
Aku Nia, kuliah di jurusan keguruan mungkin salah satu kesalahanku kali ini. Lulus dari salah satu pesantren di daerah Pati membuatku bersemangat melanjutkan sekolah dan mengambil jurusan yang berbau Islami, Pendidikan Agama Islam yang kupilih. Saat itu aku belum tahu kalau seseorang yang bergelar SPd.I itu nantinya akan mengajar di Madrasah.
Oh iya, sebenarnya pikiranku cukup pendek. Aku selalu minder dalam hal apapun karena penampilanku tak begitu menarik, bobot tubuh 90 kg dan tinggi 163 untuk ukuran cewek itu bisa di kategorikan luar biasa. Ditambah lagi sifat religiusku yang terlampau lama tergodog selama enam tahun di pesantren membuat sifatku yang anti sosial semakin menjadi.
Semester awal kuputuskan untuk memilih salah satu UKM (unit kegiatan mahasiswa) yang pastinya berbau islami juga, UKM Bahasa Arab yang kupilih.
Aku mencari informasi bagaimana mendapatkan formulir agar aku segera bisa mendaftar di UKM Bahasa Arab, tak sengaja aku melihat sekumpulan mahasiswa kumel berbau rokok melintas di hadapanku, ia memberikan sebuah selebaran perekrutan anggota baru UKM Teater. Reflek langsung kubuang info tidak berguna itu.
“nya… mau kemana?” suara Desi mengagetkanku
“oh, ini mau ke UKM Bahasa Arab”
“ngapain? Mau daftar jadi angggota?”
“iya” ucapku seperlunya
Namanya Desi, satu kelas denganku di perkuliahan Profesi Keguruan. Mungkin hanya dia yang terlihat akrab denganku, padahal aku tidak suka kepribadiannya yang terlalu akrab dengan lawan jenis.
“bareng yuk” tawarnya
“kamu mau ikutan ikut UKM itu?”
“ah, nggak… Cuma kita searah aja.” Desi berjalan di sebelahku
“oh iya nya, kamu ngapain ikut UKM Bahasa Arab? Mau ngajar di sana? Cewek kayak kamu mah di buang ke Dubai mungkin bisa balik ke sini lagi karena tahu caranya tanya jalan pake bahasa Arab, hahaha”
Ya itu, salah satu nilai minus Desi yang paling aku tidak sukai, kalau bicara seenaknya
“ya, minat aja” jawabku sinis
“kamu itu aneh lo nya, kemarin aku ikut kuliah Psikologinya Pak Tegar. Katanya kalau orang yang berperawakan gendut itu orangnya low profile dan jenaka…”
“iya… aku bukan orang yang low profile dan jenaka” sahutku dengan nada marah
“aaah, gitu aja marah” ia menyenggol lenganku
Desi diam sejenak
“nya.. apa kamu pernah ngerasa bosen nggak kehidupanmu monoton kayak gitu terus?” ia mulai lagi dengan pertanyaan yang lumayan nusuk
“tahu apa kamu tentang kehidupanku” jawabku ketus
“kalau di pikir-pikir ya… kamu itu orangnya kolot banget”
Aku hanya diam menahan amarah
“agama kita mengajarkan untuk bersifat fleksibel, kamu pengen jadi guru kan?”
“aku Cuma mau nuntut ilmu setinggi mungkin” jawabku kembali ketus
“kalau aku sih pengen dapet ijasah doang” jawabnya enteng
“ilmu mu nanti nggak bermanfaat” aku menasehatinya
“nah itu!! Perbedaan antara aku sama kamu, kamu lupa bagian pada era apa kehidupan kita sekarang. Kenapa orang-orang sekarang semakin jauh dari agama? karena mereka terlalu bersifat rasional, terlalu banyak bertanya.” Aku masih tidak tahu jalan pikiran Desi mengucapkan itu kepadaku
“yang terpenting selamat dunia akhirat, aku Cuma menjalankan perintah Allah untuk menuntut ilmu dan menanti janjiinya yang akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu”
“kamu mau masuk surga sendirian?” ucap Desi sedikit tertawa, aku mulai merenungi apa yang aku ucapkan tadi.
“terus? Apa omonganku salah?”
“nggak, yang kamu ucapkan itu benar, tapi apa kamu betah hidup di dunia yang jauh dari agama seperti sekarang ini?”
“lalu” sambungku
“jika ilmuku nggak bermanfaat karena tujuanku cuma ijasah, tapi minimal ijasahku ada gunanya. Seperti yang kubilang tadi, masyarakat itu semakin rasional dan mereka tidak mudah percaya pada seseorang yang tidak berijasah meskipun IQnya lebih dari 140”
“maksudmu?”
“aku mau menjadi orang yang dipercaya masyarakat dengan embel-embel gelar sarjana, karena dengan cara itu mereka mau mendengarkan kita. Sekarang, seorang Kyai perlu mendirikan pondok pesantren supaya dibilang Kyai, terkadang kita harus sedikit mengikuti perkembangan zaman, dengan cara itu aku ingin merubah negeri ini”
Kali ini ucapan Desi membuka sisi lain kehidupanku, kenapa aku sibuk berkutit dengan kehidupanku sendiri? Menutup mata seolah-olah negeri ini baik-baik saja? Kewajiban kita sebagai umat muslim juga harus mengamalkan ilmu yang telah kita cari.
“hey? Kenapa bengong” Desi mengagetkanku, aku berbalik meninggalkannya dan berlari kembali ke tempat aku bertemu dengan Desi tadi
“hey, mau kemana Nyaaa!!” Desi berteriak
“AKU NGGAK MAU MASUK SURGA SENDIRIAN!!” teriakku, kulihat Desi tertawa lebar
Aku berlari menghampiri mahasiswa kumel tadi yang berpapasan denganku
“mas, minta formulirnya”
Ini langkah awalku, melihat sisi lain kehidupan melalui sandiwara Teater dan mempelajari sifat-sifat manusia darinya.
Cerpen Karangan: Bigza Aziza
Facebook: Bigza Lakon Ndonyo
Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam di STAIN Kudus, aktif sebagai Relawan PMI Unit Korp Sukarela, anggota Teater Gerak 11 PMII Komisariat Sunan Kudus, anggota Sanggar Seni Eling Jepara, sekarang lagi giat-giatnya jadi komik di Stand Up Comedy Kudus.