PUASA (PERKARA-PERKARA MEMBATALKAN PUASA

PUASA (PERKARA-PERKARA MEMBATALKAN PUASA

Apakah perkara-perkara yang membatalkan puasa?

1. Makan dan minum dengan sengaja (ijmak ulamak); berdalilkan pemahaman dari ayat Allah; “…maka sekarang setubuhilah isteri-isteri kamu dan carilah apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kamu; dan makanlah serta minumlah sehingga nyata kepada kamu benang putih (cahaya siang) dari benang hitam (kegelapan malam) iaitu waktu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sehingga waktu malam (maghrib)…”. (al-Baqarah; 187)

2. Bersetubuh dengan isteri pada pada siang hari bulan Ramadhan walaupun tanpa keluar mani (ijmak ulamak); berdasarkan pemahamana dari ayat di atas.

3. Muntah dengan sengaja walaupun sedikit (berdasarkan pandangan Imam Malik dan Syafi’ie); berdalilkan hadis Nabi s.a.w.; “Sesiapa yang terpaksa muntah, maka (tidaklah batal puasanya dan) ia tidak wajib mengqadha’ dan sesiapa yang sengaja muntah, maka (batallah puasanya dan) ia wajib mengqadhanya” (HR Imam Abu Daud, Tirmizi, an-Nasai dan lain-lain dari Abu Hurairah r.a.). Mengikut pandangan Imam Abu Hanifah; tidak batal puasa kecuali banyak (penuh mulut). Jika muntah berlaku tanpa sengaja tidak batal puasa dengan ijmak ulamak.

4. Kedatangan haid dan nifas (ijmak ulamak); wanita apabila kedatangan haid atau nifas, maka batallah puasanya dengan sendirinya. Kemudian wajib ia menggantikan puasanya pada hari-hari lain di luar Ramadhan.

5. Mengeluarkan air mani dengan perbuatan secara lansung yang disengajakan seperti mengeluar dengan tangan (sama ada tangan sendiri atau tangan isteri), bercium atau berpelukan dengan isteri dan sebagainya. Adapun jika keluar mani kerana melihat atau berfikir/khayal, tidaklah membatalkan puasa –kerana ia seumpama mimpi- kecuali orang yang menjadi kebiasaan baginya. Namun begitu perbuatan tersebut adalah makruh. Begitu juga, jika yang keluar adalah air mazi, tidaklah membatalkan puasa.

6. Memasukkan sesuatu bukan makanan melalui saluran terbuka yang menyampai ke rongga perut, yakni memasukkan melalui mulut atau hidung. Perkara ini membatalkan puasa mengikut mazhab Syafi’ie, Malik dan jumhur ulamak dengan mengkiaskannya kepada makanan dan minuman.

7. Memasukkan ubat melalui lubang dubur; membatalkan puasa mengikut jumhur ulamak kecuali Imam Malik (mengikut satu pandangannya) dan Imam Daud.

8. Menitikkan air atau ubat ke dalam lubang telinga dan lubang kencing membatalkan puasa menurut Imam Syafi’ie. Begitu juga, menyedut ubat melalui hidung.[1]

9. Pengsan sepanjang hari akan membatalkan puasa dengan disepakati sekelian ulamak. Adapun tidur sepanjang hari tidak membatalkan puasa dengan ijmak juga.

10. Gila; jika seseorang itu menjadi gila, batallah puasanya kerana ia telah hilang darinya kelayakan untuk beribadah.

11. Berbekam (mengeluarkan darah); batal puasa mengikut Imam Ahmad. Jumhur ulamak tidak membatalkannya.

12. Berniat keluar dari puasa; batal puasa mengikut Imam Ahmad. Menurut Abu Hanifah, majoriti ulamak mazhab Maliki dan yang rajih dalam mazhab Syafi’ie; tidak batal puasa.

Nota kaki;

[1] Ketetapan umum dalam mazhab Syafi’ie; membatalkan puasa dengan memasukkan sesuatu ke rongga dalam badan (iaitu rongga halqum ke perut, rongga kepala (otak), usus dan pundi kencing) melalui saluran yang terbuka di badan. Sama ada benda yang dimasukkan itu kecil atau besar, makanan atau bukan makanan. Yang dimaksudkan saluran terbuka pada badan itu ialah mulut, hidung, telinga, kemaluan/faraj (saluran kencing) dan dubur (saluran berak).

http://www.fiqh-am.blogspot.com/2008/07/puasa-perkara-perkara-membatalkan-puasa.html

Tata Cara Sholat Jenazah | Bacaan Shalat Jenazah

Bacaan Doa dan Hukum Sholat Jenazah: Selain shalat fardu 5 waktu, ada satu shalat Fardhu Kifayah yaitu “Sholat Jenazah”. Shalat Jenazah atau sholat Ghoib berbeda dengan shalat biasa, shalat ini gak memakai ruku’, sujud, i’tidal dan tahiyyat, hanya dengan 4 takbir dan 2 salam, yang dilakukan dalam keadaan berdiri.

Tata Cara Shalat Jenazah

Berikut Rukun Shalat Jenazah yang terdiri dari 8 rukun, yang Hukumnya “Fardhu Kifayah” artinya jika tidak ada yang men’shalati, semua akan berdosa.

1. Niat

Setiap shalat dan ibadah lainnya kalo gak ada niat dianggap gak sah, termasuk niat melakukan Shalat jenazah. Niat dalam hati dengan tekad dan menyengaja akan melakukan shalat tertentu saat ini untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah : 5).

Hadits Rasulullah SAW dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai niatnya.” (HR. Muttafaq Alaihi).

2. Berdiri Bila Mampu

Shalat jenazah sah jika dilakukan dengan berdiri (seseorang mampu untuk berdiri dan gak ada uzurnya). Karena jika sambil duduk atau di atas kendaraan [hewan tunggangan], Shalat jenazah dianggap tidak sah.

3. Takbir 4 kali

Aturan ini didapat dari hadits Jabir yang menceritakan bagaimana bentuk shalat Nabi ketika menyolatkan jenazah.

Dari Jabi ra bahwa Rasulullah SAW menyolatkan jenazah Raja Najasyi (shalat ghaib) dan beliau takbir 4 kali.
(HR. Bukhari : 1245, Muslim 952 dan Ahmad 3:355)

Najasyi dikabarkan masuk Islam setelah sebelumnya seorang pemeluk nasrani yang taat. Namun begitu mendengar berita kerasulan Muhammad SAW, beliau akhirnya menyatakan diri masuk Islam.

4. Membaca Surat Al-Fatihah
5. Membaca Shalawat kepada Rasulullah SAW
6. Doa Untuk Jenazah

Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :

“Bila kalian menyalati jenazah, maka murnikanlah doa untuknya.”
(HR. Abu Daud : 3199 dan Ibnu Majah : 1947).

Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain :

“Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi’ madkhalahu, waghsilhu bil-ma’i watstsalji wal-baradi.”

 

7. Doa Setelah Takbir Keempat

Misalnya doa yang berbunyi :

“Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfirlana wa lahu..”

 

8. Salam

* Berikut Urutan Tata Cara dan Doa Sholat Jenazah:

1. Lafazh Niat Shalat Jenazah:

“Ushalli ‘alaa haadzal mayyiti fardlal kifaayatin makmuuman/imaaman lillaahi ta’aalaa..”

Artinya:
“Aku niat shalat atas jenazah ini, fardhu kifayah sebagai makmum/imam lillaahi ta’aalaa..”

2. Setelah Takbir pertama membaca: Surat “Al Fatihah.”

3. Setelah Takbir kedua membaca Shalawat kepada Nabi SAW : “Allahumma Shalli ‘Alaa Muhamad?”

4. Setelah Takbir ketiga membaca:

“Allahummagh firlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu anhu..”

Artinya:
“Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat, sejahtera dan maafkanlah dia”

5. Setelah takbir keempat membaca:

“Allahumma la tahrim naa ajrahu walaa taftinnaa ba’dahu waghfirlanaa walahu..”

Artinya:
“Ya Allah janganlah kami tidak Engkau beri pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah kepada kami sesudahnya, dan berilah ampunan kepada kami dan kepadanya”

6. “Salam” kekanan dan kekiri.

Catatan: Jika jenazah wanita, lafazh ‘hu’ diganti ‘ha’ – See more at: http://ariepinoci.blogspot.com/2012/07/tata-cara-sholat-jenazah-bacaan-shalat.html#sthash.mCKps6Y9.dpuf

Tata Cara Wudhu

Penulis: Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts al ‘Ilmiyyah wa al Iftaa

Soal: Amalan apakah yang dianjurkan ketika berwudhu’, dan apakah doa yang mesti diucapkan setelahnya?

Jawab :

Alhamdulillah, tatacara wudhu’ menurut syariat adalah sebagai berikut:

– Menuangkan air dari bejana (gayung) untuk mencuci telapak tangan sebanyak tiga kali ;

– Kemudian menyiduk air dengan tangan kanan lalu berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya sebanyak tiga kali ;

– Kemudian membasuh wajah sebanyak tiga kali ;

– Kemudian mencuci kedua tangan sampai siku sebanyak tiga kali ;

– Kemudian mengusap kepala dan kedua telinga sekali usap ;

– Kemudian mencuci kaki sampai mata kaki sebanyak tiga kali. Ia boleh membasuhnya sebanyak dua kali atau mencukupkan sekali basuhan saja.

Setelah itu hendaknya ia berdoa:

Asyhadu allaa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu, Allahummaj ‘alni minat tawwabiin waj’alni minal mutathahhiriin.”

Artinya“Saya bersaksi bahwa tiada ilaah yang berhak disembah dengan benar selain Allah semata tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Yaa Allah jadikanlah hamba termasuk orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri.

Adapun sebelumnya hendaklah ia mengucapkan ‘bismillah’ berdasarkan hadits yang berbunyi:

“Tidak sempurna wudhu’ yang tidak dimulai dengan membaca asma Allah (bismillah).”
(H.R At-Tirmidzi 56)

(Dinukil dari Fatawa Lajnah Daimah juz V/231. Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al Ilmiyah wal Ifta, Dewan Tetap Arab saudi untuk riset-riset ilmiyah dan fatwa)

Sumber : Amalan saat berwudhu dan doa setelahnya

http://kaahil.wordpress.com/2011/11/22/ringkasan-cara-wudhu/

SANGKURIANG

Long time ago in West Java, lived a beautiful girl named Dayang Sumbi. She was also smart and clever. Her beauty and intelligence made a prince from the heavenly kingdom of Kahyangan desire her as his wife. The prince asked permission from his father to marry Dayang Sumbi. People from Kahyangan could never live side by side with humans, but his father approved on one condition, when they had a child, the prince would transform into a dog. The prince accepted the condition.

They get married and lived happily in the woods until Dayang Sumbi gave birth to a baby boy. The prince then changed into a dog named Tumang. Their son is named Sangkuriang. He was very smart and handsome like his father. Everyday, he hunted animals and looked for fruits to eat. One day, when he was hunting, Sangkuriang accidentally killed Tumang. His arrow missed the deer he was targeting and hit Tumang instead. He went home and tells her mother about the dog. “What?” Dayang Sumbi was appalled. Driven by sadness and anger, she grabbed a weaving tool and hit Sangkuriang’s head with it. Dayang Sumbi was so sad; she didn’t pay any attention to Sangkuriang and started to cry.

Sangkuriang feel sad and also confused. How can his mother love a dog more than him? Sangkuriang then decided to go away from their home and went on a journey. In the morning, Dayang Sumbi finally stopped crying. She started to feel better, so she went to find Sangkuriang. But her son was no where to be found. She looked everywhere but still couldn’t find him. Finally, she went home with nothing. She was exhausted. She fell asleep, and in her dream, she meets her husband. “Dayang Sumbi, don’t be sad. Go look for my body in the woods and get the heart. Soak it with water, and use the water to bathe, and you will look young forever,” said the prince in her dream. After bathing with the water used to soak the dog’s heart, Dayang Sumbi looked more beautiful and even younger.

And time passed by. Sangkuriang on his journey stopped at a village and met and fell in love with a beautiful girl.He didn’t realize that the village was his homeland and the beautiful girl was his own mother, Dayang Sumbi. Their love grew naturally and he asked the girl to marry him. One day, Sangkuriang was going on a hunt. He asked Dayang Sumbi to fix the turban on his head. Dayang Sumbi was startled when she saw a scar on his head at the same place where she, years ago, hit Sangkuriang on the head.

After the young man left, Dayang Sumbi prayed for guidance. After praying, she became convinced that the young man was indeed her missing son. She realized that she had to do something to prevent Sangkuriang from marrying her. But she did not wish to disappoint him by cancelling the wedding. So, although she agreed to marry Sangkuriang, she would do so only on the condition that he provides her with a lake and built a beautiful boat, all in one night.

Sangkuriang accepted this condition without a doubt. He had spent his youth studying magical arts. After the sun went down, Sangkuriang went to the hill. Then he called a group of genie to build a dam around Citarum River. Then, he commands the genies to cut down trees and build a boat. A few moments before dawn, Sangkuriang and his genie servants almost finished the boat.

Dayang Sumbi, who had been spying on him, realised that Sangkuriang would fulfill the condition she had set. Dayang Sumbi immediately woke all the women in the village and asked them to wave a long red scarf. All the women in the village were waving red scarf, making it look as if dawn was breaking. Deceived by false dawn, the cock crowed and farmers rose for the new day.

Sangkuriang’s genie servants immediately dropped their work and ran for cover from the sun, which they feared. Sangkuriang grew furious. With all his anger, he kicked the unfinished boat. The boat flew and landed on a valley. The boat then became a mountain, called Mount Tangkuban Perahu (Tangkuban means upturned or upside down, and Perahu means boat). With his power, he destroyed the dam. The water drained from the lake becoming a wide plain and nowadays became a city called Bandung (from the word Bendung, which means Dam).***

https://sites.google.com/site/lokersosial/cerita-bahasa-inggris/SANGKURIANG.docx?attredirects=0&d=1

Ya Allah…Kutitipkan Rinduku Tuk Kekasih-Mu –

YA ALLAH.. KUTITIPKAN RINDUKU TUK KEKASIH-MU

“Ya Allah. . apakah salah jika aku merindukan kekasih-Mu. . aku sungguh sangat merindukan kekasih-Mu. . aku ingin bertemu dengannya. . “ ucapku dalam hati, dikala aku tengah teringat akan nabiku. Ia adalah sosok tauladan yang sangat aku rindukan.
Hatiku menangis jika aku teringat akan pengorbanan yang telah Beliau berikan untukku. Meskipun aku sempat berpikir, apakah aku pantas mengidolakan Beliau?. .

Dengan pikiran seperti itu. Aku meluapkan perasaanku kepada sahabat terbaikku. Tapi sebelum itu semua terjadi, terlebih dahulu aku bertanya idola sahabatku itu.
“Eva. . siapakah idolamu. . ?” tanyaku.
“Untuk apa kamu bertanya seperti itu ukh. . ?” tanya Eva heran.
“Aku hanya ingin tahu. . siapakah idolamu. . ?” tanya balikku.
“Baiklah. . Tapi sepertinya, aku tidak perlu menyebut nama idolaku. . karena aku yakin. . kamu pasti tahu siapa idolaku. . “ jawab balik Eva.
“Apakah kekasih Allah. . Nabi Muhammad Saw. . “
“Na’am. . “ jawab balik Eva sambil tersenyum.
Dengan perasaan senang, aku langsung memeluk sahabatku. Aku merasa bersyukur karena tidak hanya aku saja yang mengidolakan Beliau. Dan dari situpun, aku langsung meluapkan perasaanku.
Meskipun sebenarnya, sulit untukku mengatakan hal itu. Tapi disisi lain, aku berfikir, untuk apa aku memendam semuanya sendiri.

Sambil menatap indahnya suasana sore, aku luapkan perasaanku, kepada sahabatku.
“Eva. . pada saat aku berzikir pagi dengan teman-teman sekolahku. . guru agamaku bercerita seputar kisah Nabi Muhammad Saw. Aku sungguh merindukan nabi kita. . aku malu akan dosa-dosa yang telah aku lakukan selama aku hidup. . apakah pantas. . aku mengidolakan nabi kita. . apakah aku pantas?” tanyaku.
“Din. . akupun berpikir hal yang sama sepertimu. . tapi kau harus tahu. . Allah Maha Pengampun lagi Maha penyayang. . Jika kamu bersungguh-sungguh untuk memperbaiki dirimu dari dosa-dosa yang telah kau perbuat. . Allah akan memaafkan dosa-dosamu. . teruslah berharap Ridho Allah. . teruslah berjuang untuk menegakkan islam lewat dakwah kita. . Insya Allah. . kita akan bertemu Rasulullah di surga kelak. . “
Mendengar apa yang Dinda katakan, aku kembali memeluk sahabatku dan langsung melepaskan pelukanku.
Sambil tersenyum, Eva memberikan tissue kepadaku. Ia tidak ingin, jilbabku basah karena air mataku. Sungguh, aku bersyukur memiliki sahabat seperti Eva.
Ketika air mataku sudah terhapus dengan tissue pemberian Eva. Aku langsung tersenyum sambil memandang wajah sahabatku. Wajah yang sangat ayu dan sholehah.
Setelah itu, aku langsung mencubit pipi Eva yang tembem seperti bakpau.

Tidak heran jika ia meringis kesakitan.
“Au. . sakit ukh. . “
“Maaf ukh. . aku cuma gemas saja sama kamu. . abis pipimu seperti bakpau. .” ucapku sambil tertawa kecil. Sedangkan Eva hanya cemberut sambil mengelus pipinya yang sakit.
Tapi untungnya, Eva tidak marah dengan kejailanku itu. Ia malah penasaran dengan ceritaku tentang Nabi Muhammad. Sambil tersenyum, ia bertanya seputar kisah Nabi Muhammad sebelum wafat.

Dengan perasaan yang teramat sangat rindu akan sosok Beliau. Akupun langsung menceritakannya.
“Saat itu, tepatnya saat sore hari. . nabi kita memberikan khutbah terakhirnya dengan nada yang amat lemah. . “Wahai Umatku. . Kita Semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taatilah dan bertakakwalah kepada-Nya. . Kuwariskan dua perkara pada kalian Yakni Al-Qur’an dan As-Sunah. .
Nabipun kembali bersabda. . “Barang siapa mencintai sunnahku, berarti engaku mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan masuk surga bersamaku. .”
Dan pada saat khutbah terakhirnya itu. . ia akhiri dengan memandang para sahabatnya. . dengan tatapan tenang. .
Abu Bakar menatap matanya itu. . dengan berkaca-kaca. .
Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. .
Usman menghela nafas panjang. .
Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. .
Dan para sahabat saat itu mulai mengerti, jika Rasulullah akan pergi meninggalkan kita semua.
Manusia tercinta-Nya itu telah selesai menjalankan tugasnya di Dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat. . tatkala Ali dan Fadhal dengan cepat menangkap Rasulullah yang kondisinya semakin lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. . “ . . “ ucapku sambil menangis dan menghela nafas panjang.
Melihatku seperti itu, Eva menatapku sambil menangis. Iapun menginginkanku untuk menceritakan kembali kisah Nabi Muhammad Saw.

Dengan perasaan yang masih rindu dan sedih. Akupun kembali menceritakan kisah Nabi Muhammad Saw.
“Disaat itu. .kalau saja para sahabat mampu berada disana. . pasti akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari makin tinggi. . tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup.
Sedang di dalamnya. . Rasulullah tengan terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu, terdengar seorang berseru mengucapkan salam dan Fatimah langsung membuka pintunya. Tapi ia langsung menutup pintunya kembali, karena ia menagatakan bahwa sang ayah tengah demam.

Setelah orang itu sudah pergi, Fatimah langsung menghampiri sang ayah. . sang ayah bertanya perihal tamu tersebut. .
“Siapakah itu wahai anakku. . ?” tanya sang ayah.
Fatimahpun menjawab. . “Tak tahulah ayahku. . aku baru pertama kali melihatnya. . “.

Dan pada saat itulah, Rasulullah menatap wajah putrinya dengan pandangan yang menggetar seolah-olah seluruh sudut wajah anaknya itu hendak dikenangnya. . dan Beliau langsung berkata. .
“Ketahuilah nak. . dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. . DIALAH MALAIKAT MAUT. . “
Mendengar apa yang sang ayah katakan, Fatimah menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut telah datang menghampiri Rasulullah.

Dan ternyata benar, ia akan segera pergi meninggalkan kita semua. Tapi sebelum itu semua terjadi, Ia merasa cemas dan khawatir dengan umatnya kelak. Iapun langsung meminta kabar kepada malaikat Jibril. .
“Kabarkan kepadaku. . bagaimana nasib umatku kelak. . ?” tanya Rasulullah.
Dan malaikat Jibrilpun menjawab, “Jangan khawatir wahai Rasul Allah. . Aku pernah mendengar Allah Berfirman kepadaku:” kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya. . “
Dan setelah itu, malaikat Izroil mulai melakukan tugasnya.

Perlahan-lahan Ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat lehernya menegang. .
“JIbril. . betapa sakit sakratul maut ini. . “ perlahan desiran Rasulullah mengaduh.
Fatimah hanya mampu memejamkan matanya sementara. . Ali yang ada disampingnya, menunduk semakin dalam.
Sesaat kemudian. . terdengar suara Rasulullah memekik karena sakit yang tidak tertahankan lagi. .
Dan iapun berkata. . “Ya Allah. . dahsyat sekali maut ini. . timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku. . Jangan pada umatku. . “

Dan pada saat itulah. . badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Alipun segera mendekatkan telinganya.
“Vushiikum bis sholati, wa maa malakat aimanuku. . “
Yang artinya: peliharalah salat dan peliharalah orang-orang yang lemah diantaramu.
Di luar pintu, tangis sahabat terdengar dan langsung berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
Dan kata terakhir sebelum beliau wafat adalah “ Ummati. . ummati. . ummati. . “ yang artinya umatku, umatku, umatku. .
Dan akhirnya berakhirlah hidup manusia mulia itu. “ ucap terakhirku.
Mendengar cerita itu, aku langsung menutup wajahku. Dan sahabatkupun langsung memelukku sambil menangis. Ia tidak pernah menyangka, di akhir hayat Rasulullah. . Beliau masih mencemaskan umatnya. . bahkan Beliau rela menanggung siksa maut umatnya. .

Ketika antara aku dan Eva sudah mulai tenang, kami langsung berdoa kepada Allah. . agar kami bisa bertemu dengan-Nya juga kekasih-Nya di surga kelak. . kamipun tidak lupa untuk menitipkan rasa rindu kami untuknya.
“Ya Allah. . Kutitipkan Rinduku tuk Kekasih-Mu. . “.

http://www.lokerseni.web.id/2012/11/ya-allahkutitipkan-rinduku-tuk-kekasih.html

Jadikan Aku Bidadari Surgamu

JADIKAN AKU BIDADARI SURGAMU
Karya Dinda Pelangi
Pagi yang cerah dihari minggu, rasanya sangat berbeda dari pagi-pagi sebelumnya yang selalu diguyur hujan dan awan kelabu. Alhamdulillah, pagi ini mentari kembali menyinari bulan setelah hampir tiga hari vakum bersinar. Hari ini aku tidak ada mata kuliah, dan kebetulan hanya ada satu acara untuk pergi ke salah satu daerah terpencil di kota Metropolitan bersama dua teman LDK-ku untuk mengajari para ibu yang sangat jarang mendapat siraman keagamaan. Sebelum berangkat, aku membereskan rumah kos ku yang ku tinggali dengan empat teman kampusku. Yaitu Teh Rini, Mbak Nana, Nisa dan Fatma. kebetulan hari ini adalah jadwalku untuk membersihkan rumah, sedangkan teman-temanku sudah pergi sejak pukul delapan pagi. Entahlah, apa yang ingin mereka kerjakan.

Sembari menyapu, ngepel, mencuci piring, aku mendengar lagu-lagu nasyid favoritku yang menanmbah semangatku dalam berjuang dijalanNya.
“Ketika yahudi-yahudi membantaimu
merah berkesimbah ditanah airmu
mewangi harum genangan darahmu
membebaskan bumi jihad Palestina. . . “

Terkadang akupun ikut terbawa dalam keindahan suara para munsyidnya, hingga aku ikut bernyanyi dan memecahklan kesunyian rumah kosku saat aku sedang sendiri.
jam pun terus berganti, tibalah adzan dzuhuh memanggil para umat islam untuk mengerjakan satu kewajibannya. Aku pun berwudhu dan melakukan ibadah shalat berjamaah dengan Teh Rini dan Teh Nana yang sudah tiba dirumh semenjak pukkul 12 siang tadi. Sesudah shalat, aku beranjak dari tempatku shalat dan bergegas mengganti baju. Aku pergi dengan yamaha mio yang ku beli dengan uang tabunganku sendiri.
Setibanya disana, para Ibu menyambutku dan teman-temanku dengan ramah dan sopan. Salah satu dari mereka pun mempersilahkan kami untuk masuk kerumahnya. Kami pun larut dalam nuansa islami dan kekeluargaan yang sangat kental.
~~~~~~~~~~

Hari terus berganti, kegiatan ku semakin padat saja. Karena aku diminta Akhy Huda yang bertugas sebagai ketua LDK memberikan amanah baru untukku. Yaitu untuk mengajari para anak yang berada dipenjara anak tentang agama, serta beberapa tugas lainnya.
“Ukhty Dinda, ada beberapa tugas baru untuk anty. Semoga anty bersedia.” Beriotahunya dengan suara yang menyejukkah hatiku.
“astagfirullahgh” ucapku dalam hati.
~~~~~~~~~~
Waktu terasa terus berlalu, dua tahun sudah aku berkecimpung dalam indahnya berjuang dijalan Allah, Tapi jujur saja, aku belum puas akan perjuanganku ini. tapi ada hal yang teruys mengganjal hatiku. Begitu juga dengan Ummy dan Abah didesa. Setiap kali menelponku, mereka seringkali menanyaiku akan siapnya aku melenkapi separuh agamaku.
“Nduk, Ibu dan Bapakmu ini sudah tua. Umurmu sudah hampir 24 tahun. Lekaslah nduk menikah.” pinta Ibu padaku.
Aku hanya bisa berkata bahwa “Allah belum memberinya padaku, doakan saja ya Bu.”.

Tapi suatu hari, Ibu menelponku. ia berkata bahwa ada seorang kyai yang meminangku untuk cucunya yang katanya tinggal di Jakarta. Kata Ibu, pemuda itu juga kuliah sepertiku. ia bernama Rasyid, cucu dari Kyai Burhan yang sangat dihormati didesaku.
“Maaf nduk, Ibu harap kamu pikirkan baik baik ya. Insya Allah cucunya kyai Burhan cocok untukmu.” harap Ibu
“Inggih bu, Dinda Istikharah dulu ya.” sergah ku.
Aku bingung sekaligus bimbang dengan apa yang harus aku lakukan. setelah istikharah aku tertidur dan bermimpi membaca Surah Arrum.”

Aku terbangun dari mimpiku dan bersyukur karena Allah telah ,memberikan petunjuknya padaku. Keesokan harinya, aku menelpon Ibu dan mengatakan kesediaanku untuk menikah. Ibu menangis mendengarkan pernyataanku, ia berkata bahwa cucu kyai Burhan juga bersedia untuk dinikahkan denganku.
” Ya Allah, semuanya ku serahkan pada kekuasaanMU” doaku
aku pulang kedesa, dan subhanallah ternyata cucu kyai Burhan adalah Akhy Huda, seorang ikhwan impianku.
Pernikahan kami diadakan dengan sederhana namun terasa begitu sakral.
“saya nikahkan dan kawinkau engkau, Muhammad Rsyid Alhuda bin Muhammad Alhabsyi dengan Dinda Azzahra Ramadhani binti Syamsul rahman dengan. . . .” ucap Abah dengan lantang.
“saya terima nikah dan kawinnya Dinnda Azzahra Ramadhani binti Syamsul Rahman dengan. . .” sahutnya lantang.
Subhanallah, aku telah menjadi isterinya, dan kurasakan butiran – butiran halus tlah membanjiri wajahku yang sangat bhagia.
” terimakasih Ya Allah, kau anugerahkan aku mujahidmu.
bimbinglah kami kejalan lurusmu” aamiin

http://www.lokerseni.web.id/2012/11/jadikan-aku-bidadari-surgamu-cerpen.html

HILANGNYA AYAT DALAM AL-QUR’AN

Tak lama lagi mentari menyingsing dari balik birunya pegunungan. Bintang pengantar raja siang mulai redup perlahan-lahan. Suara kokokan ayam jantan beberapa kali terdengar dari balik peraduannya. Dari arah jalan setapak beberapa rombongan orang terlihat dari mesjid. Mungkin mereka baru saja menunaikan ibadah shalat subhu. Pemandangan seperti itu tak seperti biasanya. Hari itu agak sedikit aneh. Sebab biasanya hanya beberapa orang saja yang mau bangun cepat untuk shalat, itu pun semuanya hanya orang tua, tak satu pun anak muda. Tapi di hari itu berbeda, hampir semua orang yang ada di kampung itu telah ikhlas menunaikan shalat berjamaah. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua.
Dari balik jendela rumah sederhana yang atapnya terbuat dari daun bakau terlihat seorang kakek tua melirik ke arah rombongan jamaah itu. Kakek yang umurnya sekitar delapan puluh tahunan itu berdiri ronta ditemani sepucuk tongkat yang terbuat dari kayu yang ditebang dari belakang rumahnya beberapa puluh tahun silam. Pandang matanya yang jelas sudah tak seperti anak muda tetap saja terfokus pada mereka. orang tua itu hanya tersenyum simpul.
Kedua kening kakek itu yang mulai nampak memutih itu sepertinya mengerut. Kakek yang biasa disapa orang dengan A’ba Diang itu sangat terlihat keheranan melihat para rombongan itu. Sepertinya semuanya akibat suasana yang menyapa di pagi itu sangat berbeda dihari sebelumnya. Kopiah yang menutupi hampir separuh rambut putihnya diangkatnya hingga ke ubun-ubun kepalanya. Berdiam sejenak, dan sesekali mulutnya yang sudah tak bergigi lagi ingin mengucapkan sesuatu.
Setelah langkah para rombongan itu berlalu dari pandangan mata A’ba Diang, ia pun mulai bergegas menuju ruang rumahnya yang terbuat dari anyaman bambu. Suara reok lantainya yang akan membuat hati deg-degan bagi siapa saja yang mendengarnya. Namun semua itu sepertinya lumrah-lumrah saja Buat lelaki jompo itu. Suara gesekan lantai dari bambu itu pelan-pelan menghilang. Seiring terbitnya mentari menyongsong dari balik cerahnya biru pegunungan dari sisi kanan rumah A’ba Diang.
Sekitar jam tujuh pagi, seperti biasanya A’ba Diang mulai meraih tongkatnya kembali menuju belakang rumahnya. Dengan seluruh tubuhnya yang mulai gemetaran ia masih saja terlihat begitu kuat untuk melangkahkan kakinya ke kebun miliknya yang ada di belakang rumahnya sendiri. Sarung yang bercorak putih biru yang sudah tampak begitu kusam seakan membantu untuk mengangkat kedua kakinya secara bergantian. Akhrinya A’ba Diang mulai terlihat mencabuti satu persatu rerumputan yang tumbuh lebat di seluruh kebun singkongnya.
Baru beberapa menit saja menjongkok sambil mencabuti rumput yang menghijau, A’ba Diang pun mulai terlihat mengucurkan keringat di seluruh tubuhnya. Melihat semua itu, matahari seakan sungkan untuk menyinarinya. Namun disebabkan keterbiasaan, A’ba Diang terlihat santai saja. Meskipun batuk sesekali terdengar keluar dari kerongkongan mulutnya.
Bukan karena dia takut tak akan makan jika tak bekerja. Namun akibat keterbiasaan bekerja selama ia masih muda dulu membuatnya tak enak badan jika tak bekerja lagi. Itulah sebabnya, meskipun tubuh sudah berbau tanah, A’ba diang masih saja tetap tekun bekerja.
Matahari masih saja nampak bersinar lembut di dinding langit. Seperti lembutnya A’ba Diang bekerja. Namun, di balik pandangannya yang mulai rabun, bola matanya sepertinya sedang melirik sesuatu. Memang, di arah sisi kiri kebunnya, di bawah naungan rimbunnya pohon mangga terlihat beberapa kadang ayam. Bukannya A’ba diang sedang mencari-cari di mana keberadaan ayam-ayamnya. Tetapi melainkan lelaki tua itu menunggu-nunggu datangnya rombongan penyabung ayam. Heran, A,ba Diang sangat terlihat keheranan. Mengapa jam hampir separuh dari setengah hari para penyabung ayam itu belum juga bermunculan. Padahal di hari-hari sebelumnya, boleh dikatakan matahari belum sempat hadir menyinari siang kampung itu telah diramaikan oleh hempasan-hempasan sayap ayam yang melompat menghantam lawannya dengan tararing tajamnya. A’ba Diang terus saja diselimuti rasa keheranan.
Bukan hanya tempat penyabung ayam yang sepi. Setiap harinya di kampung A’ba Diang pun diramaikan oleh para pemuda membawa gadis-gadis pemuas nafsu berkeliaran dalam keadaan mabuk. Namun di hari yang itu juga, tapak-tapak jalan terlihat sepi oleh mereka. A’ba Diang pun semakin diselimuti ribuan kata tanya. Ada apa dan mengapa.
Disebabkan rasa ketidak percayaan yang begitu menjulang tinggi, A’ba Diang tak merasa raja siang pun telah bersinar tepat di atas ubun-ubun kepalanya. Lalu sejurus dengan itu Suara azan pun telah menggema dari arah mesjid yang tidak begitu jauh dari letak rumahnya. Baru tersadarkan akan hal itu, A’ba Diang pun mulai berdiri perlahan-lahan dari jongkoknya dan bergegas melangkah munuju gubuk tuanya dengan tongkatnya yang setia menemaninya ke mana A’ba Diang Melangkah. Sesampai di gubuknya, ia masih saja memikirkan hal apa yang membuat sehingga kebiasaan miring orang-orang sekampungnya itu sudah tiada lagi.
Dengan berjalan pelan, A’ba Diang meletakkan kopiahnya yang sudah tak menghitam lagi ke samping tongkatnya yang ada di atas meja yang terbuat dari bambu. Lalu ia pun terlihat bersandar di tiang rumah sekedar ingin mengusir rasa lelahnya melalui hembusan nafasnya. Namun, tidak berapa lama kemudian A’ba Diang seketika tersentak. Setelah beberapa menit memandangi kalender pemberian calon gubernur beberapa bulan yang lalu. Bukan karena apa, rupanya A’ba Diang tersentak akibat mendengar riuhnya orang-orang sekampung menuju mesjid. Sepertinya mereka ingin menjalankan ibadah shalat dzuhur secara berjamaah. Dari balik daun jendela rumahnya, A’ba Diang melihat betapa ramainya mesjid di hari itu. Semakin saja A’ba Diang tak mengerti dengan kelainan orang-orang sekampungnya. Akhirnya, dengan mengusir semua itu, A’ba Diang memutuskan untuk membersihkan tubuhnya. Lalu ia pun mendirikan shalat.

Selepas mendirikan salat dzuhur dan makan siang, A’ba Diang kembali duduk santai di depan pintu gubuknya. Pandangannya tiba-tiba saja tertuju pada rombongan pemerintah dari pusat hingga daerah sedang bercengkrama dengan orang-orang yang baru saja pulang dari mesjid. Memperhatikan rombongan itu, ternyata mereka ingin meminta maaf kepada orang-orang. Hal itu diketahuinya ketika rombongan pemerintah itu mendatangi rumah A’ba Diang.
“ Assalamualaikum puang. Maksud kedatangan kami ke kampung ini ingin meminta maaf,” kata seorang perwakilan rombongan. Dengan keadaan heran, sambil berjabatan tangan A’ba Diang berkata.
“ Maaf sebelumnya. Maksud bapak dan ibu sekalian apa”.

Sambil meneteskan air mata, salah satu lelaki yang berpakaian dinas itu kembali berkata,
“ Begini puang. Selama ini kami banyak melakukan kesalahan kepada masyarakat. Termasuk ke puang. Selama ini kami banyak melakukan korupsi. Memakan uang-uang rakyat. Dan tidak pernah memperdulikan orang-orang yang tidak mampu. Jadi kami mohon puang, maafkanlah kesalahan-kesalahan kami selama ini,” kalimatnya yang terdengar tersendat-sendat akibat air mata tangisan mereka yang tak terbendung lagi.
“ Oh. Tidak apa-apa nak. Anggaplah semua itu hanyalah sebuah kesalahan yang mengantarkan kita ke jalan yang benar,” balas A’ba Diang.
“ Terimah kasih puang. Kami janji, mulai sekarang kami akan bekerja hanya untuk semata-mata demi kemasalahatan masyarakat. Kami bersumpah kami tidak akan korupsi lagi,” kalimat janji terdengar dari mulut para pemerintah itu. Mendengar itu, A’ba Diang membalasnya dengan senyuman. Meskipun di raut wajahnya, A’ba Diang tak dapat menyembunyikan rasa kebingungannya.
“ Kalau begitu puang, kami mohon pamit dulu. Karena kami masih ingin mendatangi orang-orang lainnya,” kalimat akhir mereka dengan berjabat tangan sambil mencium tangan A’ba Diang. Tangan A’ba Diang pun terlihat basah akibat air mata sesal para pemerintah itu.

Seiring dengan langkah para rombongan para pemerintah itu, A’ba Diang masih saja bertanya-tanya. Mengapa di hari itu seluruh sifat orang-orang semuanya berubah. Rasa kebingungan pun sangat tergambarkan melalui raut wajah dan kening putihnya yang mengerut. Mencoba mengusir rasa itu, sesuai dengan kebiasaan sehari-harinya ia kembali maraih al-qu’an yang ada di atas meja bambunya. Tak lama lagi, matahari akan berganti senja. Kemudian A’ba Diang pun membuka lembaran al-qur’an itu perlahan-lahan.
Heran melihat kebiasaan orang-orang sekampung yang tidak menyabung ayam lagi. Bingung akibat hobi pemuda yang tidak bermabuk-mabukan lagi. Bertanya-tanya mengapa perempuan-perempuan pemuas nafsu tidak melacur lagi. Dan lebih-lebih tidak percaya menyaksikan para pemerintah yang tidak akan korupsi lagi. Tapi kali ini, A’ba Diang lebih tidak menyangka dan tak mengerti lagi. Ketika ia melihat seluruh lembaran al-quran yang berjumlah seribu seratus dua belas itu semuanya kosong. Juz al-quran yang berjumlah tiga puluh semuanya lenyap. Ayat yang berjumlah enam ribu enam ratus enam puluh enam ayat tak satu pun tertinggal. Surah pun yang berjumlah seratus empat belas juga tak ada lagi. Semuanya menghilang. Rasanya ingin gila. Begitulah perasaan A’ba Diang di hari itu.
Kaget menyaksikan semua isi al-quran menghilang. A’ba Diang hanya terlihat menyenderkan kepala ke tiang rumahnya. Hari pun tak lama lagi berganti malam. Ia masih saja tak mengerti. Apa maksud semua perubahan itu. A’ba Diang sepertinya berfikir. Apakah kesadaran orang-orang semuanya berhubungan dengan hilangnya isi al-quran. Sesekali ia berfikir, apakah sebelumnya orang-orang telah mengetahui kehilangan ayat-ayat al-quran. Sehingga di hari itu mereka takut dan akhirnya bertobat. Ataukah akibat perubahan merekalah yang mengakibatkan ayat al-quran menghilang. A’ba Diang pun sedikit bertanya pada hati sendiri. Apakah sifat buruk manusia itu tidak dapat menghilang lagi. Apakah sifat-sifat tercela manusia sudah menjadi suratan dari tuhan. Dan itu tidak dapat berubah lagi. Mungkin itulah maksud tuhan sehingga Ia menurunkan firmannya untuk hamba-hambanya. Karena tuhan telah memberikan dua sifat untuk manusia. Sifat baik dan buruk. Jika tuhan hanya memberikan sifat baik saja, maka tak bergunalah firman-firmannya. Wallahua’lam. Hanya tuhan yang tahu. Begitulah seterusnya asumsi-asumsi A’ba Diang sampai ia dipanggil kembali di sisi tuhannya. Hingga meninggalpun ia tak mengerti dengan semuanya. Ia sendiri pun menyadari, andai ia mengerti, maka tuhan pun tak jadi tuhan lagi.

http://www.lokerseni.web.id/2012/06/cerpen-islam-hilangnya-ayat-dalam-al.html

TANGISAN PERTAMA MEMBAWA CAHAYA

Malam yang dingin itu, lutfi masih saja asyik dengan kebiasaan lamanya. Mabuk mabukan, judi dengan ditemani wanita seksi, sudah biasa dalam kehidupannya. Disaat semua orang terlena dengan mimpi mimpi tidurnya, ia malah makin nikmat dengan permainan maksiatnya.

Tiba tiba hp nya berdering tanda sms masuk.
Sebentar kawan…ucap lutfi.
Segera pulang,
istrimu sedang dirumah sakit,
ia akan melahirkan.

Spontan ia terkejut. Lalu bergegas menghidupkan sepeda motornya. Sampai dirumah sakit. Mertuanya langsung menyemprot nya dengan bumbu bumbu ceramah. Ia tak ambil pusing, segera saja ia bertanya kepada dokter tentang keadaan istrinya.

Lutfi memang termasuk bandit. Semua orang mengetahuinya. Tetapi ia tidak bisa menghilangkan rasa cintanya pada sang istri yang begitu sabar menghadapi sifat bejatnya.

Pernah suatu ketika, ia tertangkap oleh polisi dan dipenjara beberapa bulan. Hanya istrinya yang selalu setia menjenguk dan membawakan makanan ke penjara. Guna menjaga gizi sang suami tercinta. Itu terjadi pada saat bulan kedua pernikahannya.

Dok. Gimana kondisi istriku…” Tanya lutfi pada dokter.
Tenang pak.. istri bapak besok akan segera kita operasi. Air ketubannya sudah kering. Sekarang kita bantu dengan infus, kita akan persiapkan semuanya. Tolong pak, diurus administrasinya”. Jelas dokter.

Baik pak.. saya minta tolong pak, berikan yang terbaik untuk istri saya..”.

Melihat suasana itu, mertuanya terlihat luluh, memang lutfi dikenal masyarakat sebagai pemuda yang brandal, mungkin karena umurnya yang masih muda, tetapi didalam relung hatinya, ia sangat mencintai istrinya.
* * * *

Didepan kamar operasi, keluarga dan tetangga dekat telah menunggu apa yang akan terjadi. Tiba tiba pintu ruang operasi terbuka, setelah dua jam mereka menunggu.
Siapa ayahnya,,” suara perawat memecah kerisauan.
Saya mbak..” jawab lutfi spontan.
Selamat pak,,,” anak bapak laki laki.. ucap suster.
ALHAMDULILLAHHHH”. Teriak serentak diruangan itu.
“ Istri saya gimana mbak…
“ Tenang pak,,lagi dalam pemulihan, ia tak apa apa. Masih dalam efek bius. Lebih baik bapak ikut saya keruang incubator, biar sikecil langsung di azankan. Jelas mbak perawat.
Azan”..teriak halus bibirnya.

Seketika mendengar seruan untuk mengazankan anaknya. Sontak kaki lutfi kaku bagai tak ada refleks untuk bergerak. Ia diam membisu, bibirnya gemetar, ia bingung dengan apa yang terjadi. Keluarga yang melihat kejadian itu, tidak begitu kaget, karena lutfi dikenal sebagai sosok yang tak tahu soal agama.

Sholat aja tak pernah apalagi bacaannya”. Celetuk bibir usil salah satu keluarga.
“ Ba…baik mbak..” jawab lutfi terbata.

Di ruang incubator, lutfi mengumandangkan azan ditelinga kanan putranya. Ia memang tak pernah sholat, tapi ia sering mendengar suara azan berkumandang di mesjid dekat rumahnya. Ia masih ingat nada nada seruan sholat itu, walaupun tidak tau artinya tapi ia ingat betul urutannya.
“ ALLAHU AKBAR…ALLAHU AKBAR..”
“ LAAILAHAILLALLAHU..”

Keluarga yang sedang penasaran ingin melihat sang bayi, tepat didepan pintu ruang incubator terkejut, heran, kagum, haru, menyaksikan suasana itu. Bisa juga ya… anak itu azan”. Celetuk bibir ibu mertuanya.

Lutfi yang terdiam kaku melihat wajah bayi mungil itu, tak terasa matanya basah meneteskan air bening hingga membasahi pipinya, kakinya kaku bagai dipasung, badannya oleng tak seimbang hingga akhirnya ia roboh, membentuk posisi sujud kepada Rabb nya. Ia bingung dengan kondisi dirinya.
“ apa yang terjadi…lirih hatinya kebingungan.

Keluarganya diluar lebih kaget melihat lutfi dengan posisi sujud itu. Adik ipar yang hendak masuk untuk menolong abang iparnya itu dilarang pak mansyur tetangga lutfi yang ikut menjeguk.

Biarkan saja, hidayah ALLAH sedang berproses pada dirinya. Jawab pak mansyur, takmir mesjid dekat rumahnya.

Keluarga, tetangga dan para penjeguk dari teman temannya, haru terdiam melihat suasana itu. Malah ibu mertuanya menangis menyaksikan peristiwa itu.

Lutfi masih sujud, air matanya sudah menggenangi lantai ruangan itu. Sudah sepuluh menit ia dibiarkan begitu, tubuhnya yang masih lemas tiba tiba bangkit mendengar tangisan putranya, seakan putranya tahu kondisi ayahnya. Dan menangis memecah suasana. Tangisan itulah yang membawa cahaya bagi hidupnya.

http://www.lokerseni.web.id/2012/01/cerpen-tangisan-pertama-membawa-cahaya.html

Lewat Tasbih

LEWAT TASBIH
Kamar itu terlalu pengap untuk Reina melepas lelah hatinya, mungkin esok bisa ia nikmati kesejukkan pagi yang menentramkan hatinya nanti.
“Allah sangat mencintaiku daripada dirimu.” Itulah kutipan terakhir yang Reina tulis dinote laptopnya..
Hari ini dia mendapatkan status terbaru dari kekasihnya yang tadi siang baru saja meninggalkannya untuk alasan yang sangat tak masuk akal bagi Reina.

Tapi Reina tak ingin terlalu memperdulikan masalah itu, karena sebelumnya ia tahu kekasihnya memang tak baik.
“Hhooaamm, ngantuk ah.. Good bye boy, I don’t care with you .” sambil menutup lapotop kesayangannya Reina pun mulai memejamkan matanya.
Mungkin kekasihnya akan menyesal karena telah meninggalkan perempuan yang sangat sangat berbeda .
Gadis berjilbab, cantik, sholeh dengan segala keindahan dan kelembutannya yang hanya laki-laki tertentu yang mampu melihat keindahnnya.

Pagi pun membangunkan Reina dengan kesejukan yang berlinang dihatinya..
“Astagfirullahalazim telat bangun gue!” Reina bergegas mandi dan merapikan segala sesuatunya segera berangkat ke kampusnya..

Dia tancap sepeda motornya dengan kecepatan yang lumayan tinggi, tapi sayangnya sepeda motornya tidak mendukung bannya tertusuk paku, Reina pun terpaksa berhenti.
“Masya Allah, ada apa ? Udah telat banget ini.” Reina panik sambil melihat jam tangan yang terus saja bergulir menunjukkan jam 7 lewat.
Reina merasa bingung hingga akhirnya ia putuskan untuk tidak kekampus dan ia terduduk ditrotoar sambil menikmati udara pagi yang masih sejuk dan mencoba menghubungi ayahnya yang sudah 15 menit tidak mendapat jawaban dari seberang sana. Reina tidak mungkin berangkat jika sepeda motornya ditinggal dipinggir jalan tanpa banyak kendaraan yang lalu lalang.
Jalanan ini memang tidak terlalu banyak dilewati kendaraan, hanya beberapa kendaraan dari komplek perumahan ini saja yang lewat .

Reina membuka botol minum yang ia bawa, tenggorokannya mencekitnya dengan dahaga.
“Assalamualaikum..” Suara berat dan lembut itu menyapa Reina dari belakang, Reina terkejut sampai membuat minuman ditangannya tumpah ke jilbabnya.
“Aduh maaf maaf dik, kalau mengejutkan” Laki-laki itu pun jadi salah tingkah begitupun Reina, Reina langsung bergegas dari duduknya dan langsung berdiri refleks.
“Waalaikumsalam, gapapa kok ka.” Belum sempat ia menyelesaikan omongannya ia sudah terpana oleh laki-laki yang terlihat sangat alim, dewasa, lembut, dan tampan.
“Subhanallah.” Gumam Reina, dan ia langsung tersadar setelah tangan laki-laki itu melambai dihadapan mukanya “Astagfirullahalazim, maaf maaf ka. Ada apa ya ka?” Reina langsung mengalihkan pandangannya sambil membenarkan jilbabnya.
“Ada yang bisa saya bantu ngga? Abis kayanya lagi kebingungan nih.” Laki-laki itu mencari apa yang membuat perempuan ini terlihat bingung, dan akhirnya ia menemukan sebabnya.
“Ooh bannya bocor, disitu ada tukang tambal ban tuh, jalan sebentar mau ?” Reina hanya mengangguk, dan mengikuti lelaki ini dari belakang, hingga sampailah mereka di tempat tambal ban.

Disana Reina hanya duduk terdiam sambil sesekali melirik jam tangan miliknya, lelaki itu pun juga berada disebelahnya lalu lelaki itu berdiri dan pamit pergi kepada Reina.
“Eh kamu mau kemana ?” Tanya Reina dengan sigap.
“Saya ada kelas , saya harus ke kampus. Maaf tidak bisa menemani. Assalamualaikum.” Tanpa sempat Reina mengucapkan terima kasih laki-laki itu sudah membalikkan badan dan setengah berlari meninggalkan Reina. “Waalaikumsalam” Ucap Reina dalam selirih suaranya.
Entah mengapa setelah laki-laki itu meninggalkannya, jantung Reina berdetak tidak karuan gelisah langsung melanda dirinya, dia menemukan tasbih yang terjatuh didekat kakinya Reina langsung meraih benda itu dan digenggam kuat-kuat oleh Reina, percuma saja ia memanggil lelaki itu keburu menghilang dari pandangan.
Disalah satu sisi dari biji tasbih itu terukir inisial ‘MR’, ia pun kembali kerumah otaknya selalu mencoba mengingat wajah laki-laki sholeh yang menggetarkan jiwa tersebut.

Dikamar ia bercermin dan tetap saja otaknya mencari memori yang tadi pagi terjadi.
“Ya Allah, mengapa aku? Tidak boleh aku membayangkan seseorang yang bukan muhrimku.”
Reina meletakkan tasbih itu diatas meja rias ia juga melepas jilbabnya dan merebahkan diri, karena terlalu lelah berjalan bersama laki-laki melembutkan jiwa tadi.
****

2 Tahun kemudian semenjak kejadian dipagi hari yang lalu.
Seperti biasa Reina menjalankan hari-harinya, namun beberapa minggu ini ia sangat sibuk mempersiapkan acara baksos dan tafakur alam yang diadakan kampusnya untuk beberapa minggu nanti.
“Na, bengong aja sih ah ayolah bantu-bantu deadline nih. Nanti ka Raihan mau dateng.” Khaira menyadarkan sahabatnya dari lamunan yang menghanyutkan Reina.
“Ka Raihan siapa?”
“Itu kakak mentor dari UI. Makanya ayo jangan ngeliatin tasbih aja,tasbih tuh dibuat zikir bukan diliatin aja.”

Reina tiba-tiba saja teringat pemilik tasbih berinisial ‘MR’ itu ia mencoba untuk mengingat wajah itu tapi otaknya menyamarkan wajahnya sehingga ia mengabaikannya, tasbih itu selalu menemaninya selama 2 tahun belakangan ini, ia selalu berzikir dengan tasbih itu .
“Ah bawel banget sih best friend gua ini hehe, yaudah dilanjutin lagi nih.” Khaira hanya menggeleng-gelengkan kepala, dan Reina sibuk dengan aktifitasnya melupakan sejenak tentang pemilik tasbih itu.
Sore ini, ada seminar islami dikampus Reina.

Reina menjadi panitia dalam acara ini, ia sangat sibuk hari ini.
“Reina, nanti yang nyambut ka Raihan kamu aja yah.” Dosen Reina menyuruh Reina yang baru saja melepas lelahnya .
“Saya pak ? memang tidak ada yang lain ?”
“Panitia humas sedang menjemput penceramah lainnya, Cuma kamu yang bapak liat tidak sedang sibuk. Bisa yah?” Reina pun hanya mampu menganggukan kepala dan menghabiskan minumnya yang baru setengah ia tenggak tadi, handphone-nya berdering ..
“Rei, ka Raihan udah mau nyampe di depan masjid kampus tuh, cepet kesana yah.” Khaira langsung menutup telponnya.
“Kebiasaan banget sih, nelpon ga ngucap salam nutup juga ga pake salam.” Reina menghela nafas dengan membetulkan jilbabnya yang hampir berantakan dan memulai langkahnya untuk menuju tempat yang Khaira bilang tadi.

Entah apa yang Reina pikirkan, ia berjalan dengan perasaan yang sangat tidak karuan jantungnya berdebar-debar langkahnya langsung sedikit dipercepat.
“Masya Allah, kenapa jantung aku jadi dag dig dug gini kaya mau nyambut presiden aja sih ih.” Reina berbicara sendiri dengan hatinya.

Sesampainya didepan masjid, ia menunggu rombongan dari UI yang mau datang itu..
“ Loh mana katanya mau nyampe, udah 5 menit gue disini. Jangan-jangan Khaira salah ngasih informasi lagi.” Reina langsung mengambil handphone-nya namun sebelum ia menekan tombol call….
“Assalamualaikum, dik Reina yah ?” Reina langsung terkejut.
“Waalaikumsalam, ya ampun kakak ngangetin aja. Ka Raihan yah?”
“Iya maaf yah nganggetin, udah lama nunggunya ? maaf tadi kami ada sedikit masalah sama mobilnya.”
“Iya gapapa kok ka, yasudah kakak dan yang lainnya sudah ditunggu di aula kampus, mari saya antar.” Reina memperhatikan lelaki ini ia merasa tidak asing dengan lelaki yang ada dihadapannya.
“Saya ngga asing sama wajah kakak deh, apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Tanya Reina penasaran, dan laki-laki itu pun ternyata juga merasakan hal yang sama dengan Reina.

Namun Raihan hanya terdiam sambil mengingat-ingat apakah ia pernah bertemu dengan Reina.
“Aahh udahlah mungkin banyak yang mukanya kayak kakak hehe.” Reina mengalihkan pandangannya lalu Reina dan rombongan Raihan langsung menuju ke aula untuk diadakan mentoring dan seminar itu.

Setelah setengah jam berlalu di acara seminar tersebut, Reina memperhatikan Raihan yang sedari tadi berbicara depan umum dengan kelembutan suara yang menggema se-aula tersebut.
“Subhanallah, laki-laki itu ga cuma tampan, tapi imannya juga insya Allah kuat. Calon imam idaman bangeett.” Mata Reina langsung berdelik ke arah Khaira yang sedang setengah kehilangan sadar memperhatikan laki-laki yang disambut oleh Reina itu
“Masya Allah, Irraa.. tidak boleh kamu membayangkan laki-laki yang belom mahram.” Reina menepuk pundak Khaira.
“Astagfirullahalazim, khilaf aku Na. Hehe, abis mempesona banget si ka Raihan, nyesel aku kenapa bukan aku yang menyambutnya tadi.”
“Husshh, istigfar ah kamu..”
Khaira hanya tersenyum kecil dan memeluk sahabatnya itu.

Setelah satu jam, acara itu pun selesai bertepatan dengan azan maghrib..
“Reina Khaira, bapak boleh minta tolong lagi?” Suara pak Abdul mengejutkan Reina dan Khaira yang baru saja selesai sholat dan keluar dari Musholla.
“Masya Allah si bapak bikin kaget aja, iya ada apa pak?” Tanya Reina sambil merapihkan jilbabnya yang membuat dirinya semakin cantik.
“Tolong antarkan oleh-oleh ini kepada Raihan yah, dia ada di aula bapak tidak sempat bertemu karna bapak harus cepat pulang, tolong yah kamu antarkan.”
“ Oh baik pak, tenang dan beres.” Khaira mengacungkan jempolnya dan menarik tangan Reina untuk segera ke aula.
“ Tunggu-tunggu. Tolong sampaikan permintaan maaf dan salam bapak yah kepada nak Raihan.”
“ Siap pak, kami pergi dulu yah pak. Assalamualaikum.” Setelah itu mereka pun langsung menuju aula.

Di ruang tunggu disitu hanya ada Raihan dan kedua temannya..
“Assalamualaikum..” Sapa Reina saat membuka pintu aula.
“Waalaikumsallam.” Jawab Raihan dan kedua temannya.
“Boleh kami masuk?” Khaira langsung memasang tampang charmingnya.
“Ya silahkan, ada apa yah?” Tanya Fahri.
“Maaf menganggu, kami ingin mengantarkan titipan dari pak Abdul untuk kakak-kakak.” Khaira menyodorkan kotak yang lumayan berat itu kepada Fahri namun langsung diambil alih oleh Raihan.
“Sini biar saya saja yang membantu.” Tanya Fahri yang hampir meluluhkan Khaira itu.
“ Kata pak Abdul maaf tidak bisa bertemu dengan kakak karna beliau ada keperluan mendadak dan beliau menitip salam, semoga kakak-kakak tidak bosan berkunjung ke kempus kami.” Jelas Reina panjang lebar.
“ Oh iya tidak apa-apa. Salam balik juga ke pak Abdul.” Raihan pun tersenyum, dan seketika Reina pun tidak asing dengan senyuman itu tapi ia tidak terlalu menghiraukan itu.
“Baiklah, kami pamit pergi dulu. Assalamualaikum..” Reina dan Khaira pun membalik badan.
“Waalaikumsallam.” Baru beberapa Reina dan Khaira melangkah, Raihan melihat sebuah tasbih yang terjatuh dari tas Reina, dan tasbih itu tidak asing baginya, dia sigap meraih tasbih yang terjatuh itu.
“Dik Reina.” Raihan memanggil, dan Reina membalikkan badan jilbabnya setengah melayang karna tertiup angin, wajahnya sangat berseri-seri karena sering terkena air wudhu.

Jantung Raihan seketika berdegup kencang melihat begitu indahnya perempuan sholehah berada di hadapannya. “Subhanallah, betapa indahnya perempuan ini. Apakah ia jodohku?” Raihan berbicara lirih, mungkin hanya dirinya dan Allah swt yang mendengarnya.
“Iya ada apa yah ka?” Reina pun menghampiri Raihan yang teraku sejenak.
“ Ini tasbih kamu jatuh.” Raihan gugup, dan mengulurkan tasbih itu kepada Reina.
“Masya Allah, iya makasih yah kakak.” Tatapan Raihan semakin membuat Reina bingung, Raihan meneliti tasbih yang dipegang Reina tersbut.
“Ada apa ka? Ada yang aneh sama tasbih ini?”
“Coba kamu lihat bagian biji yang paling pertama ada ukiran inisial MR ngga?”
“ Iya ka ada, kenapa?” Tanya Reina yang semakin membuat jantungnya berdetak cepat kini.
“ Subhanallah, berarti benar itu milik saya yang pernah hilang 2 tahun lalu.” Reina tercengang, dan mencoba mengingat kejadian 2 tahun lalu sejak tasbih itu ia dapatkan dari laki-laki yang menolongnya itu.
“Ooohh berarti kakak yang menolong aku yah pas ban motor aku bocor?” Sekarang giliran Raihan yang mengingat-ingat.

Setelah ingat Raihan pun tertawa kecil yang membuat Reina pun tersenyum.
“Pantes aku ngga asing ngeliat kakak, ternyata memang kita pernah ketemu. Memang MR itu apa ka?”
“Itu inisial nama saya Muhammad Raihan.”
Disisi lain Khaira dan Fahmi hanya tercengang melihat mereka yang tiba-tiba saja akrab, mereka berdua pun jadi ikut tertawa.
Pertemuan yang tidak sengaja itu ternyata mengakrabkan mereka.

6 bulan kemudian, Reina diwisuda dengan gelar sarjana ekonominya.
Setelah Reina keluar dari aula, ia setengah berlalri kecil untuk berjumpa dengan orang tuanya tiba-tiba pundak Reina merasa sakit karena telah bertabrakan dengan seseorang yang juga sedang berlari.
“Reina.” Suara itu membuat Reina mengurungkan niat untuk mengeluarkan amarahnya, Reina langsung menaikkan mukanya.
“Ya Allah, kak Raihan? Kok bisa disini ?” Reina dan Raihan terlihat semeringah dan merona kedua pipi insan ciptaan Allah wa ajalla ini.
“Iya adik kakak juga lagi diwisuda, wah selamat yah udah jadi sarjana.”
“Iya makasih ka.” Tiba-tiba suasana menjadi hening seketika mereka saling salah tingkah, dan akhirnya Raihan mengutarakan isi hatinya.
“Rei, boleh aku berbicara suatu hal yang sedikit pribadi?”
“Iya ka ada apa?”
“Heemm, bolehkah aku mengenalmu lebih dekat dan insya Allah bisa menjadi imammu nanti jika kau izinkan?” Perasaan Reina menjadi tidak karuan rasa bahagia yang hari ini ia dapatkan tertumpuk dihati dan pikirannya membuat bibirnya kelu dan kaku.
Dan sekarang yang ia bisa lakukan hanya menganggukan kepala dan tersenyum kepada laki-laki idaman yang kini ada dihadapannya…

4 Imam Mashab

SEJARAH 4 IMAM MAZHAB

MAZHAB HANAFI
Adalah diasaskan oleh Nu`man Bin Tsabit. Lahir pada tahun 80 Hijrah. Beliau adalah seorang berjiwa besar dan berakhlak tinggi. Juga beliau seorang yang bijak dalam ilmu pengetahuan. Cekap memberikan satu-satu keputusan bagi masalah-masalah atau problem yang dihadapi. Oleh kerana beliau seorang yang berpengetahuan, bijak dan berakhlak mulia, maka beliau dapat membuat perhubungan yang rapat dengan pembesar negara. Ia mendapat tempat yang baik dalam masyarakat dan berjaya menyandang jawatan yang tinggi dalam pemerintahan.
Iman Abu Hanifah terkenal sebagai seorang alim dalam ilmu fiqh di negeri Iraq. Dan beliau juga sebagai ketua ahli fikir (ahli ra`yu). Golongan cerdik pandai pada masa itu menyifatkan beliau sebagai “akal dalam ilmu pengetahuan”.
Semasa hidupnya, beliau dapat menuruti bermacam-macam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, baik di bidang ilmu dan politik mahupun ilmu agama. Zaman beliau memang dikenali sebagai zaman pertumbuhan politik, agama dan ideologi-ideologi dan ism-ism yang bermacam-macam. Beliau dapat hidup dalam dua zaman pemerintahan Umaiyah dan juga di zaman pemerintahan `Abasiyah.
Sesungguhnya Abu Hanifah seorang yang luas pemikiran dan banyak ilmu. Tetapi beliau sangat merendah diri. Beliau tidak terpedaya dengan fikirannya sendiri. Dan beliau pernah berkata “Bahawasanya pendapat kami adalah salah satu dari pendapat dan jika didapati pendapat yang lebih baik dan tepat maka pendapat itu lebih benar dan utama”.
Abu Hanifah seorang yang berperibadi tinggi dalam majlis perbahasan. Beliau tidak sekali-kali menghina mereka yang berbahas dengan mereka. Mereka tidak pernah mengkafirkan sesiapa yang berbahas dengannya, kerana beliau berpendapat : “Sesiapa yang mengkafirkan seseorang maka ia terlebih dahulu kafir dari orang itu.”
MAZHAB MALIKI
Pengasas mazhab Maliki ialah Malik Bin Anas, lahirnya di kota Madinah dalam tahun 93 hijrah. Beliau dilahirkan 13 tahun selepas lahirnya Iman Abu Hanifah. Semasa hidupnya, Iman Malik dapat menurut dua corak pemerintahan : Umaiyah dan Abasiyah, di mana perlingkahan sengit dua pemerintahan sering terjadi. Di masa itu juga pengaruh ilmu pengetahuan Arab, Parsi dan Hindi tumbuh dengan suburnya dikalangan masyarakat di waktu itu.
Iman Malik menghafaz Al-Quran dan hadith-hadith Rasulullah S.A.W. Ingatannya sangat kuat dan menjadi adat kepadanya. Manakala beliau mendengar hadith-hadith daripada guru-guru, terus disimpulkan tali bagi menyenangkan perhitungan bilangan hadith-hadtih yang sudah beliau pelajari.
Pada permulaan hidup Imam Malik bercita-cita menjadi biduan tetapi ibunya menasihatkan supaya beliau meninggalkan cita-cita itu, dan meminta beliau supaya mempelajari ilmu fiqh, beliau menerima nasihat ibunya dengan baik.
Iman Malik adalah seorang guru yang miskin, pernah satu hari kayu bumbungnya rumahnya telah roboh, terus beliau menjual kayu itu untuk mendapat sedikit wang untuk perbelanjaan hidupnya, tetapi pada akhirnya beliau dimurahkan Allah akan rezekinya sehingga beliau menjadi seorang kaya. Setelah baliau menjadi seorang kaya, beliau memakai pakaian yang mahal dan memakai bau-bauan yang baik. Imam Malik adalah seorang yang aktif dalam menuntut ilmu. Beliau banyak membuat perhubungan dengan ahli-ahli hadith dan ulama.
Imam Malik dianggap sebagai ketua atau imam bagi ilmu hadith. Sanad-sanad (sandararan-sandaran) yang dibawa oleh beliau termasuk salah satu sanad-sanad yang terbaik dan benar. Beliau seorang yang dipercayai, adil dan kuat ingatannya, cermat dan halus memilih rawi-rawi hadith. Pendek kata Imam Malik adalah orang yang tidak diragui dalam konteks ini.
Imam Malik tetap berpegang teguh S.A.W. dalam menganggap hadith-hadith itu petunjuk, penyuluh kepada manusia. Tidak harus seseorang meninggalkan dan membelakangkannya.
Sebelum Imam Malik menjadi guru, beliau lebih dahulu mendalami dalam bidang pelajaran sehingga kadang-kala beliau tidak tidur. Setelah fikiran beliau matang dan benar-benar berkebolehan barulah beliau mengajar.
Hukum-hukum fiqh yang diberikan oleh Imam Malik adalah berdasarkan Al-Quran dan hadith. Imam Malik menjadikan hadith sebagai pembantu bagi memahami Al-Quran, Imam Malik sangat cermat dalam memberi penerangan dan hukum-hukum. Beliau berfikir panjang sebelum memberi satu-satu hukum atau fatwa.
Karyanya yang terkenal adalah kitab al-Muwatta’, sebuah kitab hadits bergaya fiqh. Inilah kitab tertua hadits dan fiqh tertua yang masih kita jumpai.
Beliau pernah berkata : “Kadang-kala aku berjaga satu malam suntuk untuk mencari jawapan bagi satu-satu soalan yang dikemukakan kepada aku”. Apabila beliau ditanya satu-satu hukum, beliau terus berkata kepada penanya “Pulanglah dahulu supaya aku dapat berfikir”. Ramai manusia merendah-rendahkan Imam Malik dengan sebab beliau melewatkan menjawab sebarang pertanyaan. Imam Malik menangis dan berkata “Aku bimbang kerana aku akan disoal satu hari nanti dalam ( hari kiamat)”.
Mazhab Syafi’e
Mazhab Syafie adalah diasaskan oleh Muhamad bin Idris Al-Syafie. Beliau dilahirkan pada tahun 105 hijrah, sebuah bandar yang bernama Ghizah di Palestin . Beliau seorang miskin, tetapi kaya dengan semangat dan bercita-cita tinggi dalam menuntut ilmu. Beliau banyak mengembara dalam menceduk dan menimba ilmu. Imam Syafie dianggap seorang yang dapat memadukan antara hadith dan fikiran dan membentuk undang-undang fiqh. Pada permulaannya beliau cenderung dalam bidang sastera dan syair-syair, tetapi beliau mengubah pendiriannya kepada mempelajari ilmu fiqh dan hadith hingga sampailah beliau ke kemuncak yang paling tinggi dalam bidang tersebut.
Imam Syafie ialah imam yang ketiga mengikut susunan tarikh kelahiran. Beliau adalah penyokong kepada ilmu hadith dan pembaharu agama (mujaddid) bagi abad yang ke-2 hijrah. Imam Ahmad Bin Hanbal pernah berkata : diceritakan kepada nabi muhamad S.A.W. bahawa Allah menghantar kepada umat ini seorang pembaharu kepada agama, Umar Bin Abdul Aziz dihantar untuk abad yang pertama dan aku harap Imam Syafie merupakan mujadid abad yang kedua.
Nama asalnya ialah Muhamad Bin Idris, lahir di bandar ghizah di Palestin pada tahun 105 hijrah, inilah tarikh paling masyur dikalangan ahli sejarah. Beliau adalah keturunan Bani Hashim dan Abdul Mutalib. Keturunannya bertemu dengan keturunan Rasulullah S.A.W. pada datuk Rasulullah iaitu Abdul Manaf.
Semasa muda Imam Syafie, hidup dalam kemiskinan, hingga beliau terpaksa mengumpul batu-batu, belulang, pelepah tamar dan tulang-tulang untuk ditulis di atasnya, terkadang-kadang beliau terpaksa pergi ke tempat-tempat perhimpunan orang ramai meminta kertas untuk menulis pelajarannya.
Imam Syafie menghafaz Al-Quran dengan mudah, iaitu semasa beliau masih kecil lagi, beliau menghafaz dan menulis hadith-hadith. Beliau sangat tekun mempelajari kaedah-kaedah dan nahu bahasa Arab. Untuk tujuan itu beliau pernah mengembara ke kampung dan tinggal bersama dengan puak Hazyal selama 10 tahun. Kerana puak ( kabilah ) Hazyl terkenal suatu kabilah yang paling baik bahasa Arabnya. Imam Syafie banyak menghafaz syair-syair dan qasidah dari puak Hazyl, begitu juga beliau banyak menumpukan masa dan tenaganya kepada sastera dan sejarah pada masa mudanya, tetapi Allah menghendaki dan melorongkan kepadanya dalam bidang ilmu fikah.
Di antara sebabnya, pada suatu hari Imam Syafie bersyair sambil menunggang kuda bersama-sama beliau seorang lelaki. Lalu berkata lelaki itu, tidak sesuai engkau bersyair kerana itu boleh menjatuhkan maruah.
Alangkah baiknya belajar ilmu fiqh? Kata-kata itu sangat memberi kesan kepada Imam Syafie. Dari sejak itu beliau menumpukan masa dan tenaga kepada ilmu fiqh.
Salah seorang guru Imam Syafie dalam pelajaran ilmu fiqh dan hadith ialah Imam Malik. Ilmu fiqh yang dibawa oleh Imam Syafie adalah merupakan satu zaman perkembangan ilmu fiqh dalam sejarah perundangan Islam kerana beliaulah yang menghimpunkan atau menyatukan ilmu fiqh ahli-ahli akal dan fikir dengan ilmu fiqh ahli-ahli akal dan hadith. Ilmu fiqh Imam Syafie juga merupakan ikatan sunnah dan qias, dan pemikiran dengan
beberapa pertimbangan dan sekatan sebagaimana ia juga ilmu fiqh yang menetapkan cara-cara atau peraturan untuk memahami Al-Quran dan Al-Hadith. Juga ia menetapkan kaedah-kaedah pengeluaran hukum dan kesimpulannya. Lantaran itulah beliau berhak dianggap penaja bagi ilmu usul fiqh.
Mazhab Hanbali
Nama bagi pengasas Imam Hanbali ialah Ahmad Bin Mohamad Bin Hanbal. Lahir di bandar Baghdad pada tahun 164 hijrah. Ibnu Hanbal adalah dari keluarga miskin, kerana bapanya tidak meninggalkan di waktu matinya melainkan sebuah rumah yang kecil yang didiaminya. Untuk menampung kehidupannya, belaiu terpaksa bekerja di kedai jahit untuk mengambil upah.
Ibnu Hanbal menuntut ilmu sepanjang hayatnya. Beliau tetap mempelajari hadith sehingga beliau menjadi seorang imam, orang pernah berkata kepadanya: “Sampai bilakah engkau nak menuntut ilmu? Padahal engkau sudah mencapai darjat paling tinggi dan engkau telah menjadi imam bagi seluruh umat Islam?” Imam Ibnu Hanbal menjawab: “Aku menuntut ilmu dari hujung dunia hinggalah ke pintu kubur.”
Memang benar beliau tidak pernah jemu menuntut ilmu sepanjang hayatnya. Imam Syafie adalah salah seorang dari guru Ahmad Bin Hanbal. Ibnu Hanbal bertemu Imam Syafie semasa di Hijaz, sewaktu beliau menunaikan fardu haji, Imam Syafie mengajar di Masjidil Haram. Ibnu Hanbal belajar daripadanya, kemudian mereka bertemu pula pada kali kedua di Baghdad, Imam Syafie menasihatinya supaya beliau mengikutnya ke Mesir. Imam Ibnu Hanbal bercadang mengikutinya tetapi niatnya tak sampai.

SUMBER :

http://dakwah.info/