Semua artikel oleh 112367

‘SANG GURU CINTA’ SEJATI

‘SANG GURU CINTA’ SEJATI

Judul : The Guru of Love
Penulis : Samrat Upadhyay
Penerjemah : Mahanani Putri
Tebal : 486 hlm.
Cetakan : I, Mei 2005
Penerbit : C Publishing, Yogyakarta

Sejak diterbitkan pertama kali tahun 2003, novel yang bersetting di Nepal ini mendapat sambutan luar biasa, melebihi yang diperkirakan pengarangnya. Penulisnya, Samrat Upadhyay, ingin mengolah tema-tema universal dalam setting lokal. Tema seperti kesulitan mencari uang, ketidaksetiaan, dan kejahatan atau kekejaman mertua. Novel “The Guru of Love” ini adalah kisah cinta keluarga yang tidak biasa dengan detail apik penuh warna dan angel yang unik.
Dunia mengenal Nepal sebagai negara ibukota kerajaan Himalaya. Sebuah negara yang dikenal eksotis sekaligus spiritual. Namun, pada tahun 2001, semuanya berubah setelah putra mahkota Pangeran Dipendra membunuh orang tuanya, Raja Birendra dan Ratu Aishwarya, dan delapan anggota kerajaan lainnya, sebelum akhirnya menembak dirinya sendiri. Pangeran Dipendra seringkali membicarakan dan berdebat dengan ibunya tentang pilihan untuk pasangan hidupnya kelak. Dan Sang ibu tidak menyetujui pilihan sang pangeran.
Permasalahan seputar bagaimana pernikahan diatur di Kathmandu, juga Nepal secara keseluruhan, pada zaman kontemporer inilah yang juga mendasari latar kekuatan novel “The Guru of Love” ini. Sebuah novel yang Membuka selubung kekuatan yang saling mempengaruhi antara cinta dan ketidaksetiaan, diri dan keluarga, privasi dan politik, dan bahkan antara erotis dan spiritual.
Bersetting di Kathmandu tahun 1990 pada saat pergolakan dan transisi Nepal menuju negara demokrasi. Dikisahkan, Ramchandra, lelaki miskin setengah baya yang juga guru matematika, memiliki berbagai persoalan hidup yang menimpa diri, keluarga, dan daerah bangsanya, Kathmandu, Nepal. Sebuah kota kecil yang penuh dengan konflik modernisasi, pemerintahan yang statis, dan ledakan penduduk. Dimana Ramchandra harus belajar mengakomodasi antara tradisi lokalnya dengan hasratnya yang sangat modern.
Di luar waktunya mengajar, Ramchandra harus membuka les tambahan di rumah kontrakannya untuk menambah pendapatan keluarga. Istri Ramchandra, Goma, adalah keturunan dari keluarga kaya raya. Sebuah perkawinan yang dari sudut pandang budaya setempat tidak seimbang. Karena di Nepal, seperti tetangganya India, kasta dan kekayaan sangat menentukan kedudukan seseorang dalam masyarakat. Warna dan konflik inilah yang membuat novel yang ditulis oleh pria kelahiran Nepal yang kini bermukim di Cleveland, Amerika Serikat ini memiliki daya tarik Asia yang eksotis.
Melihat kondisi anaknya yang miskin, orang tua Goma tak pernah melewatkan kesempatan untuk menghina dan mengejek Ramchandra sebagai menantunya, dan mengungkap kegagalannya sebagai pemberi nafkah keluarga yang baik. Pertentangan antara mertua dan menantu pun tak terhindarkan. Konflik ini barangkali mengingatkan kita akan kata-kata dalam novel Il Postino yang menyebutkan bahwa mertua adalah “lembaga yang paling menyebalkan di dunia”. Perkawinan Ramchandra dan Goma dikaruniai dua anak yang cerdas, Sanu dan Rakesh.
Suatu hari, seorang wanita muda miskin yang juga seorang ibu single, Malati, datang mengetuk pintu rumah Ramchandra untuk meminta memberikannya pelajaran tambahan dengan harapan agar dapat lulus ujian akhir. Permintaan Malati dikabulkan. Dan Ramchandra pun terpikat. Tidak hanya karena kecantikannya, tetapi juga oleh rasa ingin membantu dan juga sifatnya yang mudah tergoda. Cinta pun bersemi. Sebuah affair antara Ramchandra dan Malati menguak. Hubungan gelap terjalin dengan rapi dan tertatih-tatih berjalan secara perlahan.
Boleh jadi, cinta segitiga; Ramchandra, Goma, dan Malati yang menjadi tema novel ini adalah tema yang sudah biasa. Namun, Upadhyay yang juga merupakan penulis Arresting God in Kathmandu (2001) ini, mampu menggambarkan karakter psikologis yang luar biasa sebagus dalam menggambarkan realitas kehidupan sosial politik Nepal yang kompleks saat itu.
Affair antara Ramchandra dan Malati akhirnya sampai ke telinga Goma, istri Ramchandra. Percekcokan Ramchandra dan Goma semakin menambah sengsara kehidupan keluarganya. Upadhyay dengan brilliant mampu mengolah dan menghidupkan seluruh karakter tokoh dan kehidupan dalam novel ini dengan luar biasa.
Yang membuat novel ini istimewa dan lain dari biasanya adalah pada cara-cara yang tidak biasa yang menjadi solusi bagi permasalahan orang-orang dewasa dan permasalahan keluarga. Penderitaan panjang Goma melahirkan sesuatu yang unik dan istimewa untuk membantu menyembuhkan solusi affair suaminya. Secara mengejutkan, Goma hanya memiliki satu cara untuk menyelesaikannya, dia menyuruh agar suaminya membawa Malati dan anaknya tinggal di rumah mereka. Sebuah penyelesaian yang tidak biasa.
Sebuah keputusan yang di satu sisi menjadi hukuman bagi Ramchandra, namun di sisi lain menunjukkan kebesaran hati Goma dalam menghadapi masalah dirinya sendiri, meskipun suaminya telah menyalahi kepercayaannya. Bagaimana mungkin, seorang istri harus berbagi atap dengan kekasih suaminya?.
Inilah sebuah kisah cinta yang luar biasa dan mengagumkan. Cinta yang tidak biasa. Cinta yang memaafkan. Cinta dengan segala kebesaran jiwa. Namun, siapakah sebenarnya yang menjadi “Sang Guru Cinta”?
Apakah Ramchandra yang di kemudian hari mampu keluar dari masalah dan mampu memberikan kembali cinta sejatinya bagi istrinya? Atau justru Goma, istri Ramchandra yang dengan toleransinya dalam situasi yang sulit, penerimaannya terhadap suami yang tidak setia, kasih sayangnya terhadap Malati, yang kesemuanya misterius, tak dapat dijelaskan dan tidak dapat dipahami, namun keputusan yang diambilnya sangatlah arif dan bijaksana. Sehingga Goma layak dinyatakan sebagai “sang guru sejati tentang cinta”?.
Sepanjang novel, sangat terasa warna budaya khas Nepal; makanan, pakaian, permainan, dan upacara keagamaan. Bahkan, beberapa kata dan istilah dibiarkan tetap dalam bahasa aslinya, sehingga kita dapat merasakan warna lokal novel ini. Kontradiksi antara moral, tradisi, dan kemodernan saling bertaut rapi dan kuat. Chaos moral yang tergambar dalam novel ini sesungguhnya merupakan cerminan kekacauan yang terjadi di Nepal, salah satu negara miskin di dunia.
Perjalanan selama sebelas tahun sejak tahun 1990 hingga pembunuhan massal di jalan-jalan, pemberontakan kaum Mao, dan puncaknya, penghabisan keluarga kerajaan oleh putra mahkota di tahun 2001, semuanya menjadi setting dalam novel ini. Yang secara bersamaan konflik antar tokoh dalam novel ini juga bergejolak.
Samrat Upadhyay—penulis pertama Nepal yang menulis dalam bahasa Inggris dan mempublikasikan karyanya di Barat—pernah dijuluki sebagai “Chekhov Buddhist”. Memang, Upadhyay bukanlah Anton Chekhov, dia adalah seorang Buddhist, dimana ajaran-ajaran agama sangat mempengaruhi dirinya. Dan nuansa spiritual begitu terasa dalam karya-karyanya.
Orang-orang Barat cenderung menganggap Nepal hanya sebagai jalan menuju pegunungan Himalaya, tempat menghisap obat-obatan terlarang dan sebagainya. Upadhyay dalam novelnya ini ingin merubah anggapan tersebut. Nepal dalam novel Upadhyay bukanlah Shangri-La. Nepal—dan juga India—ingin berbagi sebuah kebudayaan yang masih menjaga kedalaman tradisi dan nilai-nilai spiritual yang kesemuanya dapat diungkapkan dengan agung dan apik oleh Samrat Upadhyay.
“The Guru of Love” akhirnya menjadi sebuah pesan yang berupaya menyampaikan salam cinta kepada dunia. Sebuah usaha promosi pemahaman dan kerja sama antar daerah dan bangsa di dunia, khususnya di wilayah Asia Tenggara. Di tengah gaduhnya dunia dengan berbagai bencana, kekacauan, kekerasan, dan lain sebagainya, Upadhyay ingin menyampaikan bahwa cinta dapat menjadi kekuatan penyatu antar berbagai perbedaan. Sebagaimana yang tersirat dalam epilog penutup novelnya.
Novel yang disebut-sebut sebagai New York Times Notable Book of The Year 2003 ini, mengungkapkan sebuah pengalaman terbuka yang tidak hanya menimpa keluarga Ramchandra, melainkan menimpa negara secara keseluruhan. Sebagaimana kata-kata dalam novel, “Masalah pribadiku adalah masalah negara ini”, “sejarahku ini adalah sejarah negara ini yang terabaikan”.[]

SANG GURU PIANO

Sang Guru Piano

Judul : Sang Guru Piano (Die Klavierspielerin)

Pengarang: Elfriede Jelinek
Penerjemah/Penyunting: Arpani Harun/ Ayu Utami
Penerbit: KPG
Tahun : 2006, Jan
Tebal : 293 hal

Banyak yang menganggap Sang Guru Piano adalah novel yang vulgar. Namun pengarang berhasil mengungkapkan keadaan jiwa-jiwa yang sakit, sehingga membaca novel ini seperti mengalami suatu penderitaan.

Novel ini mengisahkan Erika, seorang profesor di konservatori Wina, yang menjadi guru karena gagal menjadi pemain piano konser. Hidupnya dikendalikan oleh ibunya, meskipun ia telah berusia tiga puluh delapan tahun. Musik bukanlah kesenangan, tetapi kerja keras dan kewajiban, yang ditanamkan oleh ibunya sejak ia kecil. Dominasi ibu yang berlebihan membuat jiwa Erika tertekan dan sakit; ia menunjukkan kekuasaannya di kelas, ia terus membeli baju-baju baru hanya untuk dilihat-lihat, karena ibunya tidak mengizinkan ia memakainya, dan kerap mengunjungi tempat-tempat dimana seks dikomoditikan dan dilakukan secara brutal dan rendah. Erika adalah seorang perempuan yang malang; kesepian, sedih, dan tertindas, namun tidak mampu mengeluarkan diri dari situasi tersebut selain melakukan hal-hal yang semakin menjerumuskan dirinya: menyayat tubuhnya sendiri, menjalin hubungan dengan murid yang jauh lebih muda, dan menginginkan kesadisan dalam hubungan tersebut.
Semua hal di atas digambarkan pengarang secara rinci, tanpa perasaan, tanpa batas, membuat pembaca ikut merasa tertekan hingga jijik dan ingin melempar buku tersebut – terutama pada sepertiga bagian terakhir – karena bahasa yang digunakan tidak ada yang diperhalus, benar-benar seperti uraian tentang bagaimana suatu kegiatan dilakukan belaka dan tindakan para tokoh semakin berlebihan. Pembaca juga sulit untuk bersimpati kepada karakter di dalamnya: baik Erika, ibunya maupun murid Erika tidak memiliki cukup hal-hal baik yang mengundang simpati. Pembaca mungkin merasa kasihan pada nasib Erika yang tertindas, namun caranya mengatasi penindasan tersebut membuat pembaca sulit untuk memahaminya.
Hal menarik dari novel ini adalah tentang akibat kejiwaan dari dominasi ibu terhadap anak perempuannya, dan kontras antara keanggunan musik klasik dan kota Wina dengan kekelaman jiwa Erika sebagai pengajar konservatori serta sisi gelap kota Wina, yang menyimpan kemiskinan para pekerja imigran Turki beserta segala eksesnya yang menyedihkan.
Elfriede Jelinek memperoleh hadiah Nobel pada tahun 2004 untuk “suara dan kontrasuara di dalam novel dan dramanya yang mengalun bak musik, yang dengan semangat penjelajahan bahasanya yang luar biasa menyingkap kehampaan tata krama masyarakat beserta daya cengkeramnya.”
Berdasarkan penjelasan panitia Nobel, maka Sang Guru Piano, yang ditulis pada tahun 1983, dapat dipandang sebagai sebuah kritik terhadap kondisi masyarakat pengarang.

Buku ini juga telah difilmkan dan memperoleh tiga penghargaan dalam Festival Film Cannes 2001.

GURUKU PAHLAWANKU

GURUKU PAHLAWANKU
Oleh Cindy Agustin

Sinar pagi yang cerah ..
Membuat aku bergegas untuk brngkat sekolah.
Sungguh senang hari ini,

Demi mendapat ilmu ,
aku rela berjalan kaki , untuk meraih suksesku,

Gurulah yang memberiku ilmu ,
Gurulah yang menyemangatiku,
Gurulah yang membimbing ku

Tanpa ilmu aku takkan sukses,
tidak ada guru tidak ada pula ilmu
,
Terima kasih guru .
Kau lah guru terhebat bgiku
kaulah pahlawan ku
pahlawan tanpa tnda jasa

Jika suatu saat nanti aku sudah menjadi sepertimu , aku akan memberikan ilmu yang kau berikan kepada ku , untuk mereka yang membutuhkanku,

Guru jasa mu akan selalu kukenang,

WAKTU YANG KUSESALI

WAKTU YANG KUSESALI
Oleh Robiatul Adawiyah

Begitu cepat waktu berlalu
Tak terasa perjumpaan ku sudah berlalu
Sangat cepat ,Sangat menyesal ,Sangat kecewa

Teringat dalam Memori yang lalu
Menangis mengingat masa-masa yang lalu
Melukiskan canda tawa & kebahagiaan bersamamu

Sepanjang waktu berlalu
Kenapa kami baru menaruh perhatian pada Guru
Saat Guru tetah tiada
Karena di panggil oleh Sang Maha Kuasa

Begitu kejamnya kami melupakan jasa mu
Maafkan kami guru
Yang telah menggoreskan tinta hitam,di dalam hidupmu
Andaikan waktu dapat terulang
Kami berjanji akan memberikan yang terbaik bagimu

Tangisan kami hanya untukmu
Saat kami tak mengerti,
Guru yang akan menjelaskannya
Saat kami membuat kesalahan,
Guru yang menasihatinya
Saat kami mengingatmu,
Kau telah tiada

Jasamu kan abadi bersemayam di hati kami
Begitu besar perhatianmu pada kami
Yang selama ini menyusahkanmu
Hanya kata TERIMA KASIH & MAAF untuk M

buku

BUKU
Oleh Erni Ristyanti

Buku …
Kau adalah sumber ilmu
Dimana aku belajar dan membaca
Dari aku tak tahu sampai tahu

Buku …
Kau adalah jendela ilmu
Jendela menuju kehidupan yang lebih sukses
Menuju kehidupan yang lebih indah

Halaman demi halaman
Lembar demi lembar
Kubaca dengan serius
Hingga aku lupa waktu

Terimakasih buku
Engkau temaniku
Dari kecil hingga besar
Tuk menggapai cita-citaku

PENOLONG DALAM KEGELAPAN (GURU)

PENOLONG DALAM KEGELAPAN (GURU)
Oleh  Muhammad Hafiz Nur

Sosok yang tanpa mengenal lelah .
Sosok yang menindas perlakuan kasar yang dilontarkan siswa-siswi kepadanya .
Sosok yang berlangkah tegap dan tegas walaupun kening dan pipi mereka sudah mulai memancarkan kekusutan dari raut wajahnya .

Wahai guruku ..
Kau telah memberi warna pelangi didalam kehidupan kami.
7 warna yang telah berkumpul menjadi satu paduan .
7 kesempurnaan yang telah kau berikan untuk bekal kami kelak dimasa yang akan datangy
.
Kau mengajarkan yang Awal mulanya kami tidak mengenal huruf abjad sampai kami bisa menjadi orang-orang yang kalian harapkan , orang-orang yang sukses dan orang-orang yang telah menyandang gelar terhormat seperti kalian bahkan akan lebih dari pada itu .

Guru ..
Maafkan kami yang telah berbuat kesalahan kepada kalian .
Dari hal yang sekecil debu yang tak terlihat bahkan sampai kesalahan yang besar yang bisa terlihat dengan mata kasar .

Tak banyak serumpun do’a yang kami panjatkan .
Semoga kalian guru-guru kami tetap sabar dalam membina dan mendidik kami dan menjadi lah PAHLAWAN tanpa tanda jasa dan mengajar tanpa mengenal kata LELAH .

Kami sayang kalian bapak dan ibu guru kami yang tercinta

INDAHNYA JIKA KITA BERSABAR

INDAHNYA JIKA KITA MEMILIKI SIFAT SABAR YANG MENDALAM

Banyak yang berpenampilan indah tetapi terhina, sebab dia tidak punya kesabaran. Banyak orang yang akhirnya merugi, padahal dia memiliki modal. Apa sebabnya? Dia tidak mempunyai kesabaran. Banyak orang yang tergelincir ketika dilanda asmara dan tidak sabar, akibatnya ia merasakan sakit. Alangkah indahnya orang-orang yang diberi kesabaran.

Innallaha ma’ash shaabiriin. Sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. Al-Baqarah :153).

Sabar itu pahalanya insya Allah tiada terputus. Maka, sungguh aneh jika kita ingin dekat dengan Allah, ingin indah, ingin berpahala, ingin bahagia tetapi tidak sabar. Sabar itu kunci. Kalau kita bersabar, kita akan memiliki pribadi yang indah. Kalau selalu sabar, kita akan menjadi orang yang dekat dengan Allah dan insya Allah ganjaran kita tiada terputus.

Setidaknya ada tiga hal yang memerlukan kesabaran kita dalam hidup ini. Yang pertama, sabar ketika berkeinginan. Setiap hari kita selalu dituntun oleh keinginan. Kalau kita tidak sabar, keinginan inilah yang akan menjerumuskan kita. Jadi, sabar yang pertama adalah meluruskan niat ketika kita punya keinginan.

Kita dikarunia Allah keinginan. Keinginan itulah yang menuntun sikap; kalau tidak sabar, kita kehilangan niat. Padahal niat adalah kunci agar amal diterima. Ada orang yang lelah pontang-panting, tetapi tidak ada nilainya. Mengapa? Dia tidak sabar meluruskan niat. Maka, sebelum beramal, wajib bagi kita untuk meluruskan niat. Tanpa niat, amal menjadi sia-sia.

Terkadang, seseorang tidak sibuk meluruskan niat. Akan tetapi ia sibuk dengan perbuatannya. Misalnya, ia ingin membeli pakaian. Kita harus bertanya dulu pada diri sendiri, “Perlukah saya membeli pakaian lagi, padahal di lemari masih banyak pakaian?”, “Untuk Apa?”, “Tapi kan ini warnanya kurang cocok. Kurang cocok kata siapa?”

Untuk apa memberatkan hisab, kalau pakaian indah, tetapi kelakuan tidak indah? Tidak ada gunanya. Ketika akan membeli, tanyakan lagi pada diri kita, “Benarkah kita membeli sesuatu itu karena Allah atau karena ingin dipuji?”

Ingin menikah? kita harus sabar untuk mengevaluasi dulu. Kumpulkan informasi dan studi kelayakan. Sudah layakkah kita menikah? Jangan tergesa-gesa, renungkan dalam-dalam, kumpulkan informasi selengkap mungkin. Bertanyalah kepada yang ahli, sebab kalau kita sudah punya keinginan, itu biasanya nafsu. Hati-hati, nafsu akan membutakan kita dari kebenaran. Kita harus sabar untuk bertanya, “Benarkah niat saya ini? Betulkah tujuan saya? Mintalah petunjuk kepada Allah dengan shalat istikharah.

Lalu, hal kedua yang harus kita miliki adalah sabar berproses. Kita biasanya tidak sanggup untuk berproses. Kita harus menikmati proses, bukan hasil. Dari proses itu, insya Allah akan berbuah pahala.

Kesabaran yang ketiga adalah sabar ketika telah mendapat hasilnya. Hasil itu ada dua jenis, yaitu gagal dan sukses. Keduanya butuh kesabaran. Sudah niat ingin kerja, ikhtiar melamar ke sana-sini, kita harus sabar jika kita belum diterima. Setiap langkah kita insya Allah ada pahalanya. Mungkin memang belum ada rezekinya di sana, kita tidak usah sibuk mengeluh.

Lalu rezekinya di mana? Mungkin memang rezeki kita bukan jadi seorang pekerja tetapi menjadi seorang pengusaha yang menjadi direktur utama, merangkap direktur inti dan karyawan tunggal.

Ikhwan sudah melamar lalu ditolak. Apakah dia gagal? Tidak! Justru keberhasilannya adalah ditolak. Ini berarti dia mempunyai pengalaman ditolak. Misalnya, dia sudah pernah ditolak tiga kali. Dengan begitu, dia sudah berpengalaman menghadapi tiga jenis calon mertua. Harus sabar menghadapinya karena mungkin belum menjadi jodohnya. Niatnya untuk melamar, sudah menjadi amal. Perjalanannya, usahanya untuk bicara baik-baik dengan calon mertua sudah menjadi amal. Bila kemudian hasilnya ditolak, — jika kita sabar — maka menjadi nilai amal juga.

Kegagalan itu adalah ketika kita tidak sabar menghadapi sesuatu hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Kita punya rencana, Allah juga punya. Yang akan terjadi adalah rencana Allah, kenapa Allah menakdirkan sesuatu lalu kita anggap gagal? padahal itu yang terbaik.

Tidak heran seseorang dibimbing Allah dengan sakit, penolakan, hinaan, semua itu bisa menjadi sebuah jalan bagi dia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus sabar menghadapi sesuatu yang tidak cocok dengan keinginan kita.

Ya Allah….limpahkanlah kesabaran pada kami sebagaimana engkau limpahkan kesabaran terhadap orang2 sebelum kami dalam menghadapi berbagai ujian-Mu…. Amiiiin

RAHASIA BERJALAN DI ATAS API TANPA TERLUKA

Rahasia Berjalan di Atas Api Tanpa Terluka

Posted by: Syefi Fitriana on January 1, 2014 in Sekitar Kita

Bagaimana seseorang bisa berjalan di atas api tanpa terbakar?

Bagaimana seseorang bisa berjalan di atas api tanpa terbakar?

SainsMe – Pernahkah kamu melihat atraksi yang menunjukkan kemampuan seseorang berjalan di atas api? Atraksi semacam ini menarik karena mendebarkan dan membuat para penonton penasaran bagaimana bisa seseorang berjalan di atas api layaknya berjalan di atas tanah biasa. Apakah kamu juga penasaran? Yuk baca dulu penjelasannya di bawah ini.

Sebenarnya kalau kita perhatikan, pertunjukan berjalan di atas api tidak pernah menggunakan api yang benar-benar berkobar. Mereka menggunakan api yang berasal dari potongan kayu sehingga yang diinjak pelaku hanyalah arang yang berpijar. Potongan-potongan kayu terdiri dari banyak senyawa karbon, beberapa molekul organiknya mudah menguap, termasuk menguapkan air. Ketika dipanaskan, molekul organik akan menguap karena panas yang dikeluarkan api akan menguapkan semua senyawa organik volatil (mudah menguap) dan air. Setelah terjadi pembakaran dan semua molekul organik menguap, yang didapatkan kemudian hanya senyawa karbon yang hampir murni dan karbon adalah salah satu unsur yang ringan.

Struktur karbon yang ringan merupakan penghantar panas yang buruk sehingga dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk dapat memindahkan panas dari bara ke kulit seseorang. Sebagai perbandingan, logam adalah penghantar panas yang cepat. Bara yang dihasilkan dari bahan logam dapat memindahkan panas dalam waktu seketika dan orang yang terkena bisa mendapat luka bakar yang parah.

Dalam atraksi berjalan di atas api, pelaku atraksi tidak berjalan di atas logam yang membara, melainkan berjalan di atas arang terbakar yang tertutup abu. Abu yang dihasilkan dari proses pembakaran juga bertindak sebagai penghambat panas atau lapisan isolator sehingga perpindahan panas ke kulit seseorang menjadi lebih lambat. Kenyataan itu bukan berarti tidak mungkin membakar sama sekali karena perpindahan panas masih mungkin terjadi. Karenanya, pelaku atraksi semacam itu akan berjalan dengan cukup cepat sehingga waktu kontak dengan arang akan lebih pendek dan kaki tidak akan mendapat panas yang cukup untuk membakar kulitnya.

Jadi, gabungan faktor daya hantar arang terhadap panas yang buruk, insulasi (penghalang panas) dari abu, dan waktu kontak yang pendek antara kaki dengan arang memungkinkan pelaku atraksi berjalan di atas api tanpa terluka. Meskipun begitu, untuk dapat melakukan atraksi semacam itu diperlukan latihan dan keahlian, sehingga jangan sekali-sekali mencobanya sendiri tanpa pengawasan orang yang ahli.

RAHASIA LANGIT DAN LAUT WARNA BIRU

Rahasia Langit dan Laut Berwarna Biru

Posted by: Syefi Fitriana on March 10, 2013 in Sekitar Kita

SainsMe – Pernahkah kamu berpikir mengapa langit dan laut itu tampak biru? Padahal kalau kita dekati, langit dan laut itu tidak berwarna. Warna biru yang kita lihat di langit itu merupakan hasil dispersi cahaya matahari. Matahari memancarkan cahaya putih ke bumi. Bumi dilindungi oleh atmosfer yang tersusun dari berbagai macam gas seperti nitrogen, oksigen, argon, dan juga uap air yang akan menyerap cahaya putih tadi.

Mengapa ya langit berwarna biru?

Mengapa ya langit berwarna biru?

Kalau kamu ingat, di pelajaran fisika pernah disinggung mengenai cahaya putih yang jika dilewatkan bidang prisma, maka akan terdispersi menjadi spektrum cahaya. Nah, begitu juga dengan cahaya matahari, cahaya ini setelah masuk melewati atmosfer bumi, akan terdispersi menjadi berbagai macam panjang gelombang. Masing-masing panjang gelombang ini akan muncul sebagai berbagai macam warna seperti warna pelangi. Setiap warna dipancarkan pada ketebalan prisma yang berbeda. Panjang gelombang yang tinggi jika ditangkap oleh mata akan terlihat sebagai warna merah, orange, dan kuning. Sedangkan panjang gelombang yang rendah dikenali oleh mata sebagai warna biru, ungu, dan hijau. Warna-warna yang memiliki panjang gelombang tinggi tadi akan diteruskan secara lurus sedangkan warna-warna yang panjang gelombangnya rendah akan disebarkan ke segala arah. Itulah mengapa warna biru menjadi dominan di langit karena warna biru dari cahaya matahari disebarkan ke segala arah. Peristiwa ini dinamakan Rayleigh scattering. Menurut Rayleigh, cahaya yang memiliki panjang gelombang rendah akan memiliki intensitas perpendaran yang lebih besar.

Ketika senja menjelang, langit akan berubah warna menjadi merah kekuningan. Hal ini terjadi karena posisi matahari yang tadinya tepat di atas kita berubah menjadi serong sehingga jarak pandang kita juga berubah. Karena jarak yang berubah ini, maka ketebalan atmosfer yang ditembus cahaya matahari hingga ke mata kita juga bertambah tebal. Atmosfer bumi kita dapat dianalogikan seperti prisma yang akan meneruskan cahaya dengan warna tertentu pada ketebalan tertentu. Warna yang memiliki panjang gelombang tinggi seperti warna merah diteruskan pada atmosfer yang lebih tebal sehingga warna langit tampak merah jingga pada saat matahari terbit atau terbenam. Warna biru pada laut tak lain merupakan pantulan dari warna langit. Begitulah ceritanya, mengapa langit dan laut berwarna biru.

PENTINGNYA MEMBACA AL-QU’AN

Allah menurunkan Al-Qur’an kepada nabi Muhammad SAW untuk mengeluarkan umat manusia dari kegelapan dan kebodohan menuju cahaya Islam, sehingga menjadi benar-benar umat yang baik dan terbaik yang pernah ada di muka bumi ini.
Di antara ciri khas atau keistimewaan yang dimilki Al-Qur’an adalah, ia bisa memberi syafa’at pada hari kiamat pada orang yang membacanya, mengkajinya, hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abi Umamah al, Bahimah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:
“Baca Al-Qur’an, ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepadanya” (HR Muslim)
Al Qur’an adalah mukjizat paling besar yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW. Allah telah menyempurnakan Al Qur’an sebagai pedoman seluruh umat manusia di dunia. Bahkan, diantara kitab-kitab suci yang lain hanya Al Qur’an yang paling sempurna. Jika kita membaca dan mengamalkan Al Qur’an maka hidup kita akan terasa bahagia dan Allah akan memberi kita ni’mat yang tiada terhingga. Hanya saja semakin lama umat manusia seakan-akan telah mengabaikan Al Qur’an. Mereka lebih sibuk mementingkan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat. Kini, jarang orang-orang yang bisa menghafal Al Qur’an, bahkan ada yang tidak bisa membaca Al Qur’an. Itu membuktikan betapa rendahnya kepedulian manusia terhadap bacaan suci umat islam yaitu Al Qur’an. Padahal, kita sebagai umat islam diwajibkan untuk bisa mengamalkannya. Karena Al Qur’an merupakan petunjuk atau pedoman kita dalam menjalani kehidupan di dunia agar kita tidak melangkah ke jalan yang sesat. Jadi, kita akan terhindar dari perbuatan tercela. Hidup itu harus seimbang antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pepatah mengatakan:
“Kejarlah kehidupan duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, kejarlah kehidupan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok “
Di dalam beribadah Sholat, umat islam melakukannya dengan menggunakan bahasa arab/Al Qur’an. Oleh karena itu sangat penting kita mempelajari bahasa Al-Qur’an dengan baik dan benar sejak dini.
Seorang muslim yang sedang melakukan shalat secara makna bacaan yang ada dalam shalat, berisikan kontak komunikasi seorang hamba dengan Tuhan. Jadi jika rutin setiap hari shalat yang diwajibkan  lima waktu, maka  berarti sedang kontak langsung tanpa ada tabir yang menghalangi karena sedang melakukan kontak dengan Tuhan. Maka bacaan pada setiap gerakan haruslah jelas, sebab gerak dan bacaannya sudah baku tidak bisa diubah oleh siapapun. Mengingat bacaan shalat dengan menggunakan bahasa Arab/bahasa Al-Qur’an yang apabila bacaan tersebut tidak jelas karena terburu-buru maknanya akan beda, dan kontak komuniksinya pun menjadi tidak jelas dan ini akan berakibat tidak diterima ibadah shalatnya oleh Tuhan dan hasilnya sia-sia.
Tuhan menyatakan dalam Firmannya Surat Almukminun ayat 1-2:
“Beruntunglah orang-orang beriman yang dalam melakukan shalatnya dengan khusyu'”. Makna ayat ini adalah shalat orang beriman diterima oleh Tuhannya.
Coba kita perhatikan,  jika kita tidak benar dalam membaca bacaan Sholat. Bahasa Arab yang menjadi bahasa Al-Qur’an, dengan huruf yang sama saja ( hanya beda harokatnya ) bisa melahirkan berbagai macam makna/arti. salah satu contohnya, kata بر ; bila huruf ba’nya diberi harokat kasroh ( birrun ) memiliki arti kebaikan, bila diberi harokat fathah ( barrun ) memiliki arti daratan, dan bila diberi harokat dhommah ( burrun ) maka memiliki arti gandum. oleh sebab itu membaca al-Qur’an (yang berbahasa arab) harus ekstra hati-hati. ketika membacanya tidak benar bisa menyebabkan arti/makna yang tidak benar juga, dan hal itu akan berdampak berkurang/hilangnya pahala membaca al-Qur’an, bahkan bisa jadi tidak mendapatkan pahala tetapi sebaliknya malah mendapatkan dosa ( Wallahu a’lamu bisshawab). contoh lafadz ALHAMDU LILLAHI memiliki arti “segala puji bagi Alaah” tapi ketika di baca ALKAMDU LILLAHI (huruf ha’ diganti kaf) memiliki arti “kehinaan bagi Allah”. contoh lain lafadz IYYAAKA NA’BUDU WA’IYYAAKA NASTA’IINU memiliki arti “hanya kepadaMu (ya Allah) kami menyembah dan hanya kepadaMu (ya Allah) kami minta tolong”  tapi ketika dibaca IYAAKA NA’BUDU WA’IYAAKA NASTA’IINU ( huruf ya’nya IYYAAKA tidak dibaca tasydid) maka akan memiliki arti “kepada sinar matahari kami menyembah dan kepada sinar matahari kami minta tolong”. NA’UUDZUBILLAH. Walhasil begitu pentingnya belajar tentang bagaimana membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Oleh karena itu, saya mengajak kepada  diri saya sendiri (khususnya), juga bagi para sahabatku…marilah mulai sekarang (jangan ditunda-tunda lagi), kita belajar membaca dan sekaligus mengamalkannya melalui “Hablumminallah” dengan Sholat, dan “Hablumminannas” dalam bersosialisasi dengan lingkungan kita.
Jika kita simpulkan isi komunikasi dalam shalat itu adalah :
1. niat sengaja melakukan shalat itu dengan ihlas
2. ikrar/berjanji bahwa shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku total untuk Allah
3. memuja dan memuji Allah Tuhan semesta alam
4. minta pertolongan dan petunjuk jalan yang lurus/jalan yangbenar
5. Minta diampuni, dikasihi, diberi kekuatan, diangkat derajatnya, diberi rizki, diberi petunjuk, disehatkan, dan     minta dimaafkan segala dosa dan kesalahan
6. Mengulangi bacaan Syahadatain sebagai sumpah setia sorang muslim
7. Mencurahkan salam dan shalawat  atas Nabi Muhammad dan keluarganya
8.ditutup dengan salam, Assalamu a’laikum warahmatullahi wabarokatuh, yang artinya salam sejahtera  atasmu dan semoga keberkahan atasMu pula, sambil menengok ke kanan dan kekiri. Maksudnya ucapan itu untuk     saudara/orang yang ada disebelah kanan dan sebelah kiri.
Makna bacaan Sholat ….begitu indah, sehingga perlu dilakukan dengan penuh konsentrasi tidak perlu terburu-buru.  Dan inilah bentuk komunikasi yang sangat indah  yang diucapkan lima kali sehari semalam selama kita masih hidup didunia ini dan diberikan kesempatan untuk beribadah padaNya.
Semoga apa yang saya sampaikan ini, sedikit banyaknya dapat menggugah kesadaran kita umat muslim untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah shalat. Tentunya bukan sekedar shalat, tetapi shalat yang baik, konsentrasi dan khusyu’.
Akhirnya ….semoga Tuhan senantiasa memberikan anugerah petunjuk dan kemauan pada kita untuk diberi kemudahan dalam mempelajari Al-Qur’an….dan selalu menjalankan ibadah dengan baik dan benar.
Amin …………