Resep Membuat Gulai Kambing

 

resep gulai kambing

Bahan Membuat Gulai Kambing :
1/4 kg daging kambing
1/2 liter santan
1 batang daun bawang yang sudah diiris
1 batang serai yang sudah dimemarkan terlebih dahulu
1 lembar daun salam
3 sendok makan minyak untuk menumis
1 lembar daun kunyit

Bumbu yang akan dihaluskan :
1 cm jahe1/2 sendok teh ketumbar
1/4 biji pala, parut
2 cm kayu manis
5 butir kemiri, sangrai
1/4 sendok teh jinten
25 gram cabai merah keriting
1 1/2 cm kunyit
2 cm lengkuas
4 butir bawang merah
5 siung bawang putih
1/2 sendok makan garam
50 ml air

Jika semua bahan – bahan gulai kambing diatas sudah komplit, maka saatnya kita menuju ke proses pembuatan gulai kambing istimewa.

Cara Membuat Gulai Kambing :
1. Hal yang harus anda lakukan pertama adalah memotong daging kambing sesuai dengan selera anda.
2. Setelah itu haluskan semua bahan bumbu yang dihaluskan dengan menggunakan sebuah mesih blender/mesin penghalus bumbu.

3. Panaskan wajan anda, kemudian tuangkan sedikit minyak ke dalamnya dan masukkan bumbu yang dihaluskan tadi.
4. Tambahkan juga beberapa serai, daun salam dan daun kunyit ke dalamnya dan tumis sampai berbau harum.

5. Masukkan daging kambing yang sudah anda potong-potong tadi. Aduk sampai merata, dan biarkan sekitar 10 sampai 15 menit.

6. Tuangkan santan dan aduk-aduk sampai merata.
7. Masak sampai santang mendidih dan jangan lupa untuk mengaduknya terus agar santan tidak pecah.
8. Masukkan irisan daun bawangnya, aduk sampai merata dan matang.
9. Tuangkan gulai kambing ke dalam mangkuk saji dan anda bisa menambahkan sedikit bawang goreng.
10. Sajikan gulai kambing selagi masih panas.

Sumber: http://cararesepmakanan.blogspot.com/2013/09/resep-membuat-gulai-kambing.html

Cara Membuat Kue Cubit

resep kue cubit enak

 

Bahan-bahan kue cubit :
– 150 gram gula pasir
– 3/4 baking powder
– 4 butir telur ayam
– 300 gram tepung terigu merk apa saja
– 50 gram margarin yang sudah cair
– 1/4 vanili
– 50 gram coklat meses
– 100 ml air

Cara membuat kue cubit :
1. Kocok telur dan gula sampai kental
2. Masukan ayakan tepung terigu dan baking powder, aduk sampai rata.
3. Panaskan cetakan kue cubit dengan mentega, kemudian tuangkan adonan dlm cetakan.
4. Taburkan meses setelah kue terasa sudah matang
5. Tutup cetakan, diamkan sampai matang kemudian angkat.
6. Selesai

Sajikan saat masih hangat untuk mendapatkan rasa yang enak dan lezat. Menyajikan makanan kue cubit saat hangat juga dapat memberikan keharuman rasa yang akan tercium oleh hidung kita. karena jika sudah dingin, bau harum dari kue cubit ini sudah tidak seharum pada saat kue masih panas.

Sumber:http://cararesepmakanan.blogspot.com/2014/03/cara-membuat-kue-cubit-yang-enak.html

puisi pendidikan

Andai Aku Rajin Belajar
Rusdi Ngarpan Suryapati

Andai aku rajin belajar….
Aku akan jadi orang pintar
Begitu kata orang-orang terpelajar
Aku akan jadi guru bermutu
Itu kata orang-orang di sekelilingku
Aku akan jadi pengarang lagu merdu
Kata ibuku yang selalu menyanyi untukku

Andai aku rajin belajar….
Aku tidak akan jadi orang bodoh
Tak tahu apa itu benar atau salah
Tak mengerti serius atau hanya seloroh
Aku tidak akan jadi pemungut sampah
Tak dimaki orang dengan sumpah serapah
Tak dihina anak-anak karena lusuh
Dikira maling barang rongsokan, sedih

Andai aku rajin belajar….
Aku akan jadi penulis tenar
Tak seperti air masuk mulut lalu keluar
Aku akan jadi pohon jati kekar
Tak seperti pohon pisang
Sekali berarti setelah itu mati
Tak berguna sama sekali bagai mimpi

Andai aku rajin belajar….
Aku tak akan tinggal kelas
Aku tak akan bodoh terus-menerus
Aku tak akan kena marah dari guru
Aku tak akan dapat nilai merah
Entah apa lagi yang kudapat

Andai aku rajin belajar….
Aku akan jadi siswa pintar
Aku kaan jadi mahasiswa terpelajar
Aku akan jadi pemimpin negara besar
Aku akan jadi pemersatu negeri, bersinar

Sayang, aku hanya berandai-andai
Sementara aku tetap malas belajar
Tak mau buka buku agar pintar
Tak mau membuka mata demi cita
Orang pun terlanjaur percaya

Aku hanya orang-orang bodoh
Tak tahu apa itu belajar
Tak tahu apa itu pintar
Tak mengerti apa itu terpelajar
Aku sudah tak tahu apa itu….
Belajar
Andai dulu aku rajin belajar

sumber : http://www.karyapuisi.com/2012/10/puisi-pendidikan-anak-andai-aku-rajin.html

Cara Berjilbab yang Benar Menurut Al-Quran dan As-Sunnah

Cara Berhijab (Berjilbab) yang Benar Menurut Al Qur’an dan As Sunnah

Assalamu’alaikum saudariku dalam Islam …

(00:18) Saya ingin mencoba menjadikan video ini sedetail mungkin insya Alloh, terutama bagi saudari-saudariku yang berjilbab dengan cara yang keliru sehingga menimbulkan kebingungan bagi saudari-saudari kita yang lain.

(00:27) Hijab (Jilbab) bukan sekedar selembar kain yang ditutupkan di atas kepala. Hijab bukan semata-mata penutup rambut seperti dianggap oleh banyak saudari dalam Islam. Pemahaman tentang hijab yang demikian adalah SALAH.

(00:36) Jenis “Hijab” (Jilbab) yang dipakai oleh kebanyakan saudari kita dalam Islam BERTENTANGAN dengan apa yang diperintahkan oleh Alloh dan utusan-Nya Shalallahu ‘alaihi wa Sallam kepada muslimah!

(00:44) Berikut ini adalah praktik haram yang telah berkembang luas saat ini di antara para muslimah…

(00:48) Jadi saudariku, jika kalian merasa telah menjalankan salah satu dari daftar haram dalam berjilbab berikut, segeralah mengubahnya, dan takutlah kalian terhadap Alloh!

1. ADA SEBAGIAN RAMBUT YANG TIDAK TERTUTUP

2. TELINGA ATAU SEBAGIAN TELINGA TERLIHAT

3. GIWANG TERSEMBUL DARI BALIK KAIN KERUDUNG

4. LEHER TIDAK TERTUTUP SELURUHNYA

5. DADA TIDAK TERTUTUP SAMA SEKALI ATAU HANYA TERTUTUP SEBAGIAN OLEH KAIN KERUDUNG

6. KAIN KERUDUNG DAN/ATAU PAKAIAN TIPIS SEHINGGA TEMBUS PANDANG

7. MENGENAKAN MAKE-UP

8. MENCABUTI BULU ALIS

9. MENGENAKAN WEWANGIAN (PARFUM)

10. MEMPERLIHATKAN PERHIASANNYA DARI BALIK HIJAB (MIS. KALUNG)

11. MEMPERLIHATKAN KAKINYA

12. MENGENAKAN PAKAIAN ALA BARAT ATAU PAKAIAN WANITA KAFIR DENGAN MENGENAKAN KERUDUNG

13. MENGENAKAN CELANA PANJANG / CELANA KETAT SEHINGGA MEMBENTUK LEKUK-LEKUK TUBUH

14. PAKAIANNYA TIDAK SELARAS DENGAN KESEDERHANAAN JILBAB/ABAYA

15. MENYASAK TINGGI ATAU MENYANGGUL RAMBUTNYA DI BALIK KAIN KERUDUNG SEHINGGA MENYERUPAI “PUNUK UNTA” ATAU IA MELETAKKAN SESUATU DI BALIK KAIN KERUDUNGNYA YANG MENYERUPAI “PUNUK UNTA”

16. ABAYA/GAMIS YANG DIKENAKAN TERLALU BANYAK HIASAN (PITA, PAYET, DAN BERBAGAI HIASAN LAINNYA)

17. WARNA HIJABNYA TERLALU CERAH SEHINGGA MENARIK PERHATIAN LAWAN JENIS

18. LENGAN DAN/ATAU PERGELANGAN TANGANNYA TERLIHAT

19. MENGENAKAN ALAS KAKI HAK TINGGI ATAU ALAS KAKI YANG MENIMBULKAN SUARA

20. BERJALAN DENGAN CARA YANG DIBUAT-BUAT AGAR MENARIK

(02:31) Jika kalian mempraktikkan salah satu dari poin-poin yang disebutkan, segera hentikan karena adalah kewajiban bagi kalian untuk menghentikannya, karena sekarang kalian sudah tahu bahwa apa yang kalian lakukan adalah salah!

(02:39) ….dan jika kalian tidak melakukan salah satu dari poin itu, maka Alhamdulillah!!

(02:44) Tapi harap diingat saudariku, adalah kewajiban bagi kita untuk membantu dan menyarankan untuk kebaikan satu sama lain ketika seseorang melakukan kesalahan yang dilarang dalam agama kita.

(02:52) Semoga Alloh melindungi kita dan memelihara kita di jalan yang lurus. AminYa Mujibas Saliem!!

Sumber dariUmmu JauzadanUmmu Jundi Abdullah
[az-zahra jundullah]

sumber : http://shoutussalam.com/2012/05/cara-berjilbab-yang-benar-menurut-alquran-dan-assunnah/

Doa Doa Saat Berwudhu dan Tata Cara Wudhu Lengkap

Doa Doa Saat Berwudhu dan Tata Cara Wudhu Lengkap

-Doa Doa Saat Berwudhu dan Tata Cara Wudhu Lengkap-

Doa Sebelum Wudhu

Allaahummagh firlii dzanbii wawasi’ lii fiidaari wabarik lii fii riqii.
Artinya:
“Ya Allah,ampunilah dosaku,lapangkanlah rumahku dan berkahilah riqziku”

Doa membasuh dua telapak tangan saat berwudhu :

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحيمِ

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي جَعَلَ اْلمَاءَ طَهُوْرًا

Bismillahirrahmanirrahim
Allhamdulillahi ladzii ja’alal maa’a thohuuraa.

Artinya: Dengan nama Allah yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang. Segala Puji bagi Allah yang menjadikan air itu suci.

Doa ketika berkumur saat berwudhu :

اَللَّهُمَّ اَسْـقِـنِى مِنْ حَوْضِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَأْسًا لاَ أَظْمَأُ بَعْدَهاَ أَبَدًا

Allaahumma asqinii min haudi Nabiyyika Muhammadin shallallaahu ’alaihi wasallama ka’san azhma’u ba’dahu abadan.

Artinya: Ya Allah, curahkan segelas air dari telaga Nabimu Muhammad SAW yang tidak akan kehausan setelah itu selama-lamanya.

Doa membersihkan hidung (istinsyaq dan beristintsar) saat berwudhu :

اَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنِى رَائِحَةَ جَـنَّتِكَ

Allaahumma arrihni raa-ihatal jannati

Artinya: Ya Allah, janganlah Engkau haramkan aku mencium harumnya surgaMu.

Niat Berwudhu saat membasuh muka

Nawaitul wudhuu-a liraf’il hadatsil asghari fardhan lillaahi ta’la
Artinya:

”Saya berniat wudhu’untuk membersihkan dari hadas kecil sebagai kewajiban karena Allah Yang Maha Tinggi”

Doa ketika membasuh muka setelah niat berwudhu :

اَللَّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِى يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوْهٌ

Artinya: Ya Allah! beri cahaya di wajahku pada hari bercahaya.

Doa mencuci tangan kanan saat berwudhu :

اَللَّهُمَّ اَعْطِنِى كِتاَبِى بِيَمِيْنِى وَحَاسِبْنِى حِسَاباً يَسِيْرًا

Allaahumma a’yinii kitaabii biyaminii waahaasibnii hisaabaan yasiiraa.

Artinya: Ya Allah! berikanlah kepadaku kitabku dari sebelah kanan dan hitunglah amalanku dengan perhitungan yang mudah.

Doa mencuci tangan kiri saat berwudhu :

اَللَّهُمَّ لاَ تُعْطِنِى كِتاَبِى مِنْ يَساَرِىْ وَ لاَ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِىْ

Allaahumma laatu’thinil kitaabiii bi syimaalii wa laa min waraa-i dhahri

Artinya: Ya Allah! aku berlindung denganMu dari menerima kitab amalanku dari sebelah kiri atau dari sebelah belakang.

Doa membasahi kepala saat berwudhu :

اَللَّهُمَّ حَرِّمْ شَعْرِيْ وَبَشَرِيْ مِنَ النَّارِ وَاَظِلَّنِي تَحْتَ عَرْشِكَ يَوْمَ لاَ ظِلَّ اِلاَّ ظِلُّكَ

Allaahumma harrim sya’rii ’alan naari wazhillanii tahta ’arsika yauma laazhilla illaa zhilluka.

Artinya: Ya Allah, haramkan rambutku dan kulitku dari neraka dan lindungilah aku dari ArsyMu pada hari tidak ada perlindungan kecuali perlindunganMu.

Doa membasuh dua telinga saat berwudhu :

اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ اْلقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ

Artinya: Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mendengarkan kata dan mengikuti sesuatu yang terbaik.

Doa membasuh dua telapak kaki saat berwudhu :

اَللَّهُمَّ ثَبِّتْ قَدَمَّي عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ تَزِلُّ فِيْهِ اْلاَقْدَامُ

Artinya: Ya Allah, mantapkan kedua kakiku di atas titian (shirothol mustaqim) pada hari dimana banyak kaki-kaki yang tergelincir.

Doa setelah berwudhu :

Asysy hadu an laa illaaha illallaah wah dahulaa syarikalah waasyhadu anna muhammadan ’abduhuu wa rarasuuluhuallaahum maj ’alnii minat tawaabiina waj’alnii minal mutathahhitiina waj:alnii min ’ibaadikash shaalihiin.

Artinya:
”Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Satu-satu-Nya,tiada sekutu bagi-Nya Dan Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya.Yaa Allah,jadikanlah saya termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang suci dan jadikanlah saya termasuk orang-orang yang shalih.”

Video di bawah bisa merepresentasikan tata cara berWudhu yang lengkap :

Berikut Detail Cara Berwudhu Lengkap:

1].Berniat wudhu (dalam hati) untuk menghilangkan hadats.

2].Mengucapkan basmalah (bacaan bismillah Wajib).

3].Membasuh dua telapak tangan sebanyak 3 kali.

4].Mengambil air dengan tangan kanan kemudian memasukkannya ke dalam mulut dan hidung untuk berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air dalam hidung). Kemudian beristintsar (mengeluarkan air dari hidung) dengan tangan kiri sebanyak 3 kali.

5].Membasuh seluruh wajah dan menyela-nyelai jenggot sebanyak 3 kali.

6].Membasuh tangan kanan hingga siku bersamaan dengan menyela-nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan yang kiri.

7].Menyapu seluruh kepala dengan cara mengusap dari depan ditarik ke belakang, lalu ditarik lagi ke depan, dilakukan sebanyak 1 kali. Dilanjutkan menyapu bagian luar dan dalam telinga sebanyak 1 kali.

8].Membasuh kaki kanan hingga mata kaki bersamaan dengan menyela-nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan kaki kiri.

Semoga bermanfaat!
sumber : http://kumpulandoa-2j.blogspot.com/2013/04/doa-doa-saat-berwudhu-dan-tata-cara.html

Lewat Tasbih

Kamar itu terlalu pengap untuk Reina melepas lelah hatinya, mungkin esok bisa ia nikmati kesejukkan pagi yang menentramkan hatinya nanti.
“Allah sangat mencintaiku daripada dirimu.” Itulah kutipan terakhir yang Reina tulis dinote laptopnya..
Hari ini dia mendapatkan status terbaru dari kekasihnya yang tadi siang baru saja meninggalkannya untuk alasan yang sangat tak masuk akal bagi Reina.Tapi Reina tak ingin terlalu memperdulikan masalah itu, karena sebelumnya ia tahu kekasihnya memang tak baik.
“Hhooaamm, ngantuk ah.. Good bye boy, I don’t care with you .” sambil menutup lapotop kesayangannya Reina pun mulai memejamkan matanya.
Mungkin kekasihnya akan menyesal karena telah meninggalkan perempuan yang sangat sangat berbeda .
Gadis berjilbab, cantik, sholeh dengan segala keindahan dan kelembutannya yang hanya laki-laki tertentu yang mampu melihat keindahnnya.Pagi pun membangunkan Reina dengan kesejukan yang berlinang dihatinya..
“Astagfirullahalazim telat bangun gue!” Reina bergegas mandi dan merapikan segala sesuatunya segera berangkat ke kampusnya..

Dia tancap sepeda motornya dengan kecepatan yang lumayan tinggi, tapi sayangnya sepeda motornya tidak mendukung bannya tertusuk paku, Reina pun terpaksa berhenti.
“Masya Allah, ada apa ? Udah telat banget ini.” Reina panik sambil melihat jam tangan yang terus saja bergulir menunjukkan jam 7 lewat.
Reina merasa bingung hingga akhirnya ia putuskan untuk tidak kekampus dan ia terduduk ditrotoar sambil menikmati udara pagi yang masih sejuk dan mencoba menghubungi ayahnya yang sudah 15 menit tidak mendapat jawaban dari seberang sana. Reina tidak mungkin berangkat jika sepeda motornya ditinggal dipinggir jalan tanpa banyak kendaraan yang lalu lalang.
Jalanan ini memang tidak terlalu banyak dilewati kendaraan, hanya beberapa kendaraan dari komplek perumahan ini saja yang lewat .Reina membuka botol minum yang ia bawa, tenggorokannya mencekitnya dengan dahaga.
“Assalamualaikum..” Suara berat dan lembut itu menyapa Reina dari belakang, Reina terkejut sampai membuat minuman ditangannya tumpah ke jilbabnya.
“Aduh maaf maaf dik, kalau mengejutkan” Laki-laki itu pun jadi salah tingkah begitupun Reina, Reina langsung bergegas dari duduknya dan langsung berdiri refleks.
“Waalaikumsalam, gapapa kok ka.” Belum sempat ia menyelesaikan omongannya ia sudah terpana oleh laki-laki yang terlihat sangat alim, dewasa, lembut, dan tampan.
“Subhanallah.” Gumam Reina, dan ia langsung tersadar setelah tangan laki-laki itu melambai dihadapan mukanya “Astagfirullahalazim, maaf maaf ka. Ada apa ya ka?” Reina langsung mengalihkan pandangannya sambil membenarkan jilbabnya.
“Ada yang bisa saya bantu ngga? Abis kayanya lagi kebingungan nih.” Laki-laki itu mencari apa yang membuat perempuan ini terlihat bingung, dan akhirnya ia menemukan sebabnya.
“Ooh bannya bocor, disitu ada tukang tambal ban tuh, jalan sebentar mau ?” Reina hanya mengangguk, dan mengikuti lelaki ini dari belakang, hingga sampailah mereka di tempat tambal ban.Disana Reina hanya duduk terdiam sambil sesekali melirik jam tangan miliknya, lelaki itu pun juga berada disebelahnya lalu lelaki itu berdiri dan pamit pergi kepada Reina.
“Eh kamu mau kemana ?” Tanya Reina dengan sigap.
“Saya ada kelas , saya harus ke kampus. Maaf tidak bisa menemani. Assalamualaikum.” Tanpa sempat Reina mengucapkan terima kasih laki-laki itu sudah membalikkan badan dan setengah berlari meninggalkan Reina. “Waalaikumsalam” Ucap Reina dalam selirih suaranya.
Entah mengapa setelah laki-laki itu meninggalkannya, jantung Reina berdetak tidak karuan gelisah langsung melanda dirinya, dia menemukan tasbih yang terjatuh didekat kakinya Reina langsung meraih benda itu dan digenggam kuat-kuat oleh Reina, percuma saja ia memanggil lelaki itu keburu menghilang dari pandangan.
Disalah satu sisi dari biji tasbih itu terukir inisial ‘MR’, ia pun kembali kerumah otaknya selalu mencoba mengingat wajah laki-laki sholeh yang menggetarkan jiwa tersebut.

Dikamar ia bercermin dan tetap saja otaknya mencari memori yang tadi pagi terjadi.
“Ya Allah, mengapa aku? Tidak boleh aku membayangkan seseorang yang bukan muhrimku.”
Reina meletakkan tasbih itu diatas meja rias ia juga melepas jilbabnya dan merebahkan diri, karena terlalu lelah berjalan bersama laki-laki melembutkan jiwa tadi.
****

2 Tahun kemudian semenjak kejadian dipagi hari yang lalu.
Seperti biasa Reina menjalankan hari-harinya, namun beberapa minggu ini ia sangat sibuk mempersiapkan acara baksos dan tafakur alam yang diadakan kampusnya untuk beberapa minggu nanti.
“Na, bengong aja sih ah ayolah bantu-bantu deadline nih. Nanti ka Raihan mau dateng.” Khaira menyadarkan sahabatnya dari lamunan yang menghanyutkan Reina.
“Ka Raihan siapa?”
“Itu kakak mentor dari UI. Makanya ayo jangan ngeliatin tasbih aja,tasbih tuh dibuat zikir bukan diliatin aja.”

Reina tiba-tiba saja teringat pemilik tasbih berinisial ‘MR’ itu ia mencoba untuk mengingat wajah itu tapi otaknya menyamarkan wajahnya sehingga ia mengabaikannya, tasbih itu selalu menemaninya selama 2 tahun belakangan ini, ia selalu berzikir dengan tasbih itu .
“Ah bawel banget sih best friend gua ini hehe, yaudah dilanjutin lagi nih.” Khaira hanya menggeleng-gelengkan kepala, dan Reina sibuk dengan aktifitasnya melupakan sejenak tentang pemilik tasbih itu.
Sore ini, ada seminar islami dikampus Reina.

Reina menjadi panitia dalam acara ini, ia sangat sibuk hari ini.
“Reina, nanti yang nyambut ka Raihan kamu aja yah.” Dosen Reina menyuruh Reina yang baru saja melepas lelahnya .
“Saya pak ? memang tidak ada yang lain ?”
“Panitia humas sedang menjemput penceramah lainnya, Cuma kamu yang bapak liat tidak sedang sibuk. Bisa yah?” Reina pun hanya mampu menganggukan kepala dan menghabiskan minumnya yang baru setengah ia tenggak tadi, handphone-nya berdering ..
“Rei, ka Raihan udah mau nyampe di depan masjid kampus tuh, cepet kesana yah.” Khaira langsung menutup telponnya.
“Kebiasaan banget sih, nelpon ga ngucap salam nutup juga ga pake salam.” Reina menghela nafas dengan membetulkan jilbabnya yang hampir berantakan dan memulai langkahnya untuk menuju tempat yang Khaira bilang tadi.

Entah apa yang Reina pikirkan, ia berjalan dengan perasaan yang sangat tidak karuan jantungnya berdebar-debar langkahnya langsung sedikit dipercepat.
“Masya Allah, kenapa jantung aku jadi dag dig dug gini kaya mau nyambut presiden aja sih ih.” Reina berbicara sendiri dengan hatinya.

Sesampainya didepan masjid, ia menunggu rombongan dari UI yang mau datang itu..
“ Loh mana katanya mau nyampe, udah 5 menit gue disini. Jangan-jangan Khaira salah ngasih informasi lagi.” Reina langsung mengambil handphone-nya namun sebelum ia menekan tombol call….
“Assalamualaikum, dik Reina yah ?” Reina langsung terkejut.
“Waalaikumsalam, ya ampun kakak ngangetin aja. Ka Raihan yah?”
“Iya maaf yah nganggetin, udah lama nunggunya ? maaf tadi kami ada sedikit masalah sama mobilnya.”
“Iya gapapa kok ka, yasudah kakak dan yang lainnya sudah ditunggu di aula kampus, mari saya antar.” Reina memperhatikan lelaki ini ia merasa tidak asing dengan lelaki yang ada dihadapannya.
“Saya ngga asing sama wajah kakak deh, apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Tanya Reina penasaran, dan laki-laki itu pun ternyata juga merasakan hal yang sama dengan Reina.

Namun Raihan hanya terdiam sambil mengingat-ingat apakah ia pernah bertemu dengan Reina.
“Aahh udahlah mungkin banyak yang mukanya kayak kakak hehe.” Reina mengalihkan pandangannya lalu Reina dan rombongan Raihan langsung menuju ke aula untuk diadakan mentoring dan seminar itu.

Setelah setengah jam berlalu di acara seminar tersebut, Reina memperhatikan Raihan yang sedari tadi berbicara depan umum dengan kelembutan suara yang menggema se-aula tersebut.
“Subhanallah, laki-laki itu ga cuma tampan, tapi imannya juga insya Allah kuat. Calon imam idaman bangeett.” Mata Reina langsung berdelik ke arah Khaira yang sedang setengah kehilangan sadar memperhatikan laki-laki yang disambut oleh Reina itu
“Masya Allah, Irraa.. tidak boleh kamu membayangkan laki-laki yang belom mahram.” Reina menepuk pundak Khaira.
“Astagfirullahalazim, khilaf aku Na. Hehe, abis mempesona banget si ka Raihan, nyesel aku kenapa bukan aku yang menyambutnya tadi.”
“Husshh, istigfar ah kamu..”
Khaira hanya tersenyum kecil dan memeluk sahabatnya itu.

Setelah satu jam, acara itu pun selesai bertepatan dengan azan maghrib..
“Reina Khaira, bapak boleh minta tolong lagi?” Suara pak Abdul mengejutkan Reina dan Khaira yang baru saja selesai sholat dan keluar dari Musholla.
“Masya Allah si bapak bikin kaget aja, iya ada apa pak?” Tanya Reina sambil merapihkan jilbabnya yang membuat dirinya semakin cantik.
“Tolong antarkan oleh-oleh ini kepada Raihan yah, dia ada di aula bapak tidak sempat bertemu karna bapak harus cepat pulang, tolong yah kamu antarkan.”
“ Oh baik pak, tenang dan beres.” Khaira mengacungkan jempolnya dan menarik tangan Reina untuk segera ke aula.
“ Tunggu-tunggu. Tolong sampaikan permintaan maaf dan salam bapak yah kepada nak Raihan.”
“ Siap pak, kami pergi dulu yah pak. Assalamualaikum.” Setelah itu mereka pun langsung menuju aula.

Di ruang tunggu disitu hanya ada Raihan dan kedua temannya..
“Assalamualaikum..” Sapa Reina saat membuka pintu aula.
“Waalaikumsallam.” Jawab Raihan dan kedua temannya.
“Boleh kami masuk?” Khaira langsung memasang tampang charmingnya.
“Ya silahkan, ada apa yah?” Tanya Fahri.
“Maaf menganggu, kami ingin mengantarkan titipan dari pak Abdul untuk kakak-kakak.” Khaira menyodorkan kotak yang lumayan berat itu kepada Fahri namun langsung diambil alih oleh Raihan.
“Sini biar saya saja yang membantu.” Tanya Fahri yang hampir meluluhkan Khaira itu.
“ Kata pak Abdul maaf tidak bisa bertemu dengan kakak karna beliau ada keperluan mendadak dan beliau menitip salam, semoga kakak-kakak tidak bosan berkunjung ke kempus kami.” Jelas Reina panjang lebar.
“ Oh iya tidak apa-apa. Salam balik juga ke pak Abdul.” Raihan pun tersenyum, dan seketika Reina pun tidak asing dengan senyuman itu tapi ia tidak terlalu menghiraukan itu.
“Baiklah, kami pamit pergi dulu. Assalamualaikum..” Reina dan Khaira pun membalik badan.
“Waalaikumsallam.” Baru beberapa Reina dan Khaira melangkah, Raihan melihat sebuah tasbih yang terjatuh dari tas Reina, dan tasbih itu tidak asing baginya, dia sigap meraih tasbih yang terjatuh itu.
“Dik Reina.” Raihan memanggil, dan Reina membalikkan badan jilbabnya setengah melayang karna tertiup angin, wajahnya sangat berseri-seri karena sering terkena air wudhu.

Jantung Raihan seketika berdegup kencang melihat begitu indahnya perempuan sholehah berada di hadapannya. “Subhanallah, betapa indahnya perempuan ini. Apakah ia jodohku?” Raihan berbicara lirih, mungkin hanya dirinya dan Allah swt yang mendengarnya.
“Iya ada apa yah ka?” Reina pun menghampiri Raihan yang teraku sejenak.
“ Ini tasbih kamu jatuh.” Raihan gugup, dan mengulurkan tasbih itu kepada Reina.
“Masya Allah, iya makasih yah kakak.” Tatapan Raihan semakin membuat Reina bingung, Raihan meneliti tasbih yang dipegang Reina tersbut.
“Ada apa ka? Ada yang aneh sama tasbih ini?”
“Coba kamu lihat bagian biji yang paling pertama ada ukiran inisial MR ngga?”
“ Iya ka ada, kenapa?” Tanya Reina yang semakin membuat jantungnya berdetak cepat kini.
“ Subhanallah, berarti benar itu milik saya yang pernah hilang 2 tahun lalu.” Reina tercengang, dan mencoba mengingat kejadian 2 tahun lalu sejak tasbih itu ia dapatkan dari laki-laki yang menolongnya itu.
“Ooohh berarti kakak yang menolong aku yah pas ban motor aku bocor?” Sekarang giliran Raihan yang mengingat-ingat.

Setelah ingat Raihan pun tertawa kecil yang membuat Reina pun tersenyum.
“Pantes aku ngga asing ngeliat kakak, ternyata memang kita pernah ketemu. Memang MR itu apa ka?”
“Itu inisial nama saya Muhammad Raihan.”
Disisi lain Khaira dan Fahmi hanya tercengang melihat mereka yang tiba-tiba saja akrab, mereka berdua pun jadi ikut tertawa.
Pertemuan yang tidak sengaja itu ternyata mengakrabkan mereka.

6 bulan kemudian, Reina diwisuda dengan gelar sarjana ekonominya.
Setelah Reina keluar dari aula, ia setengah berlalri kecil untuk berjumpa dengan orang tuanya tiba-tiba pundak Reina merasa sakit karena telah bertabrakan dengan seseorang yang juga sedang berlari.
“Reina.” Suara itu membuat Reina mengurungkan niat untuk mengeluarkan amarahnya, Reina langsung menaikkan mukanya.
“Ya Allah, kak Raihan? Kok bisa disini ?” Reina dan Raihan terlihat semeringah dan merona kedua pipi insan ciptaan Allah wa ajalla ini.
“Iya adik kakak juga lagi diwisuda, wah selamat yah udah jadi sarjana.”
“Iya makasih ka.” Tiba-tiba suasana menjadi hening seketika mereka saling salah tingkah, dan akhirnya Raihan mengutarakan isi hatinya.
“Rei, boleh aku berbicara suatu hal yang sedikit pribadi?”
“Iya ka ada apa?”
“Heemm, bolehkah aku mengenalmu lebih dekat dan insya Allah bisa menjadi imammu nanti jika kau izinkan?” Perasaan Reina menjadi tidak karuan rasa bahagia yang hari ini ia dapatkan tertumpuk dihati dan pikirannya membuat bibirnya kelu dan kaku.
Dan sekarang yang ia bisa lakukan hanya menganggukan kepala dan tersenyum kepada laki-laki idaman yang kini ada dihadapannya…

Sumber: http://www.lokerseni.web.id/2012/05/cerpen-islam-lewat-tasbih.html

 

Senyuman Air Mata

Aku menerawang jauh menembus rintik-rintik hujan dari bilik
aku telah melebur manjadi satu. Di sana tiada ego yang menjauhkan, hanya ada tali suci jendela kamarku. Ada rasa rindu bercampur rasa perih bergumpal-gumpal di dada. Aku kembali duduk di atas tempat tidur. Ku alihkan pandanganku ke sebuah foto.
….
Kapan cinta berbunga di dalam bulir air mata?
Cinta berbunga dalam bulir air mata, akan berbunga apabila antara kamu dan yang mengikat. Cinta yang terbungkus dalam keimanan, mengungguli kekuatan akal dan logika. Itulah fitrah cintaku padamu. Impianku hidup bersamamu!
….
“Inilah kata-kata yang ingin aku sampaikan padamu. Namun, aku sudah terlambat, lebih tepatnya aku tak mungkin menyampaikannya,” desahku sembari memandangi foto seseorang. Seseorang yang menjadi cinta pertamaku. Seseorang yang sudah 3 tahun terakhir ini mengisi kesendirian hidupku. Seseorang itu bernama Fitrah Dinda.

12 Agustus 2008…
“Mas Fadli!” panggil seseorang.
“Iya, ada apa?” sapaku dengan bertanya.
“Mas yang jadi ketua Forum Remaja Muslim ‘kan? Ehm… aku mau daftar jadi anggota, bisa nggak?” tanya cewek itu.
“Ya bisalah… kamu tinggal datang ke acara FRM Jumat besok, Nggak dipungut biaya ko! Nama anti siapa?” tanyaku.
“Nama ana… Fitrah!” jawabnya.
“Nama yang cantik seperti orangnya! Astaghfirullah.. pikiran apa ini!” batinku.
“Ya sudah mas, Fitrah duluan… Assalamu’alaikum…,” ucap Fitrah.
“Wa’alaikumsalam…,”jawabku.
Di taman kampus inilah…awal perkenalanku dengannya.
♥♥13 September 2008…
“Hari ini.. aku nggak bertemu mas Fadli! Mas Fadli kemana, mbak?” tanya Fitrah seusai kegiatan FRM.
“Fadli… lagi di kelas. Dia sakit!” jawab Mira.
“Mas Fadli sakit?! Ya Allah… Fitrah duluan ya, mbak!” seru Fitrah yang langsung lari entah kemana. Mira hanya bisa terpaku melihat sikap Fitrah yang seperti itu.

Di kelas…
Ruangan ini terasa sunyi senyap, hanya aku yang duduk dengan mata terpejam di dalamnya. Aku mencoba merasakan rasa sakitku.
“Mas Fadli nggak apa-apa?!” seru seseorang yang langsung menyentuh keningku.
“Astaghfirullahaladzim..!” seruku terbangun. Ku dapati Fitrah dengan kerut kekhawatiran.
“Mas sakit apa? Sudah makan? Sudah minum obat? Apa yang mas rasakan sekarang?” tanya Fitrah memburuku.
“Cuma pusing, nggak perlu khawatir!” jawabku.
“Adik belikan teh hangat, ya?” lanjut Fitrah.
“Nggak perlu..,” bantahku.
“Nggak! Adik mau belikan teh hangat dulu!” bantah balik Fitrah.
Tanpa aku sadari… dari peristiwa inilah aku mulai menyayanginya lebih dari adik.
♥♥

4 Oktober 2008..
Hari ini ada baksos untuk anak yatim piatu. Kebetulan sekali salah satu relawannya adalah Fitrah. Kini… aku sedang memperhatikan dia dari kejauhan, tampaknya dia sudah kelelahan.
“Assalamu’alaikum… Fitrah capek? Sudah makan? Wajah kamu pucat? Kamu sakit?” tanyaku. Guratan kecemasan di wajahku mungkin sudah dilihat olehnya.
“Adik cuma sakit maag! Bentar lagi juga sembuh kalau di buat aktifitas!” bantah Fitrah. Aku ragu akan hal itu, apalagi dengan wajahnya yang memucat. Tanpa pikir panjang, aku menarik pergelangan tangannya untuk istirahat dari tepi jalan.
“Astaghfirullahaladzim…maaf, mas sudah berani menggenggam jemari adik!” seruku tersadar.
“Nggak apa-apa kok, mas!” seru balik Fitrah.
“Ya Allah… apa yang terjadi dengan degupan jantungku? Kenapa debarannya berbeda, saat mas Fadli menggenggam jemariku?” tanya Fitrah dalam hati.

26 Oktober 2008…
Cinta itu seperti cahaya yang mengalir manis di sela-sela hati. Sebenarnya.. apa yang telah aku rasakan untuk Fitrah? Apa kau memang mencintainya atau sekedar rasa sayang kepada seorang adik?
“Fitrah bicara dengan siapa?” tanya batinku setelah aku mendapati Fitrah dengan seorang cowok berdiri di depan mushola kampus.
“Cowok itu! Sepertinya aku kenal. Kenapa terlihat akrab sekali?” tanyaku sekali lagi.
Ada rasa sakit dan kecewa yang tiba-tiba hinggap di hatiku. Mungkinkah ini yang dinamakan cemburu?
♥♥

17 November 2008….
Kali ini… aku sudah memastikan perasaanku untuknya. Aku mencintainya. Apakah aku harus menyatakannya? Aku takut kalau dia tak memiliki perasaan yang sama, tapi mungkin saja perasaan kita sama? Sepertinya ada kebimbangan untuk menjawab pertanyaan ini!
“Nggak perlu bimbang! Dia juga suka sama kamu!” seru Mira.
“Kamu bisa baca pikiran aku?” tanyaku. Mira hanya tersenyum.
“Fitrah juga mencintaimu! Aku tahu ketika Fitrah langsung lari saat dia tahu kamu sakit. Mungkin dia belum menyadarinya, tapi matanya sudah berbicara,” jelas Mira.
“Alhamdulillah…,” desahku.

23 November 2008…
Hari ini.. aku menyatakan perasaanku. Sedikit gugup! Ya.. itu pasti! Tapi… daripada aku pendam dan jadi penyakit, lebih baik aku menyatakannya.
“Mas mau ngomong apa?’ tanya Fitrah membuyarkan pikiranku.
“Bismillaahir Rohmaanir Rohiim… Ana behibek!” seruku. Aku bisa menebak jawabannya pasti TIDAK! Terlihat dari ekspresi Fitrah yang terkejut dan sedikit kerut di alisnya..
“Ehm… haah… Bismillaahir Rohmaanir Rohiim… Ana behibak!” jawab Fitrah.
Ya Allah… akhirnya rasa sesak di dada ini sudah terobati. Alhamdulillah… Selang beberapa bulan, aku memperkenalkan Fitrah ke keluargaku, terutama ibu. Ibuku menyetujui hubungan ini. Kuliahku lancar dan pertengahan tahun 2009 ini.. aku sudah wisuda.
♥♥

Di tahun 2010… aku mendapatkan berkah yang luar biasa. Aku bisa satu tempat kerja dengan Fitrah. Kita sama-sama mengajar di Pesantren Darus Salam. Di tahun ini pulalah.. aku beritikad untuk menjadikan Fitrah sebagai mukhrimku.
“Adik sayang mas!” ucap Fitrah berseri-seri.
“Mas juga sayang adik! Adik kelihatannya bahagia. Memang ada apa?” lanjutku.
“Karena hubungan kita lancar sampai sekarang, mas!” seru Fitrah. Aku juga tersenyum bahagia. Rencananya tepat tanggal 1 Mei, aku akan melamarnya. Namun, akhir-akhir ini kau sering ketakutan. Aku takut kehilangan Fitrah.

1 Mei 2010…
Aku tidak tahu, apa yang ingin Fitrah sampaikan?! Tapi, kedengarannya itu sangat penting. Aku melihat dia bermuram durja duduk sendiri di taman. Hatiku semakin tak karuan. Sebenarnya ada apa?
“Abi dan umi berencana menjodohkan Fitrah, mas!”seru Fitrah.
“Fitrah dijodohkan dengan seorang ustadz lulusan dari Yaman. Namanya ustadz Abid!” lanjut Fitrah.
“Fitrah sudah memperjuangkan hubungan kita, tapi abi tetap pada pendiriannya. Fitrah sekarang harus bagaimana sekarang?” tanya Fitrah yang mulai menangis.
“Ya Allah…,” desahku.
“Fitrah seakan-akan jatuh dalam dua cinta, tak bisa menolak juga tak mau kehilangan!” lanjut Fitrah.

Aku tahu apa yang dia maksud! Fitrah tak mungkin mengecewakan abi dan uminya. Begitu juga denganku, kalau aku diposisi Fitrah. Aku juga tak mungkin mengecewakan orang tuaku. Di satu sisi, Fitrah juga tak ingin melepaskanku.
“Astaghfirullah… Bismillaahir Rohmaanir Rohiim. Turuti permintaan orang tuamu, dik! Insya allah..pilihan orang tuamu akan lebih baik dari aku.

Insya allah… dialah jodoh yang disiapkan oleh Allah SWT untuk adik dan dialah yang sepadan untuk adik! Adik pasti akan bahagia dengannya!” jelasku meski hati ini perih untuk mengatakannya.
“Mas nggak mau memperjuangkan hubungan kita?!” seru Fitrah sedikit emosi.
“Bukannya aku nggak mau, tapi aku nggak bisa menjadikanmu sebagai anak durhaka!” jawabku.
Aku tahu Fitrah kecewa mendengar pernyataan dariku. Aku juga terluka,Fitrah…. Tidak akan ada orang yang mau merelakan kekasih hatinya untuk orang lain.
♥♥

19 Juni 2010…
Aku melihat diriku memang tak berguna untuk Fitrah di depan cermin.
“Ijab kabulnya pukul 09.00! Sekarang sudah 08.30, 30 menit lagi kekasihku pergi! Sebaiknya aku berangkat sekarang,” gumamku.
• Benar dugaanku, rumah Fitrah sudah penuh dengan orang. Sekilas.. aku melihat calonnya, dia memang tampan dan terlihat cerdas tak sebanding dengan diriku. Di satu sisi…

Di balik cadar, Fitrah diam-diam menitihkan air mata.
“Bagaiman bisa seperti ini? Aku menikah dengan seseorang yang tak ku cintai!” ucap Fitrah lirih.
“Melihat raut umi yang bahagia, aku tak tega untuk mengecewakannya!” lanjut Fitrah. Tepat pukul 09.00…
“Saya terima nikah dan kawinnya Fitrah Dinda binti Muhammad Usman dengan maskawin tersebut di bayar tunai,” ucap Abid.
“Ya Allah…,”desahku menunduk dengan meneteskan air mata.

Setelah itu…
Aku menghampiri mereka. Raut wajahku yang terluka sudah terlihat oleh Fitrah. Aku tersenyum manis sebisaku, walau sedikit memaksa.
“Mas Abid, Fitrah boleh bicara sama mas Fadli sebentar?” tanya Fitrah.
“Dia teman adik, ya! Berarti teman mas juga, dong!? Ya..boleh!” jawab Abid. Di taman..
“Ini yang mas inginkan, bukan?’ tanya Fitrah. Aku hanya bisa diam.
“Ini yang terbaik buat adik!” seruku tersenyum walau menitihkan air mata.
“Astaghfirullahaldzim… maafkan mas, dik! Mas telah menjadi pecundang dalam cinta kita. Sampai sekarang, tak ada yang mampu menggantikan posisi adik di hati mas,” desahku dengan mendekap fotonya.

Sumber: http://www.lokerseni.web.id/2012/06/cerpen-islam-romantis-senyuman-air-mata.html

Indahnya Bersedekah

Saskia adalah gadis berumur 7thn, namun dia adalah gadis yang kurang beruntung. Orang tua mereka bermatapencaharian sebagai pekerja serabutan yang tidak mempunyai penghasilan yang tetap. Saskia duduk dibangku kelas I SD, dia anak yang baik, rajin, pintar, dan patuh serta selalu bersemangat untuk menuntut ilmu. Sepulang sekolah dia selalu mencari pekerjaan untuk membantu orang tuanya membayar biaya sekolah.
“Bu aku berangkat sekola dulu ya” suara mungilnya menghampiri ibunya yang sedang mengumpulkan cucian tetangga sembari tangan mungilnya itu mencium tangan ibunya.
“Iya, hati-hati ya Kia, belajarlah yang benar ya nak” jawab ibunya sembari mengelus kepala anaknya itu.
“Iya, pasti ibu !” ujar Saskia penuh dengan semangat.
Kaki kecilnya itu berjalan menyelusuri sawah yang becek dan sungai yang sedang surut airnya, sungguh besar perjuangan gadis kecil itu untuk menuju sekolahnya itu.
SDN Maju Jaya, adalah sekolah yang belum terjamah oleh pemerintah, sekolah itu sangatlah tidak layak pakai dan saat musim hujanpun sekolah terpaksa untuk diliburkan.
Di kelas Saskia adalah siswi yang sangat aktif dan cerdas, dia mendapatkan peringkat pertama di kelas semester pertama.
“Saskia, ikut ibu dulu nak ke kantor” ucap Bu Hidayah.
“Iya bu” jawab Saskia.
Tiba di ruang kantor guru, saskia duduk dikursi usang itu.
“Nak… ini surat untuk ibu mu, besok ibu mu menghadap ibu ya” ujar Bu Hidayah pelan.
“Memangnya ada apa bu?” tanya Saskia polos.
“Kamu belum bayar SPP 5bln Nak” jawab Bu Hidayah.
“Oh soal itu, baiklah bu, terimakasih” jawab Saskia sembari beranjak pergi dari ruangan itu.Waktu pulang sekolah pun tiba. Saskia segera menuju kamar mandi dan berganti pakaian untuk mencari pekerjaan hari ini. Lalu perlahan Saskia menuju pasar yang sudah biasa ia datangi.
“Kasihan ibu dan ayah, aku harus membantu mereka” ucapnya dalam hati.
Kali ini Saskia bekerja membantu ibu-ibu yang membawa belanjaan banyak.
“Ibu boleh saya bantu bawaannya?” tawar Saskia.
“Iya boleh nak”
Hari itu lumayan Saskia mendapatkan uang 25rb dan ia segera pulang karena waktu yang sudah sangat sore. Diperjalanan dia bertemu dengan pengemis tua, dan dia merasa sangat kasihan pada pengemis itu.
“Nenek kelihatannya lemas sekali, nenek sakit?” tanya Saskia pada pengemis itu.
“Saya belum makan 2 hari ini nak, saya hanya minum air putih saja, itupun hanya dua kali” jawab pengemis itu lemas.
“Kalau begitu ini untuk nenek, lumayan untuk nenek makan dan beli minum” sembari menyerahkan uang 25rb yang tadi dia dapatkan dari hasil kerjanya.
“Terimakasih nak, kau memang gadis kecil yang berhati mulia, semoga tuhan selalu memberikan kecukupan untuk mu” ucap pengemis itu merasa terharu dengan sikap gadis mungil itu.
“Iya sama-sama nek, kalau begitu aku pulang dulu ya nek, nenek segeralah membeli makan dan minum agar nenek selalu sehat” ucap Saskia dan beranjak meninggalkan emperan toko itu lalu ia pulang.
“Iya hati-hati nak”
“Iya nek” sembari tesenyum manis melihat nenek itu tersenyum untuknya.

Setibanya Saskia di rumah.
“Assalamualaikum…” dengan suara yang lucu itu ia membuka pintu.
“Walaikumsalam, kamu dari mana saja Kia ?” tanya ibunya.
“Tadi aku bekerja membantu ibu-ibu di pasar membawakan belanjaannya bu” jelas Saskia dengan wajah yang polos.
“Ya ampun nak, kamu ga usah bekerja lagi ya nak, tugas mu hanyalah belajar sekarang, biar ibu dan ayah yang mencari uang untuk biaya sekolah mu nak” respon ibu Saskia sembari meneteskan air mata karena ia kagum dengan anaknya yang mau ikut bekerja demi kelangsungan sekolahnya.
“Ibu ga usah nangis, Kia ga apa-apa ko” tangan kecilnya itu mengusap air mata sang ibunda.
“Maafkan ibu dan ayah ya Kia? Kami belum bisa membahagiakan mu seperti anak-anak yang lainnya, sekarang kamu mandi lalu makan ya nak” sembari mencium pipi gembilnya itu.
“Aku tidak apa-apa ibu, tapi maaf juga ya ibu, hari ini aku ga bawa uang, uangnya aku kasih untuk nenek tua yang belum makan tadi” ucap polosnya Kia memeluk ibundanya.
“Kamu memang anak ibu yang sangat cantik dan baik, itu adalah hal yang mulia, kamu ga perlu minta maaf sama ibu” jawabnya bangga pada anaknya.
“Hem ini surat untuk ibu dari bu guru, dan katanya besok ibu ke sekolah ku untuk menemui Bu Hidayah guru ku” sembari mengeluarkan surat dari tas yang sudah robek kecil dibagian kanan dan kirinya itu.
“Baik, besok ibu akan ke sekolah mu nak”

Keesokan harinya Saskia berangkat sekolah ditemani ibundanya. Diperjalanan Saskia memberikan uang recehnya kepada para pengemis yang ia jumpai.
“Kamu memang peri kecil ibu nak” ucap ibunya dalam hati sembari tersenyum bangga.
Sesampainya mereka disekolah, Saskia langsung mengantarkan ibunya ke ruang guru untuk menemui Bu Hidayah.
“Assalamualaikum bu..” ucap ibu Saskia.
“Walaikumsalam, silahkan duduk ibu..” jawab bu Hidayah.
“Sebenarnya ada apa ya ibu menyuruh saya datang kemari?”
“Mengenai bayaran SPP, Kia belum membayarnya 5bln” jelas bu Hidayah.
“Oh masalah itu ya bu, baik bu saya akan segara melunasinya, namun saya butuh waktu satu minggu ini ya bu” jawab ibu Saskia.
“Oke, baiklah kalau begitu ibu”

Lalu ibu Saskia pun pulang, ia berfikir bagaimana caranya agar ia bisa membayarnya dalam jangka waktu yang seminggu ini. Berjalan perlahan dan dia menubruk Ibu muda dan kaya raya yang mengenakan pakain berwarna biru langit dan jilbabnya yang menutupi auratnya.
“Ma, ma, maaf bu, saya tidak sengaja” ucap ibu Saskia gugup.
“Ya tidak apa-apa bu, ibu mengapa melamun dikeramaian seperti ini?” tanya ibu Riyana pelan.
“Tidak, saya hanya memikirkan anak saya saja bu”
“Memang anak ibu kenapa, sakit?”
“Tidak bu, saya perlu biaya untuk sekolah anak saya”
“kalau begitu ibu mau tidak menjadi pembantu di rumah saya, kebetulan saya sedang memerlukan pembantu bu, saya akan beri upah Rp 1.000.000,00 -,bulan? Bagaimana bu?” tawar ibu Riyana pada ibu Saskia itu.
“I, i..iya saya mau bu, tapi saya butuh uang itu minggu ini bu?” dengan wajah yang mulai berseri dan meredup kembali.
“Kamu tidak perlu khawatir untuk biaya anak kamu biar saya yang tanggung”
“Benar begitu bu?” rasa tak percaya menatap wajah bu Riyana.
“Iya benar ibu” dengan tersenyum manis dan penuh rasa percaya bahwa ibu Saskia adalah seorang ibu yang jujur dan bertanggung jawab.
“Terimakasih ya bu, terimakasih banyak bu !” jawab ibu Saskia bahagia.
“Kalau begitu sekarang ibu ke rumah saya dan kalau bisa ibu mulai bekerja hari ini” jelas bu Riyana.
“Iya bu saya mau !” dengan nada yang penuh semangat.

Dan akhirnya Saskia dapat bersekolah dengan nyaman dan menikmati masa kecilnya dengan wajar.
“Ini berkat anak ku juga, dia selalu bersedekah kepada sesama dan kini Allah memberikan balasan yang lebih dari yang anak ku keluarkan, keikhlasan adalah hal yang terpenting dalam bersedekah, Allah tidak pernah tidur dan Dia slalu mendengarkan curahan hati hambanya, terimakasih ya Allah atas segala karunia-Mu, kini ku rasakan betapa Indahnya Bersedekah J”

Sumber:http://www.lokerseni.web.id/2012/09/cerpen-pendidikan-islam-indahnya.html

Cinta dalam Diam

Namaku Putri, aku biasa dipanggil Puput. Aku masuk salah satu universitas islam di Bandung. Walau basic ku dari SMA. Hehehe. Hari pertama masuk kuliah, di kelas ku melihat sosok pria yg misterius. Dia tampan, sangat pendiam, putih, tinggi dan cukup menarik perhatianku juga rasa penasaranku. Hari demi hari ku lalui, rasa keingintahuanku tentangnya pun terjawab. Pria itu bernama Hilman, dia pintar dan aktif dikelas, aku kira dia orang yang pendiam, tapi ternyata tidak juga. Lama kelamaan lincahnya terlihat, dia bawel, gokil pula, dan yang paling aku terkaget itu dia seorang pemain biola. Hmmm… waw.

Dengan berjalannya waktu kitapun saling mengenal satu sama lain, yang awalnya aku dan Hilman sangat kaku sampe kemudian kami menjadi teman dekat, bahkan lebih dekat dari sahabat. Aku selalu menceritakan semua kejadian yang menimpaku, dari cerita susah, senang, sedih, dan sebagainya begitu pula dengannya. Dia pria yang sangat baik dan mengerti aku. Dia tempat curhat yang asik, tempat sharing pelajaran yang menyenangkan. Dan pria yang penuh dengan kharisma, sehingga banyak perempuan lain yang kagum padanya.
Cinta Dalam Diam
Aku seperti buntut baginya, kemanapun dia pergi, aku selalu mengikutinya. Dari mulai dia futsal, main dengan teman temanya dan mereka juga temanku, sampai satu organisasi pun bersama. Dia yang selalu ada saat aku membutuhkan bantuan. Dari mulai meminta bantuan menyelesaikan tugasku, mengantarku pulang, sampai menemaniku jalan jalan. Seakan akan dia itu ambulan yang pada saat aku keluar dari pintu gawat darurat, dia selalu ada. Banyak orang yang menyangka kita pacaran. Oh… itu tidak mungkin. Hahahah
Sampai suatu hari, entah apa yang terjadi padaku? Ketika aku melihatnya bermain biola di taman kampus, hatiku berdegup kencang, tanganku berkeringat, lidahku kelu, bahkan kakiku sampai gemetar, tak mampu ku melangkahkan kaki untuk berpaling darinya. Ku tutup mataku agar aku mendapat ketenangan. Tapi saat ku terpejam…..
“Put, lagi apa berdiri disini?” serentak aku terkaget mendengar suaranya.
“Panas tau. Sini temenin aku latihan biola!” hilman mengagetkanku, kemudian kubuka mataku.

“eh… heheheh Hilman. Lagi diem aja, nyari tukang dagang nih laper.” Sanggahanku
“hahaha put… put… sejak kapan ada tukang dagang keliling masuk kampus? Ngaco nih kamu, saking laparnya ya? Kamu mah lapar mulu deh perasaan. Yuk, aku traktir makan. Hari ini aku jadi pemadam kelaparan kamu. Hahaha” ledeknya padaku
“eh… iya. Lupa. Hehehe asik…. makan…..” jawabku

Aku berusaha bersikap seperti biasa dihadapannya, entah sampai kapan aku harus berpura-pura dan berperang dengan hatiku sendiri. Oh… rasanya sangat tersiksa. Aku perempuan yang memang agak sedikit tomboy, aku yang cuek akan keadaan sekitarku, aku yang kadang memalukan diriku sendiri dengan tidak sadar, dan aku yang selalu bersikap paling heboh dan gokil diantara teman temanku termasuk juga hilman.Tapi sesaat kemudian, aku menjadi sosok yang pendiam, jaga image, salah tingkah, dan lain lain jika berhadapan dengannya. Oh…. itu sangat menyebalkan ketika secara tidak sadar aku menjadi orang lain yang amat sangat jauh berbeda dari kepribadianku jika ada dia dihadapanku. Somebody help me

Apa ini yang dinamakan cinta? Apa ini yang dinamakan kasih sayang? Apa ini….??? ssstttt…. sudah cukup sampai disitu pertanyaanku. Rasanya perutku lapar jika aku selalu berpikiran hal itu. Oh… tidak….. Aku mencoba berpositive thinking akan keadaanku ini. Ya, agar semuanya berjalan seperti biasanya. Hari demi hari ku lalui seperti biasanya, tugas kuliah yang menumpuk, pekerjaan rumah seperti pembantu rumah tangga, menjadi pembisnis coklat online, dan tentunya have fun dengan sahabatku Hilman walau aku harus merasakan perang batin jika harus berhadapan dengannya.
Suatu hari, saat kami sedang kerja kelompok salah satu teman perempuanku mendekati Hilman. Dia bertanya ini itu, ini itu, sampai bosan aku melihatnya bulak balik dihadapan Hilman. Geram rasanya melihat dia, ingin sekali aku menyingkirkannya. Rasa kesal melandaku saat itu, seperti masuk kedalam lubang yang berisi kantung pasir tinju yang siap ku hantam satu persatu. Aduh, perasaan ini timbul kembali. Aku benci.

Malam hari ku menulis puisi untuknya….

CINTA DALAM DIAM
Kumencintaimu dalam diam
Karena diamku tersimpan kekuatan harapan
Dan cintaku hingga saat ini masih terjaga
Mungkin Allah akan membuat harapan ini menjadi nyata
Ku ingin cintaku dapat berkata
Dikehidupan yang nyata
Namun jika tak memiliki kesempatan berkata
Biar semua in i tetap diam jika kau bukan untukku
Aku yakin Allah akan menghapus cintaku
Dengan berjalannya waktu
Dan memberi rasa yang lebih indah untukku
Yang menjadi jalan takdirku
Biar cinta dalam diamku ini
Menjadi memori tersendiri
Dan relung hatiku menjadi tempat rahasia
Kau dan perasaan cintaku ini

Puisi ini mewakili semua perasaanku padanya. Aku hanya dapat berkata melalui tinta, dapat berbicara melalui irama, dan dapat bercerita melalui karya. Satu satunya yang membuatku seperti orang bisu yaitu perasaanku ini. Aku tidak ingin terobsesi memilikinya, karena itu akan membuatnya pergi dariku. Cinta dalam diam yang memang tepat untukku. Dia tidak tahu akan perasaanku, sikapnya yang menunjukkanku bahwa dia hanya menganggapku sahabat.
Itu tidak masalah untukku, karena berada didekatnya sudah lebih dari cukup, melihat tawanya, mendengar suaranya, dan merasakan kehadirannya sudah membuatku bahagia. Aku mencintainya dalam diam, karena aku tak mau merusak semua ini.

Pada suatu hari di kampus, Hilman memintaku untuk menemaninya pergi ke suatu tempat. Ternyata ada sesuatu yang ingin dia beli, kita pergi ke pasar bunga dan membeli 1 rangkaian bunga mawar yang akan dia berikan untuk hari ulang tahu ibunya. Setelah dia mendapatkannya, dia petik satu bunga mawar merah untukku.
“ini buat kamu put.” Sambil memberikan bunga mawar merah itu
“lah? Buat aku? Untuk apa?” tanyaku terheran heran
“tanda terimakasih, karena udah temenin kesini” jawab hilman
“oh… ya, makasih” ku tersipu malu

Sungguh hari yang amat sangat luar biasa untukku.hahahaha aku mendapatkan satu bungan mawar dari seorang Hilman? Rasanya seperti melayang ke udara dersama awan awan putih selembut salju yang menjadi bantalanku, dan turun kembali ke bumi dengan pelang indah warna warni yang menjadi perosotanku. ihihihihi WAW… its amazing  ya walau ku tau itu tak ada arti apa apa untuknya. Tapi untukku? Itu sangat berarti. Kusimpan bunga mawar itu diatas meja belajarku, disamping fotoku dan Hilman. Rasanya itu sangat serasi. Meja belajarku adalah tempat baru yang menyenangka ke 2 setelah tempat tempat menyenangkan yang ku lalaui dengan Hilman. Karena meja belajarku adalah saksi bisu dari semua pengakuan atas perasaanku. Setiap hari kutuliskan diary atas namanya, tak pernah ku bosan menulis nama Hilman dalam diary ku walau berjuta kali banyaknya. Dan fotoku dengan Hilman yang bersender bunga mawar merah menjadi pemandangan yang menyejukkan hati. Hehehe 

Tutup pintu hatimu untukku
Jika semua yang ku lakukan
Karena ingin memilikimu
Buka pintu kebencianmu
Jika semua yang ku lakukan
Hanya ingin mempermainkanmu

Aku masih bingung, apa yang harus ku lakukan? Sungguh ini sangat menyiksa batinku. Ketika pada suatu sore, setelah pulang kampu kami pulang bersama. Seperti biasa, jalur taman kota yang kami lewati. Karena suasana sore hari di taman kota sangat menyenangka. Ku berfikir disitu tempat yang tepat untuk mengutarakan perasaanku. Walau ku cegah adanya pertanyaan padanya seperti: apa pendampat Hilman tentangku? Bagaimana perasaan Hilman ke aku? Apa Hilman mau menjalin hubungan denganku? Tidak ingin ku lontarkan pertanyaan itu. Kami tertawa sepanjang perjalanan, dan dia memang bakat menjadi pelawak. Hahaha. Saat kami sedang berjalan santai di taman, tiba tiba…..
“aaaaa……..” ku menjerit saat hilman mendorongku ke pinggir jalan.
Ternyata sebuah motor hampir menabrakku, dan Hilman melindungiku. Tapi saat ku lihat dia, ternyata motor itu menabrak Hilman. Betapa shocknya aku melihat dia tergeletak tak berdaya dijalan, dengan mata yang terpejam, dan tak sadarkan diri. Aku yang terjatuh dijalan kemudian bergegas lari menghampirinya, tak peduli betapa sakitnya kakiku terbentur batu. Dengan jalan yang terpincang pincang, ku kuatkan diri menghampiri Hilman.
“Hilman…. Hilman…..” teriakku padanya, sambil menolongnya.
Ingin ku berkata sesuatu, tapi lidahku terlalu kelu. Seakan hanya namanya yang dapat ku panggil dengan jelas dan lancarnya. Ya, hanya namanya saja.  air mataku meleleh membentuk anak sungai di pipiku. Ini adalah peristiwa yang sangat membuatku terpukul.
“Ya Alloh, tolong aku. Jangan kau ambil dia pergi dari sisiku dan sampai kau ambil dia ke sisimu. Apa yang harus ku lakukan tanpanya? Aku akan merasa bersalah, dan penyesalan yang amat sangat mendalam karena perasaanku tak dapat berkata dikehidupan nyata.”

Serentak ku panggil ambulan untuk membawanya kerumah sakit. Dia yang jadi ambulanku saat aku keluar dari pintu gawat darurat, sekarang aku yang memanggil ambulan untuknya? Sungguh menyedihkan. Aku terdiam sepanjang perjalanan menuju kerumah sakit. Entah apa yang harus aku lakukan untuk membantunya bangun kembali?apa canda tawa tadi adalah hal terakhir yang kulakukan dengan Hilman? Apa tadi adalah terakhir kalinya aku mendengar suaranya? Dan melihat nya? Aku mengingat semua kenangan bersama Hilman, kenangan manis yang tak akan bisa terlupakan.

Setiba dirumah sakit, kegelisahanku makin menjadi jadi. Setelah ku hubungi keluarganya. Aku menangis dalam dekapan ibunya, ya kami memang sudah akrab satu sama lain. Bahkan seperti anak dan ibu sendiri. Di luar pintu GAWAT DARURAT ku menunggu dengan kegelisahan, tatapan yang penuh dengan sejuta harapan pada satu orang yang keluar dari pintu itu. Semoga aku dapat menjadi ambulan saat Hilman keluar dari pintu gawat darurat, karena biasanya dia yang melakukan itu. Tapi kali ini, aku yang harus menggantikan tugasnya. Saat ada seseorang keluar…..
“dokter, bagaimana keadaan temanku? Apa dia baik baik saja? Apa dia selamat? Apa dia sehat sehat saja?” tanyaku pada dokter itu
“Maaf, kami tidak dapat menolongnya. Benturan dikepalanya sangat keras, tak ada darah yang keluar, tapi darah itu bergumpal banyak diotaknya.”

Serentak hal itu membuat harapanku menjadi hancur berkeping keping.
“Kami ingin melakukan pembedahan, tapi waktu yang tidak memungkinkan, dia menghembuskan nafas terakhir dan membaca dua kalimat sahadat dan memanggil nama “Put”. Siapa itu?” jelas dokter padaku
“ Put? Namaku Putri dok” sampai tersedu sedu ku berkata.
“ sungguh dia pria yang mengagumkan. Saat keadaannya sekarat, dia masih mengingat Alloh dan kamu”.
Lekas ku berlari menghampiri hilman yang sudah terbaring tak bernyawa. Air mataku semakin deras membasahi pipiku. Aku tak dapat berkata apapun lagi. Langsung keluarganya membawa dia kerumah, dan mengurus jenazahnya. Sungguh, aku tak ingin melihatnya dalam posisi di balut kain putih dan wajah yang pucat. Aku penakut, dan tak ingin melihatnya. Tapi ku kuatkan diri untuk selalu mendampingi disisinya sampai tanah terakhir menutupi kuburnya.

Hanya do’a yang bisa kulantunkan
Keikhlasan yang selalu ku genggam
Kekuatan yang jadi tumpuan
Dan kenangan yang menjadi senyuman

Perubahan kepribadianku serentak berubah, aku menjadi sosok yang pendiam, cuek, dingin, dan menjauh dari apa yang ada hubungannya denganku dan Hilman. Rasanya itu sangat menyiksa. Dan penyesalan terbesarku yaitu karena aku belum sempat mengutarakan persaanku sampai dia menutup mata. Teman temanku berkata padaku, bahwa Hilman sangat mencintaiku. Tapi dia tak mau mengatakannya karena takut merusak persahabat kita, dan yang paling ia tidak mau yaitu menjalin hubungan terlarang yang dapat merusak izzah dan iffahku. Hilman yang selalu hadir dalam mimpiku dan membuatku semakin bersedih.
Teman teman yang silih berganti menghiburku bahkan tak sanggup membuatku tersenyum. Bunga mawar merah dan foto yang terletak dikamarku menjadi tempat pelamunanku mengingat kenangan manis bersamanya. Semakin lama, semakin layu. Tapi tak ku buang, bunga itu ku simpan baik baik.

Ku jalani hari dengan kesendirian
Tanpa seorang sahabat yang mengisi ruang dan waktu
Rasanya ku ternanam menahan luka yang dalam
Hampir saja ku mati rasa padamu
Dan hilangkan relung hatiku

“ketika kau mencintai seseorang, katakan padanya. Tak usah takut akan apapun resikonya. Tapi ingat, janganlah kamu memberinya pertanyaan apapun. Itu akan membuatmu gelisah. Cukup dengan kau jujur atas perasaanmu, itu sudah sangat mengurangi beban hatimu.”

Satu tahun kemudian, tetap tak ada perubahan padaku. Aku belum kembali seperti dulu, tak ada aku yang ceria, tak ada aku yang bawel, tak ada aku yang gila. Seakan semuanya terkubur bersama kenangan manis disisinya. Pada pagi hari, 14 februari 2013 saat pergi kuliah aku melihat sosok pria yang sedang memegang biola. Aku terkaget saat sosok Hilman yang ada dihadapanku. Tapi kulihat kembali dengan kesadaranku, ternyata bukan. Aku melewat dihadapannya dengan sedikit tersenyum, diapun membalas senyumanku. Pria itu membuatku penasaran. Pada sore hari saat pulang kuliah, hal yang memalukan terjadi. Pada saat itu aku sedang asik sms-an dengan temanku. Tiba tiba saat ku berjalan….
“ awas…..” teriak seorang pria di hadapanku
Sejenak ku terdiam dan melihat kedepan. Hampir saja aku terjatuh pada kubangan air. Hahaha  itu sangat memalukan. Saat kulihat pria itu, ternyata dia pria yang tadi pagi ku temui.
“hati hati ya jalannya” dengan lembut dia memperingatkanku

Rasanya sangat memalukan, kejadian yang tak kulupakan. Rasa penasaranku padawa makin menjadi. Aku cari tahu tentangnya. Dia bernama Adit, dia adalah kakak tingkatku. Dan ternyata kami satu jurusan. Rasanya aku belum pernah melihatnya. Ya, bagaimana aku tahu, setelah kuliah saja aku pulang kerumah karena tidak ada tempat lagi yang kutuju. Dulu selagi Hilman ada, banyak tempat yang terjelajahi bersamanya. Seakan akan, semua tempat itu menjadi neraka untukku, dan aku tak ingin pergi kesana lagi.

Hari demi hari ku lalaui seperti biasa, sedikit ada perubahan. Aku mulai tersenyum, setelah kejadian memalukan itu. Teman teman sekelasku senang akan adanya perubahanku. Aku selalu memata matai Adit, saat dia di kampus, di kelas, bahkan saat bermain biola. Rasanya sosok hilman masuk kedalam dirinya. Oh…. tidak mungkin, tak ada yang bisa menandingi Hilman dimataku. Tempat favorit Hilman main biola itu di taman kampus, suasana yang sejuk sangat mendukung. Tapi mengapa Adit juga sering berlatih disitu? Apa benar Adit adalah jelmaan dari Hilman? Oh…. sungguh mengherankan.
Makin kesini, aku makin mencari tahu tentangnya. Dari mulai tempat tinggalnya, jadwal kuilahnya, tempat favoritnya, hobinya, sampai makanan kesukaanya. Nah loh? Ko mirip Hilman ya? Tidak mungki itu Hilman, tapi semuanya ada hubungannya dengan hilman. Ku yakinkan bahwa Hilman adalah Hilman, tak ada orang yang menyamainya. Dan Adit adalah Adit, orang yang kebetulan, ya seperti itu adanya. Rasa kagumku pada Adit semakin besar, tapi bukan berarti ku melupakan Hilman. Tidak sama sekali. Karena dia abadi tersimpan disisi lain relung hatiku. Aku yang selalu menguntupi Adit kemana ia pergi. Kejadian yang sama saat dulu bersama Hilman, tapi perbedaannya aku menguntip Adit diam diam. Hehehe
Selalu saja begitu setiap hari. Ku luangkan waktu untuk mengikutinya pergi. Sampai ku berpikir aku akan memberikan satu bunga mawar merah untuknya. Aku tak ingin perasaanku ini menyiksa diriku seorang diri. Mungkin jika ku utarakan padanya, dia bisa sedikit mengerti aku dan mengurang bebanku. Dan akhirnya kuputuskan untuk mengutaraknnya, aku mebawa satu tangkai bunga mawar yang menjadi kekutanku yang mengingatkanku pada Hilman. tapi saat ku berjalan di depan rumahnya, aku melihatnya bersama perempuan lain. Dia mengajak perempuam itu kerumahnya. Apa perempuan itu…..? tak sanggu ku lanjutkan kalimatku. Bunga mawar yang ku genggam, serntak jatuh bersama semua anganku. Hancur lebur, membentuk butiran debu.
“apa ini takdirku? Apa Alloh memang menahan perasaanku hanya untuk Hilman. Dan sengaja membuatku hancur karena Adit.” Ku duduk terdiam memetik kelopak bunga mawar.

Memang benar, cintaku pada Hilman tak memiliki kesempatan untuk berkata. Bukan berarti dia bukan untukku, tapi memang Alloh mencegahku untuk mengatakan dikehidupan yang nyata. Dan mungkin memberi kesempatanku berkata di kehidupan yang abadi, selamanya. Bunuh diri? Hahaha bodoh. Itu adalah kata yang ku benci. Mungkin Alloh merencanakan sesuatau dengan Hilman. Dia yang tak ingin aku menjalin hubungan terlarang (pacaran) dengan lelaki lain, karena dia mencintaiku. Dan hanya ingin bersamaku di ikatan yang halal bagiku.
Biarlah saat ini ku belajar jauh darinya di dunia ini, dia mengajarkanku kesabaran dan keikhlasan. Mungkin dia sedang menguji cintaku, dia sengaja membiarkanku hidup agar rasa rinduku semakin dalam untuknya. Dan suatu saat nanti jika kita bertemu, rindu itu akan lenyap dan berubah menjadi butiran cinta juga kehidupan yang baru.
“ Jangan takut, aku akan mencintaimu seribu tahun, dan akan mencintaimu seribu tahun lebih ”
THE END
Sumber:http://www.lokerseni.web.id/2013/05/cinta-dalam-diam-cerpen-cinta-islami.html

Sebuah Jilbab, Seribu Kebaikan

Zaman sekarang, dikota besar, dikota kecil, desa, kampung dan pedalaman yang sangat jauh, islam sudah dikenal sejak datangnya Nabi Muhammad saw yang membawa cahaya untuk para manusia yang jahiliah. Nabi Muhammad saw mewarisi kita akhlak mulianya,yang dibawa dari waktu kewaktu sampai sekarang. Beliau pun mengajar kita menutup aurat dan menjaga kehormatan masing-masing, menahan nafsu dan sebagainya. Ya, kata-kata itu aku dapat dari guru Pendidikan Agama Islam. Dia masih muda, umurnya masih sekitar dua puluhan. Dia mengajar sebagai guru pengganti sementara, karena guru yang biasa mengajar Pendidikan Agama Islam sedang melaksanan pekerjaannya diluar kota, jadi beliaulah yang menggantikan sementara.

Tapi walau hanya sebentar, walau hanya beberapa bulan. Beliau berhasil menjadikan beberapa anak berubah. Yang tadi sifat dan sikap mereka begitu nakal dan susah dikendalikan, tiba-tiba menjadi anak yang sholeh, patuh dan berubah seratus delapan puluh derajat dari sifat aslinya. Termasuk aku. Beliau merubah pemikiranku tentang islam, membuatku mencintai islam, dan melaksanakan kewajibanku sebagai muslim.
Sebuah Jilbab, Seribu Kebaikan

Ceritanya dimulai dari sejak beliau datang kesekolahku…
“ Assalamualaikum. Selamat pagi anak-anak.” Ucapnya dengan senyuman manis.
Tepat saat panas yang terik, pelajaran terakhir membuat penat semua siswa didalam sekelasku. Apalagi waktu itu pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah pelajaran terakhir. Pelajaran ini membuat aku dan teman sekelasku mengantuk dan ingin cepat pulang, karena guru yang mengajar dikelasku hanya berbicara-bicara yang membuat kami mengantuk. Tapi disiang itu, guru yang biasa mengajar kami digantikan dengan seorang perempuan berpakaian tertutup dengan jilbab yang hampir menutup tubuh bagian atasnya. Wajahnya sangat bersih dan putih, jerawat, noda hitam atau keriput didaerah tertentu tidak nampak sama sekali, dia guru tercantik yang pernah kulihat.

Tak lama setelah memberi salam, beliau menaruh buku mengajarnya dan langsung berdiri memperkenalkan dirinya…
“ Assalamualaikum, anak-anak.” Ucapnya.
“ Walaikumsalam.” Sahut kami dengan serentak.
“ Perkenalkan nama ibu, Khadijah Muslimah. Ibu berasal dari universitas Kairo. Ibu mengajar disini menggantikan Pak Sholih sementara sampai beliau kembali mengajar. Jadi ada yang mau ditanyakan?” jelasnya dan langsung menyuruh kami bertanya.
Kami hanya diam, sepertinya kami agak canggung. Dia melihat kami yang diam seperti batu, dia pun tersenyum…
“ Ya sudah kalau tidak ada yang ditanyakan. Hari ini adalah hari pertama ibu mengajar, jadi pertemuan pertama kita games saja. Bagaimana?” tanya dengan ceria.
Wajahku dan teman-temanku berubah cerah, kami kegirangaan karena hari ini tidak ada materi. Tak lama beliau membagi kelompok sebanyak empat kelompok dan ketuanya adalah yang duduk paling depan. Karena aku duduk paling depan aku menjadi ketua kelompokku. Lalu guru baru dari Kairo ini menyuruh kami berdiri dan menyuruh kami keluar kelas. Setelah keluar kelas Bu Khadijah menjelaskan peraturan permainan kami siang ini. Kami bersorak “Setuju” dan langsung berpencar berdasarkan kelompok kami masing-masing…

Ditaman sekolah…
“ Saya bantu, Pak.” Ucapku sambil mengangkat pot buang yang lumayan berat.
Aku dan kelompokku berpencar mencari banyak senyum, aku bertemu dengan seorang Cleaning Service yang biasanya kulihat menyiram buang-buang ditaman sekolah. Aku pun menolong CS itu menaruh pot buang yang bakal disiramnya nanti…
Setelah itu…
“ Terima kasih, Nak.” Ucap Pak CS itu sambil tersenyum.

Aku berhasil mendapatkan satu senyum. Aku pun langsung pamit diri dan menemui kelompokku. Ternyata setelah aku kesana, kelompokku sedang duduk bersantai dengan Bu Khadijah. Aku pun menghampiri mereka…
“ Kalian kenapa disini?” tanyaku dengan heran.
“ Sudah, istirahat dulu pasti capek mengangkat pot besar untuk mendapat satu senyum.” Ucap Bu Khadijah.
“ Tapi permainan belum selesai.” Sahutku.
Tiba-tiba salah satu anggotaku memotong pembicaraan…
“ Kata Bu Khadijah, setelah permainan ini nggak ada pemenangnya.” Ucap temanku itu.
“ Ha, yang betul. Cuma pemainan bikin capek aja. Percuma saja mendapat banyak senyum dari orang-orang kalau nantinya nggak ada pemenangnya. Bagaimana kalau yang curang? Mereka pasti bilang mereka yang terbanyaklah, inilah, itulah.” Ucapku dengan kesal.

Ibu Khadijah tersenyum menahan tawa…
“ Kamu lucu sekali, ibu masih ingat dulu pertama kali bermain permainan ini. Ibu juga sempat geram dan kesal dengan guru ibu. Dulu ibu dan anggota ibu sudah dapat banyak senyum, sudah menolong banyak orang, tapi ternyata tidak ada pemenangnya. Ibu kira permainan ini hanya membuang waktu dan sia-sia, tapi ibu salah…” jelasnya.
“ Apa ada maksud tertentu dari permainan ini?” tanya seorang temanku.
“ Didalam kitab suci Al-quran Allah berbicara melalui ayat-ayatnya…
Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah, 2:148)
Allah menyuruh kita dalam berbuat baik, malah harus berlomba-lomba melakukan kebaikan. Jadi permainan kita itu bertujuan untuk melatih diri kita untuk lomba-lomba dalam melakukan kebaikan.” Jelasnya dengan panjang lebar.
Kata-kata Bu Khadijah membuat hatiku bergetar, baru kali ini ada yang berceramah membuat hatiku bergetar seperti ini…
Tak terasa kami berbincang-bincang dengan Bu Khadijah, bel pulang sekolah berbunyi. Bu Khadijah bergegas pamit diri, dia pun pergi dengan cepat…
Sepulang sekolah…

Aku berjalan menuju rumahku melawati masjid yang berada didekat rumahku. Aku melihat masjid itu dipenuhi dengan ibu-ibu pengajian, tapi disana ada Bu Khajidah. Aku kaget, begitu cepat meninggalkan kelas hanya untuk pengajian. Bu Khadijah memang perempuan yang hebat. Aku tersenyum dan mendengar ceramah bertema menutup aurat…
“ Allah berkata disurah-Nya Al-Ahzab ayat lima puluh Sembilan
Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “ Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampuan, Maha Penyayang. (QS. Al-Hazab 33:59).” Jelasnya didepan ibu-ibu pengajian itu.
Aku mendengar lagi ceramah Bu Khadijah yang sekali lagi membuat hatiku bergetar…

Sebulan Bu Khadijah mengajar…
“ Katanya Bu Khadijah sakit ya?” tanyaku kepada teman sebangkuku.
“ Iya katanya dia masuk rumah sakit tadi malam.” Ucapnya.
“ Kok, kamu tahu?” tanyaku.
“ Ayahku yang memeriksanya tadi malam.” Ucapnya lagi.
Terpikirlah aku menjenguk Bu Khadijah di rumah sakit…

Sorenya…
“ Selamat sore, Bu.” Ucapku dengan ceria.
Aku pun pergi kerumah sakit menjenguk Bu Khadijah…
“Ibu sakit apa?” tanyaku.
“ Tidak parah. Insya Allah besok lusa ibu sudah bisa mengajar lagi.” Ucap Bu Khadijah.
“ Syukurlah.” Ucapku dengan sambil tersenyum.

Aku dan Bu Khadijah berbincang-bincang lamanya sampai akhirnya azan sholat Maghrib.
“ Ayo sholat.” Ajak Bu Khadijah.
“ Bagaimana ibu sholat berdiri saja tidak bisa.” Ucapku.
“ Ibu bisa sholat sambil berbaring.” Ucapnya.
Aku dan Bu Khadijah sholat berjamaah. Dan aku berdoa untuk kesembuhan Bu Khadijah.

Keesokkan sorenya…
“ Lho, Bu Khadijah mana?” tanyaku didalam kamar yang sudah tidak ada pasiennya.
Lalu seorang suster menghampiriku dan membawa sebuah bingkisan.
“ Adik, yang kemarin ya. Bu Khadijah memberikan ini buat adik.” Ucapnya dengan ramah.

Suster itu langsung keluar kamar itu, dan aku pun membuka bingkisan itu. Ternyata ada sebuah jilbab berwarna putih dan ada juga surat…
“ Jaga dirimu dan tutupi auratmu. Berbahagialah dengan menutup aurat serta berbuatlah kebaikan dimanapun dan kapanpun. Allah selalu ada disisi kamu.”
Membaca surat itu aku menitikkan air mata, entah kenapa aku begini sepertinya hatiku telah dibuka untuk bertaubat dan menutup auratku…
***

Seminggu kemudian…
Hari-hari baru menyapaku, dulu aku dikenal dengan preman sekolah sekarang aku tampak cantik dan feminim memakai jilbab. Semua anak-anak dikelasku kaget ketika keesokkan harinya setelah Bu Khadijah memberikan sebuah jilbab, aku memakainya kesekolah. Dengan memakai jilbab ini aku ingin bertaubat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berbuat kebaikan dimana saja.
Dan setelah hari itu aku tidak pernah bertemu dengan Bu Khajidah, dia pun tidak mengajar atau berada dipengajian, tapi aku tahu Bu Khadijah pasti ada disuatu tempat. Aku sangat berterima kasih kepadanya. Dialah malaikat yang diturun Allah untuk merubah akhlakku menjadi lebih baik lagi.

Sumber: http://www.lokerseni.web.id/2013/07/sebuah-jilbab-seribu-kebaikan-cerpen.html