Indah pada Waktunya

Pagi itu masih berselimut kabut. Di sebuah garasi agen bus lintas jawa, tampak seorang gadis sedang berdiri sendirian, terus memegangi hpnya. Sambil membenahi jilbab hitam dan kemeja berwarna biru lembayungnya, sesekali dia memandangi pintu masuk dan sedikit gelisah.
“ mau kemana, dek?”, seorang pria setengah baya menghampirinya dengan niat ingin membantu.
“ mau ke tempat teman saya, pak. Ini lagi tunggu dijemput “, gadis itu menjawab sambil tersenyum ramah. Dan pria itupun berlalu. Gadis itu kembali memandangi pintu masuk lalu melihat hpnya yang ternyata sudah mati sejak tadi. Karena itulah dia tampak agak gelisah. Namun dia berusaha untuk terlihat tenang. Duh….mudah-mudahan Ercham membaca sms terakhirku tadi..dan sudah menuju kesini….batinnya dalam hati.

Gadis itu bernama Indah. Sangat wajar untuknya merasa sedikit gelisah. Bahkan seharusnya dia jauh lebih gelisah dari itu. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya dia menginjakkan kaki di tempat ini. Tempat yang berjarak ribuan kilometer dari tempat asalnya. Dia berasal dari Sulawesi Tengah. Sementara saat ini, dia sedang berada di daerah Gunungkidul, Jogjakarta. Terlebih lagi, hanya sendirian. Dua hari sebelumnya dia masih berada di Bandung, di rumah kakak sepupunya. Lalu pamit ke Jakarta, dan kemarin terus menuju Jogja dengan menumpangi bus. Dia awalnya berangkat dari Palu menuju Jakarta untuk mengikuti sebuah seminar bisnis di senayan. Tapi terjadi hal di luar rencana. Dia tiba-tiba jatuh sakit setibanya di Jakarta, dan sempat dirawat di rumah sakit. Dengan kondisi lemah, dia tetap mengikuti seminar dan kegiatan lainnya. Tapi saat harus pulang bersama teman-temannya, terpaksa dia menunda kepulangannya. Karena kakak sepupunya memintanya untuk berkunjung ke Bandung terlebih dahulu, sekalian memulihkan kondisinya.
Indah Pada Waktunya
Indah menarik napas panjang, menikmati udara pagi yang begitu sejuk. Membiarkan udara bersih itu perlahan mengisi rongga dadanya. Menggelitik sebuah tanya yang tersimpan jauh di lubuk hatinya. Bahkan tanpa disadarinya. Tidak terbesit sedikitpun pertanyaan mengapa dia bisa begitu nekad sampai di tempat ini, hanya untuk silaturahmi dengan teman kerjanya itu. Ercham adalah rekan kerjanya saat dia masih bekerja di sebuah hotel di kota Palu. Tapi mereka sudah tidak bertemu lagi selama dua tahun ini. Karena Ercham terpaksa harus pulang ke jawa waktu itu. Mereka sama sekali tidak memiliki hubungan yang spesial. Hanya sesekali Ercham mengantarnya pulang, saat kebetulan Indah mengisi shift sore atau malam. Awal berkenalan, Indah memang merasa simpati dengan pembawaan Ercham yang kalem, sopan dan rapi. Seterusnya, mereka hanya bertemu sesekali. Karena Indah hanya bergelut dengan tugas keuangannya setiap hari, di dalam ruangannya. Sementara Ercham sibuk dengan pekerjaannya di bagian kasir depan. Hingga setahun kemudian, Indah harus membuatkan surat pengalaman kerja untuk Ercham saat dia pamit untuk pulang ke jawa bersama sepupunya Bagus.
Tiba-tiba Indah menangkap bayangan orang yang dikenalinya sedang mengendarai sebuah motor bersama satu orang lainnya, memasuki area garasi itu. Alhamdulillah….akhirnya Ercham datang juga. Indah tersenyum lega saat Ercham dan kawannya yang juga ternyata dikenalinya, berhenti tepat didepannya. “ eh, ada Bagus juga….” Indah segera menyalaminya, lalu melihat ke arah Ercham yang hanya diam sambil tersenyum. “ yuk, ….”. Ercham memberi isyarat agar Indah naik ke motor bersamanya. Merekapun berlalu dari tempat itu.
***Bagaimana ini?….apa yang terjadi?…..Indah terus bergelut dengan hatinya. Karena tanpa disadari, dia dan Ercham telah mengungkapkan rasa masing-masing. Sementara….sebenarnya saat ini dia sedang dalam posisi berencana menikah dengan Rama. Ya, Rama adalah seorang ikhwan yang sudah setahun ini mengisi hatinya. Dan mereka sudah memiliki rencana untuk menghalalkan hubungan mereka di atas ikatan pernikahan. Ingatan Indah tiba-tiba membiaskan lagi kejadian saat Rama berpamitan padanya untuk berdakwah selama 4 bulan lagi. Rama adalah seorang jamaah tabligh yang berjuang menebarkan keindahan islam dengan dakwahnya. Indah sangat mendukung perjuangan Rama itu. Namun….saat itu dia sama sekali kecewa. Karena sebelumnya mereka sudah saling berjanji untuk memperteguh hubungan mereka dengan niatan khitbah dari Rama. Indah tidak menyangka kalau Rama malah akan pergi. Yang akhirnya meringankan lisannya untuk berucap, “ maaf Rama….aku akan coba untuk menunggumu, namun….aku tidak bisa berjanji untuk menolak, saat ada seseorang yang mungkin akan hadir di selang waktu kepergianmu, yang punya niatan baik untukku..” Ramapun hanya terdiam.

Bukan tanpa alasan Indah berucap seperti itu. Karena dirinya sedang dalam tahap dimana dia benar-benar mengharapkan segera menikah untuk menghalalkan hubungannya dan memberinya rasa aman sebagai seorang wanita muslimah. Mengharapkan segera menemukan sosok imam bagi hidupnya kelak. Dan untuk itu, sudah beberapa kali dia berikhtiar untuk menemukan orang yang cocok. Namun belum juga bertemu dengan belahan jiwa yang diridhai oleh Allah. Harapan terakhirnya kali ini adalah bisa bersama dengan Rama, yang memang sudah dikenalnya sejak kuliah dulu. Bahkan sudah banyak suka duka yang mereka lalui. Masing-masing orang tuapun sudah sama-sama ridha. Namun Rama belum juga menyampaikan niatnya langsung pada ibu Indah.Tiba-tiba lamunan Indah dibuyarkan oleh suara kak Lika. “ gimana?, udah saatnya check in,dek. Kok melamun?….”
“ ah ya kak. Kalau begitu aku masuk dulu ya. Terima kasih dah mau nganter. Salam buat tante Hasnah. “ Indah memeluk kak Lika dengan hangat, lalu segera memasuki terminal keberangkatan bandara. Sambil menunggu antrian check in, Indah sesekali melihat ke hpnya. Setelah mendapatkan boarding pass, diapun segera memasuki ruang tunggu.

Wajahnya terlihat bingung dan gundah. Apakah ini suatu kesalahan?…ya, tentu saja ini salah. Kok bisa-bisanya aku membiarkan ini semua menjadi seperti ini. Sambil menahan napas, dia memencet tombol di hpnya…..
“ halo, assalamu’alaykum er….”
“ wa’alaykumsalam….gimana?, dah mau berangkat nih?…”
“ er…ada yang mau aku omongin….” Indah mencoba menata lisannya dengan hati-hati. “ Sebenarnya….saat ini aku sedang ada hubungan dengan seseorang. Dan kami sudah berniat untuk menikah. Maaf, kemarin aku tidak sempat cerita. Karena itu….aku tidak bisa nerusin semua ini. Sekali lagi maaf….”
“ gak….pokoknya aku gak mau tahu..”
“ tapi…”
“ itu saja….ok..”

Ya Allah…..malah jadi seperti ini. Bahkan Ercham tetap teguh. Indah menarik napas panjang. Dadanya terasa begitu sesak. Semua rasa berbaur menjadi satu. Tidak bisa dia pungkiri, dia memang teramat simpati pada Ercham. Terlebih, dengan suasana yang begitu akrab dengan keluarga Ercham kemarin. Entah kenapa, rasanya seperti tidak asing sama sekali dengan rumah si mbah, lingkungannya, orang-orang yang menyapanya saat shalat tarawih dan subuh berjamaah di mesjid. Apalagi pada si mbah putri, yang begitu ramah padanya. Ada rasa yang begitu damai dengan semua hal di Gunungkidul kemarin. Walaupun hanya sehari. Ya….hanya sehari….Karena itulah, tanpa sadar air matanya tumpah saat berada di kereta menuju kembali ke Jakarta. Ada rasa haru dan rindu yang teramat dalam, saat harus meninggalkan Ercham dan semua hal yang ditemuinya di Gunungkidul. Rasa itu terus menyelimutinya seharian di Jakarta, hingga akhirnya dia menceritakan itu ke Ercham. Dan, saat itulah perasaan keduanya terungkap begitu saja…..ternyata Ercham sudah menyimpan rasa simpati padanya sejak bertemu di hotel dulu. Pantas saja, Ercham tetap sesekali menghubunginya selama dua tahun belakangan ini. Indah sama sekali tidak menyadari sebelumnya. Hhhh….kembali Indah mencoba membuang rasa sesak itu. Hingga akhirnya sms Ercham yang terakhir masuk, sebelum pesawat take off dari bandara Soekarno Hatta saat itu…
“ selamat jalan sayang…semoga selamat sampai tujuan…”
***

Malam yang dingin menyelimuti kota Palu saat itu. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Dan Indah masih terjaga…..siang tadi, dia sudah tiba dengan selamat di rumah. Ibu , kakak-kakak dan ponakannya menyambut dengan begitu bahagia. Karena sebelumnya mereka sempat khawatir dengan kabar saat dia harus dirawat di rumah sakit Jakarta. Setelah membuka oleh-oleh dari kak Lika dan Ercham, Indahpun mengajak ibunya untuk bicara berdua. Rasanya sudah tidak sabar. Diceritakannya semua yang sudah dialaminya, khususnya pertemuannya dengan Ercham dan keluarga di Gunungkidul. walau sebelumnya, Indah memang sudah pamit untuk silaturrahmi ke tempat Ercham pada ibunya. Tapi banyak hal yang harus disampaikannya. Dan tiba-tiba Indah tertegun saat ibunya tanpa sadar menangis saat melihat foto mbah putri lalu berucap, “ nak….jujur…selama ini, hati ibu memang agak ragu dan berat dengan hubunganmu dan Rama. Tapi ibu mencoba untuk mengikhlaskan semuanya pada Allah….asal kau bisa bahagia. Namun….saat mendengar ceritamu tentang Ercham…..hati ibu terasa begitu ringan dan pintu hati ini seakan terbuka begitu lebar untuknya…ibu juga tidak tahu kenapa. Sekarang….semua kembali kepadamu. Cobalah berpikir dengan tenang dan meminta petunjuk dari Allah…”

Dengan perlahan Indah membasuh kedua tangannya…diambilnya air wudhu dengan khusyuk dan akhirnya menenggelamkan gelisah, tangis dan keragu-raguannya dalam sujud shalat istikharah dan tahajud malam itu….
“ Ya Allah…ya Rabb….berikanlah apa yang terbaik bagiku menurut ilmuMu….teguhkan hatiku padanya….dan hilangkan keraguan pada yang lainnya…amin……
***“ Sesungguhnya laki-laki yang baik itu adalah untuk wanita yang baik pula. Begitupun sebaliknya…..”
Sore itu, wajah Indah terlihat begitu cerah dan tenang…..tak ada lagi rasa ragu dan kalut yang menyelubungi kalbunya. Ya….hatinya sudah menetapkan pilihan…dan dia yakin inilah yang terbaik untuk semuanya.
Tanpa terasa sudah dua bulan berlalu setelah kepulangannya dari Jakarta. Dan hari itu Indah sudah menghubungi adik Rama untuk memintanya ke rumah malam itu. Karena Rama baru saja kembali dari perjalanan dakwahnya beberapa hari yang lalu. Indah segera ingin bertemu. Setelah kurang lebih 4 bulan lamanya menunggu kepulangan Rama, tanpa komunikasi sama sekali. Ibu dan saudara-saudaranya juga sudah mengetahui niatnya untuk bicara dengan Rama. Indah ingin menceritakan semuanya. Sebagai bentuk keterbukaan mereka. Sehingga saat Rama datang, merekapun membiarkan keduanya leluasa mengobrol. Walaupun Indah tahu, kak Ahmad tetap terjaga di kamarnya yang tepat berada di sebelah ruang tamu.

Bismillahirrahmanirrahim…..Indah menata perasaannya dalam hati sebelum memulai bicara pada orang di hadapannya. Orang yang selama lima tahun ini sudah dikenalnya. Awalnya hanya sebagai teman sekampus, hingga akhirnya mereka telah mengikat hati untuk berniat menyatukannya dalam ikatan ridha Allah. Orang yang selama ini sudah begitu banyak membantu dan mendukungnya dalam segala hal. Orang yang selama ini sudah cukup menghabiskan tawa dan air mata bersama. Orang yang sudah menyayanginya dengan tulus. Ya, begitu banyak kebaikan yang sudah diberikan untuknya dari sosok lelaki di hadapannya saat itu. Dan malam ini, biarlah Allah dan malaikat menjadi saksi dari keputusannya. Hasil dari istikharahnya….dari tahajud tahajud penenang hatinya selama ini…
***Alhamdulillah…..segala puji hanya bagi Allah…..atas segala nikmat dan karuniaNya….atas perkenan terhadap doa-doa hambaNya yang memasrahkan diri…..

Siang itu matahari menyinari begitu cerah….namun rasanya begitu sejuk dan syahdu dalam hati Indah. Sudah tepat lima bulan setelah kepulangannya dari Jakarta. Indah sedang duduk sendiri dalam kamarnya yang berhiaskan sutera dan bunga-bunga. Sehelai jilbab putih dan kebaya putih membaluti tubuhnya yang membiaskan kemantapan hati dan rasa syukurnya yang tak terhingga. Terima kasih ya Allah….terima kasih ibu….akhirnya hari ini dirinya akan dipersatukan dengan pasangan hidupnya. Dalam ikatan berkah dan ridha Allah…setelah penantian dan pencarian yang lumayan panjang….semuanya ternyata begitu indah pada waktunya. Skenario Yang Maha Kuasa memang teramat indah….

Indah menunduk khusyu sambil mendengarkan dengan seksama aktifitas yang sedang berlangsung di ruang tamu, tepat di sebelah kamarnya.
“ dengan ini saya terima nikahnya Marindah binti Muhammad Husain dengan maskawin sebentuk cincin emas dibayar tunai…..”…..
Suara orang-orangpun mensyahkan ijab Kabul itu, seiring dengan Indah mengucap hamdalah dan shalawat setelah mendengar suara Ercham tadi….

Sumber: http://www.lokerseni.web.id/2013/07/indah-pada-waktunya-cerpen-islam.html

Kerinduan Membawa Maut

Matahari dengan garang memancarkan sinarnya yang tak terkalahkan memaksa keringatku keluar tanpa harus kuperintah. Mukenah musholla Al-Badr yang tak terlalu tebal segera kutanggalkan usai melaksanakan sholat Duha’. Kuarahkan pandanganku ke luar musholla. Terlihat guru bahasa Inggrisku berjalan melintasi depan musholla.
“Assalamu’alaikum…” segera kusapa guruku yang terkenal humoris itu sebelum beliau berlalu. Lekat terekam dalam otak kecilku tulisan yang terpampang di beberapa dinding madrasah. ‘BUDAYAKAN 3S! Salam, Senyum, Sapa!’
“Wa’alaikumussalam… eh, Bi? What are doing there alone?”1
“Meet my Allah sir”2
“Your Allah?”3
“Hehe, just kidding… our Allah exactly, our best!”4
“Haha… okay-okay! Well… I must teach now”5
“Okay, see you!”6, obrolan singkat namun cukup membuatku melupakan ketidaknyamanan yang sebelumnya kurasakan karena keringatku yang mulai membasahi kerudungku. Kulangkahkan kakiku menuju kelas. Dari jauh sudah terlihat jelas tulisan di atasnya menunjukkan identitasnya, XII SCIENCE-1. Kusunggingkan senyum melihatnya. Tulisan tanganku sendiri yang ditulis dengan terburu-buru beberapa menit sebelum penilaian lomba kebersihan kelas satu bulan lalu. “Kelasku sang juara!” kalimat kagumku terlisankan kembali. Kelasku yang meraih juara pertama dalam lomba kebersihan kelas membuatku dan teman-teman sekelasku bangga. Namun karena gelar juara itulah kami harus lebih serius lagi menjaga kebersihan dan kerapiannya.

Kerinduan Membawa Maut

Pintu kelasku tertutup. “Mungkin guru sudah ada di dalam”, batinku. Kupercepat langkah kakiku. Sesampai di depan pintu, kutekan gagang pintu dengan segera sambil kuucapkan salam. Ah, Alhamdulillah dugaanku tidak tepat. Tidak ada guru di dalam sana. Beberapa bangku juga belum ditempati pemiliknya. “Syukurlah…”
*

All lessons was ended for today. See you next time and have a nice day!!7
Bel yang ditunggu-tunggu beberapa siswa yang sudah bosan di madrasah berbunyi sudah. Jeda beberapa detik saja sudah terlihat para siswa berhamburan keluar kelas. Suara mesin motor di parkiran bawah kelasku membuatku sedikit tergangu. Aku masih membetahkan diri di atas bangkuku memindahkan catatan yang memadat di papan tulis bak segerombolan semut yang berbaris rapi.
“Liqo’ kan ukh?” kupastikan teman satu halaqohku untuk menghadiri liqo’ kali ini yang terlihat tengah mengemas-ngemas isi tasnya.
“Tidak bisa ukh, ‘afwan!”
Kuhelas napas panjang mendengar jawabannya. Jawaban yang tak kuharapkan. Ada sedikit kecewa menyeruak di batinku sebagai ketua halaqoh. Tiap kali liqo’, anggota yang hadir selalu berkurang. Aku mulai malu menyampaikan alasan yang menurutku tidak pas untuk dijadikan alasan ketidakhadiran mereka jika ditanya murobbiyah. “Ah mbak… alasan apalagi yang harus Biona berikan kali ini?”, kutarik napas panjang untuk kedua kalinya sambil kulangkahkan kaki yang mulai terasa berat. Keramik-keramik coklat yang kuinjak satu persatu tanpa permisi menghantarkanku sampai ke depan musholla. Aku terus memutar otak untuk bisa menemukan cara agar liqo’ kami ramai kembali. Sia-sia! Tak ada ide termunculkan.
Panas semakin menjadi. Menusuk-nusuk kulitku yang dibasahi keringat. Musim kemarau masih jauh. Namun panas matahari terasa melebihi saat musim kemarau. Perasaanku menjadi gusar dibuatnya. “Alam sudah mulai enggan bersahabat dengan penduduk bumi”, gumamku. Tak ingin menunggu lama, usai liqo’ kupakaikan kepalaku helm dan kutunggangi Beat biru yang dibelikan kakakku. Segera kukendarai motor itu menuju rumah. Hanya dalam waktu belasan menit saja gubuk bercat hijau muda sudah dapat terlihat, rumahku. Rumah tempat merajut cita-cita dan cinta.

Kulebarkan senyum melihat adik balitaku yang berlari ke arahku saat kuucapkan salam.
“Wa’alaikumussalam… Kak Biona lelah?”.

Ah, adikku sayang. Pertanyaan itu selalu kau ucapkan tiap kali kakakmu ini pulang. “Tidak sayang, kakak kan hanya sekolah, belajar. Masa lelah?” lisanku mulai pandai membohonginya. Tak apalah! Agar dia besarnya nanti tidak malas belajar, pikirku.
“Ahwa besok boleh ikut kakak sekolah?”
“Besok tanggal merah sayang, kakak tidak sekolah. Juga… Ahwa kan masih empat tahun, tidak boleh ke sekolahnya kakak. Kalau sudah besar seperti kak Biona, baru Ahwa boleh ikut. Ngerti sayang? Makanya… jangan malas kalau disuruh makan, biar cepat besar seperti kakak, ya?”. Kutinggalkan adikku dengan mainannya. Kurebahkan badanku yang terasa penat di atas ranjang dengan sprei hijau bermotif bunga-bunga. Haus tak terelakkan kurasakan. “Ah, Biona puasa! Tidak boleh memikirkan makanan ataupun minuman.” Mataku mulai meneliti coretan-coretan di dinding kamarku. Hobi menulisku membuatku sering diomeli umi karena dinding kamar sering kujadikan buku kedua. Tanpa sadar aku tergiring menuju alam bawah sadarku. Indera pendengaran karunia Illahi tak kufungsikan lagi.
*

Drrttt… drrttt… drrtt…
Getaran cukup panjang dari ponsel tak jauh dari kepalaku memaksaku kembali ke alam sadarku. Telepon dari Ana, teman sebangkuku yang tak keburu kuangkat. Kenapa Na? ‘afwan tadi Biona ketiduran. Kuletakkan kembali ponselku setelah laporan terkirimnya SMSku kubaca. Kebiasaan buruk membiarkan ponsel di dekat kepala membuatku sering menyalahkan diri. “Kalau radiasinya sudah menyebabkan sakit berat, baru dah nyesel. Astagfirullah…”
“Bio… bangun… sholat Ashar….”
“Iiyaa…”, kujawab teriakan umi yang sepertinya sedang di dapur. Beliau rupanya masih mengira aku tertidur. “Terimakasih Mi, selalu memperhatikan sholatku”, syukurku.
Sudah setengah lima. Tak ingin kutunda waktu lagi. Sholatku tak boleh kulalaikan. Bergegas kuterobos jalan menuju kamar mandi sambil kutenteng handuk. Gemercik air yang didahului suara mesin dynamo air membuat ribut kamar mandi. Terdengar sampai dapur.
“Habis mandi dan sholat langsung makan Bi…”

Aku sampai lupa memberi tahu umi aku sedang berpuasa. “Tak apalah, nanti saja!”, bisikku dalam hati. Berbicara di dalam kamar mandi setahuku dihukumkan makruh dalam dienku. Kutahan suaraku sampai keluar dari kamar mandi. Tak ingin kubiarkan diriku berkubang dalam perkara makruh.
“Bio bisa bantu apa Umi?” kumulai pembicaraan sesampainya aku di dapur tempat umi terlihat sibuk. Sudah berjejer beberapa makanan yang memikat selera tersaji di meja makan. Kutelan ludahku menahan lapar.
“Makan gih! Umi tidak melihatmu makan sejak pulang sekolah.”
“Puasa Umi”
“Puasa? Bukannya puasa sunnah hari jumat dilarang ya?”
“Iya, kecuali jika kita berpuasa sehari sebelum atau sesudahnya. Kemarin Bio puasa, jadi hari ini boleh puasa lagi.”
“Anak umi yang sholihah,” senyum hangat dihadiahkan umi untukku. Refleks kubalas dengan senyuman yang serupa.
“Kakak kapan pulang Mi?”
“Terakhir nelpon bilangnya sabtu depan. Kakakmu kan baru kerja di Gili Trawangan sana, jadi jadwal kerjanya belum pasti. Katanya dia menjadi staff IT sendiri saja di hotel sebesar itu. Tidak seperti di tempat kerjanya yang kemarin.”
“Hm…”, kuanggukkan kepala tanda mengerti. Namun tak bisa kupungkiri rinduku sudah menjadi-jadi. Tiga pekan kakak tidak pulang. Tidak seperti saat masih kerja di tempat lama, tiap hari sabtu selalu pulang. Rencanaku menghabiskan libur sabtuku bersama kakak sirna sudah. “Biona rindu kakak…”, jeritku yang hanya terdengar olehku seorang.
*

“Bindari Okta Nanda Puteri?”
“Yes? Me sir!”8 sontak kujawab panggilan guru bahasa Inggrisku. Namaku yang berada di urutan teratas di absensi kelas selalu mempersilakanku mendapat giliran pertama untuk dipanggil. Tak apalah!
“Come forward, and tell your friends your short story you’ve made”9
“Yes sir!”10. Mendapat giliran pertama tak masalah bagiku. Terkadang juga sangat aku syukuri. Present my own short story11, memuaskan! Ada lega menyusup di hatiku. Alhamdulillah… ini tentu tak terlepas dari campur tangan illahi.
Belajarku hari ini menyenangkan. Materi pelajaran dapat kucerna dengan baik. Meski sempat tersenggal ketidakfahaman. Ah, Fisika! Pelajaran yang menyenangkan namun sering membuat otakku loading lama. Sering kusayangkan memang. Pelajaran pokok yang harus kukuasai untuk bisa mewujudkan ambisiku menjadi seorang astronot justru low kukuasai. Apa menjadi astronot tidak untukku? “Ah! Tidak!”, kutepis pikiran-pikiran tak berbobot dan kulirik jam tangan di pergelangan tangan kiriku. Hampir jam tiga!
Drrttt… drrtttt… drttt…

Getaran ponselku memerintahku untuk memasukkan kunci motorku kembali ke saku. Nama ‘Kk Gio’ terpampang di LCDnya yang sedikit retak. Bahagiaku mengembang. “Pasti ingin mengabari kepulangannya besok lusa”, pikirku.
“Assalamu’alakum… Kk…” tak kudengar suara kakakku di seberang sana. Hanya suara kerumunan orang-orang yang kudengar.
“Kak…”
“Wa’alaikumussalam… benar ini adiknya yang punya handphone?”
Bukan suara kakakku. Bahagiaku tergeserkan khawatir yang sangat. “Iya, Kk Gio mana?”
“Dik, boat yang ditumpangi kakakmu tadi tenggelam. Sekarang kakakmu sudah kami bawa ke pinggir pantai. Handphonenya kami temukan di sakunya yang basah. Untung masih bisa dipakai.”
“Kakak…” aku menjerit sekeras mungkin. Teman-teman yang memandangku keheranan tak kuhiraukan. Kuraih kunci motor di saku rok cokelatku. Tak kubiarkan waktu mendahuluiku. “Kak, tunggu Bio…”, kulajukan motor matic dengan kecepatan yang tak kuhiraukan lagi. Yang ada di otakku hanya satu. Menemui kakakku yang sekarang sedang tak berdaya di sana. Dua puluh kilometer kurasakan sangat lama untuk ditempuh. Perasaanku tak karuan. Kurasakan getaran ponsel berulang-ulang yang akhirnya kujawab sambil tetap melaju. “Kakakmu tak terselamatkan!” Suara orang di seberang sana membunuh kesadaranku. Tubuhku kehilangan berat. Gaya gravitasi bumi berkurang bak di bulan sana. Motor kukendarai dengan tak sempurna. Hilang kendali. Terlihat truk di depanku melaju dengan kecepatan ekstra. Bruk! Seketika semuanya gelap. Hanya suara orang-orang sekitar yang mampu kudengar “Ada yang tabrakan…! Ada yang tabrakan…!”. “Robby… pertemukan aku dengan kakak…”, rintihku sampai aku tak mampu merasakan apa-apa lagi.
*

“Alhamdulillah, sayang… akhirnya kamu siuman.”
Siuman? Aku pingsan? Koma? Berapa lama? 19 hari? Selama itu? Robby… sholatku… kakakku… “Ka-kak, man-na? Um-mi?”, kalimat susah terucap. Tapi aku rindu kakak. Tak ada kakak terlihat disekelilingku. Hanya umi dan adik.
“Kakakmu sedang istirahat nak. Tidak apa-apa. Kamu cepat sembuh ya sayang.”
“Is-ti-ra-hat?”, kufahami arti tersembunyi kalimat umi. Kakakku? Istirahat? Di alam berbeda yang jauh dari kami. Kakak meninggalkan kami. Mutiara-mutiara cair membelah tangisku. Kehadirannya yang kurindukan, kepergiannya yang kutangiskan. Kakak…

Sabtu, 30 Maret… detik jam mengantarku menuju tepat pukul tujuh malam. Beberapa menit lagi waktu berulang seperti waktu kelahiranku. Kubuka kelopak mataku. Terlihat adikku disamping ranjang rumah sakit tempat tubuhku tergolek lemah tengah menungguku. Doa khusyuk umi terhenti melihat terbukanya mataku. Tubuhku lelah… terbayang kakak dengan baju putih bersih tersenyum di hadapanku. Melambai-lambaikan tangan mengajakku pergi. Entah kemana. Kugenggam tangan adikku yang lembut.
“Kakak lelah dik, kakak ingin istirahat.”
“Kak…”
“Kakak rindu abi… kakak rindu kak Gio… kakak ingin bertemu abi dan kak Gio. Jaga umi sayang… kakak percayakan umi padamu!” kalimatku lancar terucap. Kutatap wajah umi dengan mukenah yang masih dipakainya berlinang air mata, Biona ingin selalu di pelukan umi… jangan nangis umi… hatiku kelu. Nafasku mulai tersenggal-senggal, “ma-af-kan Bi-o um-mii… Asyhadu an-laailaahaillallah… wa asyhadu anna muhammadarrosuulallah…”.12 Mataku terpejam sudah. Kurasakan jiwaku melayang. Jasad terasa remuk. Sakit teramat sangat yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Tangisan umi dan adikku tak mampu kuindera lagi. Panca indera yang kumiliki tak berfungsi total. Kita sama-sama kembali ke pangkuan-Nya kak. Kita juga akan bertemu abi. Robby… kuwujudkan kerinduanku!

Sumber: http://www.lokerseni.web.id/2013/07/kerinduan-membawa-maut-cerpen-islami.html

INDAHNYA ALAM NEGERI INI

Kicauan burung terdengar merdu
Menandakan adanya hari baru
Indahnya alam ini membuatku terpaku
Seperti dunia hanya untuk diriku

Kupejamkan mataku sejenak
Kurentangkan tanganku sejenak
Sejuk , tenang , senang kurasakan
Membuatku seperti melayang kegirangan

Wahai pencipta alam
Kekagumanku sulit untuk kupendam
Dari siang hingga malam
Pesonanya tak pernah padam

Desiran angin yang berirama di pegunungan
Tumbuhan yang menari-nari di pegunungan
Begitu indah rasanya
Bak indahnya taman di surga

Keindahan alam terasa sempurna
Membuat semua orang terpana
Membuat semua orang terkesima
Tetapi, kita harus menjaganya
Agar keindahannya takkan pernah sirna

sumber:http://eposlima.blogspot.com/2013/02/puisi-alam.html

Puisi Alam

ANGIN LAUT

Perahu yang membawamu
telah kembali
entah ke mana
angin laut mendorongnya ke ujung dunia
Engkau tidak mengerti juga
Duduklah
Ombak yang selalu
pulang dan pergi.
Seperti engkau
mereka berdiri di pantai
menantikan
barangkali
seseorang akan datang dan menebak teka-teki itu.

sumber:http://eposlima.blogspot.com/2013/02/puisi-alam.html

Puisi Persahabatan

Kisah Klasik

andai waktu bisa di ulang
aku ga akan rela sedikitpun membiarkan waktu brgulir tanpa kalian
semua yg dulu indah

akankah bisa terulang kembali????
kebersamaan yang dulu aku rasa sekarang terasa semakin pudar
menjauh bahkan menghilang

aku kangen kalian
kalian yang dulu
kalian yang selalu membawa kebahagiaan serta senyuman

berbagi bersama tentang semua rasa
tak ada sedikitpun beban yang ku rasa ketika aku bersama kalian
semua terasa mudah dan ringan
karna kalian…

makasih udah menjadi harta yang paling berharga
yang pernah aku miliki
makasih udah nemenin aku selama ini

walau kini semua harus di pisahkan oleh waktu
semoga aku tetap menjadi sahabat kalian
semoga ini bukan akhir dari persahabatan yang telah kita bina

1 hal yang harus kalian tau
sampai kapanpun dan bagaimanapun kalian akan tetap menjadi SAHABAT untuk ku
Dan ga akan ada 1 orang pun yang dapat menggantikan kalian
Dan merubah itu semua
aku kangeeen banget sama kalian semua ;'(

just for you my best friends

sumber:http://eposlima.blogspot.com/2013/01/puisi-persahabatan-kisah-klasik.html

Puisi Persahabatan

SAHABAT SEJATIKU
Oleh Hartati
Kian lama hidup yang ku jalani
selalu bersama mu sahabat ku
susah sedih senang yang ku rasakan
bersama mu sahabat ku

Sahabat
begitu banyak kenangan yang kita lalui
ke bahagian yang selalu kita rasa bersama
namun musnah dengan sekejap
telah di renggut oleh maut yang tak terduga

Sahabat
kini kau telah pergi meninggalkan ku
meninggalkan semua kenangan kita
menyimpulkan sebuah air mata
yang terjatuh di pipi ku

Sahabat
meski kini kita tak bersama
meski kita telah berbeda kehidupan
namun kita tetap satu dalam hati dan cinta
karena kau sahabat sejati ku

Selamat tinggal sahabat ku
selamat jalan sahabat sejati ku
cinta kasih mu kan selalu satu di hati ku
selamanya ………

 

sumber:eposlima.blogspot.com/2013/01/puisi-persahabatan-sahabat-sejati.html

Pantun Jenaka

Home » pantun » Pantun Jenaka Lucu Banget

Pantun Jenaka Lucu Banget

dombiza bp

 

Berikut ini adalah kumpulan pantun jenaka yang bisa kamu lihat sebagai bahan refresing nan lucu untuk menyegarkan pikiran.

Kompilasi pantun jenaka

Buat apa panen kelapa
Kalau belum tumbuh tunas
Buat apa membeli vespa
Cicilan kompor saja belum lunas

Jalan-jalan bersama kakak
Ditengah jalan lihat kepompong
Aku tertawa terbahak-bahak
Melihat kucing makan kedongdong

Ke bali bertemu bayu
Sekalian membeli pernak-pernik
Kalau kamu pintar merayu
Rayulah cewe cantik

Jalan-jalan ke pinggir empang
Nemu sendok di pinggir empang
Hati siapa tak bimbang
Saya botak minta dikepang

Ada tuyul ketemuan
Ada juga kuntilanak
Kalau kamu takut begituan
Udah aja jadi anak

Hari minggu sudahlah siang
Setelah siang menuju petang
Ditunggu tunggu gak juga datang
Sekali datang kok nagih utang

Buah mengkudu
dibungkus pelastik
semua juga tahu
kalau aku cantik

burung perkutut
burung kutilang
kamu kentut
nggak bilang bilang

buah pisang buah tomat
disimpan didalam lumbung padi
pantas tercium bau menyengat
rupanya kau belum mandi

Api membakar ujung cerutu
membawa asap bersesak-sesak
Alangkah geli rasa hatiku
Melihat nenek bergincu dan bedak

Gemuruh tabuh bukan kepalang
Diasah lembing berkilat-kilat
Gementar tubuh harimau belang
Nampak kambing pandai bersilat

Limau purut masak di dahan
walau manis tak boleh dimakan
Biar penampilan seperti preman
Yang penting hati beriman

Buah mangga rasanya manis
dibungkus rapat didalam peti
Sayang walau wajah nya artis
tapi gayanya macam hellokitty

Memasak ikan di dalam peti
paling enak di campur terasi
gayanya aja kayak selebriti
tapi dompetnya kagak berisi

Ayam bangkok dibawa atun
Tiap pagi dimandiin
Kalau iseng nyok kite bepantun
Ampe pagi ane jabanin

Malam hari memasak gurita
dicampur cabe dan buah berminyak
Memang kamu cantik jelita
Sayang ketawanya kayak kuntilanak

makan belimbing dicampur terasi
bikin kelepon ditambah santan
wajahnya aja kayak artis televisi
tapi kelakuan seperti setan

Paling enak burung gelatik
Di atas awan terbang melayang
Memang banyak wanita cantik
Cuma adik yang abang sayang

siang hari langit berawan
paling enak ke senayan
Adek manis senyum menawan
boleh dong abang kenalan

Naik delman ke malaya
jangan lupa bawa pengukur
siapa yang tidak tertawa
lihat sibotak ingin dicukur

 

sumber:http://eposlima.blogspot.com/2013/01/pantun-jenaka.html

Pantun Teka-Teki [Dan Jawabannya]

Terbang tinggi si burung helang
Hinggap di atas pohon meranti
Anak ramai ibunya seorang,
Bila bergesel berapi-rapi?(mancis)

Pisau lipat dimainnya kera
Tangannya luka lalu terjun
Makan kuat tidak terkira
Kenyangnya tidak tahi bertimbun? (api)

Cik Limah bersama anak lelaki
Duduk makan keropok lekor
Yang mengejar tidak berkaki,
Yang dikejar tiada berekor?(ular dan katak)

Tuan puteri belajar menari
Tari diajar oleh Pak Harun
Kalau Tuan bijak bestari
Apa yang naik tak pernah turun? (umur)

Ada tubuh ada tangan,
Tiada kepala tiada kaki;
Sangat berguna waktu hujan,
Apakah dia yang dimaksudkan ini.(baju hujan)

Burung nuri burung dara
Terbang ke sisi taman kayangan
Cubalah teka wahai saudara
Semakin diisi makin ringan? (belon)

Budak-budak ramai di pekan
Hari raya membakar petas
Kalau adik pandai kiasan
Apakah buah gugur ke atas?(buah Melaka)

Minah ketawa terjerit-jerit
Melihat koyak pada seluar
Orang putih duduk sederet
Pagar didalam tebing diluar? (gigi)

Buah budi bidara mengkal
Masak sebiji di tepi pantai
Hilang budi bicara akal
Buah apa tidak bertangkai?(buah hati)

Hidup aman di dalam kota,
Ada pemimpin bernama raja;
Buruh-buruh rajin bekerja,
Askar bertugas setiap masa.(anai-anai/semut)

Ada sebiji roda pedati
Bentuknya bulat daripada besi
Bila bermain diikat sekuat hati
Dilempar hidup dipegang mati? (gasing)

Walau dibungkus bukan kiriman,
Sudah takdir tuhan yang satu,
Meski ditanam bukan tanaman,
Cubalah teka apakah itu?(mayat)

Bila kecil boleh ditiup,
Sudah besar janganlah lagi,
Kalau tercucuk ia meletup,
Kalau terlepas terbangnya tinggi.(balon)

Tinggi duduk di atas sekali,
Bukan bulan bukan matahari;
Bila malam ia berseri,
Bila siang ia berganti.(bintang)

Buah budi bedara mengkal
Masak sebiji di tepi pantai
Hilang budi bicara akal
Buah apa tidak bertangkai? (buah melaka)

sumber:http://eposlima.blogspot.com/2013/02/pantun-teka-teki.html

Resep Es Oyen Campur

Resep Es OyenMau Bisnis Es Oyen Campur khas bandung ?

Bahan yang diperlukan :

  • Secukupnya cincau hitam, dipotong dadu kecil
  • Secukupnya melon, dipotong dadu kecil
  • Secukupnya nanas, dipotong panjang sedang
  • Secukupnya mangga, dipotong dadu kecil
  • Secukupnya kelapa muda, dikeruk dagingnya saja
  • 300 gram gula pasir
  • garam
  • 500 ml air
  • Secukupnya es batu
  • Secukupnya susu kental manis merek apa saja
  • Secukupnya sirup gula

Cara Membuat Es Oyen

  1. – Pertama campurkan gula pasir, garam dan air serta sirup gula, lalu rebuslah hingga mendidih dan pastikan gula larut. Angkat, dinginkan.
  2. – Setelah dingin siap untuk penyajian, Ambil mangkuk saji lalu masukkan melon, nanas,cincau hitam, kelapa muda, mangga.
  3. – Terkahir tambahkan es batu secukupnya kemudian siram dengan lauratn air gula diatas dan susu kental manis tentunya. selesai.

sumber:http://resep4.blogspot.com/2013/07/resep-es-oyen-campur.html

Resep Ice Cream Coklat Sederhana

Resep Ice Cream Coklat
Foto Ice Cream Coklat Sederhana rumahan

Bahan yang diperlukan :

  • 1 liter susu cair
  • 250 gram gula pasir
  • 5 butir kuning telur
  • 15 gram tepung maizena
  • Secukupnya Esens (strawberry, moka, vanila / sesuai selera)
  • Secukupnya Pewarna makanan

Cara membuat Ice Cream Coklat Sederhana

  1. Pertama rebus susu cair sambil diaduk-aduk sampai hangat
  2. Lalu kocok gula dan telur hingga lembut, kemudian masukkan tepung mizena, aduk-aduk rata.
  3. Selanjutnya tuang beberapa sendok susu hangat ke dalam adonan telur, aduk rata.
  4. Masukkanlah campuran ini ke dalam rebusan susu. Masak sambil terus diaduk-aduk sampai mendidih, angkat
  5. Kemudian tambahkan esens (rasa coklat, vanilla dll sesuai selera) dan sedikit pewarna(sesuai selera), aduk rata
  6. Terakhir masukkanlah adonan ini ke ice cream maker electric / alat pembuat es krim putar, lalu proses sampai mengental dan dingin, dan Simpan dalam freezer sampai membeku.selesai

Nah bagi yang tidak mempunyai ice cream maker electric anda bisa juga menggunakan mixer. caranya begini :
– dinginkan adonan dalam freezer selama 2 jam, ambil lalu kocok dengan mixer sampai lembut (selembut-lembutnya).baca juga es oyen disini yang dingin.
Dirasa cukup sudah pembahasan Resep Ice Cream Coklat Sederhana, semoga bermanfaat ya bun, sis semua, bye.

 

sumber:http://resep4.blogspot.com/2013/10/resep-ice-cream-coklat-sederhana.html