dengan bergegas-gegas ia berkata:”Hai kaumku ikutilah utusan-utusan itu.Ikutilah orang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Mengapa aku tidak menyembah (Ilah) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan? Mengapa aku akan menyembah ilah-ilah selain-Nya, jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku?. Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya aku telah beriman kepada Rabbmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku. Dikatakan (kepadanya):”Masuklah ke surga”.Ia berkata:”Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui, apa yang menyebabkan Rabbku memberikan ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan”.Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia (meninggal) suatu pasukanpun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya.Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati.(QS.Yaasiin:13-29) Menurut mayoritas ulama Salaf maupan Khalaf bahwa negeri tersebut adalah Anthakiyyah. Pendapat ini sangat lemah, karena ketika al-Masih mengirimkan tiga orang utusan dari pengikutnya yang setia, mak Anthakiyyah adalah negeri yang petama kali beriman kepada al-Masih pada saat itu, Jadi, ia merupakan salah satu negeri dari empat kota di negeri tersebut, yaitu Anthakiyyah, al-Quds, Iskandariyyah, Rumiyyah,dan setelahnya al-Qasthanthiniyyah, (kostantinopel),yang mereka tidak dibinasakan. Dan penduduk negeri yang disebutkan di dalam al-Qur-an itu semuanya dibinasakan,sebagaimana yang difirmankan Allah Ta;ala paada akhir kisahnya setelah pembunuhan yang mereka lakukan terhadap seorang utusan yang jujur:

إِن كَانَتْ إِلاَّ صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ خَامِدُونَ {29}

Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati. (QS. Yaasiin:29)

Tetapi jika ketiga yang disebutkan di dalam al-Qur-an itu yang diutus kepada penduduk Anthakiyyah kuno, lalu mereka mendustakan dan akhrnya dibinasakan, dan setelah itu dibangun kembali hingga pada zaman al-Masih, mereka beriman kepada Rasul yang diutus kepada mereka. Maka pendapat seperti ini tidak ditolak. Wallahu a’lam.

Sedangkan pendapat yang menyatakan bahwa kisah yang terdapat di dalam al-Qu-rana adalah kisah par sahabat al-Masih,maka berdasarkan keterangan di atas pendapat tersebut lemah, karena makna yang nampak dari redaksi al-Qur-an meninjukan, bahwa para Rasul itu adalah dari sisi Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman :

وَاضْرِبْ لَهُم مَّثَلاً…{13}

“Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan.”(QS.Yaasiin:13)

Yakni, kepada kaummu hai Muhammmad.

إِذْ جَآءَهَا الْمُرْسَلُونَ {13} إِذْ أَرْسَلْنَآ إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ{14}

“Yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka.(Yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian kami kuatkan dengan (utusan) ketiga.”(QS.Yaasiin:13-14)

Maksudnya Kami perkuat mereka berdua dengn utusan yang ketiga.

فَقَالُوا إِنَّآ إِلَيْكُم مُّرْسَلُونَ {14}“

Maka ketiga utusan itu berkata:”Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”(QS.Yaasiin:14)

Kemudian mereka menolak ketiganya sebagai utusan dan menganggap ketiganya sebagai manusia buasa seperti mereka, sebagaimana yang dikatakan umat-umat yang kafir kepada para Rasul mereka.Mereka menganggap bahwa Allah Ta;ala tidak mungkin mengutus manusia biasa sebagai Rasul. Kemudian para utusan itu menjawab bahwa Allah Ta’ala Mahamengetahui, bahwa mereka memang benar-benar Rasul yang Dia utus kepada kaumnya. Seandainya kami berdusta (dengan mengaku sebagai Rasul padahal bukan ),niscaya Dia akan menyiksa kami dengan siksaan yang sangat pedih.

وَمَاعَلَيْنَآ إِلاَّ الْبَلاَغُ الْمُبِينُ {17}

“Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas”(QS.Yaasiin:17)

Maksudnya tugas kami hanyalah menyampaikan apa yang karenanya kami diutus kepada kalian. Sesungguhnya Allah yang memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyesatkan sipa saja yang Dia kehendaki pula.

قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِن {18}“

Mereka menjawab:”Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu.”(QS.Yaasiin:18)
Maksudnya, apa yang kalian bawa kepada kami itu hanya menjadikan kami itu hanya menjadikan kami bernasib malang saja.

لَئِن لَّمْ تَنتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ {18}

“Sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu.”(QS.Yaasiin:18)
Ada yang mengatakan:”Yaitu dengan ucapan.”Dan ada pula yang mengatakan:Yakni dengan perbuatan.”Pendapat yang itu pertama diperkuat dengan firman Allah Ta’ala:

وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ {18}

“Dan kamu pasti akan mendapatkan siksa yang pedih dari kami”(QS.Yaasiin:18).
Mereka menjanjikan pembunuhan dan kehinaan bagi kaum tersebut.

قَالُوا طَآئِرُكُم مَّعَكُمْ{19}“

.Utusan-utasan itu berkata:”Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri.”(QS.Yaasiin:19)
Maksudnya, sebenarnya kemalangan itu akibat diri kalian sendiri.

أَئِن ذُكِّرْتُم{19}

“Apakah jika kamu diberi peringatan.”(QS.Yaasiin:19)
Maksudnya, apakah karena kami menyampaikan petunjuk kepada kalian dan mengajak kalian kepada petunjuk itu, maka kalian mengancam kami dengan pembunuhan dan penghinaan.

بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ {19}

“Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”(QS.Yaasiin:19)
Yakni, mereka menolak dan tidak pula menginginkan kebenaran.

Diantara Kaum Yasin yang beriman .

Dan firman Allah Ta’ala :

وَجَآءَ مِنْ أَقْصَا الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَى{20}

“Dan datanglah dari ujung kota seorang laki-laki (Habib An Najjar) dengan bergegas-gegas” (QS. Yaasiin:20)
Yakni,untuk membantu para Rasul dan memperlihatkan keimanan kepada mereka.

قَالَ يَاقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ {20} اتَّبِعُوا مَن لاَّيَسْئَلُكُمْ أَجْرًا وَهُم مُّهْتَدُونَ {21}

“Dia berkata:”Hai kaumku ikutilah utusan-utusan itu ikutilah orang tiada minta balasan kepadamu, dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.Yaasiin:21)

Maksudnya, mereka menyeru kalian kepada kebenaran yang murni tanpa meeminta upah dan balasan. Kemudian utusan yang ketiga itu menyeru mereka untuk beribadah kepada Allah saja, dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, serta melarang mereka beribadah kepada selain-Nya, sesuatu yang tidak dapat memberikan manfaat di dunia dan juga di akhirat

.
إِنِّي إِذًا لَّفِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ {24}

“Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Yaasiin:24)

Yakni, (aku berada dalam kesesatan) jika aku tidak beribadah kepada Allah dan bahkan beribadah kepada selain Allah.Kemudian kepada Rasul, dia mengatakan:

إِنِّي ءَامَنتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُونِ {25}

“Sesungguhnya aku telah beriman kepada Rabbmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku.” (QS. Yaasiin:25)

Ada yang berpendapat:”Maksudnya, dengarkanlah ucapanku dan jadilah kalian saksi bagiku di hadapan Rabb kalian.”Dan ada pula yang mengatakan :”Artinya, dengarkanlah, hai kaumku keimananku kepada Rasul-Rasul Allah secara terang-terangan.”Pada saat itu mereka membunuhnya.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan: Dia menasihati kaumnya semasa hidupnya dengan mengatakan:

قَالَ يَاقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ {20}

”Dia berkata:”Hai kaumku ikutilah utusan-utusan itu” (QS. Yaasiin:20)

Dan sepeninggalnya,dalam ucapannya:

قَالَ يَالَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ {26} بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ {27}

“.Dia berkata:”Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,apa yang menyebabkan Rabbku memberikan ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan”. (QS.Yaasiin:27)

Qatadah mengatakan:”Engkau tidak mendapati seorang mukmin kecuali dia itu tulus (dalam memberi nasehat),dan engkau tidak mendapatinya sebagai penipu.”Dan ketika dia melihat (dengan mataa kepalanya sendiri) apa yang Allah berikan kepadanya berupa kemuliaan dia berkata :

يَالَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ {26} بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ {27}

“Dia berkata:”Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,apa yang menyebabkan Rabbku memberikan ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan”. (QS.Yaasiin:27)

Demi Allah dia sangat berharap seandainya kaumnya mengetahui apa yang dia lihat berupa kemurahan Allah Ta’ala.
Lebih lanjut, Qatadah mengemukakan:”Demi Allah, Allah tidak mencaci kaumnya setelah mereka membunuhnya.Allah berfirman:

إِن كَانَتْ إِلاَّ صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ خَامِدُونَ {29}

Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati. (QSYaasiin :29)

Kebinasaan kaum Yasin.
Dan firman Allah Ta’ala:

وَمَآأَنزَلْنَا عَلَى قَوْمِهِ مِن بَعْدِهِ مِن جُندٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَمَا كُنَّا مُنزِلِينَ {28}

“Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia (meninggal) suatu pasukanpun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya.” (QS.Yaasiin:28)

Artinya, dalam menuntut balas kepada mereka, Kami (Allah) tidak perlu menurunkan kepada mereka bala tentara dari kangit.

إِن كَانَتْ إِلاَّ صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ خَامِدُونَ {29}

Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati. (QSYaasiin :29)

Para ahli tafsir mengatakan:”Allah Ta’ala mengutus kepada mereka Malaikat Jibril ‘alaihissalam, lalu dia membuka pintu gerbang negeri mereka seraya berteriak dengan satu kali teriakan, maka seketika itu juga mereka mati. Maksudnya, mereka tiada dapat bersuara dan bergerak, dan tidak seorang pun dari mereka yang tersisa.

Semuanya itu menunjukan, bahwasanya negeri itu bukanlah negeri Anthakiyyah, sebab mereka dibinasakan karena peilaku mereka yang mendustakan Rasul-Rasul Allah yang diutus kepada mereka. Sedangkan penduduk Anthakiyyah itu beriman dan mengikuti para utusan Al-Masihyang berasal dari kalangan orang-orang yang setia kepadanya. Oleh karena itu, dikatakan bahwa Anthakiyyah adalah kota yang pertama kali beriman kepada al-Masih.Wallahu a’lam.

(sumber: http://www.alsofwah.or.id)

Mengenal Imam al Bukhari

Mengenal Imam al Bukhari

Muhammad Ibnu Abi Hatim berkata, “Saya terilham/menghafal hadits ketika masih dalam asuhan belajar.” Lalu saya bertanya, “Umur berapakah anda pada waktu itu?” Beliau menjawab, “Sepuluh tahun atau kurang.” (Riwayat al-Farbari dari Muhammad Ibnu Abi Hatim, seorang juru tulis al-Imam al-Bukhari).

Suatu ketika al-Imam al-Bukhari tiba di Baghdad. Kehadiran beliau didengar oleh para ahlul hadits negeri itu. Maka, berkumpullah mereka untuk menguji kehebatan hafalan beliau tentang hadits. Syahdan para ulama tersebut sengaja mengumpulkan seratus buah hadits. Susunan, urutan dan letak matan serta sanad seratus hadits tersebut sengaja dibolak-balik. Matan dari sebuah sanad diletakkan untuk sanad lain, sementara suatu sanad dari sebuah matan diletakkan untuk matan lain dan begitulah seterusnya. Seratus buah hadits itu dibagikan kepada sepuluh orang tim penguji, hingga masing-masing mendapat bagian sepuluh buah hadits.

Maka tibalah ketetapan hari yang telah disepakati. Berbondong-bondonglah para ulama dan tim penguji itu, serta para ulama dari Khurasan dan negeri-negeri lain serta penduduk Baghdad menuju tempat yang telah ditentukan.

Ketika suasana majlis telah menjadi tenang, salah seorang dari kesepuluh tim penguji mulai memberikan ujiannya. Beliau membacakan sebuah hadits yang telah dibolak-balik matan dan sanadnya kepada al-Imam al-Bukhari. Ketika ditanyakan kepada beliau, al Imam al-Bukhari menjawab, “Saya tidak kenal hadits itu.” Demikian seterusnya satu persatu dari kesepuluh hadits penguji pertama itu dibacakan, dan al-Imam al-Bukhari selalu menjawab, “Saya tidak kenal hadits itu.”

Beberapa ulama yang hadir saling berpandangan seraya bergumam, “Orang ini berarti faham.” Akan tetapi ada di kalangan mereka yang tidak mengerti, hingga menyimpulkan bahwa al-Imam al-Bukhari terbatas pengetahuannya dan lemah hafalannya.

Orang kedua maju. Beliau juga melontarkan sebuah hadits yang telah dibolak-balik sanad dan matannya, yang kemudian dijawab pula, “Saya tidak kenal hadits itu”. Begitulah, orang kedua ini pun membacakan sepuluh hadits yang menjadi bagiannya, dan seluruhnya dijawab beliau, “Saya tidak kenal hadist itu.”
Begitulah selanjutnya orang ketiga, keempat, kelima hingga sampai orang kesepuluh, semuanya membawakan masing-masing sepuluh hadits yang telah dibolak-balik matan dan sanadnya. Dan al-Imam al-Bukhari memberikan jawaban tidak lebih daripada kata-kata, “Saya tidak kenal hadits itu.”

Setelah semuanya selesai menguji, beliau kemudian menghadap orang pertama seraya berkata, “Hadits yang pertama anda katakan begini, padahal yang benar adalah begini, lalu hadits anda yang kedua anda katakan begini padahal yang benar seperti ini. Begitulah seterusnya hingga hadits kesepuluh disebutkan oleh beliau kesalahan letak sanad serta matannya, dan kemudian dibetulkannya kesalahan itu hingga semua sanad dan matannya menjadi benar kedudukannya.

Demikian pula seterusnya yang dilakukan oleh al-Bukhari kepada para penguji berikutnya hingga sampai kepada penguji kesepuluh. Maka, orang-orang pun lantas mengakui serta menyatakan kehebatan hafalan serta kelebihan beliau. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani mengatakan, “Yang hebat bukanlah kemampuan al-Bukhari dalam mengembalikan kedudukan hadits-hadits yang salah, sebab beliau memang hafal, tetapi yang hebat justru hafalnya beliau terhadap kesalahan yang dilakukan oleh para penguji tersebut secara berurutan satu persatu hanya dengan sekali mendengar.”

Siapakah al-Imam al-Bukhari
Beliau adalah Abu Abdillah, bernama Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ja’fi. Kakek moyang Bardizbah (begitulah cara pengucapannya menurut Ibnu Hajar al-‘Asqalani) adalah orang asli Persia. Bardizbah, menurut penduduk Bukhara berarti petani. Sedangkan kakek buyutnya, al-Mughirah bin Bardizbah, masuk Islaam di tangan al-Yaman al-Ja’fi ketika beliau datang di Bukhara. Selanjutnya nama al-Mughirah dinisbatkan (disandarkan) kepada al-Ja’fi sebagai tanda wala’ kepadanya, yakni dalam rangka mempraktekkan pendapat yang mengatakan, bahwa seseorang yang masuk Islam, maka wala’nya kepada orang yang mengislamkannya.

Adapun mengenai kakeknya, Ibrahim bin al-Mughirah, Ibnu Hajar al-‘Asqalani mengatakan, “Kami tidak mengetahui (menemukan) sedikit pun tentang kabar beritanya.” Sedangkan tentang ayahnya, Ismail bin Ibrahim, Ibnu Hibban telah menuliskan tarjamah (biografi)-nya dalam kitabnya ats-Tsiqat (orang-orang yang tsiqah/terpercaya) dan beliau mengatakan, “Ismail bin Ibrahim, ayahnya al-Bukhari, mengambil riwayat (hadits) dari Hammad bin Zaid dan Malik. Dan riwayat Ismail diambil oleh ulama-ulama Irak.” Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani juga telah menyebutkan riwayat hidup ismail ini di dalam Tahdzibut Tahdzib. Ismail bin Ibrahim wafat ketika Muhammad (al-Bukhari) masih kecil.

Kelahiran Dan Wafatnya
Dilahirkan di Bukhara, sesudah shalat Jum’at pada tanggal 13 Syawal 194 H. Beliau dibesarkan dalam suasana rumah tangga yang ilmiah, tenang, suci dan bersih dari barang-barang haram. Ayahnya, Ismail bin Ibrahim, ketika wafat seperti yang diceritakan oleh Muhammad bin Abi Hatim, juru tulis al-Bukhari, bahwa aku pernah mendengar Muhammad bin Kharasy mengatakan, “Aku mendengar bahwa Ahid Hafs berkata, “Aku masuk menjenguk Ismail, bapaknya Abu Abdillah (al-Bukhari) ketika beliau menjelang wafat, beliau berkata, “Aku tidak mengenal dari hartaku barang satu dirham pun yang haram dan tidak pula satu dirham pun yang syubhat.”

Al-Bukhari wafat di Khartank sebuah desa di negeri Samarkhand, malam Sabtu sesudah shalat Isya’, bertepatan dengan malam Iedul fitri, tahun 256 H dan dikuburkan pada hari Iedul Fitri sesudah shalat Zhuhur. Beliau wafat dalam usia 62 tahun kurang 13 hari dengan meninggalkan ilmu yang bermanfaat bagi seluruh kaum muslimin, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah.

Pertumbuhan Dan Perkembangannya
Ketika ayahnya wafat, beliau masih kecil, sehingga beliau besar dan dibesarkan dalam asuhan ibunya. Beliau mencari ilmu ketika masih kecil dan pernah menceritakan tentang dirinya seperti disebutkan oleh al-Farbari dari Muhammad bin Abi Hatim. Muhammad bin Abi Hatim berkata, “Aku pernah mendengar al-Bukhari mengatakan, “Aku diilhami untuk menghafal hadits ketika masih dalam asuhan mencari ilmu.” Lalu aku bertanya, “Berapa umur anda pada waktu itu?” Beliau menjawab, “Sepuluh tahun atau kurang… dan seterusnya hingga perkataan beliau, “Ketika aku menginjak umur enam belas tahun, aku telah hafal kitab-kitab karya Ibnul Mubarak dan Wakil. Dan aku pun tahu pernyataan mereka tentang Ash-hab (Ahlu) ra’yu”. Beliau berkata lagi, “Kemudian aku berangkat haji bersama ibuku dan saudaraku, setelah menginjak usia delapan belas tahun, aku telah menyusun kitab tentang sahabat dan tabi’in. Kemudian menyusun kitab tarikh di Madinah di samping kuburan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Semenjak kecil beliau sibuk menggali ilmu dan mendengarkan hadits dari berbagai negeri, seperti di negerinya sendiri. Dan beliau telah beberapa kali mengunjungi Baghdad, hingga penduduk di sana mengakui kelebihannya dan penguasaannya terhadap ilmu riwayah dan dirayah.

Begitulah, singkatnya beliau telah mengunjungi berbagai kota di Irak dalam rangka mencari ilmu hadits dari tokoh-tokoh negeri tersebut, misalnya Bashrah, Balkh, Kufah dan lain-lain. Beliau telah mendengarkan dan menggali hadits dari sejumlah banyak tokoh pembawa hadits. Diriwayatkan oleh Muhammad bin Abi Hatim, bahwasanya beliau berkata, “Aku tidak pernah menulis melainkan dari orang-orang yang mengatakan bahwa al-Iman adalah ucapan dan tindakan.”

Jumlah Hadits Yang Dihafal
Muhammad bin Hamdawaih mengatakan, “Aku mendengar al-Bukhari berkata, bahwa aku hafal seratus ribu hadits shahih dan dua ratus ribu hadits tidak shahih.”

Kitab-Kitab Yang Disusun
Yang paling pokok adalah kitab al-Jamiush shahih (Shahihul Bukhari) yaitu kitab hadits tershahih diantara kitab hadits lainnya. Selain itu beliau menyusun juga ktiab al-Adabul Mufrad, Raf’ul Yadain fish Shalah, al-Qira’ah khalfal Iman, Birrul Walidain, at-Tarikh ash-Shagir, Khalqu Af’aalil ‘Ibaad, adl-Dlu’afa (hadits-hadits lemah), al-Jaami’ al-Kabir, al-Musnad al-Kabir, at-Tafsir al-Kabir, Kitabul Asyribah, Kitabul Hibab, Asaami ash-Shahabah (Nama-nama para shahabat) dan lain sebagainya.

Contoh Kekaguman Orang Terhadap Al-Bukhari
Al-Imam al-Bukhari rahimahullah, merupakan barometer bagi guru-gurunya dan manusia yang tahu dan hidup pada zamannya maupun sesudahnya. al-Imam al-Hafizh adz-Dzahabi dan al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani telah menyebutkan secara khusus tentang pujian dan jasa-jasa beliau dalam kitabnya masing-masing. Adz-Dzahabi dalam Tadzkiratul huffaazh dan Ibnu Hajar dalam Tahdzibut Tahdzib.

Berikut ini beberapa contoh pujian dan kekaguman mereka. Muhammad bin Abi Hatim mengatakan, bahwa aku mendengar Yahya bin Ja’far al-Baikundi berkata, “Seandainya aku mampu menambahkan umur Muhammad bin Ismail (al-Bukhari) dengan umurku, niscaya aku lakukan sebab kematianku hanyalah kematian seorang sedangkan kematiannya berarti lenyapnya ilmu.”

Raja’ bin Raja’ mengatakan, “Dia, yakni al-Bukhari, merupakan satu ayat di antara ayat-ayat Allah yang berjalan di atas permukaan bumi.”

Abu Abdullah al-Hakim dalam Tarikh Naisabur berkata, “Dia adalah Imam Ahlul hadits, tidak ada seorang pun di antara Ahlul Naql yang mengingkarinya.”

Shahihul Jami’ Atau Shahih Bukhari
Seluruh hadits yang termuat di dalamnya adalah hadits-hadits shahih yang telah tetap dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan semua Mu’allaqaat dalam Shahih al-Bukhari dinyatakan shahih oleh para ulama Ahlul hadits. Adapun contoh pernyataan ulama tentang Shahih al-Bukhari seperti dikatakan al-Hafizh Ibnu Katsir dalam al-Bidaayah wan Nihaayah, “Para ulama telah bersepakat menerimanya (yakni Shahihul Bukhari) dan menerima keshahihan apa-apa yang ada di dalamnya, demikian pula seluruh ahlul Islam.”

Jadi di samping Shahih Muslim, Shahih al-Bukhari adalah kitab tershahih nomor dua setelah al-Qur’an sebagaimana disebutkan dan disepakati oleh para ulama, di antaranya oleh as-Subakti.

Terusirnya Imam Al-Bukhari Dari Bukhara
Ghonjar mengatakan dalam kitab Tarikhnya, “Aku mendengar Ahmad bin Muhammad bin Umar berkata, “Aku mendengar Bakar bin Munir mengatakan, “Amir Khalid bin Ahmad Adz-Dzuhail, amir penguasa Bukhara, mengirim utusan kepada Muhammad bin Ismail, yang isinya, “Bawalah padaku kitab Jaami’ush Shahih dan at-Tarikh supaya aku bisa mendengar dari kamu.” Maka, berkatalah al-Bukhari kepada utusan tersebut, “Katakanlah kepadanya bahwa sesungguhnya aku tidak akan merendahkan ilmu dan aku tidak akan membawa ilmuku itu ke hadapan pintu para sultan. Apabila dia butuh (jika ilmu itu dikehendaki), maka hendaknya dia datang kepadaku di masjidku atau di rumahku. Kalau hal ini tidak menyenangkan wahai sultan, maka laranglah aku untuk mengadakan majlis ilmu, supaya pada hari kiamat aku punya alasan di hadapan Allah bahwa aku tidak menyembunyikan ilmu.” Ghonjar mengatakan, “Inilah yang menyebabkan terjadinya krisis di antara keduanya.”

Al-Hakim berkata, “Aku mendengar Muhammad bin al-‘Abbas adh-Dhobby mengatakan, “Aku mendengar Abu Bakar bin Abu Amr berkata, “Perginya Abu Abdillah al-Bukhari dari negeri Bukhara disebabkan Khalid bin Ahmad Khalifah bin Thahir meminta beliau untuk hadir di rumahnya supaya membacakan kitab at-Tarikh dan al-Jaami’ush Shahih kepada anak-anaknya, tapi beliau menolak. Beliau katakan, “Aku tidak mempunyai waktu jika hanya orang-orang khusus yang mendengarkannya (mendengarkan ilmuku, pen). Maka Khalid bin Ahmad meminta tolong kepada Harits bin Abi al-Warqa` dan lainnya dari penduduk Bukhara untuk bicara mempermasalahkan madzhabnya. Akhirnya Khalid bin Ahmad mengusir beliau dari Bukhara.

Demikianlah sekelumit tentang Imam Bukhari, beliau juga pernah difitnah sebagai orang yang mengatakan, bahwa bacaanku terhadap al-Qur’an adalah makhluk. Padahal beliau tidak mengatakan demikian dan bahkan secara tegas beliau membantah bahwa orang yang membawa berita tersebut adalah pendusta. Beliau bahkan mengatakan, “Bahwa al-Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk, sedangkan perbuatan-perbuatan hamba adalah makhluk.” (lihat Hadyu as-Sari Muqadimah Fathul Bari bagian akhir halaman 490-491). Wallahu a’lam.

 SUMBER :

Kisah Khadijah Binti Khuwalid Dan Kehidupannya Bersama Rasulullah

Kisah Khadijah Binti Khuwalid Dan Kehidupannya Bersama Rasulullah

Beliau adalah seorang sayyidah wanita sedunia pada zamannya. Dia adalah putri dari Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab al-Qurasyiyah al-Asadiyah. Dijuluki ath-Thahirah yakni yang bersih dan suci.

Sayyidah Quraisy ini dilahirkan di rumah yang mulia dan terhormat kira-kira 15 tahun sebelum tahun fill (tahun gajah). Beliau tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mulia dan pada gilirannya beliau menjadi seorang wanita yang cerdas dan agung.

Beliau dikenal sebagai seorang yang teguh dan cerdik dan memiliki perangai yang luhur. Karena itulah banyak laki-laki dari kaumnya menaruh simpati kepadanya.

Pada mulanya beliau dinikahi oleh Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi yang membuahkan dua orang anak yang bernama Halah dan Hindun.

Tatkala Abu Halah wafat, beliau dinikahi oleh Atiq bin ‘A’id bin Abdullah al-Makhzumi hingga beberapa waktu lamanya namun akhirnya mereka cerai.

Setelah itu banyak dari para pemuka-pemuka Quraisy yang menginginkan beliau tetapi beliau memprioritaskan perhatiannya dalam mendidik putra-putrinya, juga sibuk mengurusi perniagaan yang mana beliau menjadi seorang yang kaya raya.

Suatu ketika, beliau mencari orang yang dapat menjual dagangannya, maka tatkala beliau mendengar tentang Muhammad sebelum bi’tsah (diangkat menjadi Nabi), yang memiliki sifat jujur, amanah dan berakhlak mulia, maka beliau meminta kepada Muhammad untuk menjualkan dagangannya bersama seorang pembantunya yang bernama Maisarah. Beliau memberikan barang dagangan kepada Muhammad melebihi dari apa yang dibawa oleh selainnya.

Muhammad al-Amin pun menyetujuinya dan berangkatlah beliau bersama Maisarah dan Allah menjadikan perdagangannya tersebut menghasilkan laba yang banyak. Khadijah merasa gembira dengan hasil yang banyak tersebut karena usaha dari Muhammad, akan tetapi ketakjubannya terhadap kepribadian Muhammad lebih besar dan lebih mendalam dari semua itu. Maka mulailah muncul perasaan-perasaan aneh yang berbaur dibenaknya, yang belum pernah beliau rasakan sebelumnya. Pemuda ini tidak sebagamana kebanyakan laki-laki lain dan perasaan-perasaan yang lain.

Akan tetapi dia merasa pesimis; mungkinkah pemuda tersebut mau menikahinya, mengingat umurnya sudah mencapai 40 tahun? Apa nanti kata orang karena ia telah menutup pintu bagi para pemuka Quraisy yang melamarnya?

Maka disaat dia bingung dan gelisah karena masalah yang menggelayuti pikirannya, tiba-tiba muncullah seorang temannya yang bernama Nafisah binti Munabbih, selanjutnya dia ikut duduk dan berdialog hingga kecerdikan Nafisah mampu menyibak rahasia yang disembuyikan oleh Khodijah tentang masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Nafisah membesarkan hati Khadijah dan menenangkan perasaannya dengan mengatakan bahwa Khadijah adalah seorang wanita yang memiliki martabat, keturunan orang terhormat, memiliki harta dan berparas cantik.Terbukti dengan banyaknya para pemuka Quraisy yang melamarnya.

Selanjutnya, tatkala Nafisah keluar dari rumah Khadijah, dia langsung menemui Muhammad al-Amin hingga terjadilah dialog yang menunjukan kelihaian dan kecerdikannya:

Nafisah : Apakah yang menghalangimu untuk menikah wahai Muhammad?

Muhammad : Aku tidak memiliki apa-apa untuk menikah .

Nafisah : (Dengan tersenyum berkata) Jika aku pilihkan untukmu seorang wanita yang kaya raya, cantik dan berkecukupan, maka apakah kamu mau menerimanya?

Muhammad : Siapa dia ?

Nafisah : (Dengan cepat dia menjawab) Dia adalah Khadijah binti Khuwailid

Muhammad : Jika dia setuju maka akupun setuju.

Nafisah pergi menemui Khadijah untuk menyampaikan kabar gembira tersebut, sedangkan Muhammad al-Amin memberitahukan kepada paman-paman beliau tentang keinginannya untuk menikahi sayyidah Khadijah. Kemudian berangkatlah Abu Tholib, Hamzah dan yang lain menemui paman Khadijah yang bernama Amru bin Asad untuk melamar Khadijah bagi putra saudaranya, dan selanjutnya menyerahkan mahar.

Setelah usai akad nikah, disembelihlah beberapa ekor hewan kemudian dibagikan kepada orang-orang fakir. Khadijah membuka pintu bagi keluarga dan handai taulan dan diantara mereka terdapat Halimah as-Sa’diyah yang datang untuk menyaksikan pernikahan anak susuannya. Setelah itu dia kembali ke kampungnya dengan membawa 40 ekor kambing sebagai hadiah perkawinan yang mulia dari Khadijah, karena dahulu dia telah menyusui Muhammad yang sekarang menjadi suami tercinta.

Maka jadilah Sayyidah Quraisy sebagai istri dari Muhammad al-Amin dan jadilah dirinya sebagai contoh yang paling utama dan paling baik dalam hal mencintai suami dan mengutamakan kepentingan suami dari pada kepentingan sendiri. Manakala Muhammad mengharapkan Zaid bin Haritsah, maka dihadiahkanlah oleh Khadijah kepada Muhammad. Demikian juga tatkala Muhammad ingin mengembil salah seorang dari putra pamannya, Abu Tholib, maka Khadijah menyediakan suatu ruangan bagi Ali bin Abi Tholib radhiallâhu ‘anhu agar dia dapat mencontoh akhlak suaminya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam .

Allah memberikan karunia pada rumah tangga tersebut berupa kebehagaian dan nikmat yang berlimpah, dan mengkaruniakan pada keduanya putra-putri yang bernama al-Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqqayah, Ummi Kalsum dan Fatimah.

Kemudian Allah Ta’ala menjadikan Muhammad al-Amin ash-Shiddiq menyukai Khalwat (menyendiri), bahkan tiada suatu aktifitas yang lebih ia sukai dari pada menyendiri. Beliau menggunakan waktunya untuk beribadah kepada Allah di Gua Hira’ sebulan penuh pada setiap tahunnya. Beliau tinggal didalamnya beberapa malam dengan bekal yang sedikit jauh dari perbuatan sia-sia yang dilakukan oleh orang-orang Makkah yakni menyembah berhala dan lain –lain.

Sayyidah ath-Thahirah tidak merasa tertekan dengan tindakan Muhammad yang terkadang harus berpisah jauh darinya, tidak pula beliau mengusir kegalauannya dengan banyak pertanyaan maupun mengobrol yang tidak berguna, bahkan beliau mencurahkan segala kemampuannya untuk membantu suaminya dengan cara menjaga dan menyelesaikan tugas yang harus dia kerjakan dirumah. Apabila dia melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pergi ke gua, kedua matanya senantiasa mengikuti suaminya terkasih dari jauh. Bahkan dia juga menyuruh orang-orang untuk menjaga beliau tanpa mengganggu suaminya yang sedang menyendiri.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tinggal di dalam gua tersebut hingga batas waktu yang Allah kehendaki, kemudian datanglah Jibril dengan membawa kemuliaan dari Allah sedangkan beliau di dalam gua Hira’ pada bulan Ramadhan. Jibril datang dengan membawa wahyu.Selanjutnya beliay Nabi Saw keluar dari gua menuju rumah beliau dalam kegelapan fajar dalam keadaaan takut, khawatir dan menggigil seraya berkata: “Selimutilah aku ….selimutilah aku …”.

Setelah Khadijah meminta keterangan perihal peristiwa yang menimpa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau menjawab:”Wahai Khadijah sesungguhnya aku khawatir terhadap diriku”.

Maka Istri yang dicintainya dan yang cerdas itu menghiburnya dengan percaya diri dan penuh keyakinan berkata: “Allah akan menjaga kita wahai Abu Qasim, bergembiralah wahai putra pamanku dan teguhkanlah hatimu. Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, sugguh aku berharap agar anda menjadi Nabi bagi umat ini. Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selamanya, sesungguhnya anda telah menyambung silaturahmi, memikul beban orang yang memerlukan, memuliakan tamu dan menolong para pelaku kebenaran.

Maka menjadi tentramlah hati Nabi berkat dukungan ini dan kembalilah ketenangan beliau karena pembenaran dari istrinya dan keimanannya terhadap apa yang beliau bawa.

Namun hal itu belum cukup bagi seorang istri yang cerdas dan bijaksana, bahkan beliau dengan segera pergi menemui putra pamannya yang bernama waraqah bin Naufal, kemudian beliau ceritakan perihal yang terjadi pada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam . Maka tiada ucapan yang keluar dari mulutnya selain perkataan: “Qudus….Qudus…..Demi yang jiwa Waraqah ada ditangan-Nya, jika apa yang engkau ceritakan kepadaku benar,maka sungguh telah datang kepadanya Namus Al-Kubra sebagaimana yang telah datang kepada Musa dan Isa, dan Nuh alaihi sallam secara langsung.Tatkala melihat kedatangan Nabi, sekonyong-konyong Waraqah berkata: “Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, Sesungguhnya engkau adalah seorang Nabi bagi umat ini, pastilah mereka akan mendustakan dirimu, menyakiti dirimu, mengusir dirimu dan akan memerangimu. Seandainya aku masih menemui hari itu sungguh aku akan menolong dien Allah “. Kemudian ia mendekat kepada Nabi dan mencium ubun-ubunnya. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ” Apakah mereka akan mengusirku?”. Waraqah menjawab: “Betul, tiada seorang pun yang membawa sebagaimana yang engkau bawa melainkan pasti ada yang menentangnya. Kalau saja aku masih mendapatkan masa itu …kalau saja aku masih hidup…”. Tidak beberapa lama kemudian Waraqah wafat.

Menjadi tenanglah jiwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala mendengar penuturan Waraqah, dan beliau mengetahui bahwa akan ada kendala-kendala di saat permulaan berdakwah, banyak rintangan dan beban. Beliau juga menyadari bahwa itu adalah sunnatullah bagi para Nabi dan orang-orang yang mendakwahkan dien Allah. Maka beliau menapaki jalan dakwah dengan ikhlas semata-mata karena Allah Rabbul Alamin, dan beliau mendapatkan banyak gangguan dan intimidasi.

Adapun Khadijah adalah seorang yang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan yang pertama kali masuk Islam.

Beliau adalah seorang istri Nabi yang mencintai suaminya dan juga beriman, berdiri mendampingi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang dicintainya untuk menolong, menguatkan dan membantunya serta menolong beliau dalam menghadapi kerasnya gangguan dan ancaman sehingga dengan hal itulah Allah meringankan beban Nabi-Nya.Tidaklah beliau mendapatkan sesuatu yang tidak disukai, baik penolakan maupun pendustaan yang menyedihkan beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali Allah melapangkannya melalui istrinya bila beliau kembali ke rumahnya. Beliau (Khadijah) meneguhkan pendiriannya, menghiburnya, membenarkannya dan mengingatkan tidak berartinya celaan manusia pada beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ayat-ayat Al-Qur’an juga mengikuti (meneguhkan Rasulullah), Firman-Nya:

“Hai orang-orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Rabb-Mu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (belasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabb-Mu, bersabarlah!”(Al-Muddatstsir:1-7).

Sehingga sejak saat itu Rasulullah yang mulia memulai lembaran hidup baru yang penuh barakah dan bersusah payah. Beliau katakan kepada sang istri yang beriman bahwa masa untuk tidur dan bersenang-senang sudah habis. Khadijah radhiallâhu ‘anha turut mendakwahkan Islam disamping suaminya -semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada beliau. Diantara buah yang pertama adalah Islamnya Zaid bin Haritsah dan juga keempat putrinya semoga Allah meridhai mereka seluruhnya.

Mulailah ujian yang keras menimpa kaum muslimin dengan berbagai macam bentuknya,akan tetapi Khadijah berdiri kokoh bak sebuah gunung yang tegar kokoh dan kuat. Beliau wujudkan Firman Allah Ta’ala:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’ , sedangkan mereka tidak diuji lagi?” . (Al-’Ankabut:1-2).

Allah memilih kedua putranya yang pertama Abdullah dan al-Qasim untuk menghadap Allah tatkala keduanya masih kanak-kanak, sedangkan Khadijah tetap bersabar. Beliau juga melihat dengan mata kepalanya bagaimana syahidah pertama dalam Islam yang bernama Sumayyah tatkala menghadapi sakaratul maut karena siksaan para thaghut hingga jiwanya menghadap sang pencipta dengan penuh kemuliaan.

Beliau juga harus berpisah dengan putri dan buah hatinya yang bernama Ruqayyah istri dari Utsman bin Affan radhiallâhu ‘anhu karena putrinya hijrah ke negeri Habsyah untuk menyelamatkan diennya dari gangguan orang-orang musyrik. Beliau saksikan dari waktu ke waktu yang penuh dengan kejadian besar dan permusuhan. Akan tetapi tidak ada kata putus asa bagi seorang Mujahidah. Beliau laksanakan setiap saat apa yang difirmankan Allah Ta’ala :

“Kamu sungguh-sungguh akan duji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberikan kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, ganguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang di utamakan “. (Ali Imran:186).

Sebelumnya, beliau juga telah menyaksikan seluruh kejadian yang menimpa suaminya al-Amin ash-Shiddiq yang mana beliau berdakwah di jalan Allah, namun beliau menghadapi segala musibah dengan kesabaran. Semakin bertambah berat ujian semakin bertambahlah kesabaran dan kekuatannya. Beliau campakkan seluruh bujukan kesanangan dunia yang menipu yang hendak ditawarkan dengan aqidahnya. Dan pada saat-saat itu beliau bersumpah dengan sumpah yang menunjukkan keteguhan dalam memantapkan kebenaran yang belum pernah dikenal orang sebelumnya dan tidak bergeming dari prinsipnya walau selangkah semut. Beliau bersabda: “Demi Allah wahai paman! seandainya mereka mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan dakwah ini, maka sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku yang binasa karenannya”.

Begitulah Sayyidah mujahidah tersebut telah mengambil suaminya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai contoh yang paling agung dan tanda yang paling nyata tentang keteguhan diatas iman. Oleh karena itu, kita mendapatkan tatkala orang-orang Quraisy mengumumkan pemboikotan mereka terhadap kaum muslimin untuk menekan dalam bidang politik, ekonomi dan kemasyarakatan dan mereka tulis naskah pemboikotan tersebut kemudian mereka tempel pada dinding ka’bah; Khadijah tidak ragu untuk bergabung dengan kaum muslimin bersama kaum Abu Thalib dan beliau tinggalkan kampung halamannya untuk menempa kesabaran selama tiga tahun bersama Rasul dan orang-orang yang menyertai beliau menghadapi beratnya pemboikotan yang penuh dengan kesusahan dan menghadapi kesewenang-wenangan para penyembah berhala. Hingga berakhirlah pemboikotan yang telah beliau hadapi dengan iman, tulus dan tekad baja tak kenal lelah. Sungguh Sayyidah Khadijah telah mencurahkan segala kemampuannya untuk menghadapi ujian tersebut di usia 65 tahun. Selang enam bulan setelah berakhirnya pemboikotan itu wafatlah Abu Thalib, kemudian menyusul seorang mujahidah yang sabar -semoga Allah meridhai beliau- tiga tahun sebelum hijrah.

Dengan wafatnya Khadijah maka meningkatlah musibah yang Rasul hadapi. Karena bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Khadijah adalah teman yang tulus dalam memperjuangkan Islam.

Begitulah Nafsul Muthmainnah telah pergi menghadap Rabbnya setelah sampai pada waktu yang telah ditetapkan, setelah beliau berhasil menjadi teladan terbaik dan paling tulus dalam berdakwah di jalan Allah dan berjihad dijalan-Nya. Dalalm hubungannya, beliau menjadi seorang istri yang bijaksana, maka beliau mampu meletakkan urusan sesuai dengan tempatnya dan mencurahkan segala kemamapuan untuk mendatangkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Karena itulah beliau berhak mendapat salam dari Rabb-nya dan mendapat kabar gembira dengan rumah di surga yang terbuat dari emas, tidak ada kesusahan didalamnya dan tidak ada pula keributan didalamnya. Karena itu pula Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik wanita adalah Maryam binti Imran, sebaik-baik wanita adalah Khadijah binti Khuwailid”.

Ya Allah ridhailah Khadijah binti Khuwailid, As-Sayyidah Ath-Thahirah. Seorang istri yang setia dan tulus, mukminah mujahidah di jalan diennya dengan seluruh apa yang dimilikinya dari perbendaharaan dunia. Semoga Allah memberikan balasan yang paling baik karena jasa-jasanya terhadap Islam dan kaum muslimin. (ar/kisah) www.suaramedia.com

 SUMBER :http://bidadari08.wordpress.com/2011/02/17/kisah-khadijah-binti-khuwalid-dan-kehidupannya-bersama-rasulullah/

Nama – Nama Surga Dan Para Penghuninya

Nama – Nama Surga Dan Para Penghuninya

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, senang rasanya jika kita dapat berbagi cerita apalagi kalau berbicara tentang surga, suatu tempat di negeri akhirat yang didalamnya terdapat semua keindahan, kemegahan, dan kehidupan yang kekal. Namun dibalik itu seperti apakah surga itu? Hanya Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Kenikmatan yang ada dalam surga itu tidak dapat kita bayangkan, karena semua kenikmatan dan keindahan surga itu tidak sama dengan kenikmatan dan keindahan yang ada pada dunia. Nikmat dan keindahan dunia itu sekedar saja (sementara), sedangkan kenikmatan surga itu tiada tara (kekal selama-lamana). Tetapi sebagai orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. jangan sekali-kali berharap bahwa amal-amal saleh yang telah kita lakukan semasa hidup di dunia bertujuan untuk mendapatkan surganya Allah, melainkan berharap ridha-Nya atas segala usaha baik yang kita lakukan waktu di dunia (ikhlas).

Allah Swt. berfirman dalam hadis qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Saw. bersabda, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman:

Artinya:

“Aku telah menyediakan buat hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu, tak ada satu matapun yang mampu melihatnya; tak ada satu telingapun yang mampu mendengarnya; dan tidak pula hati mampu untuk membayangkannya, sebagai simpanan (dalam memori hatinya). Biarlah Allah tidak memrlihatkannya kepada Anda, (sesuatu yang belum diperlihatkan itu amat besar dan mengagumkan). Kemudian Nabi membaca (ayat), ‘Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata.'” (HR.Muslim).

Surga itu penuh dengan kilauan cahaya, baunya harum semerbak, didalamnya ada istana yang tinggi, sungai-sungai yang terbentang luas dengan aneka rasa yang tidak pernah berubah rasa, bau dan warnanya, yaitu ada sungai dari susu yang sangat sedap bagi orang yang meminumnya, ada sungai dari anggur, sungai dari madu yang rasanya manis dn tidak membuat bosan orang-orang (penghuni surga) itu meminum airnya., sungai khamar yang tidak menyebabkan mabuk bagi orang yang meminumnya. Didalam surga itu juga ada lautan dan kemudian dari laut-laut itu bercabang sungai-sungai surga, seperti sungai al-Kautsar, sungai Rajab, dan sungai Baariq. Sebagaimana Rasulullah Saw. mengatakan bahwa diantara sungai-sungai itu ada yang bernama “sungai Baariq” yang berada atau terletak di pintu surga. Orang-0rang mati syahid (para syuhada) mereka di alam barzakh berada didekat sungai ini (sungai Baariq). Telah diriwayatkan dalam Musnad Imam Ahmad dan Mustadrak Imam Hakim, dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

“Para syuhada berada di dekat ‘Baariq’, sebuah sungai di pintu surga dalam sebuah kubah hijau. Rizki mereka datang kepadanya dari surga pagi dan sore.”

Nama-nama surga (surga itu ada 8, tetapi ada juga yang mengatakan ada 7 sesuai versi masing-masing, namun kita juga perlu memperhatikan persamaan dari nama-nama yang akan kita sebutkan dibawah ini beserta siapa saja yang menjadi penghuni surga-surga tersebut.

1. SURGA FIRDAUS

“Sesungguhnya orang-orang yang memlihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”
(QS. Al-Mukminun: 9-11).

Para Penghuni Surga Firdaus :

1. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

2. Mereka yang mengerjakan shalat dengan khusyu’.

3. Mereka yang menghindarkan diri dari segala sesuatu yang tidak berguna atau tidak manfaat untuk dirinya maupun orang lain.

4. Mereka yang membayar zakat.

5. Mereka yang senantiasa menjaga kehormatan dan menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka.

6. Mereka yang amanah.

7. Mereka yang menepati janji.

8. Orang-orang yang memelihara shalatnya.

2. SURGA ‘ADN

“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin lelaki dan perempuan (akan mendapat) surga di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan mendapat tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn.” (QS. At-Taubah: 72).

Para Penghuni Surga ‘Adn :

1. Mereka yang beriman dan beramal saleh.

2. Orang-orang yang selalu menepati janji.

3. Orang-orang yang takut kepada Allah dan takut tertimpa hisab buruk.

4. Orang-orang yang sabar dalam mencari keridhaan Allah.

5. Orang-orang yang senantiasa memberi sedekah dan berinfak sebagian rizki yang diberi Allah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

6. Orang-orang yang bertakwa kepada Allah swt.

7. Orang-orang yang mencegah kemungkaran dan menyeru dalam kebaikan (amal ma’ruf nahi munkar).

8. Orang-orang yang mendirikan shalat.

Sumber: Al-Quran surah Thaha: 75-76 dan surah Ar-Ra’ad: 22-23

3. Surga Na’im

Surga Na’im diciptakan oleh Allah Swt. dari perak putih. Calon penghuninya adalah orang-orang yang benar-benar bertakwa dan beramal saleh. Sebagaimana firman Allah Swt. berikut ini.

“Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya.” (Q.S. Al-Qalam [68]: 34)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka surga-surga yang penuh kenikmatan” (Q.S. Luqman [31]: 8)

“Kekuasaan di hari itu ada pada Allah, Dia memberi keputusan di antara mereka. Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh adalah di dalam surga yang penuh kenikmatan.” (Q.S. Al-Hajj [22]: 56)

4. Surga Ma’wa

Surga Ma’wa diciptakan oleh Allah Swt dari zamrud hijau. Calon penghuninya adalah:

1. Orang-orang yang benar-benar beriman dan beramal saleh.
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. As-Sajdah [32]: 19)

2. Orang-orang yang takut pada kebesaran Allah Swt. dan menahan diri dari hawa nafsu buruk.
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surga tempat tinggal(nya).” (Q.S. An-Naazi‘aat [79]: 40-41)

5. Surga Darussalam

Surga Darussalam diciptakan oleh Allah Swt dari yakut merah. Calon penghuninya adalah orang-orang yang kuat iman dan Islamnya, mengamalkannya ayat-ayat Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari, serta mengerjakan amal saleh lainnya karena Allah Swt. Firman-Nya,

“Bagi mereka (disediakan) darussalam (surga) pada sisi Tuhannya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan.” (Q.S. Al-An’aam [6]: 127)

6. Surga Darul Muqamah

Surga Darul Muqamah diciptakan oleh Allah Swt. dari permata putih. Calon penghuninya adalah orang-orang yang melakukan banyak kebaikan. Firman-Nya,

“Dan mereka berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.’” (Q.S. Faathir [35]: 34-35)

7. Surga Maqaamul Amin

Surga Maqaamul Amin adalah surga yang diciptakan oleh Allah Swt. dari emas. Calon penghuninya adalah orang-orang yang sangat beriman (muttaqien), yaitu yang benar-benar bertakwa kepada Allah Swt. sebagaimana firman Allah Swt. berikut ini
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman.” (Q.S. Ad-Dukhan [44]: 51)

8. Surga Khuldi

Surga Khuldi adalah surga yang diciptakan oleh Allah Swt. dari marjan merah dan kuning. Calon penghuninya adalah orang-orang yang taat menjalankan perintah Allah Swt. dan menjauhi segala larangan-Nya. Firman-Nya,

“Katakanlah, ‘Apa (azab) yang demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa? Dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka.’” (Q.S. Al-Furqan [25]: 15).

SUMBER :http://seribusatukisahislami.blogspot.com/2013/01/nama-nama-surga-dan-para-penghuninya.html

Siapakah Penghuni Surga Yang Lebih Banyak, Wanita Ataukah Laki – Laki?

Siapakah Penghuni Surga Yang Lebih Banyak, Wanita Ataukah Laki – Laki?

 

Adanya sebuah perdabatan siapakah yang paling banyak diantara kaum wanita dan laki-laki yang menjadi penghuni surga. Terkait dengan masalah ini pernah terjadi perdebatan antara orang lak-laki dan orang perempuan sebagaimana telah diceritakan atau dijelaskan dalam shahih Muslim. Bahwa telah diriwayatkan dari Ibnu sirin, ia berkata:

“Kaum laki-laki berdebat dengan kaum wanita, tentang siapa di antara mereka yang lebih banyak di surga? Masing-masing pihak saling mengklaim pihaknyalah yang lebih mayoritas di dalam surga. Akhirnya mereka bertanya kepada Abu Hurairah. Lalu Abu Hurairah mengatakan bahwa kaum wanita lebih banyak di surga. Ia menampilkan argummentasi dengan sabda Rasulullah Saw.: “Sesungguhnya rombongan pertama yang masuk surga adalah dalam bentuk bulan di malam purnama.Kemudian diikuti oleh rombongan yang bercahaya seperti bintang yang berkilauan dilangit. Dari setiap orang dari mereka mempunyai dua istri, sumsum betisnya terlihat dari balik dagingnya dan tidak ada laki-laki bujangan di surga.” (HR. Muslim).

Hadis diatas menjelaskan bahwa dengan begitu berarti kaum wanita di surga lebih banyak dari kaum laki-laki, karena setiap laki-laki penghuni surga setidaknya memiliki dua istri yang sangat cantik. Namun tidak pihak lain ada juga yang berpendapat bahwa penghuni surga itu lebih banyak laki-laki dibandingkan wanita. Pendapat ini bukanlah tanpa dalil, karena berdasarkan sabda Nabi Saw: “Aku melihat kalian (kaum wanita) lebih banyak sebagai penghuni neraka.”

Hadis lain yang menunjukkan bahwa kaum wanita adalah penduduk minoritas surga, sebagaimana telah diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya’la dari Amru bin Ash, ia berkata; bahwa ketika kami sedang bersama Rasulullah di jalan ini, tiba-tiba beliau bersabda: “Perhatikanlah, apakah kalian melihat sesuatu?”. Kami menjawab: ‘Kami melihat seekor burung gagak berwarna campuran, paruh dan kedua kakinya merah’. Kemudian rasulullah Saw. bersabda; ‘Tidak akan masuk surga dari kaum wanita, kecuali seseorang dari mereka seperti burung gagak ini diantara burung-burung gagak.'” (HR. Ahmad).

Menurut Ibnu Hajar al- Asqalani, beliau berpendapat bahwa keberadaan kaum wanita yang dinyatakan sebagai penghuni mayoritas di dalam neraka, bukan berarti mereka adalah penghuni minoritas di surga.

Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah di atas, kiranya dapat dipahami bahwa banyaknya kaum wanita di surga itu bisa jadi mereka yang berasal dari wanita-wanita yang dahulunya tinggal di dunia, dan tidak juga menutupi kemungkinan, bahwa mereka adalah dari golongan bidadari-bidadari surga yang diciptakan oleh Allah untuk laki-laki penghuni surga.

Wallahu a’lam bish showabi.

SUMBER :Siapakah Penghuni Surga Yang Lebih Banyak, Wanita Ataukah Laki – Laki?

KISAH NABI AYUB AS

Kisah Nabi Ayub As

Nabi Ayub AS adalah putra Ish bin Ishak bin Ibrahim. Nabi Ayub adalah seorang yang kaya raya. Istrinya banyak, anaknya banyak hartanya melimpah ruah dan ternaknya tak terbilang jumlahnya. la hidup makmur dan sejahtera. Walau demikian ia tetap tekun beribadah. Segala nikmat dan kesenangan yang di karuniakan kepadanya tak sampai melupakannya kepada Allah. ia gemar berbuat kebajikan, suka menolong orang yang menderita terlebih dari golongan fakir miskin….

Para Malaikat di langit terkagum-kagum dan sama membicarakan ketaatan Ayub dan keikhlasannya dalam beribadah kepada Allah.

Iblis yang mendengar pembicaraan itu merasa iri dan ingin menjerumuskan Ayub agar menjadi orang yang tidak sabar dan celaka.

Pertama Iblis mencoba sendiri menggoda Nabi Ayub agar tersesat dan tak mau bersyukur kepada Allah. Namun ia gagal. Nabi Ayub tak tergoyahkan.

Iblis kemudian menghadap Allah. Minta izin untuk menggoda Nabi Ayub : “Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayub yang senantiasa patuh dan berbakti menyembah-Mu, senantiasa, memuji-Mu, tak lain hanyalah karena takut kehilangan kenikmatan yang telah Engkau berikan kepadanya. Semua ibadah tidak ikhlas dan bukan karena cinta dan taat kepada-Mu. Andaikata ia terkena musibah dan kehilangan harta benda, anak-anak dan istrinya belum tentu ia akan teat dan tetap ikhlas menyembah-Mu.”

Allah berfirman kepada Iblis : “Sesungguhnya Ayub adalah hamba­Ku yang sangat taat kepada-Ku, ia seorang mu’min yang sejati. Apa yang ia lakukan untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah semata­-mata didorong iman yang teguh kuat dan taat yang bulat kepada-Ku. Iman dan taqwanya takkan tergoyah oleh perubahan keadaan duniawi. Cintanya kepada-Ku dan kebajikannya tidak akan menurun dan menjadi berkurang walau ditimpa musibah apapun yang melanda dirinya dan hartanya. la yakin bahwa siapa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya atau menjadikannya berlipat ganda. la bersih dari segala tuduhan dan prasangkamu. Engkau tidak rela melihat hamba-hamba-Ku anak cucu Adam berada di atas jalan yang lurus. Untuk menguji keteguhan hati Ayub dan keyakinannya pada takdirKu. Kuizinkan kau menggoda dan memalingkannya dariKu. Kerahkanlah pembantu-pembantumu untuk menggoda Ayub melalui harta dan keluarganya. Cerai beraikanlah keluarganya yang rukun damai sejahtera itu. Lihatlah sampai dimana kemampuanmu untuk menyesatkan hamba-Ku, Ayub itu.”

Demikianlah, Iblis dan para pembantunya kemudian mulai menyerbu keimanan Ayub. Mula-mula mereka membinasakan hewan ternak peliharaan Nabi Ayub. Satu persatu hewan-hewan itu mati bergelimpangan disusul lumbung-lumbung gandum dan lahan pertanian Nabi Ayub terbakar dan musnah.

Iblis mengira Ayub akan berkeluh kesah setelah kehilangan ternak dan lahan pertaniannya itu. Namun Ayub tetap berbaik sangka kepada Allah. Segalanya ia serahkan kepada Allah. Harta adalah titipan Allah sewaktu-waktu dapat saja diambil lagi.

Berikutnya Iblis dan pembantu-pembantunya mendatangi putra­-putra Nabi Ayub di gedung yang besar dan megah. Mereka goyang­-goyangkan tiang-tiang gedung sehingga gedung itu kemudian roboh dan anak- anak Nabi Ayub mati semua.

Iblis mengira usahanya berhasil menggoyahkan iman Nabi Ayub yang sangat menyayangi putra-putranya itu, namun mereka kecele. Nabi Ayub, tetap berserah diri kepada Allah. Nabi Ayub bersedih hati dan menangis tapi jiwa dan hatinya tetap kokoh dalam keyakinan bahwa jika Allah Yang Maha Pemberi menghendaki semua ini maka tak ada seorang pun mampu menghalangi-Nya.

Selanjutnya Iblis menaburkan baksil di sekujur tubuh Nabi Ayub sehingga beliau menderita sakit kulit yang menjijikkan. Famili dan tetangganya menjauhinya. Istri-istrinya banyak yang melarikan diri. Hanya seorang yang setia mendampinginya yaitu Rahmah.

Para tetangga Nabi Ayub tidak mau ketularan penyakit, sehingga mereka – terutama kaum ibu secara terang-terangan mengusir Nabi Ayub dari perkampungan.

Mereka pergi ke ujung desa, dekat pembuangan sampah. Namun di sana orang-orang yang tidak terima. Mereka tetap mengusir Nabi Ayub. Maka pergilah Nabi Ayub dan Rahmah ke sebuah tempat yang sepi dari manusia.

Waktu tujuh tahun dalam penderitaan terus-menerus memang merupakan ujian berat bagi Ayub dan Rahmah. Namun Nabi Ayub bisa bersabar dan tetap berdzikir menyebut Asma Allah.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Rahmah terpaksa bekerja pada pabrik roti. Pagi berangkat sorenya kembali ke rumah pengasingan. Namun lama-lama majikannya mengetahui jika Rahmah adalah istri Nabi Ayub yang berpenyakitan. Mereka khawatir Rahmah membawa baksil yang dapat menular melalui roti, maka Rahmah diberhentikan dari pekerjaannya.

Rahmah yang setia ini masih memikirkan suaminya. la meminta majikannya agar memberinya hutang roti. Majikannya menolak. Majikannya hanya mau memberi roti jika Rahmah rela memotong gelung rambutnya yang panjang, padahal gelung rambut itu sangat disukai suaminya.

Rahmah akhirnya setuju. Namun sesampainya Rahmah di rumah Nabi Ayub menyangka Rahmah telah menyeleweng, padahal tidak.

Pada suatu hari, mungkin karena tidak tahan dalam penderitaan atau karena apa. Rahmah pamit meninggalkan suaminya. la akan bekerja untuk menghidupi suaminya. Nabi Ayub melarangnya, namun Rahmah tetap pergi sembari berkeluh kesah.

‘Kiranya kau telah terkena bujukan setan, sehingga berkeluh kesah atas takdir Allah. “kata Ayub kepada istrinya. “Awas kelak jika aku sudah sembuh kau akan kupukul seratus kali. Mulai saat ini tinggalkanlah aku seorang diri, aku tak membutuhkan pertolonganmu sampai Allah menentukan takdir-Nya.

Setelah ditinggal Rahmah, satu-satunya orang yang masih menyayangi dan merawatnya kini Nabi Ayub hidup seorang diri. Di dalam kamarnya ia bermunajat kepada Allah “Ya Allah, aku telah diganggu oleh setan dengan kepayahan dan kesusahan serta siksaan dan Engkau wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Allah menerima do’a Nabi Ayub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi cobaan. Berfirman Allah kepada Nabi Ayub : “Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ air akan-memancar dan dengan air itu kau akan sembuh dari semua penyakitmu. Kesehatan dan kekuatanmu akan pulih kembali jika kau pergunakan untuk minum dan mandi.”

Demikianlah, setelah Nabi Ayub minum dan mandi air yang memancar dari bawah kakinya, maka ia sembuh seperti sediakala.

Sementara itu Rahmah yang telah pergi meninggalkan Nabi Ayub lama-lama merasa kasihan dan tak tega membiarkan Nabi Ayub seorang diri. la datang menjenguk, namun ia tak mengenali suaminya lagi. Karena Nabi Ayub sudah sembuh dan keadaannya jauh lebih baik daripada sebelumnya. Lebih sehat dan lebih tampan. Nabi Ayub gembi­ra melihat istrinya kembali, namun ia ingat sumpahnya yaitu ingin memukul istrinya seratus kali. la harus melaksanakan sumpah itu. Kini ia bimbang, istrinya sudah turut menderita sewaktu bersama-sama dengannya selama tujuh tahun ini; akankah ia memukulnya seratus kali.

Dalam kebimbangan datanglah wahyu Allah yang memberikan jalan keluar. Firman Allah : “Hai Ayub, ambillah lidi seratus buah dan pukullah istrimu itu sekali saja, dengan demikian tertebuslah sumpahmu.”

Ya dengan lidi seratus, dipukulkan pelan sekali, maka sumpahnya sudah terlaksana. Berkat kesabaran dan keteguhan imannya Nabi Ayub dikaruniai lagi harta benda yang melimpah ruah. Dari Rahmah ia mendapat anak bernama Basyar, dikemudian hari ia mendapat julukan Dzulkifli artinya : Punya Sanggup. Dzulkifli akhirnya jugs menjadi Nabi dan Rasul.

SUMBER :http://seribusatukisahislami.blogspot.com/2013/11/kisah-nabi-ayub-as.html

KISAH MALAIKAT IZRAIL MENCABUT NYAWANYA SENDIRI

KISAH MALAIKAT IZRAIL MENCABUT NYAWANYA SENDIRI

Assalamu’alaikum wr. wb sahabat..

Pada pagi hari ini ingin berkisah tentang malaikat, seorang malaikat disuruh Allah SWT untuk mencabut nyawanya sendiri.
Bagaimanakah rasanya jika si pencabut nyawa mencabut nyawanya sendiri?
Kenapa tidak dicabut oleh malaikat Izrail? ya karena yang dicabut nyawanya adalah ya malaikat izrail itu sendiri. Karena begitu taatnya malaikat kepada Allah SWT, maka dicabut jualah nyawanya sendiri itu.
Bagaimana Kisahnya…

Malaikat

KISAHNYA.
Adalah Malaikat Izrail yang telah diberi tugas oleh Allah SWT sebagai malaikat pencabut nyawa. Kelak pada saat Malaikat Israfil yang bertugas meniup terompet sangkakala, maka nanti kiamat akan terjadi. Saat itu semua yang hidup akan mati.

Hari itu kiamat telah tiba, dan sang sangkakala pun ditiuplah sebanyak tiga kali.

  • Tiupan pertama untuk menakuti siapa saja yang hidup.
  • Tiupan kedua untuk mematikan segala makhluk yang ada di bumi.
  • Tiupan ketiga untuk membangkitkan segala yang mati.

Nah, pada saat sangkakala ditiup oleh malikat Israfil, maka matilah semua makhluk,kecuali:
1. Malaikat Jibril.
2. Malaikat Izrail.
3. Malaikat Israfil.
4. Hamalatul Arsy.

Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada Malaikat Izrail untuk mencabut roh-roh semua malaikat-malaikat di atas. Dan malaikat Izrail melaksanakan perintah Allah SWT tersebut.

Malaikat IZRAIL Menjerit dengan Keras.
Setelah ketiga malaikat tadi sudah dicabut, giliran Malaikat Izrail, hanya ada Allah SWT dan malaikat Izrail saja setelah itu.

Allah SWT berfirman,
“Hai Malakulmaut (malaikat izrail), tidakkah kamu mendengar FirmanKu, Kullu Nafsin Dza’iqatul maut, tidakkah engkau tahu setiap yang bernyawa itu akan merasakan mati.”

Allah SWT berfirman lagi,
“Aku jadikan engkau untuk tugas itu dan engkau juga harus mati.”

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa ketika Allah SWT memerintahkan Malaikat Izrail untuk mencabut nyawanya sendiri. Maka pergilah Malaikat Izrail ke sebuah tempat antara surga dan neraka. DI tempat itulah Malaikat Izrail mencabut rohnya sendiri.

Saat rohnya dicabut, maka menjeritlah Malaikat Izrail dengan sangat keras, bahkan dengan jeritannya itu bila masih ada makhluk yang hidup, maka dia akan binasa, karena jeritannya super dahsyat.

Malaikat Izrail berkata,
“Kalaulah aku tahu bagaimana sakitnya saat roh dicabut, maka aku sudah barang tentu akan mencabut roh orang-orang mukmin dengan cara yang paling lembut sekali.”

Setelah Malaikat Izrail mati, maka tinggal Allah SWT sajalah yang Maha Berdiri, Maha Esa, Maha Berkuasa, Maha dan Maha lainnya.

Manusia Dibangkitakan.
Nah, setelah hanya Allah SWT saja yang jumeneng, maka Allah SWT kemudian menghidupkan Malaikat Israfil dan Hamalatul Arsy. Allah SWT memerintahkan Malaikat Israfil untuk meletakkan terompet sangkakala di mulutnya, menunggu perintah Yang Maha Kuasa selanjutnya (belum ditiup).
Kemudian malaikat ketiga yang dihidupkan Allah SWT adalah Malaikat Jibril, dan yang keempat Malaikat Mikail. Dan setelah Malaikat Jibril dan Mikail dihidupkan

Allah SWT memerintahkan Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail untuk pergi ke makam Rasulullah SAW dengan membawa perhiasan-perhiasan dari surga dengan mengendarai BUROQ (Sejenis hewan tunggangan Rasulullah SAW pada saat Isra’ Mi’raj).
Kemudian Allah SWT menghidupkan Nabi Muhammad SAW, barulah kemudian semua manusia dihidupkan.

Semua manusia keluar dari dalam perut bumi dalam keadaan telanjang bulat, berjalan menuju Tuhan mereka. Kemudian mereka (manusia) berhenti di suatu tempat selama 70 tahun dan Allah SWT membiarkan mereka. Hanya isak tangis, banjir air mata hingga sampai mulut manusia itu sendiri.
(Riwayat Abu Hurairah ra).

Tambahan:
Aku merasa, beruntunglah kita umat Nabi Muhammad SAW karena Beliau telah membocorkan rahasia ini kepada umatnya. Dan ucapan Rasulullah SAW adalah selalu benar kan. Ayo persiapkan diri kita sendiri masing-masing, aku ulangi masing-masing, karena tiada penolong di pemberhentian 70 tahun itu selain amal ibadah kita selama hidup di dunia ini.)

SUMBER :http://seribusatukisahislami.blogspot.com/2013/08/kisah-malaikat-izrail-mencabut-nyawanya.html

KISAH SEORANG PUTRI SHOLIHAH YANG MENABJUKKAN

Kisah Seorang Putri Sholihah yang Menakjubkan

Kisah seorang wanita yang bernama ‘Abiir yang sedang dilanda penyakit kanker. Ia mengirimkan sebuah surat berisi kisahnya ke acara keluarga mingguan “Buyuut Muthma’innah” (rumah idaman) di Radio Qur’an Arab Saudi, lalu menuturkan kisahnya yang membuat para pendengar tidak kuasa menahan air mata mereka.

Kisah yang sangat menyedihkan ini dibacakan di salah satu hari dari sepuluh terakhir di bulan Ramadhan lalu (tahun 2011). Berikut ini kisahnya –sebagaimana dituturkan kembali oleh sang pembawa acara DR Adil Alu Abdul Jabbaar- :

Ia adalah seorang wanita yang sangat cantik jelita dan mengagumkan, bahkan mungkin tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kecantikannya merupakan tanda kebesaran Allah. Setiap lelaki yang disekitarnya berangan-angan untuk memperistrikannya atau menjadikannya sebagai menantu putra-putranya. Hal ini jelas dari pembicaraan ‘Abiir tatkala bercerita tentang dirinya dalam acara Radio Qur’an Saudi “Buyuut Muthma’innah”. Ia bertutur tentang dirinya:

“Umurku sekarang 28 tahun, seorang wanita yang cantik dan kaya raya, ibu seorang putri yang berumur 9 tahun yang bernama Mayaa’. Kalian telah berbincang-bincang tentang penyakit kanker, maka izinkanlah aku untuk menceritakan kepada kalian tentang kisahku yang menyedihkan….dan bagaimana kondisiku dalam menghadapi pedihnya kankerku dan sakitnya yang berkepanjangan, dan perjuangan keras dalam menghadapinya. Bahkan sampai-sampai aku menangis akibat keluhan rasa sakit dan kepayahan yang aku rasakan. Aku tidak akan lupa saat-saat dimana aku harus menggunakan obat-obat kimia, terutama tatkala pertama kali aku mengkonsumsinya karena kawatir dengan efek/dampak buruk yang timbul…akan tetapi aku sabar menghadapinya..meskipun hatiku teriris-iris karena gelisah dan rasa takut. Setelah beberapa lama mengkonsumsi obat-obatan kimia tersebut mulailah rambutku berguguran…rambut yang sangat indah yang dikenal oleh orang yang dekat maupun yang jauh dariku. Sungguh…rambutku yang indah tersebut merupakan mahkota yang selalu aku kenakan di atas kepalaku. Akan tetapi penyakit kankerlah yang menggugurkan mahkotaku…helai demi helai berguguran di depan kedua mataku.

Pada suatu malam datanglah Mayaa’ putriku lalu duduk di sampingku. Ia membawa sedikit manisan (kue). Kamipun mulai menyaksikan sebuah acara di salah satu stasiun televisi, lalu iapun mematikan televisi, lalu memandang kepadaku dan berkata, “Mama…engkau dalam keadaan baik..??”. Aku menjawab, “Iya”. Lalu putriku memegang uraian rambutku…ternyata uraian rambut itupun berguguran di tangan putriku. Iapun mengelus-negelus rambutku ternyata berguguran beberapa helai rambutku di hadapannya. Lalu aku berkata kepada putriku, “Bagaimana menurutmu dengan kondisiku ini wahai Mayaa’..?”, iapun menangis. Lalu iapun mengusap air matanya dengan kedua tangannya, seraya berkata, “Waha mama…rambutmu yang gugur ini adalah amalan-amalan kebaikan”, lalu iapun mulai mengumpulkan rambut-rambutku yang berguguran tadi dan meletakkannya di secarik tisu. Akupun menangis melihatnya hingga teriris-iris hatiku karena tangisanku, lalu aku memeluknya di dadaku, dan aku berdoa kepada Allah agar menyembuhkan aku dan memanjangkan umurku demi Mayaa’ putriku ini, dan agar aku tidak meninggal karena penyakitku ini, dan agar Allah menyabarkan aku menahan pedihnya penyakitku ini….

Keeseokan harinya akupun meminta kepada suamiku alat cukur, lalu akupun mencukur seluruh rambutku di kamar mandi tanpa diketahui oleh seorangpun, agar aku tidak lagi sedih melihat rambutku yang selalu berguguran… di ruang tamu…, di dapur…di tempat duduk…di tempat tidur…di mobil…tidak ada tempat yang selamat dari bergugurnya rambutku.

Setelah itu akupun selalu memakai penutup kepala di rumah, akan tetapi Mayaa putriku mengeluhkan akan hal itu lalu melepaskan penutup kepalaku. Iapun terperanjak melihat rambutku yang tercukur habis. Ia berkata, “Mama..kenapa engkau melakukan ini ?!, apakah engkau lupa bahwa aku telah berdoa kepada Allah agar menyembuhkanmu, dan agar rambutmu tidak berguguran lagi?!. Tidakkah engkau tahu bahwasanya Allah akan mengabulkan doaku…Allah akan menjawab permintaanku…!!, Allah tidak menolak permintaanku…!!. Aku telah berdoa untukmu mama dalam sujudku agar Allah mengembalikan rambutmu lebih indah lagi dari sebelumnya…lebih banyak dan lebih cantik. Mama…sudah sebulan aku tidak membeli sarapan pagi di sekolah dengan uang jajanku, aku selalu menyedekahkan uang jajanku untuk para pembantu yang miskin di sekolah, dan aku meminta kepada mereka untuk mendoakanmu. Mama…tidakkah engkau tahu bahwasanya aku telah meminta kepada sahabatku Manaal agar meminta neneknya yang baik untuk mendoakan kesembuhanmu??. Mamaa…aku cinta kepada Allah…dan Dia akan mengabulkan doaku dan tidak akan menolak permintaanku…dan Dia akan segera menyembuhkanmu”

Mendengar tuturan putriku akupun tidak kuasa untuk menahan air mataku…begitu yakinnya ia…, begitu kuat dan berani jiwanya…lalu akupun memeluknya sambil menangis…”.

Putriku lalu duduk bertelekan kedua lututnya menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya berdoa agar Allah menyembuhkanku sambil menangis. Ia menoleh kepadaku dan berkata, “Mama..hari ini adalah hari jum’at, dan saat ini adalah waktu mustajaab (terkabulnya doa)…aku berdoa untuk kesembuhanmu. Ustadzah Nuuroh hari ini mengabarkan aku tentang waktu mustajab ini.” Sungguh hatiku teriris-iris melihat sikap putriku kepadaku… Akupun pergi ke kamarku dan tidur. Aku tidak merasa dan tidak terjaga kecuali saat aku mendengar lantunan ayat kursi dan surat Al-Fatihah yang dibaca oleh putriku dengan suaranya yang merdu dan lembut…aku merasakan ketentaraman…aku merasakan kekuatan…aku merasakan semangat yang lebih banyak. Sudah sering kali aku memintanya untuk membacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas kepadaku jika aku tidak bisa tidur karena rasa sakit yang parah…akupun memanggilnya untuk membacakan al-Qur’an untukku.

Sebulan kemudian –setelah menggunakan obat-obatan kimia- akupun kembali periksa di rumah sakit. Para dokter mengabarkan kepadaku bahwa saat ini aku sudah tidak membutuhkan lagi obat-obatan kimia tersebut, dan kondisiku telah semakin membaik. Akupun menangis karena saking gembiranya mendengar hal ini. Dan dokter marah kepadaku karena aku telah mencukur rambutku dan ia mengingatkan aku bahwasanya aku harus kuat dan beriman kepada Allah serta yakin bahwasanya kesembuhan ada di tangan Allah.

Lalu aku kembali ke rumah dengan sangat gembira…dengan perasaan sangat penuh pengharapan…putriku Mayaa’ tertawa karena kebahagiaan dan kegembiraanku. Ia berkata kepadaku di mobil, “Mama…dokter itu tidak ngerti apa-apa, Robku yang mengetahui segala-galanya”. Aku berkata, “Maksudmu?”. Ia berkata, “Aku mendengar papa berbicara dengan sahabatnya di HP, papa berkata padanya bahwasanya keuntungan toko bulan ini seluruhnya ia berikan kepada yayasan sosial panti asuhan agar Allah menyembuhkan uminya Mayaa”. Akupun menangis mendengar tuturannya…karena keuntungan toko tidak kurang dari 200 ribu real (sekitar 500 juta rupiah), dan terkadang lebih dari itu.

Sekarang kondisiku –Alhamdulillah- terus membaik, pertama karena karunia Allah, kemudian karena kuatnya Mayaa putriku yang telah membantuku dalam perjuangan melawan penyakit kanker yang sangat buruk ini. Ia telah mengingatkan aku kepada Allah dan bahwasanya kesembuhan di tangan-Nya…sebagaimana aku tidak lupa dengan jasa suamiku yang mulia yang telah bersedekah secara diam-diam tanpa mengabariku yang merupakan sebab berkurangnya rasa sakit yang aku rasakan.

Aku berdoa kepada Allah agar menyegerakan kesembuhanku dan juga bagi setiap lelaki atau wanita yang terkena penyakit kanker. Sungguh kami menghadapi rasa sakit yang pedih yang merusak tubuh kami dan juga jiwa kami…akan tetapi rahmat Allah dan karuniaNya lebih besar dan lebih luas sebelum dan susudahnya”

SUMBER :http://seribusatukisahislami.blogspot.com/2013/10/kisah-seorang-putri-sholihah-yang.html

Featuring WPMU Bloglist Widget by YD WordPress Developer