Semua artikel oleh 112367

KAU PEMBUNUH SAHABAT KU

KAU PEMBUNUH SAHABATKU

 

 

 

Hari ini aku ada janji sama Hendri. Aku dan Hendri mau pergi ke rumah sakit. Mau cek ke dokter, apa benar Hendri ini punya penyakit jantung. Oh iya, namaku Irama Nandya GC, biasa dipanggil Rara. Rumahku berdekatan dengan Hendri. Kami sudah bersahabat dari kecil, dari SD, sampai sekarang kami menginjak kelas 3 SMP yang sebentar lagi mau Ujian Nasional. Em, mandi sudah, makan siang sudah, saatnya ke taman untuk bertemu Hendri yang daritadi sudah menunggu di sana.

 

Di Taman

“Hai!” sapaku. “Hey Ra, kita langsung ke depan aja ya. Tunggu angkutan umum lewat. Okey?” ajaknya. “Sipp!” aku menyetujuinya. Hendri hanya menceritakan gejala penyakit jantungnya padaku. Dia belum menceritakan ke orang tuanya. Dia takut orang tuanya kecewa, sedih lalu membencinya. Secara keturunan, keluarga Hendri memang tidak ada yang punya penyakit jantung. Semoga aja, Hendri memang tidak punya penyakit itu. Amiin.

 

KADO TERAKHIR UNTUK SAHABAT

Lima hari sebelum kawanku pindah jauh disana. Selepas makan siang, aku langsung kembali beranjak ketempat aku bermain dengan sahabatku.
“hei, kemana saja kamu? Daritadi aku nungguin” Tanya sahabatku yang bernama Alvi. “tadi aku makan siang dulu” jawabku sambil menahan perut yang penuh dengan makan siang “ah ya sudah, ayo kita lanjutkan saja mainnya” sahut Alvi. Tidak lama saat aku & Alvi sedang asyik bermain congklak, Rafid adiknya Alvi datang menghampiri kami berdua.
“kak, aku pengen bilang” kata Rafid “bilang apa?” sahut Alvi penasaran “kata bapak, sebentar lagi kita pindahan” jawab Rafid “hah? Pindah kemana?” tanyaku memotong pembicaraan mereka “ke Bengkulu” jawab Rafid dengan singkatnya “ya udah kak, ayo disuruh pulang sama ibu buat makan siang dulu” ajak Rafid ke Alvi “iya deh.. ehm.. Alma, aku pulang dulu ya aku mau makan siang” ujar Alvi “eh, iya deh aku juga mau pulang kalau gitu” sahutku tak mau kalah.

Sesampainya dirumah aku langsung masuk kedalam kamar & entah kenapa perkataan Rafid yang belum pasti tersebut, terlintas kembali ke pikiranku. “Andai perkataan tersebut benar, tak terbayang bagaimana perasaanku nanti” ujarku pada cermin yang menatapku datar “sudahlah daripada aku memikirkan yang belum pasti lebih baik aku mendengarkan musik saja” ujarku kembali sambil beranjak mengambil mp3. Tak lama kemudian aku mendengar sebuah pembicaraan, yang aku tau suaranya sudah tak asing lagi bagiku yaitu orang tuaku & orang tua Alvi sahabatku. Aku mencoba mendekati pintu kamar untuk mendengarkan pembicaraan itu. Tak lama tanganku keringat dingin, aku sudah mendapatkan inti pembicaraan ternyata benar apa yang dikatakan Rafid pada Alvi tadi siang bahwa mereka akan pindah kurang lebih sebulan lagi.

Lemas sudah tubuhku setelah mendengar kabar itu, tiba-tiba ibu mengetuk kamarku & mengagetkanku yang sedang bingung itu. *Tok3X… “Alma, kamu mengunci pintu kamarmu ya” Tanya ibu sambil mencoba membuka pintu “enggak kok” jawabku dengan lemasnya “kamu kenapa.. ayoo buka kamarmu!!” teriak ibu “iya.. sebentar” sahutku sambil membuka pintu.
“ngapain kamu mengunci kamar?” Tanya ibu.
“gak knapa2… tadi aku memang lg duduk didepan pintu” jawabku sambil menoleh keruang tamu yang berhadapan dengan kamar tidurku.
“ya sudah, tadi orang tuanya Alvi bilang kalau mereka ingin pindah bulan depan”
“iya, aku sudah tau” sahutku kembali ke kamar tidur.
“oh kamu tidak sedih kan?” Tanya ibu yang menghampiriku.
“…” tak kujawab pertanyaan ibu.
“hm.. sudahlah tak usah dibahas dulu.. sana tidur siang dulu biar nanti malam bisa mengerjakan PR” ujar ibu sembari mengelus elus rambutku.
“iya…” jawabku singkat.

Esoknya tepat dihari Minggu, matahari pagi menyambutku. Suara ayam berkokok dan jam beker menjadi satu. Tetapi, aku tetap saja masih ingin ditempat tidur. Sampai sampai ibuku memaksaku untyk tidak bermalas malasan.
“Alma, ayoo bangun.. perempuan gak baik bangun kesiangan” ujar ibu sambil melipat selimutku. “sebentar dulu lah.. aku masih ngantuk” sahutku sambil menarik selimut ditangan ibu. “itu Alvi ngajak kamu main.. ayoo bangun!!” ujar ibu kembali sambil mengeleng gelengkan kepala. “oh oke oke” sahutku semangat karena ingat bahwa Alvi akan pindah sebulan lagi. Lalu, aku langsung beranjak dan segera lari keluar kamar tidur untuk mandi & sarapan. Setelah itu Alvi tiba-tiba menghampiri rumahku
“Assalamualaikum, Alma!!” panggil Alvi dari depan rumah.
“walaikumsallam, iya!!” sahut ibuku yang beranjak keluar rumah.
“oh ibunya Alma, ada Alma nya gak?” Tanya Alvi.
“Alma nya lagi sarapan, sebentar ya tunggu dulu aja. Sini masuk” jawab ibuku.
“iya, terimakasih” sahut Alvi.

Ketika aku sedang asyik asyiknya sarapan, Alvi mengagetkanku.
“Alma, makan terus kau ini” ujar Alvi sambil tertawa. “yee, ngagetin saja kamu ini. Aku laper tau” sahutku sambil melanjutkan sarapan. “kok gak bagi-bagi aku sih” Tanya Alvi sambil menyengir kuda. “kamu mau, nih aku ambilin ya” jawabku sambil mengambil piring. “hahaha.. tidak, aku sudah makan, kau saja sana gendut” sahut Alvi sambil tertawa terbahak bahak. “ ya sudah” jawabku kembali sambil membuang muka. Tak berapa lama kemudian, sarapanku habis lalu Alvi mengajakku bermain games.
“sudah kan, ayoo main sekarang” ajak Alvi semangat.
“aduh, sebentar dong. Perutku penuh sekali ini” sahutku lemas karena kebanyakan makan.
“ah ayolah, makanya jangan makan banyak-banyak. Kalau gitu kapan mau dietnya” ujar Alvi menyindirku.
“ya sudah ya sudah.. ayoo mau main apa?” ajakku masih malas.
“Vietcong yuk tempur tempuran” jawab Alvi semangat seperti pahlawan jaman dulu.
“hah, okedeh” sahutku sambil menyalakan laptop milik ayah.

Kemudian, aku dan Alvi bermain games kesukaan kami berdua. Kami bermain bergantian, besar besaran skor, dll tidak berapa lama ibunya Alvi memanggilnya untuk pulang. “Assalamualaikum, ada Alvinya gak?” Tanya ibunya Alvi sambil tersenyum denganku. “ada-ada.. Alvi! ibumu mencarimu” kataku kepada Alvi yang sedang asyik bermain. “iya.. sebentar lagi, emangnya kenapa?” Tanya Alvi. “aku tidak tau, sana kamu pulang dulu. Kasian ibumu” ujarku sambil mematikan permainan. “huh… iya iya” sahut Alvi beranjak pulang kerumahnya.

Tak berapa lama, Alvi mengagetkanku saat aku sedang asyik melanjutkan permainan yang sedang aku mainkan. “Alma!!” panggil Alvi sambil menepuk pundakku. “Apa??” jawabku kaget. “aku pengen bilang sesuatu nih, hentikan dulu mainannya” ujar Alvi. “iya!!” jawabku agak kesal. “jadi gini.. dengarkan ya… ternyata aku akan pindah 3 hari lagi” cerita Alvi. “hah? Kok dipercepat??” sahutku memotong pembicaraan Alvi. “aku juga tidak tau, kau sudah memotong pembicaraanku saja. Sudah ya aku harus pulang ini.. bye!” ujar Alvi beranjak keluar rumah. “tunggu!! Kau serius??” tanyaku dengan penuh ketidak percayaan. “serius.. dua rius malahan” jawab Alvi sambil memakai sandal. “oh ok.. bye!!” sahutku kembali. Setelah Alvi pulang kerumahnya, aku langsung lari masuk kedalam kamar & mengunci diri. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan sedangkan sahabatku sendiri ingin pindahan. Terlintas dipikiranku untuk memberikan Alvi sahabatku sebuah kado yang mungkin isinya bisa membuat Alvi mengingat persahabatan antara kita selamanya walaupun sampai akhir hayat nanti kita tak akan dipertemukan lagi. Ku ambil buku diary & kutuliskan cerita-cerita persahabatanku dengan Alvi. Tak lama kemudian , terpikirkan suatu hadiah yang akan kukasih dihari dia pindahan nanti lalu, aku ambil uang simpanan yang kusimpan didompetku & ku piker-pikir uangnya cukup untuk membelikan hadiah untuk Alvi.

Besoknya sehabis pulang sekolah, aku langsung berlari ke toko sepatu dekat rumahku. Ku lihat-lihat sepatu yang cukup menarik perhatianku, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak yang menghampiriku.
“hai nak, kamu mencari sepatu apa?” Tanya seorang bapak yang menurutku adalah pemilik took sepatu tersebut.
“i..iya pak, maaf ada sepatu futsal tidak?” tanyaku sambil celingak celinguk kesegala rak sepatu.
“oh, ada kok banyak.. untuk apa? Kok perempuan nyari sepatu futsal?” Tanya pemilik sepatu itu sambil tertawa melihatku yang masih polos.
“bukan untukku pak, tapi untuk sahabatku” jawabku dengan polosnya.
“teman yang baik ya, memangnya temanmu mau ulang tahun?” Tanya pemilik toko itu. Entah kapan pemilik toko itu berhenti bertanyaku.
“iya” jawabku berbohong karena tak mau ditanya-tanya lagi.
“ok, sebentar ya. Bapak ambilkan dulu sepatu yang bagus untuk sahabatmu” ujar pemilik toko sepatu itu sambil berjalan ke sebuah rak sepatu.
“sip, pak” sahutku.

Tak lama, si pemilik toko sepatu itu kembali sambil membawa sepasang sepatu futsal.
“ini nak!!” kata pemilik toko sepatu itu.
“wah bagus sekali, berapa pak harganya?” tanyaku sambil melihat lihat sepatu yang dibawa oleh si pemilik toko itu.
“bapak kasih murah nak untukmu.. ini aslinya Rp. 60.000 jadi kamu bayar Rp.20.000 saja nak” jawab si pemilik toko itu sambil tersenyum.
“terima kasih banyak pak, ini uangnya” sahutku.
“iya nak, sama-sama” ujar sipemilik toko tersebut.
Setelah itu, aku kembali kerumah & mulai membungkus kado untuk Alvi. Mungkin ini hadiahya tidak seberapa, kutuliskan juga surat untuk Alvi.
Malamnya aku masih memikirkan betapa sedihnya perasaanku nanti jika sahabatku pindah pasti tidak bisa bermain bersama lagi seketika air mataku menetes & tiba-tiba ibu mengetuk pintuku. “Alma, ayo kerjakan dulu PRmu nanti kemalaman” ujar Ibu dari depan pintu kamar tidurku. “i..iya” sahutku sambil mengelap tetesan air mata yang membasahi buku yang sedang aku baca. Saat itu pikiranku masih campur aduk entah harus senang, sedih atau apa. Aku tidak bias konsen mengerjakan PR malam itu.

Besoknya disekolah, aku sering bengong sendiri sampai-sampai guruku bertanya kenapa aku seperti itu. Ku jawab saja dengan jawaban yang sangat singkat karena aku sedang memkikirkan bahwa besok lah dimana aku akan berpisah dengan sahabatku sendiri. Sepulang sekolah, aku langsung berlari memasuki kamar lagi, mengurung diri hingga malam. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku & kuintip lewat jendela kamar. Tak lama kemudian juga Ibu memanggilku untuk keluar kamar sebentar.
“Alma, ayoo keluar sebentar. Ada Alvi nih” ajak ibu sambil membuka pintu kamarku.
“iya…” jawabku beranjak keluar kamar.
“nah kamu sudah disini, jadi begini besok kan Alvi mau pindah ayoo berpamitan dulu” ujar ibuku.
“Alma!!” peluk ibunya Alvi kepadaku. “maafin tante sama Alvi beserta keluarga ya jika punya salah sama kamu, ini tante ada sesuatu buat kamu” kata ibunya Alvi sambil memberiku sekotak coklat.
“i..i..iya” sahutku tak bisa menahan perasaan & sejenak kuingat bahwa aku juga punya hadiah untuk Alvi.
“Alvi, ini ada hadiah buat kamu. Terima ya” ujarku mulai menangis.
“iya. Alma jangan nangis dong” jawab Alvi.
“aku..” sahutku semakin sedih.
“sudah kamu tidak usah sedih nanti suatu saat kalian bisa ketemu kembali kok, ibu yakin” kata ibu sambil menghapus air mataku.
“ya udah, Alma jangan nangis ya… oh iya ini tante kasih no telp. Tante biar nanti kalau Alma kangen sama Alvi bisa sms atau telepon ya” ujar ibunya Alvi sambil menghapus air matanya pula yang hendak menetes.
“iya..” jawabku sambil masih menangis.
Malam pun tiba, Alvi dan keluarganya pun berpamit & harus segera pulang. Aku pun kembali ke tempat tidur & mulai menangis. Ku gigit bantal yang ada didekatku tak tahan aku melihat hal tadi.

Esoknya, tepat dipagi hari. Suara mobil kijang mengagetkanku & bergegas aku keluar. Ku lihat Alvi & keluarganya sudah bersiap-siap untuk berangkat, tubuhku mulai lemas ibu pun mengagetkanku untuk segera bersiap siap sekolah. Sebenarnya aku ingin tidak sekolah dulu hari itu tapi bagaimana juga pendidikan yang utama. Aku bergegas kesekolah tapi sebelum itu, aku berpamitan dengan Alvi lagi.
“Alvi!!” panggilku dari jauh.
“Alma!!” jawabnya sambil mendekatiku.
“jaga dirimu baik baik disana ya kawan, semoga banyak teman-teman barumu disana & jangan lupakan aku” ujarku mulai meneteskan air mata.
“iya, kamu tenang. Kalau kamu sedih kepergianku ini tidak akan nyaman” sahutnya sambil memberiku tissue.
“iya… terima kasih” jawabku kembali sambil menghapus airmata dengan tissue yang diberikan oleh Alvi.
“oh iya Alma, thanks ya buat kadonya itu bagus banget… aku juga udah baca suratnya… terima kasih banyak ya… akan kujaga terus kado mu” ujar Alvi menatapku.
“iya.. sama-sama karena mungkin itu kado terakhirku untukmu kawan” sahutku sambil tersenyum tak menunjukkan kesedihan lagi.
“kau memang sahabat terbaikku selamanya” kata-kata terakhir Alvi yang ia ucapkan kepadaku. Disitulah aku berpisah & disitulah aku harus menempuh hidup baru, juga makna dari sebuah persahabatan tanpa menilai kekurangan seorang sahabat.

~Selesai~

SAHABAT TERBAIK

“Persahabatan bukan hanya sekedar kata,
yang ditulis pada sehelai kertas tak bermakna,
tapi persahabatan merupakan sebuah ikatan suci,
yang ditoreh diatas dua hati,
ditulis dengan tinta kasih sayang,
dan suatu saat akan dihapus dengan tetesan darah dan mungkin nyawa”..

**
“Key… sini dech cepetan, aku ada sesuatu buat kamu”, panggil Nayra suatu sore.
“Iya, sebentar, sabar dikit kenapa sich?, kamu kan tau aku gak bisa melihat”, jawab seorang gadis yang dipanggil Key dari balik pintu.

Keynaya Wulandari, begitulah nama gadis tadi, meskipun lahir dengan keterbatasan fisik, dia tidak pernah mengeluh, semangatnya menjalani bahtera hidup tak pernah padam. Lahir dengan kondisi buta, tidak membuatnya berkecil hati, secara fisik matanya tidak bisa melihat warna-warni dunia, tapi mata hatinya bisa melihat jauh ke dalam kehidupan seseorang. Mempunyai hoby melukis sejak kecil, dengan keterbatasannya, Key selalu mengasah bakatnya. Tak pernah sedikitpun dia menyerah.

Duduk di bangku kelas XII di sebuah Sekolah Luar Biasa di kotanya, Keynaya tidak pernah absen meraih peringkat dikelas, bahkan guru-gurunya termotivasi dengan sifat pantang menyerah Key. Sejak baru berusia 3 tahun, Keynaya sudah bersahabat dengan anak tetangganya yang bernama Nayra Amrita, Nayra anak seorang direktur bank swasta di kota mereka. Nayra cantik, pinter dan secara fisik Nayra kelihatan sempurna.

***
Seperti sore ini, Nayra sudah nangkring di rumah Key. Dia berbincang-bincang dengan Key, sambil menemani sahabatnya itu melukis.
“Key, lukisan kamu bagus banget, nanti kamu ngadain pameran tunggal ya, biar semua orang tau bakat kamu”, kata Nayra membuka pembicaraan.
“Hah”, Key mendesah pelan lalu mulai bicara, “Seandainya aku bisa Nay, pasti sudah aku lakukan, tapi apa daya, aku ini gak sempurna, seandainya aku mendapat donor kornea, dan aku bisa melihat, mungkin aku bahagia dan akan mengadakan pameran lukisan-lukisanku ini” ucap Keynaya dengan kepedihan.
“Suatu hari nanti Tuhan akan memberikan anugrahnya kepadamu, sahabat, pasti akan ada yang mendonorkan korneanya untuk seorang anak sebaik kamu,” timpal Nayra akhirnya.

Berbeda secara fisik, tidak pernah menjadi halangan di dalam jalinan persahabatan antara Nayra dan Keynaya, kemana pun Nayra pergi, dia selalu mengajak Key, kecuali sekolah tentunya, karena sekolah mereka berdua kan berbeda.

Sedang asik-asiknya dua sahabat ini bersenda gurau, tiba-tiba saja Nayra mengeluh,
“aduuh, kepala ku”
“Kamu kenapa Nay, sakit??” tanya Keynaya.
“Oh, ngga aku gak apa-apa Key, Cuma sedikit pusing saja”, ucap Nayra sambil tersenyum.
“Minum obat ya Nay, aku gak mau kamu kenapa-napa, nada bicara Key terdengar begitu khawatir.
“aku ijin pulang dulu ya Key, mau minum obat” ujar Nayra sambil berpamitan pulang.

Di kamarnya yang terkesan sangat elegan, nuansa coklat mendominasi di setiap sudut ruangan, Nayra terduduk lemas di atas ranjangnya,
“Ya Tuhan, berapa lama lagi usiaku di dunia ini?? Berapa lama lagi malaikatmu akan menjemputku untuk menghadapmu?” erang hati Nayra.
Di vonis menderita leukimia sejak 7 bulan lalu dan tidak akan berumur lama lagi sungguh menyakitkan bagi Nayra, usianya yang baru 18 tahun, dengan segudang cita-cita yang dia inginkan, sudah pasti tak satupun akan terwujud.

***
Pintu kamar Nayra tiba-tiba terbuka, seorang wanita cantik paruh baya masuk lalu duduk disampingnya.
“Gimana rasanya sayang? Masih gak enak?? Kita ke dokter sekarang yuk!!!” ujar wanita itu dengan lembutnya.
“ngga usah, ma, aku sudah enakan kok, aku cuma mau beristirahat saja”, jawab Nayra dengan sopan.
“ya sudah kalau begitu, mama tinggal dulu ya, istirahat ya, Nak,” ujar sang mama sambil mencium kening putri semata wayangnya.
“Makasih ma, aku selalu sayang mama,” lirih Nayra berujar.
Terus terang Nayra sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya, tapi dia berusaha menyembunyikan itu dari orang tuanya.

Di ruang keluarga, ibu Rita, duduk sambil menemani sang suami sepulangnya dari kantor,
“Ma, Nayra kemana?? Kok papa gak melihatnya dari tadi?” tanya sang suami.
“Nayra lagi istirahat pa, dia pusing dan mengeluh sakit dari tadi”, jawab Rita.
“Sakit apa sebenarnya anak kita ma?? Kalau kita ajak ke dokter dia selalu menolak, papa rasa ada yang dia sembunyikan dari kita, aku takut penyakitnya parah,” dengan nada khawatir pak Artawan bicara dengan istrinya.
“entahlah pa, mama juga bingung” ujar istrinya lagi.

***
Ternyata sakit yang dirasakan Nayra sore itu adalah pertanda dia akan segera di panggil menghadap Tuhan, saat minta ijin untuk istirahat pada mamanya, kesehatan Nayra benar-benar drop, dengan panik kedua orang tua Nayra melarikan putrinya ke rumah sakit, setelah mendapat penanganan oleh tim dokter, Nayra sedikit terlihat tenang, namun mukanya terlihat pucat, sinar matanya terlihat begitu redup.
“Pak Artawan, bisa kita bicara sebentar di ruangan saya”, kata dokter Gunawan, yang juga merupakan dokter pribadi keluarga Artawan.
“Baiklah dok, “ sambut pa Artawan.

Setelah pak Artawan dan ibu Rita duduk di ruangan dokter Gunawan, mereka akhirnya mulai bicara,
“Maafkan saya sebelumnya pak, sebenarnya saya sudah tau penyakit yang diderita putri bapak sejak 7 bulan lalu, tapi karena putri bapak menyuruh saya merahasiakan penyakitnya kepada bapak dan ibu, saya gak bisa berbuat apa-apa. Putri bapak terkena leukimia,” ujar dokter Gunawan lirih.

Cukup lirih memang kata-kata dokter Gunawan, tapi mampu membuat jantung pak Artawan dan istrinya berdetak lebih cepat dari biasanya,
“Apa?? Leukemia? Separah apa dok??” keras nada suara pak Artawan.
“sudah parah pak, umur Nayra tidak akan lama” sambung dokter kembali.
Setelah berbicara lama dengan dokter, air mata tak pernah berhenti mengalir di pipi Rita. Dia begitu terpukul mendengar putrinya menderita penyakit itu.
“udah, ma, jangan nangis terus, pengobatan Nayra akan diusahakan, kita akan mengusahakan kesembuhannya, lebih baik kita berdoa, semoga Tuhan memberikan jalan terbaik buat keluarga kita”, hibur pak Artawan.
“mari kita tengok Nayra!!” ajaknya lagi.

Memasuki ruangan perawatan, ibu Rita berusaha menyembunyikan air matanya, dia tersenyum penuh kepedihan di samping ranjang putrinya,
“Mama, kenapa? Kok sedih begitu?” ujar Nayra lirih.
“Gak apa-apa sayang”, berbisik ibu Rita tak kuasa menahan air matanya.
“Maafkan Nayra, Ma, Pa, Nayra tak bermaksud membuat Mama dan Papa terluka seperti ini, Nayra hanya tak ingin menyusahkan kalian” Nayra berkata dengan terbata-bata.

Belum ada beberapa menit pak Artawan dan ibu Rita di kamar putrinya, tiba-tiba Nayra kejang-kejang. Dengan panik pak Artawan memanggil dokter Gunawan. Dokter Gunawan menangani Nayra lumayan lama, hingga akhirnya dokter Gunawan keluar, muka beliau kelihatan sangat sedih.
“Bagaimana anak saya, dok?” tanya pak Artawan.
“Maaf pak, kami disini sudah berusaha yang terbaik, tapi Tuhan berkehendak lain, Nayra sudah dipanggil menghadapNya” ucap dokter.
“Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaakkk”, teriak ibu Rita isteris,“ Nayra tidak mungkin meninggal, Nayra masih hidup,” seluruh pengunjung rumah sakit menoleh ke arah mereka.
“Pak, sebelum meninggal, Nayra menitipkan ini ke saya, ini buat bapak dan ibu” imbuh dokter Gunawan sebelum mohon diri.

Sepeninggal Dokter Gunawan, pak Artawan dan istrinya membuka amplop kecil dari Nayra, isinya ternyata surat.
“Mama, papa, maafin Nayra sudah membuat mama dan papa jadi sedih, Nayra mohon sama mama dan papa, setelah Nayra meninggal, tolong berikan kornea mata Nay untuk Keynaya, tapi jangan bilang itu dari Nayra sebelum Keynaya benar-benar operasi dan bisa melihat lagi, dan satu lagi, mama tolong kasih Keynaya surat yang Nayra simpan di laci meja belajar Nayra yang amplopnya berwarna pink setelah Keynaya melihat nanti, dan surat buat mama dan papa ada di dalam amplop biru di laci yang sama. Sekian dulu Mama, papa, maaf kalau Nayra selalu ngerepotin kalian, Nayra sayang kalian, big kis & hug.. muacch”..
Nayra Amrita

Selain sepucuk surat itu, ada lagi sebuah surat pernyataan pendonoran kornea mata yang telah lengkap dengan tanda tangan Nayra. Hati orang tua Nayra tersayat, tapi tak ada yang bisa mereka lakukan selain memenuhi permintaan terakhir sang anak.

***
Sementara itu, di rumah Keynaya, tampak gadis cantik itu tengah duduk seorang diri di teras rumahnya. Wajahnya tampak sedikit murung,
“kemana si Nayra, sudah lebih dari 5 hari dia gak main ke sini, apa dia baik-baik saja?” gumamnya.
“Ma, Nayra pernah kesini gak dalam beberapa hari ini?” tanya Keynaya ke pada mamanya.
“Gak ada, Key, memang kenapa?” tanya sang mama.
“Gak apa-apa ma, aku ke rumah Nayra sebentar ya!!” Key meminta ijin ke mamanya.

Tapi diluar dugaan, mama Keynaya melarangnya pergi.
“Jangan Key, kita harus ke rumah sakit sekarang juga, tadi mama ditelepon sama pihak rumah sakit, katanya ada yang menyumbangkan korneanya khusus untuk kamu,” dengan tutur kata yang lembut mamanya menjelaskan.
“Yang bener, Ma? Key sudah dapat donor kornea?? Asik-asik, Key akan segera bisa melihat wajah Nayra, Key bisa segera menggelar pameran lukisan,” ucap Key berapi-api.
“Iya nak” jawab mamanya penuh kepedihan. “seandainya kamu tahu sayang, Nayra tak mungkin ada disamping kamu lagi, Nayra sudah tenang dialam sana, dan seandainya kamu tahu siapa orang yang mendonorkan korneanya untuk kamu” kata ibu Rasti dalam hati.

Waktu berjalan begitu cepat, operasi cangkok kornea sudah dilaksanakan dan sekarang adalah hari yang paling ditunggu-tunggu Keynaya, perban di matanya akan di buka, tim dokter beserta kedua orang tua Key sudah ada di ruangan Key. Sebelum perbannya di buka, Keynaya berujar,
“Ma, Pa, Nayra sudah datang?? Ku ingin sekali ada Nayra di sini pas aku bisa melihat”
“belum sayang, Nayra masih diluar kota” pedih rasanya hati ibu Rasti saat berujar.

Perban akhirnya di buka, samar-samar penglihatan Keynaya mulai melihat warna, melihat sosok kedua orang tuanya, dia tersenyum, semakin lama semakin jelas,
“Mama, papa aku bisa melihat kalian,” gembira sekali suara Keynaya.

***
Sudah 1 minggu semenjak Keynaya bisa melihat, hari ini dia memaksa ibunya agar diperbolehkan melihat Nayra, mengujungi Nayra,
“Kata mama Nayra sudah ada di rumah, berarti Key boleh main donk Ma, Key pingin ngajak Nayra jalan-jalan buat merayakan kesembuhan Key,”
“Iya, nak, mama sama papa temenin kamu ya!!”

Berbeda beberapa rumah antara Nayra dan Keynaya merupakan hal yang membahagiakan, tidak perlu capek-capek bermacet-macet ria di jalanan untuk mengunjunginya. Sesampai di rumah Nayra mereka disambut ramah oleh keluarga Nayra yang kebetulan lagi ada di rumah.
“Selamat sore tante Rita’” sapa Keynaya dengan senyum sumringah.
Setelah di persilahkan duduk dan menikmati hidangan ala kadarnya, Keynaya menanyakan keberadaan sahabat karibnya,
“mana Nayranya tante?? Kok gak kelihatan ada di rumah?”
“Nayranya… Nayra.. Nayra..” dengan terbata-bata ibu Rita menjawab.
“Nayra kenapa tante, kemana?? Nayra tidak apa-apa kan?” bertubi-tubi Keynaya bertanya.

Ibu Rita tak kuasa menjawab, beliau meninggalkan tamunya di ruang tamu dan berlari naik ke kamar Nayra, mengambil sepucuk surat yang dititipkan Nayra untuk Keynaya. Ibu Rita kembali ke ruang tamu dengan sepucuk surat di tangan,
“ini dari Nayra untuk kamu” ujarnya berlinang air mata kepada Keynaya.

Dengan tangan gemetar Keynaya membuka amplop berwarna pink yang cantik itu, ada pita pink juga di sudut amplonya.

Dear Keynaya

“Keynaya sayang, sahabatku yang paling baik, apa kabar hari ini?? Baik-baik sajakah?? Sehat-sehat?? Semoga sehat ya!! Key, saat kau membaca surat dari aku ini, mungkin aku sudah tak ada lagi di dunia ini, tak ada di samping kamu, tak bisa menemani kamu bermain, bercanda dan tertawa, maafkan aku ya Key.

Key sayang, sebenarnya aku ingin sekali cerita ke kamu tentang penyakitku, tapi aku takut membuat kamu kepikiran terus, takut buat kamu gelisah. Sebenarnya aku terkena penyakit leukemia, Key dan umurku tidak akan lama lagi.

Key sayang, meskipun aku telah pergi dari sisi kamu, tapi rasa sayang aku ke kamu tak akan pernah berubah, kamu sahabat terbaik di hidupku, kamu tempatku berkeluh kesah, tempatku menumpahkan suka dan duka. Key, ku tahu saat kau membaca ini, kau sudah bisa melihat indahnya dunia, sengaja ku berikan mataku untuk kamu Key, hanya itu yang bisa aku berikan, jaga mata itu seperti kau menjaga persahabatan kita.

Segitu dulu Key, maafkan aku karena harus pergi meninggalkanmu, terima kasih karena sudah memberikan aku arti selama hidup di dunia. Sampai ketemu suatu saat nanti Key, aku sayang kamu sahabatku.
Kiss and big hug my lovely friend, my best friend in my life….muaaachh…

Dariku yang selalu menyayangimu
Nayra Amrita

Air mata mengalir deras di pipi Keynaya,
“ini tidak mungkin” katanya lirih. Dia menangis sejadi-jadinya. Dia benar-benar tak percaya, sahabatnya sudah kembali ke pangkuan Tuhan, Keynaya menatap selembar foto yang juga ada di dalam amplop surat tadi, foto Nayra tersenyum manis ke arahnya, mata Nayra yang teduh, sekarang ada padanya. Keynaya meminta agar kedua orang tua Nayra mengantarnya ke kuburan.

Lumayan jauh dari rumah Nayra, kaki Keynaya lemah, tapi dia berusaha mengikuti langkah kaki orang tuanya dan orang tua Nayra ke sebuah makan yang begitu tertata rapi, taburan bunga masih segar, tanah pekuburannya juga masih basah.
Sebuah Nisan yang begitu cantik dihadapan Keynaya, membuatnya semakin terluka, jelas tersurat di batu nisan berwarna putih itu nama sahabat karibnya.

“Nayra Amrita Artawan”
Lahir 8 Januari 1994
Wafat 14 April 2011

Berjongkok Keynaya membelai nisan itu, gerimis turun membasahi nisan, semakin lama semakin deras, sederas airmata yang jatuh di pipi Keynaya,
“kenapa secepat ini kau tinggalkan aku, Nay?? Tega kamu?? Meninggalkan aku seorang diri disini.” Nayra, terima kasih sayang, kau telah memberikan aku sepasang mata untuk melihat dunia ini, terima kasih karena telah mengajariku tentang ketulusan sebuah persahabatan, terima kasih atas senyum termanis yang pernah kau hadirkan di hidupku” ucap Keynaya sambil terisak lirih di atas nisan.

Tangan lembut ibu Rasti terulur ke arah putrinya,
“Bangun Key, sudah, ikhlaskan saja Nayra, dia sudah tenang di sana, dia sudah berada di pangkuan Tuhan, yang harus kamu tahu, Nayra tak pernah ingin kamu cengeng, kamu harus tetap semangat menjalani hidup kamu,” bimbing ibu Rasti.
“iya ma, terima kasih, aku hanya sedih saja, tapi aku janji gak akan cengeng lagi setelah hari ini”, kata keynaya.

 

”selesai”

TATA CARA SHALAT

Cara mengerjakan shalat

1. Bediri tegak menghadap kiblat dan niat mengerjakan shalat.

Lafazh niat-niat shalat Fardhu:

Shalat Subuh:
USHALLII FARDHASH-SHUBHI RAK’ATAINI MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA’AN (MA’MUUMAN / IMAAMAN) LILLAHI TA’AALAA
artinya: Aku sengaja shalat fardhu subuh dua raka’at menghadap kiblat (menjadi makmum / imam) karena Allah

Shalat Dzuhur:
USHALLII FARDHADZ-DZUHRI ARBA’A RAKA’ATIM MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA’AN (MA’MUUMAN / IMAAMAN) LILLAHI TA’AALAA
artinya: Aku sengaja shalat fardhu dzuhur empat raka’at menghadap kiblat (menjadi makmum / imam) karena Allah

Shalat Ashar:
USHALLII FARDHAL-‘ASHRI ARBA’A RAKA’ATIM MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA’AN (MA’MUUMAN / IMAAMAN) LILLAHI TA’AALAA
artinya: Aku sengaja shalat fardhu ashar empat raka’at menghadap kiblat (menjadi makmum / imam) karena Allah

Shalat Maghrib:
USHALLI FARDHAl-MAGHRIBI TSALAATSA RAKA’ATIM MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA’AN (MA’MUUMAN / IMAAMAN) LILLAHI TA’AALAA
artinya: Aku sengaja shalat fardhu maghrib tiga raka’at menghadap kiblat (menjadi makmum / imam) karena Allah

Shalat ‘Isya:
USHALLI FARDHAL-‘ISYAA’I ARBA’A RAKA’AATIM MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA’AN (MA’MUUMAN / IMAAMAN) LILLAHI TA’AALAA
artinya: Aku sengaja shalat fardhu ‘Isya empat raka’at menghadap kiblat (menjadi makmum / imam) karena Allah

2. Mengangkat kedua belah tangan serta membaca takbiratul ihram “ALLAAHU AKBAR”

3. Kedua belah tangan di letakan (sedakep) pada dada, tangan kanan di depan tangan kiri.

4. Membaca doa iftitah

ALLAHU AKBAR KABIIRAA WAL-HAMDU LILLAAHI KATSIIRAA WA SUBHANAALLAHI BUKRATAW WA ASHIILLA.

INNII WAJJAHTU WAJHIYA LIL-LADZII FATHARASSAMAAWAATI WAL-ARDHA HANIIFAM MUSLIMAW WA MAA ANA MINAL-MUSYRIKIIN.

INNA SHALAATII WA NUSUKII WA MAHYAAYA WA MAMAATII LILLAHI RABBIL-‘AALAMIIN.

LAA SYARIIKALAHU WA BI DZAALIKA UMIRTU WA ANA MINAL-MUSLIMIIN.

artinya:
“Allah Maha Besar lagi Sempurna Kebesaran-Nya, segala puji bagi-Nya dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Ku hadapkan muka hatiku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan yang lurus dan menyerahkan diri dan aku bukanlah dari golongan kaum musyrikin. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan untuk tidak menyukutukan-Nya. Dan aku dari golonan orang muslimin.

atau boleh juga membaca doa iftitah sebagai berikut

ALLAAHUMMA BAA’ID BAINI WA BAINA KHATHAAYAAYA KAMAA BAA’ADTA BAINAL-MASYRIQI WAL-MAGHRIB.

ALLAAHUMMA NAQQINII MIN KHATHAAYAAYA KAMAA YUNAQQATS-TSAUBUL-ABYADHU MINAD-DANAS

ALLAAHUMMAGHSILNII MIN KHATHAAYAAYA BIL-MAA’I WATS-TSALJI WAL-BARAD

artinya:
Ya Allah, jauhkanlah aku daripada kesalahan dan dosa sejauh antara jarak timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari segala kesalahan dan dosa sebagaimana bersihnya kain putih dari kotoran. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku dengan air, dan air salju yang sejuk.

5. Membaca surat Fatihah

BIMILLAAHIR-RAHMAANIR-RAHIIM.
AL-HAMDU LILLAAHI RABBIL-‘AALAMIIN.
AR-RAHMAANIR-RAHIIM. MAALIKI YAUMID-DIIN.
IYYAAKA NA’BUDU WA IYYAAKA NASTA’IIN.
IHDINASH-SHIRAATHAL-MUSTAQIIM.
SHIRAATHAL-LADZIINA AN’AMTA ‘ALAIHIM GHAIRIL-MAGHDHUUBI ‘ALAIHIM WA LADH-DHAALLIIN.
AAMIIN.

artinya:
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Yang Pengasih dan Penyayang.
Yang menguasai hari kemudian.
Hanya pada-Mu lah aku mengabdi dan kepada-Mu lah aku meminta pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat.
Bukan jalan mereka yang pernah Engkau murkai, atau jalannya orang-orang yang sesat.

6. Selesai membaca Fatihah dalam raka’at pertama dan kedua, disunatkan membaca surat atau ayat Al-Qur’an. Kami menyertakan 3 surat pendek sebagai contoh. (Selanjutnya Insyaallah, kami juga menyertakan file-file suara MP3 Al-Qur’an 30 juz penuh kedalam website ini, silahkan tunggu ya…)

Surat Al-Ikhlash :
BIMILLAAHIR-RAHMAANIR-RAHIIM.
QUL HUWALLAHU AHAD.
ALLAHUSH-SHAMAD.
LAM YALID WA LAM YUULAD.
WA LAM YAKUL LAHUU KUFUAN AHAD.

artinya:
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Katakanlah (hai Muhammad): Allah itu Esa.
Allah tempat meminta.
Tiada Ia beranak dan tiada pula Ia dilahirkan.
Dan tak ada bagi-Nya seorangpun yang menyerupai-Nya.

Surat Al-Falaq :
BIMILLAAHIR-RAHMAANIR-RAHIIM.
QUL A’UUDZU BI RABBIL-FALAQ.
MIN SYARRI MAA KHALAQ.
WA MIN SYARRI GHAASIQIN IDZAA WAQAB.
WA MIN SYARRIN-NAFFAATSAATI FIL-‘UQAD.
WA MIN SYARRI HAASIDIN IDZAA HASAD.

artinya:
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Katakanlah: aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh.
Dari kejahatan mahluk-Nya.
Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita.
Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembuskan pada buhul-buhul.
Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.

Surat An-Naas :
BIMILLAAHIR-RAHMAANIR-RAHIIM.
QUL A’UUDZU BI RABBIN-NAAS.
MALIKIN-NAAS.
ILAAHIN-NAAS.
MIN SYARRIL WASWAASIL KHANNAAS.
AL LADZII YUWASWISU FII SHUDUURIN-NAAS.
MINAL JINNATI WAN-NAAS

artinya:
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara dan menguasai manusia.
Raja manusia.
Sembahan manusia.
Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi.
Yang membisikkan (kejahatan) kedalam dada manusia.
Dari jin dan manusia.

7. Rukuk
Mengucap “ALLAHU AKBAR” seraya mengangkat kedua belah tangan setinggi telinga.

Lalu badan membungkuk, membentuk sudut 90 derajat dengan pangkal sudut di pinggang, kedua tangan diletakkan diatas kedua lutut, ditekankan antara punggung dan kepala supaya rata. Setelah cukup sempurna, membaca bacaan tasbih:

SUBHAANA RABBIYAL-‘ADHIIMII WA BI HAMDIH — sebanyak 3 kali
artinya:
Maha suci Tuhan Yang Maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya

8. I’tidal

Kembali bangkit tegak dengan mengangkat kedua belah tangan setinggi telinga, seraya membaca:

SAMI’ALLAAHU LI MAN HAMIDAH
artinya:
Allah mendengar orang yang memuji-Nya

Setelah berdiri tegak, kemudian membaca:

RABBANAA LAKAL-HAMDU MIL’US-SAMAAWAATI WA MIL UL-ARDHI WA MIL’U MAA SYITA MIN SYAI’IN BA’DU
artinya:
Ya Allah Tuhan kami! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu.

9. Sujud

Bersujud dengan dahi ke bumi dan ketika turun, seraya mengucap “ALLAHU AKBAR” kemudian membaca tasbih:

SUBHAANA RABBIYAL-A’ LAA WA BI HAMDIH — sebanyak 3 kali
artinya:
Maha suci Tuhan Yang Maha Tinggi serta memujilah aku kepada-Nya

10. Duduk antara dua sujud

Duduk serta mengucap “ALLAHU AKBAR” dan setelah sempurna duduk, membaca:

RABBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA’NII WARZUQNII WAHDINII WA’ AAFINII WA’FU’ANNI
artinya:
Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku, dan cukupkanlah segala kekuranganku, dan angkatlah derajatku, dan berilah rizki kepada ku, dan berilah aku petunjuk, dan berilah kesehatan kepadaku, dan berilah ampunan kepadaku.

11. Sujud kedua
Sama seperti sujud pertama (point nomor 9), baik cara maupun bacaannya.

Hal-hal yang dikerjakan sampai nomor 11 ini disebut satu raka’at, untuk raka’at kedua dan selanjutnya tidak perlu mengulang niat & doa iftitah (sehingga hanya perlu mengerjakan point 2,3, 5 s/d 11)

12. Duduk tasyahud / tahiyat awal

Jika kita melakukan shalat tiga atau empat raka’at, maka setelah sujud kedua dalam raka’at, kita melakukan duduk tasyahud awal. Posisi telapak kaki kiri diduduki, dan kaki kanan tegak.

Bacaan tasyahud/ tahiyat awal adalah:

AT-TAHIYYAATUL-MUBAARAKAATUSH-SHALAWAATUTH-THAYYIBAATU LILLAAH.

AS-SLAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN-NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH,

AS-SALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALA ‘IBAADILLAHISH-SHAALIHIN.

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAH.

ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD

artinya:
Segala kehormatan, keberkahan, kebahagian dan kebaikan bagi Allah. Salam, rahmat dan berkah-Nya kupanjatkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad). Salam (keselamatan) semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah! Limpahilah rahmat kepada Nabi Muhammad.
13. Tasyahud akhir

Dilakukan setelah sujud kedua pada raka’at terakhir shalat, bacaannya sama dengan tasyahud awal, hanya saja ditambah dengan shalawat atas warga Nabi Muhammad, lafazh-nya adalah:

WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD
artinya:
Dan limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad

Cara duduk tahiyat akhir adalah:
Kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan, jari-jari kaki kanan tetap menekan ke tanah.

Pada tahiyat akhir disunatkan membaca shalawat Ibrahimiyah, lafazh-nya adalah:

KAMAA SHALLAITA ‘ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIM
WA ‘ALAA AALI SAYYIDINA IBRAAHIM
WA BAARIK ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD
WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD
KAMAA BAARAKTA ‘ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIM
WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAAHIM
FIL-‘AALAMIINA INNAKA HAMIIDUM MAJIID

artinya:
Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Diseluruh alam semesta Engkaulah yang Terpuji, dan Maha Mulia.

14. Salam

Selesai tahiyat akhir, dilanjutkan dengan salam dengan menengok ke kanan dan kekiri dan mengucap:

AS-SALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAAH
artinya:
Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian

Waktu mengucap salam yang pertama, muka kita menengok ke kanan, dan waktu membaca salam yang kedua muka kita menengok ke kiri. Dengan salam ini maka berakhirlah shalat kita.

Demikian sedikit tutorial cara menjalankan shalat bagi kaum muslim.
Semoga Bermanfaat 🙂

TATA CARA WUDHU

Tata Cara Wudhu Sesuai Tuntunan Rasul

Sabtu 19 Rabiulakhir 1434 / 2 Maret 2013 13:50


wudhu Tata Cara Wudhu Sesuai Tuntunan Rasul

SEBAGAI seorang Muslim, tentu kita melaksanakan wudhu setiap hari. Kewajiban shalat lima waktu, menjadikan wudhu juga wajib ketika akan melakukan shalat.

Wudhu’ adalah sebuah sunnah (petunjuk) yang berhukum wajib, ketika seseorang mau menegakkan shalat. Sunnah ini banyak dilalaikan oleh kaum muslimin pada hari ini sehingga terkadang kita tersenyum heran saat melihat ada sebagian diantara mereka yang berwudhu’ seperti anak-anak kecil, tak karuan dan asal-asalan.

Mereka mengira bahwa wudhu itu hanya sekadar membasuh dan mengusap anggota badan dalam wudhu’. Semua ini terjadi karena kejahilan tentang agama, taqlid buta kepada orang, dan kurangnya semangat dalam mempelajari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-.

Tatacara wudhu’ menurut syariat adalah sebagai berikut:

Menuangkan air dari bejana (gayung) untuk mencuci telapak tangan sebanyak tiga kali ;

– Kemudian menyiduk air dengan tangan kanan lalu berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya sebanyak tiga kali ;

– Kemudian membasuh wajah sebanyak tiga kali ;

– Kemudian mencuci kedua tangan sampai siku sebanyak tiga kali ;

– Kemudian mengusap kepala dan kedua telinga sekali usap ;

– Kemudian mencuci kaki sampai mata kaki sebanyak tiga kali. Ia boleh membasuhnya sebanyak dua kali atau mencukupkan sekali basuhan saja.

Setelah itu hendaknya ia berdoa:

“Asyhadu allaa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu, Allahummaj ‘alni minat tawwabiin waj’alni minal mutathahhiriin.”

Artinya: “Saya bersaksi bahwa tiada ilaah yang berhak disembah dengan benar selain Allah semata tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Yaa Allah jadikanlah hamba termasuk orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri.

Adapun sebelumnya hendaklah ia mengucapkan ‘bismillah’ berdasarkan hadits yang berbunyi:

“Tidak sempurna wudhu’ yang tidak dimulai dengan membaca asma Allah (bismillah).”
(H.R At-Tirmidzi 56)

(Dinukil dari Fatawa Lajnah Daimah juz V/231. Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al Ilmiyah wal Ifta, Dewan Tetap Arab saudi untuk riset-riset ilmiyah dan fatwa)

Kewajiban-kewajiban Wudhu’

Para ulama fiqih telah menerangkan bahwa wudhu memiliki kewajiban-kewajiban, yakni anggota-anggota badan yang harus dan wajib dibasuh (dicuci). Kewajiban-kewajiban tersebut adalah:

1. Membasuh wajah. Termasuk wajah, adalah hidung, dan mulut.

2. Membasuh kedua tangan sampai kepada dua siku.

3. Mengusap kepala (termasuk kepala, adalah kedua telinga kita)

4. Membasuh kedua kaki sampai kepada kedua mata kaki

5. Melakukannya secara berurutan sesuai yang disebutkan dalam Al-Qur’an  (QS. Al-Maa’idah : 6)

6. Dilakukan secara beruntun, tanpa selang waktu yang lama.

Inilah enam furudh (kewajiban) bagi wudhu’ yang harus kita penuhi. Kapan ada salah satunya yang tak terpenuhi, maka wudhu’ kita tak sah, walaupun berwudhu’ beribu-ribu kali. Enam perkara ini telah disebutkan oleh Allah dan Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-.

“Orang yang tangan atau kakinya terpotong, maka ia mencuci bagian yang tersisa yang wajib dicuci. Dan apabila tangan atau kaki-nya itu terpotong semua maka cukup mencuci bagian ujungnya saja.”

Allah -Azza wa Jalla- berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,” (QS. Al-Maa’idah : 6). [kaahil]

RINDU SAHABAT LAMAKU

Iseng-iseng bongkar lemari buku, aku menemukan sebuah kotak berwarna merah dan bermotif bunga-bunga kecil di sudut kanan rak buku paling bawah. “Masih cantik nih kotak” gumamku, sambil tersenyum. Hasratku sudah tak sabar ingin melihat kembali isinya. Maka, segeralah aku berlari ke kamar sebelah, dan kemudian mengusap-usap lemari yang ada disitu. Aha, segera ku ambil kunci-kunci yang tergantung ramai di satu mainan berbentuk strawberry. Setelah kunci tersebut berpindah ke tanganku, aku pun bergegas kembali berlari ke dalam kamar tempat lemari buku tadi. Setelah membuka kotak merah tersebut, aku makin tersenyum. Saat itu kulihat diary-diary usangku masih tersusun rapi di dalamnya.

Ah, kira-kira sudah 2 tahun aku tidak membuka kotak ini. Hmm, lama juga ya. Tapi untung, isinya masih bagus. Tidak ada hama ataupun kutu-kutu bandel yang menyerangnya. Alhamdulillah.

Setelah meneliti satu persatu diary yang kini telah berserakan di depan aku duduk. Mataku pun tertuju pada satu diary berwarna biru. Aku pun terkesima, seketika pikiranku pun mulai menerawang. Seperti menelusuri ruang waktu dan kembali ke masa lalu, anganku pun mulai melayang jauh. Cusss… sepertinya barusan badanku telah berbalik dan terbang mengikuti alur pikiranku, sehingga khayalanku telah membawaku lagi ke masa itu.

Saat lembaran demi lembaran diary tersebut berhasil ku lahap sedikit demi sedikit, aku makin membawa jiwaku terbang ke masa sekolah dulu. Aku sengaja mencoba membacanya lebih pelan-pelan, demi meresapi kembali masa itu. Sedikit pun rasanya tidak rela, jika harus kelewatan momen-momen berharga tersebut. Lebay sedikit yah, tapi benar, aku ingin mengingatnya kembali, sangat ingin mengingatnya. Kemudian mencoba merasai kembali rasa apa yang pernah terjadi saat itu.

Yogi, teman dekatku waktu SMA. Rasanya dia telah menjadi penghuni untaian cerita hidup yang pernah ku tulis di diary ini. Yogi bukan pacarku. Siapapun yang berani mengatakan dia pacarku, pasti akan aku marahi. Bukan karena tidak suka, bukan karena dia orang yang jahat. Tetapi karena dia Sahabatku. Tidak pernah terlintas di fikiran ku sedikit pun untuk pacaran dengan Yogi. Karena bagiku rasa sayang tidak harus dengan pacaran. Tetapi akan jauh lebih indah jika rasa itu tetap dibalut dengan kasih persahabatan. Sebuah persahabatan jauh lebih indah dari pada pacaran. Itulah menurutku, belum tentu menurutmu. Hihi

Mencoba menerawang kembali, “seperti apa ya wajah Yogi sekarang?” perlahan rasa rindu pada sahabatku itu mulai bergelayut di hati dan pikiranku. Sudah hampir dua setengah tahun aku tidak pernah lagi tahu kabar Yogi. Setelah tamat dari SMA kita memang langsung pisah kota. Aku kuliah masih di kota yang sama dengan SMA ku, sementara Yogi sudah terbang jauh, mengikuti keinginan orangtua nya untuk kuliah di Kalimantan. Selama beberapa bulan, aku masih ada kontak dengan Yogi, setelah itu tidak pernah lagi. Sejak terakhir kali dia memberi kabar kalau di daerahnya tersebut tidak bisa menggunakan kartu yang sama. Namun besar harapanku, Yogi masih akan menghubungiku. Tetapi, nyatanya tidak. Sejak itu nomornya tidak aktif. Rumahnya juga sudah kosong, kabarnya orang tuanya telah pindah juga. Aku tidak sempat menanyakan kontak yang bisa dihubungi disana. Jadi Yogi benar-benar seperti hilang di telan waktu. Hari-hari setelah kejadian itu aku selalu berharap Yogi akan menghunbungiku, dan pernah juga aku berusaha mencarinya lewat jejaring social, tetapi hasilnya tetapi nihil. Hingga perlahan aku pun mulai melupakannya seiring perjalanan masa, aku sudah sibuk dengan dunia baruku, yaitu dengan masa-masa kuliah.

Dan kini, aku sangat ingat kembali dengan Yogi. Dulunya, ibarat kunci dengan gantungannya. Dimana-dimana dan kemana-mana aku dan Yogi selalu bersama. Mulai dari pergi ke sekolah bareng, pulang sekolah juga selalu bareng. Meskipun jarak rumah kami sedikit lebih jauh, tetapi Yogi adalah sahabat yang setia. Dia tidak pernah bosan untuk mengantarkanku tiap hari. Tidak hanya itu, sepulang sekolah, bila ada waktu kosong kita juga sering pergi main bareng, jalan-jalan bersama di akhir pekan, belajar bersama, ke toko buku bersama. Hampir setengah hari habis untuk bersama. Tentu bisa dibayangkan begitu banyak cerita indah, ataupun haru yang akan terjadi pada kita. Diary ini saja tidak cukup untuk menceritakan semua yang pernah terjadi itu. Tetapi cukup lah, setiap goresan yang ada di diary ini benar-benar cerita murni persahabatan aku dengan Yogi.

Satu hal yang membuat aku makin kangen Yogi adalah, ketika ingat waktu dia diam-diam mencuri diary ini dan setelah membaca semuanya, dia mengembalikan diary ini sambil menertawaiku. Hingga membuat malu, dan mengejarnya untuk menjitak kepala setengah botaknya. Awalnya Yogi memang tidak pernah tahu kalau aku suka menulis diary tentang aku dan dia. Apalagi waktu itu Yogi, sok-sok terharu dan menyebutkan isi diary tersebut dengan muka sok memelas, padahal dia Cuma becanda. Aku pun jadi geli melihat tingkahnya tersebut, sehingga kembali mengejarnya dan mencubitnya sambil tertawa-tawa. Ah, begitu lah Yogi.

Bagaimanapun aku merindukannya saat ini, apa dayaku. Aku hanya bisa mengulas wajah lamanya, dan ku rasa sekarang Yogi pasti sudah berubah. Tidak botak lagi. Senyum terakhirku saat menutup lembaran diary ini diiringi dengan butiran bening yang tidak bisa kutahan lagi. Aku sengaja merebahkan badanku dan mencoba menikmati rasa rindu ini, hingga aku pun terlelap dan tertidur. “Yogi, semoga suatu saat kita dipertemukan kembali” harapan terbesar, kusandarkan pada-Nya.

Cerpen Karangan: Vivi Azze Laa
Facebook: Vivi Azze Laa

KETIKA PERPISAHAN TAK TERELAKAN

Cerita ini adalah sebagian dari kisah nyataku. Pada awalnya aku dan dia hanyalah teman dekat, kami sering bersama karena kami 1 kelas tepatnya saat duduk di bangku kelas 1 SMA. Namun saat kelas 2 kami pisah kelas, aku IPA dan dia masuk pada kelas IPS. Aku dan dia jadian pada saat semester pertama kelas 3. Pada saat itu kami sedang melaksanakan ulangan semester ganjil dan pada saat itu tepat tanggal 1 desember dia mendapatkan jawaban dariku. Ya aku terima cintanya dengan sepenuh hati pastinya. Aku senang dengan kepribadiannya yang baik dan lucu.

Waktu terus berjalan hingga pada saatnya kami menyelesaikan sekolah kami. Dan menentukan kemana akan lanjut, kami selalu bersama hingga pada saat kuliah pun kami keterima di 1 perguruan tinggi negeri dan 1 fakultas pula. Namun aku harus mengundurkan diri karena aku harus memilih untuk bekerja dulu. Awalnya dia merasa menyesali keputusan ku ini dan aku selalu mencoba menjelaskan kepadanya hingga dia bisa mengerti tujuanku.

Pada malam itu dia datang ke rumahku untuk menyampaikan perpisahannya kepadaku. Oh tuhan mengapa rasanya berat melepaskan dia pergi jauh dariku. Ada perasaan takut yang aku rasakan saat itu, ada rasa takut kehilangan, diduakan ataupun dilupakan. Ku coba buang jauh-jauh rasa itu. Namun selalu menghantui di setiap hariku. Tapi apa mau di kata aku harus percaya kepadanya demi masa depannya dan aku juga sudah menentukan pilihan yang harus aku jalani.

Memang perpisahan itu sangat menyakitkan dan tak ada yang ingin perpisahan terjadi. Tetapi mau tidak mau semua itu harus direlakan demi masa depan antara aku dan dia. Setiap perpisahan tidak dapat terelakkan karena tuhan merencanakan yang lebih indah kedepannya nanti jika kita selalu bersabar. Apapun yang terjadi dan apapun rintangan yang ku hadapi sebagian pembuktian bahwa aku bisa menjalani jarak percintaan kami. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, kita hanya bisa merencanakan namun tuhanlah yang menentukan.

Cerpen Karangan: Venny Arianty Kaunang
Facebook: Venny Kaunang

IDUL ADHA TERAKHIR

“Rey, tungguin ana donk!” teriak Ana sambil menghampiri Rey
Rey tidak menjawab, menoleh pun ia tak sempat. Rey tak menghiraukan Ana yang sedari tadi berbicara padanya.
“Rey, kamu kenapa? Sakit?” sambil memegang kening Rey

Bis yang ditunggu Rey akhirnya datang Rey lekas pergi dan meninggalkan Ana sendiri. Gemuruh datang tiba-tiba dalam persahabatan ana dan rey mereka bersahabat sudah cukup lama. Rey salalu ada dalam suka duka ana dan mereka. Akan tapi sekarang telah berubah. Apakah rey telah melupakan kenangan indahnya bersama ana. padahal tiga bulan lagi adalah hari raya Idul Adha. Ana dan rey selalu nyatai bareng setiap malam, setelah Idul Adha. Tapi apakah Idul Adha kali ini adalah Idul Adha terakhir bagi ana bersama rey?.

Ana hanya terdiam melihat bis yang perlahan tenggelam ditelan kegelapan. hari mulai malam. Ana menyodorkan tangan kanannya untuk memberhentikkan Taxi. Selama di perjalanan Ana hanya menulis Diarynya penuh dengan kesedihan hingga beberapa tetesan air mata Ana jatuh membasahi kertas Diary.

“Neng kenapa?” tanya supir Taxi bingung
“Oh, gak papa Bang” samabil menghapus air mata yang sedari tadi sudah mengalir deras.

Saat Taxi yang Ana naiki melewati rumah Rey. Ana terkejut ketika melihat mobil Travel berisikan koper Rey.
“Bang berenti Bang!!” sambil memukul-mukul kecil pundak supir Taxi
“I, iya Neng”

Ana membuka pintu Taxi dan berlari cepat menuju Mobil Travel. rey sedang duduk di kursi depan. persiapan berangkat.
“Rey, kamu mau kemana?” sambil mengetuk-ngetuk jendela
Rey hanya tersenyum sedih dan melambaikkan tangannya dari balik kaca dan Mobil Travel pergi meninggalkan Ana.

“Neng Ana nih ada surat dari den Rey”
Ana mengambil surat itu dan membukanya.

(Ana maafin Rey yah, rey harus ke Jogja dulu, dan maafin perilaku Rey juga yah yang udah diemin kamu, Rey gak mau keingetan kamu terus, nanti Rey nangis mulu lagi, hehehehe.

O, iya Rey di Jogja cuman 3 bulan doank kok. nah nanti kamu tinggal tungguin aja di terminal. Rey janji Idul Adha nanti kita bakal Nyatai bareng. Nah Insyaallah Rey bakalan ngelamar kamu abis Idul Adha. nanti pas kita udah nikah kita bisa pacaran deh, udah ya.
Salam manis
(Reyhan firmansyah)

Ana tidak kuat membaca surat itu ia pingsan tak sadarkan diri.

Semenjak kepergian Rey. Ana hanya sibuk menulis Diarynya, ana menulis kenangan indahnya bersama Rey. berharap tulisanya di terima oleh penerbit. dan menjadi sebuah buku. agar semua orang bisa membaca Kenangan Ana dan Rey.

Tiga bulan telah dilewatinya. Ana bergegas menuju Bandara. setelah sesampainya Ana di bandara ia tidak melihat Rey.
“ini aneh, ah mungkin pesawatnya lagi di jalan” gerutu Ana dalam hati.

Ana terus menunggu hingga malam takbiran tiba. saat pukul 12:00 dini hari Ana melihat berita yang yang ia Streaming dari I phone nya. ia tak percaya akan berita tersebut.

(sebuah pesawat G***da tujuan Jakarta-Jogja jatuh saat mesin pesawat tiba-tiba tidak berfungsi. semua penumpang tewas mengenaskan. dan beberapa penumpang hilang).

Ana terus menangis histeris hingga seorang pemuda menghampirinya
“Neng kenapa?”
“sahabat saya, meninggal kecelakaan pesawat!!”
Tiba-tiba pemuda itu memeluk Ana
“ka, kamu siapa?”
“apakah sebuah nama penting buat Neng?”
“ka, kamu?”
“iya, Ana aku Rey, maafin Rey ya, udah ingkar janji!” sambil memberikan Souvenir Jogja
Tiba-tiba seluruh isi bandara berisi kabut hingga Ana terlelap tidur hingga pagi idul Adha Ana terbangun.

“ini hanya mimpi” tapi setelah ia melihat sesuatu yang ada dalam genggaman tangannya. sebuah Souvenir Jogja.
“berarti yang semalam”

Ana tidak sedih lagi walaupun ini adalah Idul Adha terakhir Ana bersama Rey. sebab Rey sempat meminta maaf akan janjinya yang belum Rey tepati. dan sekarang Ana berhasil meliris Bukunya. dan akhirnya ana menjadi penulis terkenal Berkat sahabatnya REY.

Cerpen Karangan: Imam Nur Hidayat
Blog: Imamnurhidayat2.blogspot.com

SELAMAT BERPISAH

Sore ini serasa angin mendesah mengeluh pada ku, membuat ku mau tak mau menceritakan kembali kisah antara kamu, dia dan aku.

Sore itu aku merasa hidup ku nyaris sempurna dengan kehadiranmu apa lagi di saat hubungan kita menginjak usia pertama rasanya aku satu-satunya wanita yang beruntung di dunia karena memilikimu, Daus.

“happy anniversary beb” ucapmu membawa sepotong kue kecil dengan angka satu di atasnya, aku kira hari itu aku sedang bermimpi indah, Ku merasakan hangatnya kecupan kecilmu di kening ku, yah ini nyata. detik-detik yang kita lalui seakan membuat ku merasa Dewi Fortuna berpihak pada ku, begitu indah hingga tak mampu ku rangkai dalam kata
“beb aku punya sesuatu buat kamu” ucapmu menutup mata ku dan perlahan engkau menyuruh ku membuka mata.
“terima kasih beb” ucap ku menangis bahagia melihat boneka bear berukuran besar di hadapan ku dari mu
“kalau kamu kangen sama aku, tinggal kamu peluk boneka ini” katamu mengelus kepala ku.

Satu minggu sudah aku tak mengetahui keberadaanmu, menghubungimu pun sangat sulit, mencarimu ke rumahmu tak pernah aku dapat kan sosokmu, hingga kejadian yang mengikis kepercayaan ku padamu ku saksikan dengan mata kepala ku. Ya, aku tak salah itu kamu, dengan penuh emosi ku hampiri dirimu yang sedang asik bersama wanita yang tak lain sahabat ku, Rina.
“tak ada yang perlu kamu jelasin” kata ku mengangkat kedua tangan dan berjalan mundur
“beb, aku dan rina itu tidak ada apa-apa” tuturmu membala dirimu
mencoba mengengam tanganku sekuat mungkin agar aku tak pergi sebelum mendengar penjelasanmu
“semua orang bisa mengatakan hal yang sama saat dia telah tertangkap mata selingkuh dan kamu Rina aku benci sifat mu yang ini” ucap ku lantang berurai air mata, aku tak perduli mereka yang menatap perselisihan antara kami sore itu di sebuah cafe.
“aku khwatir saat kamu tidak mengabari ku, aku gelisah ingin tahu keadaan mu. Namun, yang ada hari ini aku melihat kamu dan dia disini” tutur ku masih dengan berlinang air mata dan emosi yang tak mampu kendalikan dan aku pun memilih pergi meninggalkan kalian.

23:45 wita
37 panggilan tak terjawab 5 sms dan itu semua darimu Daus, aku tak mau tahu lagi apa alasanmu karena hati ku terlanjur sakit oleh pengkhianatanmu tadi. aku pun hanya membalas sms darimu dengan satu kalimat
“SELAMAT BERPISAH”

Cerpen Karangan: Chariskawulandari
Facebook: Chika Xendrhyidlhyu

TERIMA KASIH SENJA

Langit senja sudah menampakkan lembayungnya, burung-burung sudah berterbangan kembali ke sarangnya. sambil melambaikan tangan dan saling mengucapkan salam perpisahan, aku dan sahabatku berpisah untuk pulang kembali ke rumah.
“sampai jumpa besok raina! besok kita main perahu kertas lagi ya, disini!” ucapku sambil membawa sekantung plastik perahu kertas yang basah.
“dah gita! tunggu aku disini ya besok, jangan lupa besok kita buat perahu kertas yang banyak lagi!” lambai raina perlahan meninggalkanku pergi.
Setelah melihat raina pulang, aku pun bergegas pulang ke rumah.

Raina adalah sahabat baruku, aku dan dia baru mengenal tiga hari yang lalu. di taman ini di perairan danau. saat itu, aku sadang bermain perahu kertas di danau sambil menunggu senja tiba. tiba-tiba terdengar suara meminta bantuan. ku cari sumber suara itu, ternyata ada anak tenggelam di danau. aku ingin menolongnya, tapi aku tidak bisa berenang. namun, dengan akalku, aku menolong anak itu dengan perahu yang ada di pinggiran danau. akhirnya anak itu bisa ku selamatkan, namun dia dalam keadaan pingsan. Untung waktu aku kelas 7 smp, aku pernah mengikuti ekskul pmr. jadi, aku tau cara membangunkan orang pingsan.

Beberapa menit kemudian, dia sadarkan diri dan sejak saat itulah aku berkenalan dengan dia dan akhirnya menjadi sahabat. Ternyata dia menyukai langit senja, dia tenggalam karena penasaran dengan cahaya senja yang membias di perairan danau. tetapi dia tak menyalahkan senja, karena berkat senja dia bisa menemukan sahabat. aku juga menyukai senja, berkat senja juga aku bisa bertemu dengan raina yang kini menjadi sahabatku. setiap sore di danau ini aku dan raina bermain perahu kertas sampai senja tiba.

Cerpen Karangan: Mayadasari
Facebook: Mayadasari
mayadasari, siswi kelas 9a di smp negeri 1 pangkalan karawang, jawa barat