I’M HERE FOR YOU


“hoamm…” tubuhku menggeliat meregangkan otot-otot. Selimut tebal masih melingkati dan menutupi badanku. Aku masih merasakan kantuk yang mendalam… Tapi apa boleh buat, aku harus bangun. Walaupun masih terasa sangat capek, karena semalam packing dari indonesia.

Sekarang hari pertamaku di oxford.. Karena aku harus menuntut ilmu di bangku oxford university. Aku pun membuka selimut, dan turun dari ranjang, ku raih sandal rumah berboneka kucing yang baru saja semalam ku beli. Seharga 2 poundsterling… Dan berjalanlah kedua kaki ku ini ke jendela… Tangan tangan ku memegang gordyn berwarna keemasan dan ku buka gordyn itu. Dibalik kaca jendela, sang mentari menyilaukan mata dengan cahaya kehangatannya. Dengan sekejap… Kamar 301 ini terbuai dengan cahaya indah itu.

Aku pun membuka jendela… Terlihatlah dari lantai 15 ini, kota oxford nan indah memulai harinya yang masih berumur jagung. Dari sini, aku pun bergegas untuk mandi dan makan pagi, aku pun memilih baju yang tertutup saja, karena mengingat aku sekarang berada di negara orang, dan aku harus menjaga akhlak indonesia kesini, aku pun memilih blus panjang warna hijau muda, yang kupadukan dengan celana jeans hitam. Karena aku berjilbab, jilbab dua warna yang kupakai, yaitu hitam dan hijau, dengan kaus tangan yang berwarna hijau muda juga.

Kali ini aku hanya membawa netbook mini axioo hijauku yang amat kusayangi.. Karena sejak smp netbookku ini menemaniku dengan amat setia… Bak burung merpati, selain itu aku juga membawa buku notes kecil berwarna hijau muda. Dan kotak pensil berwarna putih. Kini kusiap jalani hari dengan percaya diri… Karena sekarang sedang musim salju. Aku memakai sepatu boot saja, kali ini kulit buaya berwarna hitam yang ku kenakan.

Kubuka pintu kamar ku dan kukunci setelah aku keluar dari situ. Setelah aku membalikkan badan, “plukk…” aku menabrak seorang penghuni kamar depanku, kamar 302. Seorang pemuda tampan bermata biru, beralis cokelat dengan hidung yang amat mancung. Karena itu dia mengucapkan banyak minta maaf padaku… “im sorry, apologies me” katanya.. “nevermind..” Aku nggak mampu berkata apa, di depannya. Aku benar-benar salah tingkah. Matanya yang tajam menatapi mataku ini yang hanya mampu tertunduk lesu. “rino… Afrino william tomlinson…” “oowwhh… Lil fathonah rahma al haq… Rahma” perkenalan yang cukup singkat…
“where you work?” “i’ll to campus” “oxford university?” “yap” “where do you came from?” “indonesia..” jawab ku dengan sangat bangga… “berarti kita sama, aku juga dari indonesia. Dan aku juga kuliah di oxford..” kepalaku terngadah..
Setelah petemuan itu, aku dan rino semakin dekat saja. Aku merasakan sesuatu yang sebelumnya belum pernah aku rasakan… Aku jatuh cinta pada pandangan pertama padanya…

Keesokan harinya aku berjalan bersama dengannya, aku mulai menyayanginya. Canda tawa kita alami bersama. Hari demi hari ku lewati dengannya, aku banyak mengetahui tentang nya… Hanya satu yang belum aku tau… Apakah agamanya? Aku berharap agar muslim. Dan lengkaplah sudah perjalananku mencari cinta…

Hari ini, hari kamis. Sangat ngantuk sebenarnya… Tapi, aku harus bangun pagi buta hanya untuk menjemput salah seorang sepupuku yang sebenarnya aku belum pernah bertemu dengannya di oxford airport… Aku cepat-cepat untuk berangkat. Sekarang menunujkkan pukul 02.37, sedangkan pesawat garuda indonesia yang ditumpangi malik, sepupuku, akan take off pada jam 03.10.

Aku persiapkan selembar kertas karton, yang bertuliskan malik fathul al haq. Terakhir kali aku melihatnya saat aku berusia 12 tahun. Entahlah sekarang… Aku hanya memakai blus putih yang kupadukan dengan hijab pasmina oranye, dan bawahan celana putih, aku pun siap berangkat dengan tas kecil di pundakku.. Dan kunci mobil di tangan kiriku… Yang bersambung dengan kunci kamar 301 ini.

Saat ku berbalik setelah mengunci kamar, aku kaget… Karena rino juga membuka pintu kamarnya.. Yang lebih mengagetkan lagi… Di balik kaos MU (Manchester United) yang ia kenakan, terdapat kalung putih yang berujung tanda salib… Aku kaget, ku kira rino juga muslim.. Aku shock.. Selama ini, aku memiliki rasa sayang padanya… Ternyata aku menyayangi dan mencintai orang yang tidak mencintai allah swt. Aku hanya diam dan tak membalas senyum rino yang sebenarnya begitu manis yang dihiasi dengan mata tajamnya yang menyipit jika ia bawa tersenyum.

Aku hanya berpaling.. Lalu apa yang aku harapkan terjadi, ia mengejarku sampai depan lift dan memegang tanganku… “ada apa, rahma” Dengan sangat enteng untuk menutupi rasa shockku… “tidak… Nevermind,” kataku sambil mencoba melepaskan eratnya tangan rino. “matamu tidak bisa bohong..” “come on rino… I will go to airport..”… “why?” “aku harus menjemput kakak sepupuku,” kataku.

Tangannya mulai merenggang.. Akhirnya aku bisa lepas dari tangannya.. “kalau begitu kamu aku temani..” “tidak usah… Aku bisa sendiri..” “oke.. Rahma.. Kau hebat… Kau bisa sendiri. Jangan menghubungiku lagi.. Aku sayang kamu…” katanya seraya merentangkan tangannya dan berbalik, berjalan ke kamarnya. Dalam hati, aku menangis.. Aku sangat mencintainya ya allah… Tapi, cinta ku pada mu lebih tinggi dari pada kepada dia… Jadi, jika ia memang bukan jodohku.. Biarlah rino dengan orang yang lebih pantas.

Aku pun berlalu menuju lift dan dengan sekejap sudah sampai di lantai dasar. Dan dengan cepat aku melajukan mobil ku… Tepat pukul 03.07 aku sampai di depan parkiran oxfor airport… Aku cepat-cepat masuk ke dalam… Handphone ku berbunyi, ketika hendak mengambilnya dari tas kecilku, “brakk” aku menabrak seseorang… Aku mengadahkan kepalaku… Terlihatlah seorang tampan dengan wajah arabic yang melekat… Hatiku deg-degan saat melihatnya… “i’m sorry..” kataku dan dia…
“rahma..” katanya yang membuatku mengingat sesuatu, tahi lalat di dekat bibirnya… “mas malik” Kataku yang mencairkan suasana.. Sedetik, aku terpesona… Penampilannya saat ini sangat membuatku tercengang. Kaos putih yang ia gunakan, terbalut jaket kulit hitam yang mengkilat, bawahan jeans hitam yang menambah tampannya kakak sepupuku yang pernah mengajariku berenang saat aku berumur 12 tahun, itu adalah pertemuan terakhirku dengannya.. Sebelum akhirnya mas malik pergi ke kairo untuk menuntut ilmu.

Sebelumnya aku memang mempunyai rasa yang tidak biasa, alias luar biasa padanya. Aku sangat menyayanginya, tapi itu dulu sebelum aku sekarang mengenal rino. “sebenarnya aku hendak menjemput kakak di dalam. Tapi kakak sudah keluar duluan…” Kataku basa-basi aku sangat salah tingkah karena tatapan manisnya sangat membuatku kesemsem. “iya… Nggak papa… Lagian ini terlalu pagi.” jawabnya tanpa henti menatapku.
Kami berjalan beriringan menuju mobilku di parkir.

Kukira perjalanan cintaku dengan rino akan berakhir begitu saja sejak datangnya mas malik yang bertempat tinggal sementara di kamar 303 yang berada tepat di sebelah kamarku.
Suatu hari, aku pergi bersama mas malik ke sebuah mall…
“dek,” “iya”… “kamu tau nggak kenapa aku disini.. Bersamamu..?”
Kata-katanya mengingatkanku pada pemikiranku yang utama.. Mengapa mas malik bersamaku dan pulang dari kairo. Aku hanya menggelengkan kepala.
Dia hanya diam saja, sesampainya kami di hotel. Di depan kamarku..
“dek.. Aku sebenarnya ingin menikahi kamu. Tapi, aku akan menikahimu setelah kamu lulus dari oxford university… Maka dari itu, aku kemari..” kata-katanya menyentuh hatiku… Air mataku membasahi pipi… Suara terbukanya pintu 302 mengagetkanku… “rin.. Rino..” kataku tergagap-gagap… Sebelum ku patahkan sekata apapun… “dek… Setelah ini aku akan pergi kembali ke kairo. Aku akan menjemputmu 3 tahun lagi.” kata-kata mas malik membuatku semakin bingung…
Aku hanya terperanga, melihat mas malik masuk ke kamar 303. Dan tak seberapa lama, ia keluar dengan koper yang ia bawa semula. “dek… Aku pergi… Tunggu aku..” dia pun mencium tanganku dan disusul mencium keningku. Itu semua mas malik lakukan tanpa ada larangan dariku. Aku melirik ke arah rino yang sejak tadi memperhatikanku. Bagaimana tidak, dia berada di samping kananku.

Mas malik berjalan, pergi menjauh.. Ini semua buram, aku bingung… Aku tidak tahu harus kemana? Aku sayang mas malik. Tapi aku sangat cinta pada rino.

Setelah mas malik tak terlihat lagi, niatku ingin masuk ke kamarku. Karena wajahku pasti sembab karena air mata ini tak terpendam… “rahma…” panggil rino. Aku terpaksa terhenti, “jadi ini yang kamu inginkan?” “maksudmu?” “sakit… Rahma…” kata-katanya terhenti, dia pun memegang kalung salibnya. “lebih baik aku tak pernah mengenalmu, daripada aku harus melupakanmu..” kata-katanya.
“rino… Aku sangat cinta sama kamu… Kau dewasa..” aku meraih tangannya… “tapi aku tak cinta dengan apa yang kamu percayai…” kataku, pandanganku tertuju pada tangannya yang memegang kalung salibnya. Dia pun peka kepada apa yang aku lihat. “ini..? Ini rahma?” Katanya sambil menunjukkan kalung salibnya… “ini yang tidak kau sukai… Apa karena ini.. Kau lebih memilih malik?” Kata-katanya tersendat.
Dengan tegas aku menjawab.. “aku mencintai mas malik karena allah…” Dia pun menarik paksa kalung yang melingkar di lehernya. “ini sakit, rahma. Tapi lebih sakit lagi jika aku harus melihatmu bersamanya…” ia pun melempar kalungnya ke lantai… “rahma ikutlah bersamaku… Tinggalkan apa yang tidak kamu sayangi…” kata-katanya menyentuh hatiku. Dia meraih tanganku,
“maaf, aku hanya akan mencintai orang yang mencintai tuhan ku…” kata-kataku sampai disitu… Dan itu adalah kata-kata terakhirku untuknya, setelah itu aku pergi meninggalkannnya untuk menyewa kamar hotel di lantai 2 saja.

Tiga tahun kemudian
Benar saja, mas malik datang saat aku sedang wisuda. Setelah, aku naik ke atas altar setelah pemindahan tali topi toga dari kiri ke kanan. Dan setelah aku menjadi cumlaude… Rino mengajakku ke belakang… “rahma… Aku sekarang sudah menjadi muslim.” Wajahku berseri… “aku senang” “rahma, aku sudah menjadi hafidz qur’an…” “iya, kah?” Aku makin sayang dengannya… Dia mengangguk.. Tanpa basa-basi, aku mencium pipinya…
“rino… Mungkin jika kita berjodoh… Kita akan bertemu nanti…” kata-kata terakhirku. Setelah itu aku bertolak ke indonesia.

Sebulan kemudian, aku dan mas malik menikah. Dua bulan kemudian. Sekarang aku sudah mengandung anak dari mas malik.
Sembilan bulan kemudian, sebenarnya kami hendak berziarah ke walisongo… Tapi, mungkin kami bukan berjodoh… Mas malik meninggal, dalam perjalanan pulang. Aku juga keguguran… Kini aku sangat kesepian… Aku menangis di pusara mas malik…
“mas… Aku sayang sampean, mengapa rumahtangga kita hanya berakhir sekilas? Mengapa? Aku akan merindukanmu. Di hari ke 40 setelah kau meninggalkan ku… Aku akan berusaha hidup mandiri. Aku akan sulit mencari imam yang sholeh seperti dirimu, mas…”

Saat-saat seperti ini, “rahma…” ada yang memanggilku dari belakang… Saat itu aku sedang berada di depan makam mas malik.
Aku menolehh.. “rino..”
“aku datang untuk menjemputmu… Kau memang tulang rusukku, rahma. I’m here for you….”
Aku terharu akan cintanya… Aku akan menikah dengannya… Ya allah, inikah jalan yang kau beri? Jika ini… Aku senang, bisa berjodoh dengan orang yang aku sayangi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *