Jalan kelam disangka terang
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci
================================
Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya
================================
Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati
================================
Ke hulu membuat pagar,
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.
================================
Tiap nafas tiadalah kekal,
Siapkan bekal menjelang wafat.
Turutlah Nabi siapkan bekal,
Dengan sebar ilmu manfaat.
================================
Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah
================================
Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan
================================
Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan
================================
Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju
================================
Ada ubi ada talas
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana
================================
Manis jangan lekas ditelan
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.
================================
Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan
================================
Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat
================================
Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding
================================
Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat
sumber : http://dadangherdiana.blogspot.com/2014/03/kumpulan-pantun-nasehat-bijaksana.html
Monthly Archives: March 2014
puisi malaikat tanpa sayap
Air mataku dari air mata nya
Darah ku dari darah nya
Hidupku dari hidup nya
Sungguh aku tak tau malu
Hanya dengan kata maaf
Aku tak tau bagaimana cara aku
Untuk berbakti padamu ibu
Engkaulah malaikat ku
Engkaulah semangat ku
Do’amu yang selalu terpanjatkan tuk anakmu
Ibu,,,
Masih boleh kah aku meminta ?
Kalo boleh, aku cuma pengen satu,
Ridho allah ridho mu
Ibu…
Engkau lah malaikat yang berbentuk sosok seoarang wanita
sumber ;http://www.gudangpuisi.com/2014/03/malaikat-tanpa-sayap-oleh-alwy-zanky.html
cara-cara menutup aurat yang benar
Niat berjilbab hanya untuk pelengkap kecantikan semata itu SALAH BESAR, karena perlu kalian ketahui bahwa setiap kalian #wanita adalah jaring-jaringnya syaetan yang selalu dianggap mulya olehnya, sebagai mana hadits di bawah ini;
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «المَرْأَةُ عَوْرَةٌ، فَإِذَا خَرَجَتْ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ» : «هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ»__________[حكم الألباني] : صحيح
Rasulullah SAW bersabda; ”Perempuan itu aurat, ketika keluar setan menganggap mulya”.
Keterangan: jika Seorang wanita ketika keluar di tempat umum, maka setan akan selalu menghias-hiasinya dengan menghembuskan perasaan cantik dan berharga sehingga menarik laki-laki untuk menggodanya.
Dari hadits di atas menyimpulkan bahwa, bagi kalian wanita yang sejatinya biasa saja (kalem) dalam bersolek atau yang bertingkah laku dan bersifat pendiam sekalipun, kalian akan tetap kilihatan WOW di mata laki-laki yang pandanganya terkalahkan oleh syetan.
Jadi, tanpa bersolekpun kalian wanita akan tetap terlihat menggoda karna syetan telah menghiasinya.
NAAAH !!! terus bagaimana bagi kalian muslimah yang suka berhias atau bersolek…?!
Sekarang saatnya kalian harus mengerti dan memahami.
Bayangkan Saja Yang Berjilbab Saja Bisa masuk neraka Apalagi Yang Tidak, Nah Setelah Kalian Tahu info Ini jangan Jadikan Hijab/Penutup aurat Sebagai Ajang Modis dan fashion Semata, Tadinya sii Ingin menutup Aurat dan mendapat Pahala Eh Malah bisa Masuk Neraka karena fashion dan Tuntutan jaman.
KASIAN SEKALI…
Tapi yg terpenting jika kalian Ingin Menggunakan Jilbab/Hijab Penuhi Kritaria cara Berjilbab/Hijab yang benar:
berhiaslah (berhijab/jilbab) dengan Niat yang baik lantaran untuk mensyukuri nikmat Alloh. Jangan sampai berhias untuk hal-hal yang diharamkan Allah.
dan haram hukumnya apabila Berhiasnya wanita bukan untuk suaminya.
Berhias dengan tetap memperhatikan aturan Alloh Rasul. yaitu dengan ketentuan sebagai berikut:
1. pakaian menutup seluruh badan, kecuali wajah dan dua telapak
وَقَالَ الْأَعْمَشِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْها قَالَ: وَجْهُهَا وَكَفَّيْهَا وَالْخَاتَمُ
Al-’Amash meriwayatkan dari Said bin Jubair dari Ibni Abbas: dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali apa-apa yang nampak darinya, Ibnu Abas menegaskan: wajah dan telapak tangan dan cincinnya…
2. Pakaian tidak dijadikan sebagai perhiasan yang menarik perhatian orang lain
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا * سورة الأحزاب 59
Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan perempuan mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
3. Pakaian tidak transparan
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ، دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ رِقَاقٌ، فَأَعْرَضَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَقَالَ: «يَا أَسْمَاءُ، إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا» وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ رواه…رواه__________[حكم الألباني] : صحيح
Aisah Radhiyallohu anha meriwayatkan bahwa Asma’ binta Abu Bakar masuk melewati Rasulillahi SAW dan dan I (Asma’) mengenakan pakaian yang transparan maka Rasulullahi SAW berpaling darinya dan bersabda,”Wahai Asma’ sesungguhnya seorang perempuan ketika telah sampai haid (baligh) tidak pantas jika diperlihatkan darinya kecuali ini dan ini, dan nabi istarah pada wajah dan telapak tangannya.
4. pakaian tidak ketat dan menampakkan bentuk tubuh
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
: صنفان من أهل النار لم أرهما
قوم معهم سياط كأذناب البقر يضربون بها الناس
ونساء كاسيات عاريات مائلات مميلات رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة لايدخلن الجنة ولا يجدن ريحها وان ريحها لتوجد من مسيرة كذاوكذا )
رواه أحمد ومسلم في الصحيح .
“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya,
> yang pertama Kaum yang membawa cemeti/Cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia ,
> dan yang kedua adalah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok.Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu [jarak jauh sekali]”.
5. tidak berbau wangi dan tidak memakai parfum
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ» __________[حكم الألباني] حسن
“Rasulullah SAW berabda: Manakah perempuan yang memakai parfum maka lewat pada kaum agar mencium baunya maka ia sudah berzina”.Keterangan: Seorang wanita yang sengaja memakai parfum dan bergaul dalam suatu kaum dengan niat sengaja memamerkan baunya maka hukumnya sama dengan dia berzina.
6. tidak menyerupai pakaian kaum pria atau pakaian wanita-wanita kafir
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ»__________[حكم الألباني] : حسن صحيح
“Rasulullah SAW bersabda.”Barangsiapa berpakaian seperti suatu kaum maka ia masuk dalam golongan kaum tersebut”.
7. Tidak mengenakan pakaian untuk menjadi terkenal / mencari popularitas
عَنْعُثْمَانَ بْنِ أَبِي زُرْعَةَ، عَنْ مُهَاجِرٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ شُهْرَةٍ أَلْبَسَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَوْبَ مَذَلَّةٍ
Rasululloh SAW bersabda,”Barangsiapa mengenakan pakaian dengan niat ingin terkenal maka Allah memberinya pakaian hina pada hari kiamat kemudian membara dalam neraka”.
dari keterangan dan dalil-dalil di atas tentunya kalian tau dengan jelas apa yang seharusnya kalian kenakan.
SEKIAN
semoga bermanfaat
الحمد لله جزكم لله خير
sumber:http://www.ldii.or.id/nasehat/am/1095-menutup-aurat-dengan-baik-dan-benar-sesuai-syariah.html
hukum menuntut ilmu
Pecinta Radio Kita FM Rahimakumullah, Menuntut ilmu adalah salah satu sarana agar kita bisa mengetahui dan belajar sesuatu hal atau bidang keilmuan yang tentunya akan membawa manfaat bagi kita. Dan ilmu tersebut ada yang bersifat duniawi dan ada ilmu yang merupakan syari’at Islam yang harus dan wajib dituntut oleh setiap muslim sebagaimana hadits Rasulullah:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 224), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 3913). Diriwayatkan pula oleh Imam-imam ahli hadits yang lainnya dari beberapa Shahabat seperti ‘Ali, Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, Ibnu Mas’ud, Abu Sa’id al-Khudri, dan al-Husain bin ‘Ali radhiyallaahu ‘anhum.
Nah, lalu bagaimanakah hukum menuntut kedua ilmu tersebut? Simak penjelasannya berikut ini:
hukum menuntut ilmu
Hukum menuntut ilmu duniawi
Hukumnya tidak wajib ‘ain untuk setiap kaum muslimin, karena tidak ada dalil yang mewajibkannya, dan karena istilah ilmu dalam nash al-Quran dan Sunnah apabila muthlaq maka yang dimaksudkan adalah ilmu syari’at Islam.
Kadang kala wajib kifayah pada saat tertentu, seperti ketika akan memasuki medan pertempuran dan lainnya. Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Dapat kami simpulkan bahwa ilmu syar’I adalah ilmu yang terpuji, sungguh mulia bagi yang menuntutnya. Akan tetapi, saya tidak mengingkari ilmu lain yang berfaidah, namun ilmu selain syar’i ini berfaidah apabila memiliki dua hal: (1) jika membantu ta’at kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan (2) Bila menolong agama Allah dan berfaidah untuk kaum muslimin. Bahkan kadang kala ilmu ini wajib dipelajari apabila masuk ke dalam firman-Nya: (Q.S Al Anfal : 60) (Kitabul Ilmi, Hal 13-14)
Jika ilmu itu menuju kepada kejahatan maka haram menuntutnya.Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Adapun ilmu selain syar’i boleh jadi sebagai wasilah menuju kepada kebaikan atau jalan menuju kepada kejahatan, maka hukumnya sesuai degan jalan yang menuju kepadanya.” (Kitabul Ilmi, kitabul ilmi Hal-14)
Menuntut Ilmu Syari’at Islam
Menuntut ilmu syar’I yang berkenaan dengan kewajiban menjalankan ibadah bagi setiap mukallaf –seperti tauhid- dan yang berhubungan dengan ibadah sehari-hari –semisal wudhu, shalat dan yang lainnya-, maka hukumnya fardhu ‘ain, karena syarat diterimanya ibadah harus ikhlas dan sesuai dengan Sunnah, tentunya cara memperolehnya disesuaikan dengan kemampuannya sebagaimana keterangan surat al Baqoroh: 286. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo’a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” —— Menuntut ilmu syar’i ini pun tidak semuanya harus dipelajari segera dalam waktu yang sama, karena ada amal ibadah yang diwajibkan oleh orang yang mampu saja, seperti mengeluarkan zakat, haji dan lainnya. Maka saat akan menjalankan ibadah tersebut hendaknya mempelajari ilmunya. Sebagaimana keterangan Ibnu Utsaimin rahimahullah dan lainnya.
Menuntut ilmu syar’i yang hukumnya fardhu kifayah, maksudnya bukan setiap orang muslim harus mengilmuinya, akan tetapi diwajibkan bagi ahlinya. Seperti membahas ilmu ushul dan furu’nya dan juga yang berkenaan dengan ijtihadiyahnya.
Karena pentingnya kewajiban menuntut ilmu dien, maka sampai dalam kondisi perang pun hendaknya ada orang yang khusus mempelajari agama – tafaqquh fiddin.
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mu’minin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S At Taubah: 122)
Sumber: Tulisan Ustadz Aunur Rofiq dari Majalah Al Furqon
http://www.radioassunnah.com/hukum-menuntut-ilmu/
Nenek Penjual Daun Jati
Nenek Penjual Daun Jati
“Kang… nglamun aja, ada apa sih?” tanya Bikul teman sekampungku.
“Ah nggak kul, ini pisang gorengnya enak banget” kataku menjawab sekenanya.
“Baru digigit sedikit saja masak kang Amin ini sudah merasa enak?” katanya lagi seperti tak yakin dengan jawabanku tadi.
“Aku kan ahli kuliner kayak di TV kul, jadi sedikit gigit saja aku tau makanan itu enak apa tidak” jawabku lagi.
“Kemarin juga jawab gitu waktu kita makan nasi agak basi sisa kondangan, ah kang Amin ini ada saja, hahaha..” tiba-tiba tawanya pecah. Akupun dibuat malu dengan alasannya barusan.
Ya dia teman sekampungku, Shobikul namanya, yang datang kesini 2 tahun lalu, kami dari sebuah desa tertinggal di daerah Kabupaten Tuban yang terpaksa harus datang ke Gresik ini untuk bekerja sekenanya saja, demi mendapatkan upah yang lebih layak dibandingkan di daerah kami yang bisa dibilang jauh lebih sedikit dari yang kami terima disini.
Aku datang ke sebuah desa di Gresik ini yang bisa dibilang cukup bagus dibandingkan desaku kurang lebih 5 tahun lalu, semua terjadi karena pertengkaran kaluarga untuk memperebutkan warisan Bapak kami yang wafat setahun sebelumnya, warisan itu berupa 4 petak sawah ukuran kecil, sedangkan kami 5 bersaudara. Aku adalah anak ke lima, oleh kakak-kakakku aku diseruh mengalah untuk tidak memdapatkan bagian apapun, alasan mereka karena aku belum berkeluarga jadi tidak punya tanggungan apa-apa. Jika dipikirkan alasan mereka memang benar, tapi aku kan kelak kemungkinan pasti menikah, tapi tetap saja mereka bersikeras agar aku mengalah.
“Nanti saja kalau kamu menikah, kami kasih bagian, sekarang cari jodoh dulu, tapi jangan lama-lama, kalu 2 tahun kamu belum mendapatkan calon istri, kami pastikan kamu tidak akan mendapatkan apa-apa dari kami”. Kakakku tertua Ahmad Sabar menjelaskan setengah mengancam.
Jawaban kang Ahmad Sabar inilah yang membuatku kecewa, aku tak menyangka kehidupan susah yang kami alami sejak kecil, tidak cukup membuat kakak-kakaku belas kasihan pada adiknya sendiri, sejak itulah aku pergi ke Gresik ini untuk meyambung hidup, bahkan saking kecewanya sampai saat ini aku tidak pernah ingin pulang kembali lagi ke desa di Tuban sana, jika rindu aku hanya melamun saja seperti pagi ini.
Namun lamunanku kali ini bukan karena membayangkan desaku yang selalu kurindukan, aku terbayang wajah nenek yang terjatuh tepat di depan rumah kontrakan kami sebulan lalu, dia terpeleset saat hujan deras sedangkan di punggungnya dia membawa dua ikat besar daun jati sepelukan 2 pria dewasa, kasihan sekali nenek itu pikrku, tanpa pikir panjang langsung saja aku menghampirinya untuk menolongnya, padahal baru saja aku selesai Sholat Ashar sehabis mandi dari pulang kerja tadi.
“Nenek tidak apa-apa nek?” tanyaku.
Tapi dia tidak menjawab dan cuma menggeleng tanda tak ada apa-apa.
Setelah selesai diapun pergi sambil mengucapkan satu kata “terimakasih”.
“ Ketus amat nenek itu” pikirku, Lalu aku kembali masuk ke rumah dan berganti baju.
Beberapa hari berikutnya aku melihat nenek itu lagi, sama seperti kemarin waktunya sepulang aku kerja. Hari-hari berikutnya, tepatnya setiap dua hari sekali aku selau melihatnya lewat di depan rumah kami, tapi yang paling membuatku penasaran kenapa setiap berjumpa dengan siapapun nenek itu tidak pernah tersenyum, dalam setiap perjalannya membawa dua ikat besar daun jati cuma menatap tajam ke depan, tidak menyapa atau berbasa-basi dengan siapapun yang dijumpainya di jalan.
Suatu sore selepas magrib aku mencoba berjalan-jalan dengan harapan bertemu dengan nenek pembawa daun jati itu, tapi sayangnya sampai setelah selesai ikut sholat isya’ di masjid desa aku tidak menjumpainya, akhirnya aku putuskan untuk bertanya-tanya.
“Pak, disini yang biasanya jualan daun jati siapa sih pak?” tanyaku pada seorang bapak di masjid ini.
“Kenapa Min, kok tumben kamu nanya orang tua itu? Bukannya lebih baik nanya para gadis untuk kamu nikahi?” kata bapak itu membuatku malu.
“Nggak pak, cuma ingin tau saja” jawabku lagi.
“Ya tapi untuk apa sih Min? Dia kan tidak punya anak untuk kamu nikahi”.
Kali ini aku diam karena tidak tau harus menjawab apa.
“Tapi kasian juga dia hidup sendiri sejak suaminya meninggal karena sakit beberapa tahun lalu” jawabnya lagi.
“Sebentar pak, yang bapak maksud seorang nenek kurus atau ada orang lain selain dia?” tanyaku penasaran.
“Siapa lagi min, ya memang nenek itu, Khodijah namanya” jawab bapak ini membuatku senang karena merasa sedikit mendapat jawaban atas rasa penasaranku selama ini.
“Memang kenapa sih, kamu kok pingin tau banget nek Khodijah min?” tanyanya lagi.
Demi menghilangkan kecurigaan bapak-bapak yang kebetulan mendengarkan pembicaraan kami di serambi masjid itu, aku ceritakan saja kejadian yang menimpa nek Khodijah di depan rumah kami waktu itu.
“Tinggalnya dimana sih pak?” tanyaku lagi.
“Lho kok sekarang tanya rumah segala? Oh, kamu mau ngasih makanan atau bantuan ke dia ya”? jawab Bapak itu.
“Percuma min, sejak dulu dia tidak pernah mau menerima pemberian apapun, dari siapapun, kami warga desa ini sampai heran kenapa dia begitu, tapi itulah dia, dan sejak kematian suaminya dia tinggal di sebuah gubuk dipinggir desa dekat hutan jati di utara sana” katanya sambil menunjuk arah utara.
Pembicaraan inipun kami akhiri karena tak terasa jam di dinding serambi masjid sudah menunjukkan pukul 21.00.
Hampir setiap pagi sebelum kerja, seperti biasanya kami ngopi dulu di warung kopi dekat rumah kontrakan kami, aku selalu terbayang dengan sikap nek Khodijah, penasaran akan sikapnya yang bersahaja namun tidak mau “tersentuh” orang lain dalam hal apapun. Dia bekerja sendiri dan mengurus keperluannya sendiri, “kenapa dengan nek Khodijah ini” kata hatiku semakin penasaran.
Terdorong rasa ingin tau, malam ini selepas sholat isya’ di masjid, aku putuskan untuk mencari rumah atau gubuk nek Khodijah di pinggir desa dekat hutan jati itu, akupun pergi kesana.
Benar saja dikejauhan aku melihat sebuah gubuk bambu dengan pintu tertutup, hanya ada dua lampu listrik disana, satu di depan gubuk dan yang satu lagi didalamnya. Kalau bisa dibilang ini bukan tempat tinggal manusia karena tidak layak, tapi lebih cocok kandang hewan peliharaan seperti sapi atau kambing. Namun mendadak aku terkesiap, samar-samar aku mendengar suara wanita mengaji dari dalam gubuk itu, demi meyakinkan hatiku akan apa yang kudengar barusan, Benar saja ternyata suara merdu nan fasih itu adalah suara nek Khodijah sendiri, Subhanalloh pikirku.
Sekarang rasa penasaranku semakin menggunung, seorang nenek yang sangat mandiri, tidak tersentuh orang lain, namun ternyata pandai mengaji, fasih lagi, jauh mengalahkan kemampuanku mengaji yang hanya asal jalan saja. Masyaalloh kenapa nek Khodijah seolah memenjarakan dirinya dari orang lain padahal dia tergolong orang fakir, yang semestinya membutuhkan bantuan orang lain, namun tidak dilakukannya bahkan ditolaknya.
Daripada aku hanya penasaran, malam berikutnya kembali dikesempatan selepas sholat Isya’ aku bertanya-tanya pada Bapak yang kemarin menjelaskan padaku tetang nek Khodijah.
“Nek Khodijah ternyata pandai mengaji ya pak?” kataku memulai.
“Lho kamu kok tau min?” jawab bapak itu yang belakangan ku ketahui namanya pak Thoha.
“Nggih pak, kebetulan kemarin saya jalan-jalan dan mendengar nek Khodijah sedang mengaji” jawabku singkat.
“Eee..” jawab pak Thoha sambil manggut-manggut, lalu melanjutkan: …
“Tidak hanya itu min, dulu dia sering ngajar Sholawatan anak-anak kecil di masjid ini, termasuk anakku yang sekarang sudah seumuran kamu, merdu sekali suara nek Khodijah” kulihat wajahnya sedikit tersenyum seolah menyimpan ketakjuban pada kemampuan nek Khodijah.
“Walau sempat mengajar dan berandil besar mengkoordinir pengajian dan sholawatan di desa ini dulu, tapi dia adalah orang yang sangat sederhana, segera setelah selesai kegiatan sholawatan atau mengaji, dia pasti langsung pulang tanpa mau menerima sedikit upah atau apapun dari pengurus masjid, sebagaimana biasanya pengurus masjid memberikan upah atau kue-kue ala kadarnya sebagai tanda terimakasih kepada para pengajar ngaji atau sholawatan di masjid ini”.
Setelah menghela nafasnya pak Thoha melanjutkan lagi:
“Herannya lagi kalau ada acara besar di masjid ini,kalau makan kue cuma dimakannya satu, kalau makan nasi cuma sekedarnya dan selalu menolak jika diberi nasi berkat” sambung pak Thoha.
“Begitu itu min, dia sama saja dengan mendiang suaminya, mereka pasangan sederhana yang cocok dan kompak satu sama lain” katanya lagi.
Wah baru kali ini aku mendengar bahkan pernah menjumpai orang yang hidup sangat sederhana, menjauh dari pergaulan masyarakat tapi tidak mau mengharap belas kasihan masyarakat, pikirku dalam hati.
“Lalu kenapa nek Khodijah melakukan itu semua pak, apalagi harus tinggal sendiri di gubuk bambu itu” tanyaku.
“Itulah yang tidak kami pahami dari nek Khodijah min, dia tidak pernah mengeluh bahkan kalau butuh bantuan, hanya untuk perkerjaan yang dia benar-benar tidak mampu melakukannya, hebatnya lagi diapun tetap memberi upah sebagaimana layaknya orang kebanyakan”.
“Walaupun dia tidak mampu, tapi dia loman sekali min, suka bershodaqoh pada masjid ini dan pada anak kecil yang kebetulan lewat di sekitar rumahnya”.
“Ohya satu lagi, setiap dia mendapatkan uang dari menjual daun jatinya tadi, dia selalu memberikan separuh pada pak mandor penjaga hutan jati, walaupun berkali-keli ditolak, tapi dia bersikeras untuk memberi, katanya dia numpang hidup maka harus tetap memberi pada pemerintah yang diwakili oleh pak mandor tadi”.
Masyaalloh.. Mulia sekali hati nek Khodijah, seketika itu juga aku menyesal atas ucapanku sekitar dua minggu lalu yang sempat mengatainya Ketus, saat itu juga aku putuskan untuk menemui nek Khodijah untuk meminta maaf atas kekurang sopananku padanya, sekaligus agar aku lebih tau lagi siapa sebenarnya nek Khodijah ini langsung dari beliau sendiri. Maka setelah berbasa basi dan berterimakasih akupun berpamitan pada pak Thoha dengan alasan ingin pulang karena sudah larut, aku bergegas menuju rumah nek Khodijah malam itu juga.
kemarin sayup-sayup kudengar suara nek Khodijah sedang mengaji, suaranya merdu, bacaannya fasih dan tartil, nikmat sekali mendengarnya.. namun tiba-tiba suara nek Khodijah terhenti entah kenapa, atau nek Khodijah memang sudah selesai mengajinya.
“Nah ini kesempatanku menemui beliau” ucapku lirih.
Namun samar-samar kembali kudengar nek Khodijah melantunkan beberapa ayat suci Al-Qur’an dan melanjutkan dengan suara yang lirih dia berdoa:
“Ya Alloh..ampuni hamba-Mu yang hina ini”
“Lindungilah aku dari segala penyakit hati yang dapat merusak amal ibadahku nan sedikit”
Aku terpancing dengan doa indahnya ini maka kuberanikan diri melangkah ke samping rumahnya agar lebih jelas mendengarkan doanya:
“Terimakasih Ya Alloh.. Aku tidak peduli pada siapapun ”
“Karena aku hanya takut padamu, tidak pada apapun”.
“Biarlah aku dibenci, aku tidak ingin membenci mereka”
“Karena tidak ada yang lebih ku khawatirkan selain takut Engkau membenciku”
“Akupun tidak ingin dipuji karena aku tidak memerlukannya”
“Bagiku akan lebih berarti andai aku mendapat Cinta dan Ridlo-Mu”
“Tidak pantas aku banyak memohon pada-Mu karena banyaknya dosaku”
“Namun pada siapa lagi aku mengadu ya Alloh..”
“Engkaulah harapanku.. dalam hidup dan matiku”
“Amiin..” ucapnya mengakhiri doanya.
Mendadak sekujur tubuhku bagai tersambar petir, aku lemas tak berdaya karena doanya tadi, Doa-doa yang indah dibalik suara yang lirih menggambarkan Wanita sederhana tidak mau mengharap apapun dari manusia tapi hanya dari Tuhannya..Tidak takut pada apapun hanya takut pada-Nya.. Subhanalloh, sungguh manusia dengan Tawakkal luar biasa, yang mungkin didapat dalam waktu singkat.
Entah berapa lama aku masih mematung tak berani melangkah entah akan pulang atau menemui nek Khodijah, namun bebetapa saat kemudian kulihat lampu bagian dalam gubuknya mati mungkin nek Khodijah akan segera tidur malam, akhirnya aku putuskan untuk pulang.
Sambil terus berusaha menenangkan fikiran dan persaanku yang tadinya kacau, akupun melangkah meninggalkan pagar bambu gubuk nek Khodijah, sungguh doa-doanya tadi terus mendesak masuk ke telinga menancap kuat di otak dan hatiku, jadi inikah maksud nek Khodijah meninggalkan keramaian dan hiruk pikuk masyarakat luas, lebih memilih menetap disamping hutan jati yang sepi dan gelap, hanya untuk mengasah kedekatan kepada Alloh SWT tanpa takut dan khawatir pada apapun, dan tidak mau menyusahkan orang lain. Pantas saja sikapnya pada orang lain seperti itu, karena dia sama sekali tak takut dibenci juga tak ingin dipuji. Luar biasa nek Khodijah…
sumber:http://airinmas.blogspot.com/
Doa Untuk Bidadari
Di sebuah auditorium kampus, berdiri seorang laki-laki berkemeja biru tua, tampak rapi dengan mengenakan peci hitam tertancap di kepala. Dengan wajah tampannya, Ia tebarkan senyuman pagi cerah, siap akan menyampaikan kuliah di hari pertamanya menjadi dosen. Kegagahan beliau memancarkan pesona kekaguman semua pelajar di dalam ruangan. Tak heran seorang mahasiswi berkerudung kuning penasaran bertanya kepadanya, “ Pak, kalau boleh tahu, apakah bapak sudah berkeluarga?”, perempuan itu agak malu rupanya bertanya demikian. Namun dengan bijaknya sang dosen tersenyum dan menjawab, “ hhhmmm,,, mungkin saya jawab dengan sebuah cerita…”. Semua orang terkesima penasaran ingin mendengarkan cerita pak dosen, suasanapun menjadi hening, semua telinga terpusat, pak dosen perlahan bercerita.
“ asirbal qithoo, hal man yu’iiru janaahahu # la’alli ila man qod hawaitu athiiruu “
“Wahai segerombolan merpati,,,apakah diantara kalian ada yang berkenan meminjamkan sayapnya # sehingga aku bisa terbang menuju orang yang sangat ku cinta” .
Nurul yang merupakan santriwati tahfidz terbaik, seringkali mengirim surat lewat pos untuk Fawwaz, dalam suratnya Nurul memberi tahu bahwa ia sudah menyelesaikan hafalan Al Qur’an lebih cepat, Ia juga memohon izin untuk mengabdi sambil mengikuti kuliah keguruan di Instutut yang ada di pesantrennya. Nurul memang perempuan yang sangat sholehah, Ia sering memberi nasihat dan motivasi agar Fawwaz senantiasa tekun ibadah, kuliah dengan rajin, sehingga mendapat ilmu yang berkah dan manfa’at. Setelah membacanya, Fawwaz seolah mendapat energi dan semangat baru. Kata-kata Nurul membuat gelora jiwanya meningkat. Ia bertekad harus menjadi yang terbaik, karena ia akan menjadi Imam dari bidadari jelitanya.
Semua orang di auditorium kaget dan menjerit histeris, bahkan ada yang menangis. seorang bertanya keheranan, “ lalu bagaimana nasib Fawwaz dan Nurul, Pak? “
Sang dosen melanjutkan lagi ceritanya, “ Ya, Alhamdulillah Fawwaz masih bisa diselamatkan, Namun,,, Nurul,,,, Ia tewas di tempat kejadian“… ruang auditorium menangis, tetesan air mata tidak bisa dibendung. “ Fawwaz waktu itu sangat terpukul dan frustasi, namun Ia masih diberi ketabahan. Ia berdo’a, semoga istrinya dimasukan ke dalam surga, menjadi bidadari pendamping diakhiratnya kelak. Kemudian, untuk menghilangkan kesedihannya, Fawwaz bertekad kembali ke Mesir melanjutkan Master sampai doktoral, kemudian kembalilah Fawwaz ke Indonesia, dan saat ini dia berdiri di depan kalian semua”, DR. H. Muhammad Ulul Azmi el Fawwaz, MA.
Sumber:http://www.lokerseni.web.id/2012/08/cerpen-islami-doa-untuk-bidadari.html
Durhaka Seorang Anak Tiri
“April, ikut mamah yuk?” ajak mamah April pada April yang tengah asyik menonton kartun kesukaannya, Crayon shincan. “Kemana mah?” tanya April kepada mamahnya tanpa melepas pandangannya dari layar televisi. “Biasa mamah mau ke pasar, ikut gak ? bantuin mamah donk. Mamah mau masak ayam goreng nih, kesukaan kamu kan, sayang ?” bujuk sang mamah kepada April supaya April mau ikut dan membantunya. “apa mah,? Ayam goreng ? mau banget donk. Lagi pula shincannya juga udah abis” jawab April langsung bangkit dari sofa dan mematikan televisi. “ayo mah. April udah siap. April juga udah laper nih. April gak sabar mau masak ayam terus makan deh. Heheheh….” ajak April pada mamahnya sambil tersenyum manja. Mamahnya pun mengangguk dan tersenyum melihat kelakuan anak semata wayangnya ini yang manja. April dan mamahnya pun pergi kepasar bersama. Ditengah perjalanan April melihat seorang pedagang es krim yang berada di sebrang jalan yang menarik perhatianya. “mamah, aku mau itu, es krim mah.” Kata April seraya menunjuk pedagang es krim tersebut. “Yasudah, mamah aja yang beli. Kamu tunggu sini ya. Jangan kemana-mana. Mamah mau nyebrang dulu.” Ucap sang mamah kepada April seraya berjalan menyebrangi jalan meninggalkan April. Namun, tanpa disadarinya sebuah truk melaju dengan kecepatan tinggi, dan akhirnya menabrak mamah April yang sedang menyebrang. Dan kejadian itu merenggut nyawa mamah April seketika. “Maaamaaaaaaaaa” …………
Kejadian itu memang sudah 6 tahun berlalu. Mamahnya meninggal disaat April berusia 11 tahun, dan sekarang usia April menuju 17 tahun. Lama memang namun April belum bisa melupakan sosok mamahnya yang memiliki nama panjang Elisa Aliyani Syafitri dan April bernama lengkap Aprillia Andita Syafitri. Semenjak peristiwa itu sifat April pun berubah menjadi 180 derajat. Sekarang April menjadi jutek, cuek, angkuh, sombong, dan pemarah. April terlahir pada tanggal 4 April 1995, dan sang mamah pun terlahir pada tanggal 4 April 1975. Maka dari itu April yang dahulu sangat senang jika ingin berulang tahun sekarang dia menjadi sangat membenci tanggal lahirnya. Karna dia akan teringat pada mamahnya. Selain itu, mamahnya meninggal pada tanggal 6 April, dua hari setelah April, papah dan mamahnya pergi ke puncak untuk merayakan ulang tahun April dan mamahnya. Bahkan, April sekarang tidak ingin lagi dipanggil dengan sebutan April. Dia lebih senang dipanggil Lia. Jika ada seseorang yang memanggilnya April sontak April marah, dan moodnya pun akan langsung turun.
“Lia, papah mau ngomong sesuatu sama kamu. Sudah waktunya kamu tau.” Ucap papah serius, dengan wajah yang agak gugup. “ngomong apa pah ?” tanya April penasaran. “kamu kenal tante Erinta, kan?” tanya papah April pada April. “iya April kenal lah, tante April mamahnya kak Farel sama Alina kan ?” tanya April pada papahnya dengan raut wajah yang penasaran. “hmm, papah, papah akan menikah dengan tante Erinta bulan depan. Papah sudah persiapkan semuanya, dan undangan pun sudah papah sebarkan. Papah fikir jika papah menikah dengan tante Erinta kamu tidak akan kesepian lagi. Karna ada kak Farel dan Alina yang akan menemani kamu kan ? Maaf, karna sebelumnya papah tidak memberitahu kamu.” Ucap papahnya pada April dengan terbata-bata karna gugup, dan takut jik April akan marah. Dan hal yang ditakutinya pun terjadi. “ asal papah tau ya, gak akan ada yang bisa gantiin mamah dirumah ini.” Kata April penuh dengan emosi dan matanya pun berkaca-kaca. “tapi Lia, tante Erinta baik kok. Papah yakin dia bisa menjaga kamu dan menyayangi kamu dengan baik.” Ucap sang papah mencoba meredakan amarah April. “GAK, sekarang mending papah keluar dari kamar April. April benci papah. Lia gak mau punya ibu tiri. Sebaik-baiknya tante Erinta dia itu bukan mamah April.” Ucap April pada papahnya penuh dengan emosi. “sekarang papah mendingan keluar dari kamar April.” Bentak April pada papahnya seraya menunjuk pintu. Dan April pun sudah berani melawan papahnya.
(3 bulan kemudian…..)
“Lia, kamu sudah pulang ? makan dulu ya ? atau mau tante ambilkan ? tunggu sebentar ya sayang.” Tanya tante Erinta pada April seraya berdiri menuju dapur. “udah tau dirumah, ya pasti udah pulang lah.” Ucap April sedikit berbisik. “ini Lia makanannya. Habiskan ya ?” kata tante Erinta sambil memberikan sepiring nasi dengan lauk ayam goreng kesukaan April. Praaaannnggg… “astaghfirullah…” ucap tante Erinta kaget karena makanannya dibanting oleh April. “udahlah, gak usah sok baik sama gue. Percuma lo tuh gak akan pernah bisa gantiin mamah. Pake ngasih lauk ayam goreng lagi. Gue Cuma mau makan ayam goreng buatan mamah, bukan lo !!! gue tuh masih punya kaki, gue bisa ambil sendiri.” Bentak April pada tante Erinta lalu meninggalkannya. “April, kamu bisa gak sih sopan sedikit aja sama mamah.” Ucap Alina kepada April karna kesal dan tidak terima atas perlakuan April terhadap mamahnya. April pun langsung menghentikan langkahnya dan berjalan menuju Alina. “tadi lo manggil gue apa ? April. Gue bilangin lagi ya sama lo. Jangan panggil gue April, panggil gue Lia. Ngerti gak ? dan satu hal lagi ya, dia itu mamah lo bukan mamah gue. Paham ?” ucap April tepat di depan muka Alina. Alina ingin melawan namun dicegah oleh mamahnya, dan Alina pun hanya dapat menahan emosinya. “tapi Lia, mamahku juga udah jadi mamah kamu kan sekarang.” Ucap kak Farel dengan nada yang lebih lembut. “gue harus ngomong berapa kali sih sama kalian, mamah gue itu Elisa Aliany Syafitri bukan dia. Dan gak ada satupun yang bisa gantiin posisi dia dalam hati gue.” Ucap April dengan suara agak serak dan mata yang berkaca-kaca, dan akhirnya April pun lari menuju kamarnya.
Braaakkk….. April pun langsung membanting pintu kamarnya dan di dalam April langsung menangis tersedu-sedu. Setelah sekian lama April menangis, akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari rumah. Karena dia sudah tidak tahan lagi berada di rumahnya. Setelah, dia mengkemasi pakaiannya April mengambil kunci mobilnya. April pergi menaiki mobil honda jazz kesayangannya yang berwarna merah muda.
“ April… April… bangun sayang….” berkali-kali tante Erinta mengetuk pintu kamar April dan memanggil nama April namun tidak ada jawaban apapun dari dalam kamar April. Beruntung kamar April tidak dikunci, tante Erinta pun masuk ke kamar April. Namun, ternyata April tidak ada dikamarnya. Tante Erinta pun terkejut, hanya terdapat tulisan menggunakan lipstik berwarna merah muda di cermin bertuliskan “ GAK USAH CARI APRIL LAGI.”
“ Papah, Farel, Alina….” teriak tante Erinta panik. “ada apa sih mah pagi-pagi udah teriak-teriak.” Tanya sang papah sambil menggunakan dasi. “ Pah, April kabur dari rumah.” Jawab tante Erinta sambil menangis. “Apa ?” tanya sang papah kaget dan tidak percaya, lalu sang papah pun berlari menuju kamar April. “ Ada apa, mah ?” tanya Farel dan Alina serentak tanpa sengaja. “ April… April kabur dari rumah.” Jawab tante Erinta yang menangis dan panik.
Kriiiinngggg…. kriiinngggg…. “ Biar Farel aja mah yang angkat teleponnya.” Ucap Farel sambil melangkah ke telepon rumah yang berdering. “Halo, Assalamualaikum…” ucap Farel. Setelah mengangkat telepon wajah Farel berubah menjadi gelisah. “mah, pah, na… April kecelakaan sekarang April berada di rumah sakit Anindya.” Setelah Farel berbicara mamahnya pun langsung tak sadarkan diri.
“mah, mamah sudah sadar ?” tanya Alina kepada tante Erinta saat tante Erinta membuka matanya secara perlahan. “April mana ? ayo cepat kita harus ke rumah sakit.” Ucap tante Erinta sambil memaksakan diri untuk berdiri walaupun sebenarnya dia masih lemas. “ Iya mah, sabar. Pelan-pelan.” Kata Farel sambil membantu tante Erinta untuk berdiri.
Sesampainya di rumah sakit mereka pun menuju UGD. Dan beruntung saat mereka datang tak lama dokter keluar dari ruang UGD. “ Dokter, kami dari keluarga Aprillia. Bagaimana keadaannya sekarang, dok ? ” tanya sang papah panik. “beruntung kalian datang tepat waktu. Keadaan Aprillia sekarang sangat kritis, dia membutuhkan donor darah secepatnya, kalau tidak kami sulit menolongnya. Dan bank darah di rumah sakit ini sudah habis. Adakah yang ingin mendonorkan darahnya untuk Aprillia? Bapak bagaimana ?” jawab sang dokter. “ saya diabetes dok. Saya tidak mungkin mendonorkan darah saya.” Jawab sang papah semakin bingung mendengar penjelasan dokter. “dok, kalo saya boleh tau apa golongan darah April ?” tanya tante Erinta kepada dokter dan bermaksud untuk mendonorkan darahnya. “golongan darah Aprillia AB. Ibu berminat mendonorkan darah ibu ?” tanya sang dokter kepada tante Erinta. “iya dok. Kebetulan golongan darah saya O. Bisa kan dok, jika saya ingin mendonorkan darah saya?” jawab tante Erinta. “bisa, Yasudah ibu ikut saya untuk memeriksakan darah ibu, setelah itu jika darah ibu bersih kita akan mentransfusikan darah itu secepatnya. Karena April benar-benar membutuhkan darah itu secepatnya.” Ajak sang dokter kepada tante Erinta untuk memeriksakan darah tante Erinta.
Nyawa April pun tertolong, dan April berhasil melewati masa kritisnya. Setelah beberapa lama April pun sadar. “pah,?” ucap April lirih nyaris tak terdengar. “apa sayang ? allhamdullillah kamu udah sadar.” Jawab papahnya seraya mengelus kepala April, dan mengucap syukur karna April sudah sadar. “Pah, April kenapa ?” tanya April bingung. “Tadi malem, kamu pergi dari rumah sayang. Dan disaat semua orang di rumah bingung mencari kamu telepon rumah berbunyi, ternyata pihak rumah sakit mengatakan bahwa kamu sedang kritis di rumah sakit. Papah, tante Erinta, kak Farel, dan Alina pun langsung ke rumah sakit. Dan disaat papah baru sampe dokter bilang katanya kamu butuh donor darah secepatnya, karena golongan darah AB lagi kosong di bank darah.” Jawab papah panjang lebar kepada April. “terus siapa yang donorin darah buat Lia?” tanya April yang bingung dan penasaran siapakah yang menolongnya karena April merasa berhutang nyawa kepada orang yang telah mendonorkan darahnya. “Lia merasa berhutang nyawa pah sama orang itu?” tanya April yang semakin penasaran karena papahnya hanya diam dan tidak menjawab sama sekali pertanyaan itu. “yang mendonorkan darah itu… Tante Erinta.” Jawab papahnya gugup. “apa tante Erinta ?” jawab April kaget seolah tak percaya ternyata yang mendonorkan darah itu adalah orang yang selama ini dia hina, April pun merasa bersalah. “Sekarang tante Erinta mana pah ?” tanya April pada papahnya. “Lia mau minta maaf, Lia bener-bener merasa bersalah sama tante Erinta karena selama ini Lia selalu menghina dan menyakiti hati tante Erinta.” Ucap April pada papahnya supaya papahnya mau memberitahukan dimana keberadaan tante Erinta. Sang papah seolah-olah tidak percaya karena ia kira April akan marah namun ternyata April berniat untuk meminta maaf padanya. “tunggu sebentar ya sayang. Papah panggilin tante Erinta. Tapi kamu benar-benar ingin meminta maaf padanya?” tanya papahnya kepada April karena masih kurang percaya. April hanya mengangguk dan tersenyum papahnya. Papahnya pun keluar kamar dan memanggil tante Erinta. Tak lama kemudian tante Erinta, kak Farel dan Aliana masuk ke dalam ruang perawatan April. “tante maafi Lia ya. Selama ini Lia jahat sama tante, Lia selalu menghina tante dan berlaku kasar sama tante. Lia benar-benar minta maaf tante.” Ucao Lia kepada tante Erinta sambil menangis dan menggenggam tangan tante Erinta. “Sebelum kamu minta maaf tante sudah maafin kamu kok.” Jawab tante Erinta kepada April, tante Erinta pun menangis karena tak percaya dan merasa bahwa yang dialaminya sekarang adalah mimpi. “ Alina, kak Farel. Maafin aku juga ya kalo aku punya salah sama kalian.” Ucap April seraya menoleh ke arah Farel dan Alina yang berada di sebelah kiri tempat ia berbaring. “iya aku udah maafin kamu kok.” Ucap kak Farel. “aku juga udah maafin kamu kok.” Ucap Alina. Mereka pun saling tersenyum satu sama lain.
Setelah peristiwa itu, mereka pun menjadi keluarga yang bahagia dan rukun. April pun sudah mau memanggil tante Erinta dengan sebutan mamah. Selain itu, April pun sudah mau merayakan ulang tahunnya dan ia pun bersedia jika dipanggil April lagi.
Sumber: http://www.lokerseni.web.id/2012/07/cerpen-islam-durhaka-seorang-anak-tiri.html
Jadikan Aku Bidadari Surga-Mu
“Ketika yahudi-yahudi membantaimu
merah berkesimbah ditanah airmu
mewangi harum genangan darahmu
membebaskan bumi jihad Palestina. . . ”
jam pun terus berganti, tibalah adzan dzuhuh memanggil para umat islam untuk mengerjakan satu kewajibannya. Aku pun berwudhu dan melakukan ibadah shalat berjamaah dengan Teh Rini dan Teh Nana yang sudah tiba dirumh semenjak pukkul 12 siang tadi. Sesudah shalat, aku beranjak dari tempatku shalat dan bergegas mengganti baju. Aku pergi dengan yamaha mio yang ku beli dengan uang tabunganku sendiri.
Setibanya disana, para Ibu menyambutku dan teman-temanku dengan ramah dan sopan. Salah satu dari mereka pun mempersilahkan kami untuk masuk kerumahnya. Kami pun larut dalam nuansa islami dan kekeluargaan yang sangat kental.
~~~~~~~~~~Hari terus berganti, kegiatan ku semakin padat saja. Karena aku diminta Akhy Huda yang bertugas sebagai ketua LDK memberikan amanah baru untukku. Yaitu untuk mengajari para anak yang berada dipenjara anak tentang agama, serta beberapa tugas lainnya.
“Ukhty Dinda, ada beberapa tugas baru untuk anty. Semoga anty bersedia.” Beriotahunya dengan suara yang menyejukkah hatiku.
“astagfirullahgh” ucapku dalam hati.
~~~~~~~~~~
Waktu terasa terus berlalu, dua tahun sudah aku berkecimpung dalam indahnya berjuang dijalan Allah, Tapi jujur saja, aku belum puas akan perjuanganku ini. tapi ada hal yang teruys mengganjal hatiku. Begitu juga dengan Ummy dan Abah didesa. Setiap kali menelponku, mereka seringkali menanyaiku akan siapnya aku melenkapi separuh agamaku.
“Nduk, Ibu dan Bapakmu ini sudah tua. Umurmu sudah hampir 24 tahun. Lekaslah nduk menikah.” pinta Ibu padaku.
Aku hanya bisa berkata bahwa “Allah belum memberinya padaku, doakan saja ya Bu.”.
Tapi suatu hari, Ibu menelponku. ia berkata bahwa ada seorang kyai yang meminangku untuk cucunya yang katanya tinggal di Jakarta. Kata Ibu, pemuda itu juga kuliah sepertiku. ia bernama Rasyid, cucu dari Kyai Burhan yang sangat dihormati didesaku.
“Maaf nduk, Ibu harap kamu pikirkan baik baik ya. Insya Allah cucunya kyai Burhan cocok untukmu.” harap Ibu
“Inggih bu, Dinda Istikharah dulu ya.” sergah ku.
Aku bingung sekaligus bimbang dengan apa yang harus aku lakukan. setelah istikharah aku tertidur dan bermimpi membaca Surah Arrum.”
Aku terbangun dari mimpiku dan bersyukur karena Allah telah ,memberikan petunjuknya padaku. Keesokan harinya, aku menelpon Ibu dan mengatakan kesediaanku untuk menikah. Ibu menangis mendengarkan pernyataanku, ia berkata bahwa cucu kyai Burhan juga bersedia untuk dinikahkan denganku.
” Ya Allah, semuanya ku serahkan pada kekuasaanMU” doaku
aku pulang kedesa, dan subhanallah ternyata cucu kyai Burhan adalah Akhy Huda, seorang ikhwan impianku.
Pernikahan kami diadakan dengan sederhana namun terasa begitu sakral.
“saya nikahkan dan kawinkau engkau, Muhammad Rsyid Alhuda bin Muhammad Alhabsyi dengan Dinda Azzahra Ramadhani binti Syamsul rahman dengan. . . .” ucap Abah dengan lantang.
“saya terima nikah dan kawinnya Dinnda Azzahra Ramadhani binti Syamsul Rahman dengan. . .” sahutnya lantang.
Subhanallah, aku telah menjadi isterinya, dan kurasakan butiran – butiran halus tlah membanjiri wajahku yang sangat bhagia.
” terimakasih Ya Allah, kau anugerahkan aku mujahidmu.
bimbinglah kami kejalan lurusmu” aamiin
Ikhlas dalam Penantian
Setelah menunggu setengah hari, akhirnya surat pengumuman kelulusan sampai juga, dan aku dinyatakan lulus, alkhamdulillah nilainya memuaskan. Begitu pula sahabatku Astrid. Kami sangat bahagia, tidak sia-sia usaha giat dalam belajar akhirnya membuahkan hasil yang maksimum.
Meneruskan jenjang pendidikan ke Perguruan Tinggi adalah rencana kita. Dari berbagai banyak pertimbangan, akhirnya kita memilih UIN Yogyakarta. Setelah dinyatakan diterima, kami pun mencari tempat tinggal. Tiba-tiba teringat akan nasihat Ibu tercinta,
“Nduk, carilah ilmu sebanyak-banyaknya, tidak hanya ilmu duniawi saja, tetapi ilmu akhirat pun harus dicari dan diamalkan. Tujuan hidup kita adalah bahagia dunia akhirat. Jagalah diri kalian masing-masing dan hiduplah dilingkungan orang-orang yang sholeh, ibu hanya bisa mendoakan dari sini. Semoga kalian sukses dunia akhirat.” Di ucapkan dengan suara halusnya.
| Ikhlas Dalam Penantian |
Akhirnya kami memutuskan untuk tinggal di sebuah pesantren yang letaknya tidak jauh dari kampus kami. Astrid adalah sahabat dekatku, sejak SD,SMP,SMA, bahkan sekarang di PT kami pun bersama. Suka duka kami rasakan bersama. Tetapi ada satu hal yang membedakan kami, yaitu masalah percintaan. Astrid jagonya dalam menggaet cowo manapun yang disukainya. Hampir tidak terhitung berapa banyak cowo yang di deketin. Beda halnya dengan aku, aku belum berani untuk bermain-main dengan hati. Entah aku tidak peduli dengan orang-orang yang menganggap aku tidak butuh seorang pendamping hidup. Yang aku pikirkan saat ini belajar dengan sungguh-sungguh.
***
Hari pertama masuk pesantren membuat aku terkejut dengan keadaan di pesantren, aku yang terbiasa hidup dalam keadaan rapi, suasana yang tenang, kini semua itu berbanding terbalik. Sungguh membuat aku ingin pingsan seketika. Barang-barang berserakan tidak jelas dimana tempat aslinya, disetiap sudut-sudut tembok terdapat tumpukan baju yang tidak rapi, entah itu baju bersih atau kotor, keadaan kamar mandi yang begitu menjijikan membuat aku tidak ingin memasukinya. Ya Allah inikah tempat yang di inginkan Ibu untuk aku tempati..?? sejenak aku menganggap Ibuku kejam, tega membiarkan anaknya hidup dalam keadaan seperti ini. Tetapi pikiran buruk itu aku buang jauh-jauh, karena aku yakin Ibuku ingin aku menjadi anak yang terbaik.
“Apa kamu yakin mau tinggal ditempat ini?” tanya Astrid kepada ku..
“Yakin..! kenapa tidak…..?” dengan tegas aku menjawabnya.
Mendengar jawabanku yang meyakinkan, Astrid pun ikut yakin untuk tinggal di pesantren ini. Kami berdua berjalan mencari kamar yang disediakan untuk kami. Tetapi belum ketemu-ketemu, karena tempatnya begitu luas. Tiba-tiba ada seorang santriwati menghampiri kami,
“Assalamu’alaikum ya ukhti..?”
“Wa’alaikumsalam.. ukhti..”
“Afwan, ukhti-ukhti ini santri baru ya?”
“Ia benar, perkenalkan saya Keyla dan ini teman saya Astrid, kami sedang mencari kamar yang disediakan untuk kami. Tetapi kami belum menemukannya..”
“Ohh..saya aminah, afwan ukhti ! sebaiknya ukhti soan ke ndalem dahulu.. nanti disana bertemu dengan Abah dan Umi. Nanti baru kami tunjukan kamar yang bisa ukhti tempati..”
“Soan ? Ndalem?” Astrid seketika terkejut.
“Ya ukh, soan itu seperti halnya orang bertamu, sedangkan ndalem itu tempat tinggalnya Kyai. Mari saya antar ke ndalem”
Aku dan Astrid saling menatap dan tersenyum bersama, dan akhirnya kami ikuti santriwati itu ke ndalem. Letaknya tidak terlalu jauh dari asramanya. Sesampainya di depan ndalem lalu santriwati itu mengetuk pintu, dan mengucapkan salam. Melihat sikap dan tingkah laku santriwati itu sangat sopan. Kami heran, di zaman Agnes Monica ternyata masih ada orang seperti Siti Nurbaya.
“Assalamu’alaikum…..??”
“Wa’alaikumsalam..” dari arah dalam Umi menjawab salamnya.
“Ngapunten Umi, niki wonten santri enggal bade soan.”
“Ya silahkan masuk, sebentar nunggu Abah ya.”
“Nggihh…” kami serentak menjawabnya.
Aku dan Astrid hanya diam dan tersenyum ketika mendengar percakapan diantara Bu nyai dan santrinya.
Abah pun keluar, dan kami duduk di ruang tamu bersama Umi dan Abah. Aku memulai pembicaraannya dengan sedikit deg-degan karena berhadapan dengan seorang Kyai.
“Maaf Abah Umi, kita dari Semarang. Perkenalkan nama saya Keyla Nur Istiqomah, dan ini teman saya Astrid Pangesti. Kami berniat untuk masuk ke pesantren ini”
“Ya kami ucapkan selamat datang. Yang terpenting ketika belajar dipesantren adalah sabar dan istiqomah, insya Allah bisa dan semoga ilmunya bermanfaat.”
Itulah sepenggal nasihat dari Abah. Setelah mendengar berbagai nasihat dan cerita dari Abah dan Umi. kami pun pamit dan menuju ke asrama. Tiba-tiba Umi menghentikan langkah kami.
“Sebentar mba Keyla, di ndalem ada kamar kosong, berhubung putri kami sekarang kuliah di Amerika. Ada baiknya jika kamarnya diisi mba Keyla dan mba Astrid. Bagaimana?”
Sejenak kami berdiam, dan serentak menyetujui tawaran Umi untuk tinggal di ndalem. Karena pertimbangan dari pada kamarnya kosong, sedangkan di asrama sepertinya penuh, jadi untuk sementara kami disuruh untuk menempatinya untuk menggantikan anak bungsunya yang sekarang kuliah di Amerika.
“Ternyata jika hati kita ikhlas menerimanya, maka kita diberikan yang terbaik untuk kita, buktinya kita menempati tempat yang nyaman dan bersih seperti ini.” Astrid hanya tersenyum mendengar ucapanku.
Kami mulai merapikan barang-barang kami. Dan tidak terasa waktu ashar pun tiba, kami siap-siap berangkat jam’ah dan memulai aktivitas mengaji. Diawal pertemuan kami pun memperkenalkan diri kami di depan banyak santri. Ternyata begitu banyak santrinya, ada yang masih kecil ada yang remaja dan ada yang dewasa. Jelas saja karena pesantren ini dibuka untuk umum.
***
3 tahun sudah aku dan Astrid menetap di pesantren. Kuliah pun berjalan dengan lancar. Kini aku semester 7, itu artinya harus lebih giat dan serius untuk menggarap skripsi.
Tiba-tiba Astrid menepuk punggungku dengan tangannya ketika aku sedang duduk asik sambil baca buku.
“Key, kamu tau tidak, santri-santri sedang asik berbincang-bincang tentang apa?”
“Tidak, memang apa? Awas loh jangan nggosip lagi seperti kemarin-kemarin. Ntar kamu yang terjebak sendiri…!” aku mewanti-wanti sahabatku karena memang kupingnya diman-mana.
“Kata santri, bentar lagi putra Abah yang di kairo pulang.”
“Ah kata siapa kamu? memang Abah punya putra yang di kairo?”
“Yaah sahabatku yang satu ini ketinggalan berita. Abah memang punya putra yang kuliah di kairo, sudah 4 tahun belum pernah pulang. Denger-denger si ganteng. Heheeee..”
“Mulai deh kamu. Cowo mana aja kamu gebet…” Ledek ku pada Astrid.
“Biarin. Awas loh kalo kamu sampai naksir.”
“Astrid senyum-senyum sendiri, sepertinya dalam pikirannya membayangkan yang aneh-aneh.”
“Ketimbang kamu naksir sama orang yang belum jelas, siapa itu namanya? Zulfi ya. Hanya sekedar di dunia maya. Kalau cowo itu gentle, pasti dia sudah menemui kamu. Coba kamu pikir key, sudah 2 tahun lamanya kamu dekat dengan cowo, dan itu pun hanya dalam sebuah jejaring sosial Facebook. Sedangkan kamu belum tau wujud aslinya seperti apa, keluarganya bagaimana. Kapan kamu bertemu? “Dan yang aneh lagi kenapa kamu bisa suka dan mempertahankan dia. Padahal cowo-cowo yang ada di sekitar kita banyak yang ngantri buat ndapetin kamu. Tapi sayang tidak ada yang kamu respon satupun. Kamu sadar gak sih key….???” Dengan panjang lebar Astrid berusaha menyadarkanku.
“Aku tidak tahu kenapa aku bisa mempunyai keyakinan dengan Zulfi. Meskipun hanya di dunia maya. Aku nyaman, aku tenang, aku baru merasakan perasaan seperti ini. Kamu tahu aku belum pernah berpengalaman dekat sama laki-laki. Mungkin ini kuasa Allah. Belum saatnya untuk bertemu dengannya. Aku terus berharap suatu saat nanti aku bisa bertemu dengannya.”
“Mau sampai kapan key?? “
“Aku hanya bisa sabar, dan menanti takdir Allah. Sudah lah kamu tidak perlu pusing memikirkan aku ya. Aku punya sahabat sepertimu saja sudah merasa bahagia, dan cukup untuk menjadi teman keluh kesah, canda tawa. Aku sayang kamu Astrid…..”sambil memeluknya aku teteskan air mata dipipiku.
“Aku juga sayang kamu key, kamu sahabat terbaik ku. Aku tidak akan pernah melupakanmu. Jika memang menanti laki-laki itu membuat kamu bahagia, akupun ikut bahagia. Sudah ya jangan nangis lagi. Ayo dong senyum.” diusaplah airmata dipipiku olehnya. Dan setelah itu kami tersenyum bahagia.
***
Ternyata benar apa yang dikatakan Astrid 1 minggu yang lalu. Putra Abah pulang.
“Astrid !!! benar apa yang kamu katakan 1 minggu yang lalu, putra Abah pulang, nanti sore insya Allah sampai di rumah. Tadi pagi Umi bilang padaku kalau putranya pulang dan diperkirakan sampai rumah nanti sore. Jadi kita disuruh nyiapin makanan untuk nanti sore.”
“Asiiik, akhirnya aku ketemu cowo ganteng. Hhehe..”Astrid kegirangan.
Terdengar suara mobil didepan. Seorang laki-laki berpostur tubuh tinggi berkulit putih dengan wajah yang menenangkan jika dipandang, dan senyuman yang sangat manis turun dari mobil, dan mencium tangan Abah dan Umi. Apakah dia putranya yang digemari banyak santriwati.? Aku dan Astrid mengintip dari jendela.
“Waahhh gantengnya,, lihat key.!! Memang benar-benar ganteng ya.,” Astrid memujinya.
Abah Umi dan putranya duduk bersama di ruang tamu, terlihat sangat bahagia karena putranya yang dibanggakan akhirnya pulang dengan selamat. Karena sekitar 4 tahun mereka tidak bertemu, dan akhirnya rasa kangen yang terobati dengan kembali berkumpul.
Aku dan Astrid mengantarkan minuman keruang tamu. Aku hanya bisa menundukan kepalaku, karena rasa malu yang luar biasa, dan jantung yang berdetak begitu kencang membuat aku nerves ketika mengantarkan minuman. Astrid ada di depanku membawa makanan ringan.
“Terimakasih, ini santri-santri yang tinggal di sini.” Ucap Umi memperkenalkan kami pada putranya.
Setelah selesai menyuguhkan makanan dan minuman, kami pun kembali ke kamar. Astrid senyum-senyum terus karena merasa senang bertemu dengan laki-laki ganteng.
“Ganteng banget key, aku benar-benar menyukainya. Aku memimpikan punya pendamping hidup seperti dia key. Bagaimana menurutmu key?”
“Apa dia mau sama kamu,, hehe” nadaku bercanda.
“Ah kamu, sahabat lagi bahagia palah di ledekin, gak asiik ah.,” kesal Astrid padaku.
“Sudah-sudah yuk belajar, besok ujian kan..” ajaku pada Astrid.
***
Sebelum aku baringkan tubuhku diatas ranjang, tiba-tiba aku ingin membuka Facebook, barangkali ada pesan dari Zulfi, laki-laki yang selama ini ada di hatiku. Dan ternyata benar dia kirim pesan.
“Keyla, aku sekarang sudah di indonesia, 2 hari yang lalu aku sampai dirumah. Bagaimana keadaanmu, baik-baik saja kan? Aku ingin bertemu. Aku tunggu besok ba’da dhuhur di masjid Ar-Rahman dekat pesantren kamu. Aku harap kamu bisa datang. Aku ingin perkenalkan kamu pada orang tuaku.”
Aku kaget, senang, takut, campur aduk gak jelas. Entah apa yang akan aku lakukan. Sampai malam pun aku tidak bisa tidur karena teringat pesan itu. Dan akhirnya aku ambil air wudhu dan shalat tahajud.
“Ya Allah Dzat yang Maha membolak mbalikan hati,
Aku serahkan semua urusanku padaMU
Berikanlah yang terbaik untukku ya Rabb
Jika memang laki-laki yang aku nanti adalah jodohku
Maka berikanlah kesabaran dalam penantianku
Dan jika laki-laki yang aku nanti bukan untukku
Maka balikanlah hati ini, dan berikanlah rasa ikhlas”
Setelah selesai bermunajat hati dan pikiranku mulai tenang.
Waktu dhuhur telah tiba, kini saatnya aku siap-siap untuk menemui Zulfi ditempat yang di janjikan. Astrid tidak mengetahui pertemuanku dengan Zulfi, karena aku takut dia marah-marah pada zulfi yang telah menggantungkan perasaanku selama 2 tahun. aku datang menemui Zulfi sendirian.
Ketika aku sampai di masjid, aku terkejut seketika. Di dalam masjid ada Abah, Umi, putranya dan ternyata Astrid juga ada dan beberapa santri. Aku bingung kenapa mereka semua berkumpul disini, apa mereka tahu kalau aku mau menemui laki-laki yang aku nanti? Lalu aku berjalan mendekati mereka.
“Keyla, sini mendekat.” Ucap Umi memanggilku untuk mendekat.
“Apa kamu mencari sosok laki-laki yang menjajikan akan menemuimu di masjid ini?”
“Benar Umi..”
“Ini laki-laki yang selama ini kamu nanti, anak Umi, namanya Ahmad Zulfikar. Umi sudah mendengar banyak cerita dari Astrid. Kesetiaanmu menunggu pasangan hidupmu kini sudah terjawab. Umi bangga kepadamu. Kamu begitu sabar menantinya. Ahmad juga sering cerita sama Umi lewat telfon kalau dia mengagumi seorang perempuan. Dan tidak disangka kalau ternyata perempuan itu akan nyantri dipesantren ini. Makanya untuk mengenal lebih dekat kami tempatkan kalian di ndalem” Umi menceritakan kejadian sebenarnya.
Aku semakin bingung dengan keadaan ini semua. Ingin rasanya lari meninggalkan masjid ini, tapi sulit bagiku. Aku pun hanya terdiam dalam wajah kebingungan.
Zulfi pun angkat bicara,
“Aku lah Zulfi Key, mau kah kamu menyempurnakan separuh agamaku??”
Detak jantungku semakin kencang, mulut tidak bisa berucap sekatapun. Hanya kedua mataku yang langsung mengarah ke Astrid sahabatku. Karena aku tau kalau dia mengharapkan untuk menjadi pendamping Gus Ahmad. Astrid mendekatiku,
“Tenang sayang, aku hanya mengaguminya, dia untukmu. Aku bahagia akhirnya laki-laki yang kamu nanti sudah jelas wujudnya sekarang. Dan dia melamarmu key. Ayo ini saatnya kamu ungkapkan perasaanmu yang sudah lama kamu pendam key”
“Bagaiman key,” tanya Zulfi.,
“a..a…a.kuu terima…” jawabku gemetar.
“Alkhamdulillah…” serentak orang yang ada didalam masjid. Kini aku merasakan suasana yang selalu bahagia mengiringi langkahku untuk melewati hari demi hari.
Seusai wisuda, Zulfi, yang sekarang aku panggil Gus Zulfi, karena dia putra Kyai, datang kerumah dan segera diselenggarakan acara Ijab Qobul.
Mungkin ini yang dinamakan barokahnya berbakti kepada orang tua, yang pada akhirnya aku hidup di pesantren, sehingga aku bisa bertemu dengan cinta sejatiku. Dan keikhlasan dalam menanti akhirnya berbuah manis.
Sumber:http://www.lokerseni.web.id/2013/05/ikhlas-dalam-penantian-cerpen-islam.html
Menangislah karena Bidadari itu Terlalu Sempurna Untukmu
Pagi itu masih dingin,kota Padang yang semalaman diguyur hujan lebat sehingga masih terlihat sisa-sisa guyuran hujan yang membuat ranting-ranting pohon dan dedaunan disekitar Wismaku banyak yang berguguran karena begitu lebatnya hujan yang mengguyur Padang dan sekitarnya tadi malam sehingga efeknya juga dirasakan oleh rekan-rekan seperjuanganku yang ada diwisma ibarat sebuah rutinitas musiman ketika musim hujan sudah datang kamar mandi yang biasanya antri tiap pagi ketika musim panas tapi sangat kontras dengan yang terjadi ketika musim hujan hanya beberapa orang ikhwah yang tampak untuk sekedar memercikan air dikamar mandi karena sebagian mereka lebih memilih untuk beramah tamah dengan selimut diatas kasur karena sulitnya untuk bangkit karena suasana pagi yang cukup dingin seakan selimut begitu menggoda untuk tetap dalam cengkramannya,kulihat jam yang ada ditanganku sudah hampir jam 7 akupun bergegas untuk mengkemasi seluruh keperluan kuliah hari ini sengaja aku percepat kekampus karena ada janji denga Ustdz
![]() |
| Menangislah Karena Bidadari Itu Terlalu Sempurna Untukmu |
“Assalamualaikum akhi Rahman”sapa ikhwah kepadaku
“walaikumsalamwarahmatullahhiwabarakatu,apa kabar Akhi…? Jawabku sambil tak lupa bertanya
“Alhamdulillah ana baik,gimana dengan antum? Ana dengar kabar udah siap nikah ni…mata ikhwah menggerling menggoda kearahku.Akupun Cuma tersenyum dan tak berniat untuk menanggapi gurauanya
“akh disini ada bidadari”
“bidadari?”darahkupun berdesir mendengar ucapannya
“sini ana tunjukkan akhwatnya,,,beliau akhwat yang luar biasa,anak Psikologi serta ketua bidang kaderisasi akhwat dikampus ini,akhwat yang cerdas,aktivis,mengagumkan dan ibadah yang sudah tidak diragukan lagi serta akhlak yang begitu sempurna beliau adalah Mentor adik ana cocok untuk antum!ikhwah itu menjelaskan panjang lebar yang membuatku semakin penasaran.Lalu tunjuknya mengarah kesosok seorang akhwat,tak lama sesosok yang dibilang bidadari itu muncul dengan jelas
“Subhanallah…”gumanku dalam hati,seakan darah ini semakin berdesir setelah memandangnya tapi cepat-cepat kupalingkan pandanganku dengan mencoba untuk menunduk dan mengalihkan pembicaraan
“udah dulu Akh ana ke Perpus dulu Assalamualaikum” belum sempat aku melangkah seorang Ikhwah memanggilku
“Akhi Rahman….ni ada titipan surat untuk antum dari Ustadz Isran”
Akupun membalikkan badanku kearah ikhwah yang memanggilku dan menerima surat yang dititipkan untukku oleh ustadz Isran.
“afwan Akhi…ustadz tadi pesan beliau ndak bisa nemui antum sekarang karena beliau ngantar istrinya yang sedang sakit,,,oh ya nanti setelah antum baca isi surat tu Taffadol hubungai ustadz Isran langsung”
“hmmm…Ya akh Syukron suratnya,,,afwan ngerepotin antum Assalmualaikum”
“Afwan Akh…Walaikumsalam”
Akupun melangkahkan kakiku menuju keperpustakaan sembari memasukkan surat yang dititipkan Ustadz kedalam tasku,sesampai dipustaka tepatnya dilantai empat akupun mencari tempat yang agak sepi agar aku lebih leluasa untuk membaca biodata Akhwat yang diberikan ustadz untukku,”Bismilla hirrahma nirrohim” kumantapkan hati untuk membaca huruf demi huruf yang ada dalam biodata tersebut “akhwat luar biasa”gumamku dalam hati,usianya hampir sebaya denganku nampaknya Ibu dan Ayah pasti senang melihanya,dengan hati yang berbunga-bunga ku ambil selembar foto yang ada didalam Amplop,tapi ketika Foto itu baru akan keluar tiba-tiba Akhwat yang dikatakan bidadari oleh Ikhwah tadi lewat persis disampingku dengan gugup langsung kumasukkan kembali foto beserta biodata akhwat dari ustadz kedalam amplop dan langsung bergegas menuju lantai bawah perpustakaan karena takutnya aku tidak sanggup menahan pandangan kepada akhwat tersebut.
Apabila dia benar seseorang yang kau pilihkan untukku
Seseorang yang akan menjadi ibu bagi anak-anakku
Seorang yang akan menjadi teman didalam setiap perjuanganku
Maka jadikan lah dia sebagai penyemangat dan pengingat bagiku dalam perjuangan
Dakwah ini,jangan sampai dia menjadi penghalang bagiku untuk memperjuangkan
Dakwah ini Ya Allah,Ya Allah lancarkanlah segala urusanku dalam menempuh proses
Selanjutnya Ya Allah……Amin
Taaruf yang kujalani dengan Ukhti Dina nama akhwat yang disodorkan Ustdz Isran kepadaku sangat wajar dan baik-baik saja,aku didampingi oleh Ustadz Isran sedangkan Ukhti Dina didampingi istri beliau,komunikasi berjalan dengan baik,penyatuan persepsi lancar,pengungkapan kondisi keluarga dan latar belakangnya juga lancar,akupun merasa deg-degkan dan was-was ikhtiar ini gagal ketika orang tua Dina mengujinya.
“Abi sudah mendengar kebaikan akhlak dan aktivitasmu dikampus,sekarang Abi ingin dengar bacaan Qur’an mu,Abi tidak ingin menyerahkan putrid Abi kepada orang yang tidak bagus bacaan Qur’annya”
“Itulah Ujiannya,Alhamdulilah lancar meskipun masih banyak catatan-catatan yang dipesankan orang tua dina kepada ku” sekarang aku hanya menunggu hari proses pengkitbahan yang akan melibatkan keluargaku.
2 minggu kemudian
Hingga tibalah waktu yang dinanti. Hari ini seharusnya aku dan keluargaku datang untuk mengkhitbah Dina. Hari ini seharusnya rombongan berangkat dengan wajah berseri. Namun, Allah membuat rencana yang sangat berbeda. Aku yang semalam penuh diliputi senyum simpul, kini banyak menunduk dan beristighfar.Sungguh siapa sangka, lamaran kali ini gagal. Dina, sang aktivis dakwah yang telah menjual diri dan jiwanya untuk berjihad fii sabiilillah, pulang ke rumah orang tuanya, bukan untuk dilamar, melainkan untuk dimakamkan.
Motor yang dikendarainya sehabis pulang dari Ta’zia kerumah salah satu akhwat seperjuangannya dikampus yang ayahnya meninggal dunia,menabrak trotoar jalan sehingga sangat sulit dikendalikan dan iapun terpental jauh ke aspal dan langsung dilindas sebuah mobil pick up.Akupun tercenung menatap tanah merah basah di pekuburan itu. Di dalamnya bersemayam jasad sang mujahidah. Bidadari yang hendak aku sunting. Semilir angin menghembuskan wangi kesturi, wangi para syuhada.Dalam desah akupun bergumam,
“Kau ternyata wanita agung. Kau lebih mulia daripada bidadari. Akupun tak diizinkan Allah untuk sekedar mengkhitbahmu, apalagi memilikimu. Maafkan aku, yang dulu terlambat untuk mengenal dan meminangmu” akupun hanya tertunduk dalam. “Subhanallah… aku tak mengira bahwa kau adalah bidadari yang diturunkan Allah untukku. Allah menurunkanmu bukan untuk kumiliki, tetapi untuk menegurku dari segala kesombongan.
Sumber:http://www.lokerseni.web.id/2013/06/menangislah-karena-bidadari-itu-terlalu.html



