Arsip Kategori: Uncategorized

cerpen kekacauan hutan

Di sebuah hutan yang lebat, tinggallah sekelompok hewan yang hidup di hutan itu. Salah satu hewan itu, ada gajah yang bernama bona. Bona adalah seekor gajah yang lincah dari pasangan bu gajah dan pak gajah. Setiap hari ia bermain dengan teman-temannya di tengah hutan. Terkadang ia bermain air, main ayunan, dan masih banyak lagi. Ia mempunyai banyak teman, hampir semua anak hewan di hutan itu menjadi temannya. Bona memang gajah yang pandai bergaul. Akan tetapi, ia agak keras kepala. Setiap apa yang dia mau harus terlaksana walaupun itu adalah ide yang bodoh atau gila. Jika ia mau melaksanakan sesuatu yang bodoh, dan teman-temannya mengingatkan, jarang ia mau menuruti nasihat temannya itu. Akan tetapi, walaupun ia agak keras kepala, teman-temannya tetap menyukainya sebagai gajah yang pandai bergaul

Pada suatu hari, seperti biasa bona bermain bersama teman-temannya. Hari ini mereka hendak bermain petak umpet. Bona pun menjadi bagian yang bersembunyi bersama-sama temannya yang lainnya. Karena tidak ingin cepat ketahuan, ia pun bersembunyi agak jauh dari tempat bermainnya. Ia pun bersembunyi di balik semak-semak yang berbuah seperti buah berry dan berwarna ungu. Sementara itu, semua teman-teman bona sudah tertemukan semua dan mereka bingung mencari bona. Bona yang tak pernah tahu itu buah apa, mencobanya. “wuahh, enak sekali buah ini. Buah apa ya ini?” kata bona sambil terus melahap buah itu. Bona pun membawa beberapa buah itu dan hendak diberikannya kepada teman-temannya jika ia sudah dapat ditemukan. Tiba-tiba bona mendengar suara dari teman-temannya “bon… bona! Kemarilah, komala sudah menyerah nih! Ayo keluar!”. Yes! Batinnya, ia senang karena tak dapat ditemukan oleh teman-temannya. “yeee! Aku tidak dapat kalian temukan kan? Eh ini aku bawakan buah enak tapi aku tak tahu namanya. Nih makan! Hmmmm enak…” kata bona menawarkan buahnya sambil memakannya. “eeehhh! Bona, jangan dimakan! Itu buah beracun yang sarinya bisa buat gigimu sakit lho” kata temannya memperingatkan bona. Akan tetapi bona tidak mendengarkannya malahan ia tambah lahap memakannya. “waduuhhh gimana nih teman-teman? Kalau dia menangis gara-gara giginya sakit? Wahhh bisa gawat nih” bisik temannya. “yuk kita bilang ayah dan ibunya saja agar kita yang tidak disalahkan” usul temannya.

Tiba-tiba bona berhenti makan dan memegangi pipinya dan merintih kesakitan, teman-temannya pun kaget. “wadow! Sakit banget nih” rintih bona, “tuh kan kamu dibilangin juga apa?” sahut temannya panik. “ya udah yuk kita pulang” ajak teman bona. Bona terlihat seperti hendak menangis tapi di tahan olehnya. Bona dan teman-temannya pun pulang beriringan. Sesampainya di rumah bona, ayah dan ibunya kaget melihat bona memegang pipi kesakitan. “paman, bibi, bona tadi makan buah merry. Buah beracun yang bisa buat gigi sakit. Bona tadi makan sepertinya banyak sekali, kami juga sudah memperingatkan tapi dia tidak menggubris” jelas teman bona. “ya bu. Tadi bona makan buah yang gak bona tahu jenis buahnya. Mulanya bona bersembunyi di semak-semak yang ada buah kayak gini, terus bona makan dan rasanya enak, ya udah bona makan aja. Sekarang gigiku sakit sekali bu” jelas bona yang masih memegang pipinya. “ya sudah… ya sudah sekarang kamu masuk istirahat sana nanti biar dipanggilkan pak rusa oleh ayah untuk menyembuhkan gigimu. Oh ya makasih juga ya untuk komala, nuri, rommy dan pony kalian baik sekali” ujar ibu gajah. “iya bibi, sama-sama. Kalau begitu kami hendak pulang dulu karena hari beranjak malam, permisi” pamit teman-teman bona. Bu gajah mengangguk dan tersenyum menjawabnya. Sementara teman-teman bona pergi, bu gajah mengantar bona ke kamarnya dan memberinya segelas teh hangat dengan maksud mengurangi sedikit sakit di gigi bona. Tapi gigi bona malah bertambah sakit karena tehnya itu panas. Bona pun menangis dengan sangat kencang hingga membuat ibu bona menutup telinganya, bahkan tetangga bona, keluarga pak landak pun mendengarnya, begitu juga tetangga yang lain. Ibu bona segera mengambil air teh dengan sedikit dingin alias sejuk di tenggorokan untuk menghentikan tangis anaknya. Tetangga bona yang mendengar tangisan bona pun mendatanginya. Ibu bona pun terkejut, “ah ada apa ya?”. “ini kami tadi dengar suara tangisan seperti tangisannya bona jadi kami kemari. Mengapa bona menangis sekencang itu?” Tanya salah satu tetangganya seraya melihat bona yang masih sesenggukan dan mencoba menahan tangisnya. “oh kedengaran ya, kalau begitu saya minta maaf ya. Ini si bona habis makan buah merry banyak sekali jadi giginya sakit, sekali lagi maaf ya” jawab bu bona. Tetangganya pun mengangguk dan beranjak pulang setelah memberi beberapa ucapan doa kepada bona. Setelah tetangga pulang, ayah bona pun datang dengan pak rusa, mantri kesehatan di hutan itu. Pak rusa pun memeriksa bona, dan mengangguk tanda paham. “ooh dia habis makan buah merry ya?” Tanya pak rusa membuka percakapan. “iya pak, apa bisa disembuhkan ya pak?” jawab bu gajah. “bisa tapi karena kelihatannya dia makan sangat banyak jadi lama menyembuhkannya. Nah ini obatnya. Yang ini tempelkan di gigi, yang ini…” kata pak rusa menjelaskan. Bu gajah pun mengangguk dan mengantar pak rusa sampai di depan rumah. Seusai pak rusa pergi, bu gajah pun memberikan obat pada bona. Setelah memberi obat pada bona, bona pun tertidur.

Malam harinya, tiba-tiba bona menangis dengan kencangnya. “huwaaa! Gigiku sakit bu!” tangis bona dengan kencang yang membangunkan seisi rumah dan hampir seluruh penduduk hutan itu. Pak gajah dan bu gajah pun mendatangi kamar bona dan mendapatinya sedang memegangi pipinya sambil terus menangis. “ya sudah… sudah, jangan menangis nanti akan membangunkan tetangga” kata pak gajah menenangkan. Bona pun masih terus menangis, tiba-tiba tetangganya pun datang dan melihat apa yang terjadi. Dengan malu bu gajah meminta maaf, dan para tetangga pun maklum atas tangisan bona itu dan jika mereka mendengar tangisan bona lagi mereka tak akan mendatanginya lagi, jadi hanya cukup menjenguknya saja. Akan tetapi bona menangis berhari-hari dengan kencang sehingga membuat hutan kacau. Jika pagi hari, membuat pusing dan jika malam hari membuat tidak bisa tidur, hal ini membuat hutan terganggu dan kacau. Sampai-sampai tempat bekerja para semut dan hewan lainnya terganggu karena karyawannya tidak konsentrasi ataupun banyak yang tidak masuk.

Suatu pagi hari, bona kembali menangis karena giginya sakit. murai, burung itu sudah tak tahan lagi dengan tangisan bona. Ia pun berkata pada temannya “aduh, aku sudah tak tahan dengan tangisan bona ini, sangat mengganggu sekali”. “iya bahkan aku terbang saja sempoyongan” sahut temannya. “ya sudah ayo ke pak rusa kita tanyakan obatnya biar bona berhenti menangis” ajak murai. Temannya pun mengangguk setuju dan mereka pun terbang beriringan. Sesampainya di rumah pak rusa, mereka pun mengadu tentang hal yang mereka alami bahkan seluruh penduduk hutan alami. Saat murai menceritakan masalahnya, kebetulan singa si raja hutan itu lewat dan menghampirinya. “ada apa ini kok ramai sekali?” Tanya singa. Mereka pun menunduk tanda hormat, “ampun baginda, kami hanya menanyakan obat untuk bona karena kami sudah tak tahan mendengar tangisan bona lagi” adu murai. “aku pun begitu, jadi apa tak ada obatnya?” Tanya singa balik. “ada tapi sembuhnya memerlukan waktu yang lama” jawab pak rusa. “apa tak ada obat yang bisa menyembuhkan dengan cepat?” sahut murai. “hmmm…” gumam pak rusa berfikir. “sudah, biar aku kumpulkan seluruh penduduk hutan untuk merapatkan masalah ini” ujar singa mengambil keputusan.

Setelah berselang beberapa lama, penduduk hutan pun berkumpul di tempat pertemuan para penduduk yaitu di pohon tua tepat di tengah hutan yang terdapat batu tinggi sebagai tempat duduk raja. Mereka pun berdiskusi. “jadi bagaimana pak rusa, apa tidak ada obat yang bisa menyembuhkan dengan cepat?” Tanya raja singa membuka diskusi. “ampun baginda, akan saya lihat dulu di buku obat saya, semoga saja ada” jawab pak rusa sembari membuka buku mengingat-ingat bagaimana ia dulu bisa meyembuhkan hewan yang keracunan karena buah merry. Semua hewan di tempat itu menjadi dag dig dug. “nah, ini dia baginda sudah ditemukan. Saya baru ingat dulu pernah mengobati hewan terkana penyakit dari buah merry ini. Untuk membuat obatnya, dibutuhkan bahan yang banyak di tempat yang sangat jauh baginda jadi susah untuk membuatnya” jelas pak rusa dengan nada agak kecewa. Para hewan yang semula agak menampakkan rona bahagia jadi mengkeret lagi. Tiba-tiba salah satu hewan menyampaikan usul “ampun raja! Bagaimana kita bersama-sama mencarinya dan menggotongnya ramai-ramai sekalian kita ajak hewan yang besar termasuk bu gajah dan pak gajah. Dan yang menenangkan bona nanti kita pilih hewan yang paling lucu dan menyenangkan, bagaimana?” serunya sambil mengacungkan tangan. “hmmh, usul yang bagus baiklah akan saya atur semuanya, tapi apa pak rusa punya petanya?” tanyanya pada pak rusa. “oh tentu saja punya, biar saya ambilkan petanya” jawab pak rusa berlari. Dan selang beberapa detik pak rusa datang kembali dengan membawa peta yang sudah sobek lipatannya. Pak rusa pun memberikan peta itu kepada raja singa, “sepertinya tidak terlalu jauh dan sulit, disana tidak banyak hewan buas jadi untuk antisipasi kita bawa bala tentara kita beberapa saja ya. Saya akan pilih bu kangguru dan bu kelinci putih untuk menemani bona di rumah. Dan…” raja menghela nafas karena terlalu semangat bicara “sisanya di rumah ya” imbuh raja. Semua hewan pun stuju dan melaksanakan titah raja. Singa sendiri menghampiri bu gajah dan pak gajah untuk meminta persetujuannya dan mereka setuju, maka dilaksanakanlah rencana itu.

Rombongan hewan ke tempat tujuan terlihat semangat. Banyak rintangan di jalan tapi semuanya dihadapi dengan gagah berani. Sedangkan bona di rumah masih menangis di rumah walaupun telah dihibur bu kanguru, bu kelinci putih dan beberapa hewan yang disuruh tinggal untuk menyiapkan bahan-bahan yang terdapat di sekitar hutan dan mempersiapkan alatnya untuk memasak. Akhirnya di rumah bona sudah tertidur sehabis didongengkan oleh bu kanguru dan bu kelinci putih dan diberi obat pemberian pak rusa sebelumnya. Menjelang siang, gerombolan hewan dari mengambil obat pun kembali dengan banyak bawaan. Selepas itu mereka pun bergotong royong membuat obat dengan pemimpin pak rusa dan koordinator raja singa. Mereka bekerja sama hingga sore menjelang. Ketika sore sudah mau habis, pekerjaan itu selesai. Mereka pun langsung memberikannya pada bona. Setelah mengusapkan ke giginya dan meminumnya, bona sudah tidak menangis tapi hanya merintih. Dan ketika matahari mulai terbenam bona sudah sembuh total. Semua penduduk hewan pun bersorak membuat bona bingung, mengapa ia sembuh semua hewan menjadi sangat gembira tapi pertanyaannya itu hanya sesaat dan ia pun kembali hanyut dalam kegembiraan penduduk hutan itu.

Malam itu raja memutuskan diadakan pesta karena kekacauan hutan berakhir sudah dan semua bergembira dan bersuka ria. Sedangkan bona berjanji tak akan makan buah merry lagi.

cerpen Burung Pipit yang Sombong

Di hutan ada seekor burung, Pipit namanya. Ia tinggal sendirian di rumah. Ayah dan ibunya sudah meninggal. Pipit mempunyai sifat sombong. Ia tak pernah membantu orang lain, saat orang lain meminta pertolongannya. Ia juga suka pamer barang-barang baru yang dimilikinya. Dan dia juga jarang menyapa temannya yang lain, saat bertemu dengan temannya yang lain di jalan.

Karena sifatnya yang sombong dan tak peduli. Pipit dijauhi teman-temannya. Tidak ada yang mau berteman dengannya. Pipit pun suka main sendiri. Dan saat pergi jalan-jalan dan bertemu teman-temannya, Pipit selalu dibicarakan teman-temannya, dengan sikap sombongnya itu.

Suatu hari Pipit bertemu dengan Luna, semut merah yang sangat baik hati. Semut merah yang suka menyapa orang, jika bertemu dengannya di jalan, langsung menyapa Pipit yang kala itu berpapasan dengannya.

“Siang pipit. Mau pergi kemana?” Tanya si Luna dengan lembut.

Burung Pipit yang sombong langsung memalingkan muka, begitu melihat Luna. Ia terus berjalan. Pipit tak peduli pada Luna yang menyapanya.

“Kalau saja kamu bisa sedikit baik hati pada orang lain, kamu pasti punya banyak teman. Tak perlu sendirian saat pergi bermain.” Kata Luna sedih.

Mendengar kata-kata Luna, Pipit tersinggung. Pipit marah. Pipit merasa diejek oleh Luna. Dengan cepat Pipit membalikkan badan. Pipit berjalan mendekati Luna.

“Apa katamu tadi?! Kau bilang aku sombong. Tidak punya teman?” Pipit mengarahkan tangannya pada wajah Luna. Pipit jelas terlihat sangat marah. “Asal kau tahu. Aku bukannya tidak punya teman. Tapi aku tak mau berteman dengan mereka. Mereka kotor dan bau. Mereka miskin. Mereka tak punya baju bagus seperti yang kupakai ini.” Pipit memeperlihatkan pakaiannya yang sangat bagus pada Luna. “Sebaiknya aku pergi saja. Tidak penting bicara dengan semut merah, yang kotor dan bau.”

Setelah kalimat terakhir, Pipit pergi meninggalkan Luna. Pipit pergi dengan sikap sombongnya.

Setelah pipit pergi, Luna menggelengkan kepalanya dan berucap, “Pipit, kau sangat sombong sekali. Kau pikIr, kau bahagia dengan sikap sombongmu. Meski kami tidak kaya sepertimu, tapi kami saling membantu sama lain.”

Luna pergi dengan perasaan sedih.

Setelah kejadian itu, Pipit selalu membuat orang lain sedih. Pipit selalu mengejek teman-temannya. Ia selalu mengejek pakaian yang dikenakan teman-temannya itu jelek. Pipit selalu mengejek dan mengusir pergi teman-temannya, yang datang ke rumahnya. Dengan sikap sombong Pipit yang berlebihan, teman-temannya tak ada yang mau bermain dengannya. Teman-temannya tak mau menolong Pipit, jika Pipit ada kesulitan. Suatu hari, Pipit yang baru saja mencari makanan bertemu dengan Haci, si lebah madu muda. Haci berniat menolong Pipit, dengan membawakan makanan Pipit. Tapi Pipit langsung marah saat mau ditolong Haci. Pipit mengira, Haci akan mengambil makanannya. Dengan sombong dan galak, Pipit menarik makanannya dan menyembunyikannya di balik bajunya. Pipit juga membentak Haci.

“Hey, Haci! Kalau mau makan cari sendiri! Jangan ambil makanan orang lain!” bentak Pipit dengan kasar dan keras.

Haci bingung mendengar kata-kata Pipit. Haci cuma mau berniat menolong Pipit membawakan makanannya, malah dituduh mau mengambil makanan milik Pipit. Haci pun menjelaskan pada Pipit, kalau dia cuma mau berniat menolong membawakan makannanya.

“Tidak Pipit. Aku tidak mau mengambil makananmu. Aku Cuma mau menolong membawakan makananmu. Karena aku lihat, kau kerepotan membawa makanan sebanyak itu.” Ucap Haci sabar. Dia tidak marah pada Pipit, yang menuduhnya mau mencuri.

Karena sikap sombongnya sudah terlalu besar, Pipit tak percaya pada Haci. Pipit pergi meninggalkan Haci. Setelah kejadian itu, Pipit mulai bercerita pada teman-teman yang lain, kalau Haci, si lebah madu muda itu, mau mengambil makanan yang ia cari dengan berkerja keras. Tapi, untunglah. Teman-teman Haci tak terhasut oleh ucapan Pipit. Teman-teman Haci tidak percaya kalau Haci mencuri. Teman-teman Haci malah tidak percaya pada ucapan Pipit.

Beberapa hari kemudian Pipit hendak mencari makanan. Kebetulan persediaan makanannya sudah habis. Pipit pun pergi jauh dari tempat tinggalnya untuk mencari makanan. Pipit terbang ke sana kemari. Tapi tak ada satupun makanan yang dia temukan. Sampai-sampai Pipit kelelahan. Pipit berniat istirahat sebentar. Pipit pun hinggap di sebuah pohon rindang dan teduh. Selang beberapa saat ia istirahat di pohon rindang itu, ia mendengar sebuah suara. Awalnya Pipit mengira kalau suara itu cuma angin. Tapi lama-lama perasaannya tidak enak. Ia yang memejamkan matanya, langsung membuka matanya dengan cepat, saat sebuah suara yang mirip dengan desisan ular itu terdengar di telinganya. Saat Pipit membuka matanya, ia terkejut melihat ular besar tengah memandangnya. Ular itu mendesis, menjulurkan lidahnya. Karena kaget dan takut, Pipit langsung jatuh ke bawah.

“Arrrggghhh…” Jerit Pipit kesakitan. Ternyata sayap kiri Pipit patah. Pipit semakin takut dan bingung. Karena ular besar itu turun dari pohon rindang, dan mendekati Pipit. Pipit duduk diam. Memandangi ular besar, yang berjalan semakin dekat dengannya. Pipit berpikir, mungkin dia akan mati dan dimakan oleh ular besar itu. Karena sayap kirinya patah, membuat pipit tak bisa terbang dan meloloskan diri dari ular besar itu. Pipit memejamkan matanya dan menunggu dirinya dimakan ular besar itu.

“Pipit lari!”

Pipit mendengar suara Haci. Ia seperti sedang bermimpi. Kalau Haci akan menolongnya dari ular besar itu.

“Pipit lari!”

Bahkan suara Luna masih ia dengar dalam benaknya.

Pipit tersentak saat bahunya ditarik. Secepat itu, Pipit membuka matanya. Sekarang dia sudah jauh dari ular besar itu. Pipit melihat Haci kelelahan karena menarik tubuhnya yang lebih besar dari tubuh Haci.

“Sekarang kau sudah aman. Teman-teman dan aku akan melawan ular besar itu. Kau tunggu disini.” Ucap Haci setelah menarik tubuh Pipit, menjauh dari ular besar itu.

Pipit melihat Haci bergabung dengan teman-temannya untuk melawan ular besar itu. Luna juga ikut melawan ular besar itu. Pipit melihat semua teman-temannya yang sering ia hina, sekarang sedang membantunya dari kejahatan ular besar, yang mau memakannya.

Setengah jam kemudian ular besar itu berhasil diusir. Dan ular besar itu pergi dari tempat itu. Haci, Luna dan teman-temannya yang lain mendekati Pipit. Pipit duduk pada sebatang kayu. Pipit memegangi sayap kirinya yang patah.

“Terima kasih.” Ucap pipit malu-malu pada Haci, Luna dan teman-temannya.

“Terima kasihlah pada Haci. Karena dia yang melihat kamu mau dimakan ular besar itu. Saat melihat itu, Haci langsung terbang dan menemui kami. Ia bilang kalau kamu akan dimakan ular besar. Cepat-cepat kami pergi kemari dan menolongmu. Dan kami berhasil mengusir ular besar itu.” Ucap Luna lembut.

“Terima kasih, Haci.” Ucap Pipit.

“Tidak perlu berterima kasih. Bukankah kita semua teman. Dan teman harus menolong temannya yang sedang kesusahan.” Jawab Haci yang disambut tepuk tangan teman-temannya.

“Haci, maafkan aku. Aku sudah menuduhmu mencuri makananku.” Pipit meminta maaf pada Haci. “Dan juga, aku sudah bersikap sombong pada Luna dan yang lainnya. Aku minta maaf. Dan aku akan berubah.”

“Tidak apa-apa. Aku tidak marah kok. Dan aku senang kalau kau mau berubah.” Ucap Haci.

“Menjadi Pipit yang baik hati.” Timpal Luna.

“Dan tidak sombong.” Tambah teman-temannya yang lain.

Haci, Pipit, Luna dan teman-temannya tertawa gembira. Sekarang Pipit sudah tidak bersikap sombong lagi. Pipit juga sudah mau berteman dengan yang lainnya. Dan Pipit juga tidak mengusir temannya yang datang ke rumah. Semuanya berakhir bahagia, dengan tawa yang disambut senja.

Selesai

cerpen semut kecil kesepihan

Semut kecil yang merasa kesepian, sendirian menerjang badai dan hujan, pahit kehidupan telah ia rasakan, kesabaran menjadi kunci untuk bertahan.

Tak mampu menentang kehendak tuhan, hanya menerima seikhlas hati, tertatih ia melangkah lalui hari demi hari, manatap langit dan bertanya “kapan semua ini akan berakhir?”

Semut kecil berjalan pincang, tetap melangkah maju ke depan, meski bebatuan tajam yang harus ia lalui, tak menyerah pada keadaan, pahit kehidupan hadapi dengan senyuman

Senyum berlapis tangis tawa menyembunyikan derita, jauh di lubuk hatinya menyimpan tanya “mengapa aku. Mengapa aku yang harus merasakan ini?” tetes air mata menyelimuti kesendiriannya

Semut kecil tak sama dengan yang lainya. Ia berbeda. Musibah yang menimpanya membuat ia tak berdaya. Hanya ketegaran hati yang mampu membuatnya tetap bertahan

Semut kesepian berdoa “tuhan ini memang salahku. Aku yang tak mampu menjaga tubuh ini, aku yang tak mampu memperbaiki kesalahan ini, aku memohon ampun padamu” andai aku boleh meminta berikanlah aku kesabaran berikan aku jalan, berikan aku teman, akan ku jaga semampuku apa yang telah engkau titipkan”

Semut kecil menghapus air matanya, dan ia tersenyum. Dan berkata di dalam hati. “aku pasti mampu dan aku tak akan pernah menyerah”

cerpen Kesetiaan Ku dan Doa Ku Untuk Mu

Matahari mulai menampakkan sinarnya yang merah merona dan perlahan menjadi warna emas. Seorang pemuda sedang menikmati suasana paginya dengan wajah lesu, dia menggenggam Al Quran sambil termenung, fikirannya selalu memikirkan Zahrah wanita yang ingin dia lamar. Tapi perbedaan derajat dari orangtua menghalanginya untuk memiliki Zahrah.

“apa yang engkau fikirkan Fadly?” tanya seorang Ustad yang mengisi pengajiannya pagi ini.
“ustad, ku berniat ingin melamar Zahrah tapi aku hanya lulusan SMA, dari segi derajat pun orangtua Zahrah adalah orang yang berada sedangkan aku? Aku tidak memiliki apapun.”
“apakah kau yakin ingin melamar Zahrah?”
“yakin ustad” jawab Fadly mantap
“kau memiliki hal yang jarang di miliki orang lain, kau memiliki iman. Dan ingat kau memiliki Allah, jika memang Zahrah adalah jodoh mu maka Allah akan memudahkan jalanmu. Pergilah ke rumah Zahrah hari ini dan beritahukan aku hasilnya besok, semoga Allah memudahkan urusanmu”

Fadly pun pergi ke rumah Zahrah dan menyatakan niatnya, namun hasilnya nihil, Fadly ditolak tanpa rasa hormat sedikitpun.
“kau itu orang miskin, tidak boleh menikahi orang kaya. Anakku kelak nanti makan apa? Kau juga baru lulus SMA sudah mau nikah? Menghasilkan uang sepersen pun kau tidak mampu”
Zahrah yang mendengar perkataan ayahnya hanya bisa menangis di balik pintu kamarnya dan berdoa agar Allah meembukakan pintu hatinya. Selama ini Ayahnya nyaris tidak pernah shalat selalu sibuk dengan urusan bisnisnya. Fadly hanya dapat beristighfar dan menahan air matanya untuk tidak jatuh di hadapan orangtua Zahrah.

Keesokan harinya Fadly menemui Ustad Fajar dan menceritakan kejadian kemarin, Ustad Fajar merasa iba terhadap Fadly.
“apakah kau tetap ingin melamar Zahrah setelah kejadian kemarin?”
“iya Ustad”
“jadi apa yang akan kau rencanakan?”
“merantau dan menjadi seseorang yang sukses”
“baiklah, tapi akankah Zahrah tetap menunggumu?” pertanyaan itu membuat Fadly termenung sejenak.
“insyaAllah”

10 tahun kemudian…
Suasana gaduh ketika tiba-tiba ayah Zahrah jatuh dari tangga, seisi rumah panik dan langsung melarikannya ke rumah sakit. Pasien tidak sadarkan diri hingga seminggu membuat tim medis dan keluarga bertanya-tanya, padahal dari hasil CT-scan tidak ada kerusakan bagian anggota tubuh.
“maaf bu, bukannya saya mau lancang. Mungkin saja ini akibat dari kesalahan masa lalu suami ibu” ucap seorang perawat. Ibu Zahrah pun mengingat ketika Fadly di hina oleh suaminya, dia ingin meminta maaf pada Fadly namun Fadly pergi entah kemana? Sekarang menyisakan penyesalan yang mendalam.
“suster, adakah dokter yang ahli dapat menolong suami saya?” tanyanya penuh harap.
“mungkin pemilik rumah sakit ini bisa membantu ibu. Saya hubungi dulu”
Dengan harap cemas menunggu jawaban dari sang perawat.
“ibu silahkan menunggu di ruangan, 5 menit lagi dokter akan datang”

Cklaaak.. Bunyi pintu ruangan menyadarkan ibu Zahrah dari lamunannya, nampak seseorang yang mengenakan jas putih bersih mendekati pasien. Matanya terbelak, seakan tidak percaya bahwa bapak ini adalah pasiesnnya.
“masyaAllah pak Mukhtar?”
Ibu Zahrah menatap wajah dokter dengan tatapan sayu, air matanya tak sanggup lagi ia bendung.
“nak Fadly?” Ibu Zahrah memeluk Fadly erat, dan memohon maaf atas kesalahan suaminya. Terlintas sejenak fikiran Fadly kepada Zahrah, namun bukan saat yang tepat untuk menanyakan hal ini.
Keesokan harinya pak Mukhtar telah sadar, ini sungguh keajaiban, dengan sangat menyesal pak Mukhtar bersujud di hadapan Fadly dengan tangis yang tiada hentinya.
Ketika kondisi telah membaik Fadly pun menanyakan keberadaan Zahrah, orangtua Zahrah nampak bingung untuk menjawab.
“nak Fadly, setelah shalat jum’at kami akan mengantarkan mu kepada Zahrah”
Fadly sangat bahagia, dan sebentar lagi keinginannya untuk meminang wanita dambaannya terwujud.

Sebuah mobil sedan berlaju dengan kecepatan sedang, Fadly nampak bahagia dan sebentar lagi akan meminang pujaan hatinya. Lantunan dzikir menggetarkan hatinya sepanjang perjalanan.
Sesampainya di rumah Zahrah, fadly disambut senyuman hangat dari orangtua Zahrah.
“silahkan duduk dulu nak Fadly, ibu siap-siap dulu?”
Fadly bertanya-tanya kemana Zahrah? Di rumah sakit pun dia tidak melihatnya.
“mari nak, kita berangkat naik mobil ayah saja”
“kemana?” tanya Fadly, namun tidak ada jawaban sama sekali. Mungkin ini kejutan, sangka Fadly.

Mobil itu berhenti di sebelah rumah tua yang nampak tidak terurus, ayah Zahrah menuntun Fadly melewati semak belukar, bau tanah basah masih dapat tercium tajam karena hujan kemarin. Langkah ayah Zahrah terhenti di bawah pohon kamboja dan memeluk Fadly erat.

“maafkan ayah, maaf, semua ini salah ayah memaksanya menikah dengan seorang pengusaha, saat suaminya tau Zahrah hamil dia pun menceraikannya karena dia tidak ingin memiliki anak. Zahrah jatuh di toilet dan terjadi perdarahan. Sesampainya di rumah sakit nyawanya tidak lagi tertolong. Maafkan saya nak.. Maafkan saya” ayah Zarah menagis terisak. Ku menatap pusara Zahrah, semangat ku hilang, jiwa ku serasa melayang.
“innalillahi wa innalillahi roji’un. Ya Allah, sungguh dia wanita sholehah dan Engkau maha mengetahui tentangnya. Haramkan baginya siksaMu, pertemukanlah kami di Jannah Mu kelak, ku ikhlas,ku ikhlas ya Allah.” bisiknya dalam hati, suaranya serak seakan tidak bisa mengucapkan apapun. Bibirnya bergetar mengucapkan dzikir, tak ada yang dapat ia lakukan untuk Zahrah, selain mendoakannya.

cerpen sahabat jadi musuh

“Nad, lo mau ke kantin gak?” Sahut Tia.
Tia dan Nadia adalah seorang sahabat yang telah berteman selama 5 tahun. Mereka bisa dikatakan teman yang sangat dekat sekali.

Pada pagi itu, telepon Nadia berbunyi kring… Kring… Nadia pun menjawab “Halo… Eh kamu beb, ada masalah apa? Tumben pagi-pagi nelpon aku…” Itulah Kevin. Ia adalah pacar Nadia. Tia yang mendengar pun langsung ingin tau siapa yang menelpon. Tia pun bertanya “Siapa yang pagi-pagi nelpon Nad?” Nadia menjawab “Biasa pacar gue” Ngomong-ngomong siapa sih pacar elo?” Tanya Tia. “Kevin namanya. Elo udah punya pacar?” Tia langsung menjawab “Punya lah” “Namanya siapa?” Tanya si nadia. “Vincent namanya”. “Oh lo mau gak malem ini lo ajak pacar lo gue ajak pacar gue. Kita ketemuan di Candi resto”.. “Boleh” jawab tia singkat.

Mereka pun sepakat untuk bertemu di Candi resto. Lalu ketika sampai di restoran…
“Mana pacar lo Tia?” Tanya nad. “Ohh lagi di jalan. Pacar lo juga mana?” Tanya Tia.
Lalu ketika pacar mereka sampai ke resto itu betapa terkejutnya mereka bahwa pacar mereka berdua sama. Terjadilah pertengkaran antara Nadia dan Tia. “Loh?! Nad, itu kan pacar gue?, Kenapa lo bilang pacar elo?!” Tanya Tia dalam nada agak marah. “Ehh, gak usah sembarang bicara lo! Itu pacar gue kali!”

Setelah mereka bertengkar, mereka memutuskan untuk tidak akan pernah menjalin pertemanan lagi.

cerpen Kisah Sedih di Hari Jumat

Hari Jumat. Hari di mana setiap muslim menjalankan ibadah shalat Jumat. Itu juga yang terjadi pada hari Jumat ini. Jumat di bulan Februari tahun 2013. Tak ada yang istimewa dari hari ini. Semua terjadi seperti biasa. Pagi saya kuliah, siang shalat jumat, selesai itu acara bebas.

Waktu menunjukan pukul dua belas kurang dua menit. Bergegas saya bersama teman saya, Wahyu, pergi untuk menunaikan shalat Jumat di masjid Ukhuwah Islamiyah, kampus UI. Hari ini terlihat lebih banyak orang yang berjalan menuju arah masjid. Mereka kebanyakan mengenakan batik rapi, bahkan jas. Aneh sekali… Shalat jumat kok pakai jas? Pikir saya ketika itu.

“Hari ini ada apa sih, yu? Kok rame banget?” tanya saya kepada wahyu yang tampak turut memperhatikan jalanan dipenuhi mobil yang parkir.

“Hari ini kan ada wisuda! Masa lo lupa?”

“Oh iya, ya? Pantes kayanya rame banget. Udah kaya pada mau kondangan,” sahut saya kembali sambil tersenyum simpul.

Obrolan terus bersambut membicarakan topik wisuda yang setahun lagi bakal kami alami.

Langkah bapak-bapak sepertinya semakin cepat. Kami tak mau ketinggalan hingga tibalah kami di masjid utama kampus UI ini.

Suasana tak biasa langsung kami dapati begitu memasuki gerbang masjid. Banyak bapak-bapak dan anak-anak mondar mandir di areal halaman masjid. Masjid terasa sesak, lebih mirip suasana pasar. Ada yang berlarian, ada yang mengerubungi tikar tambahan yang digelar di halaman, ada juga yang memadati tempat pengambilan air wudhu.

Kami segera mengambil wudhu karena khutbah Jumat sudah dimulai sejak tadi. Airnya kering sekali dan berbau besi. Tak mengenakan sekali. Sumpek pula!

Keluar tempat wudhu mata kami berusaha mencari titik lowong yang setidak-tidaknya bisa buat duduk. Tepat di luar tempat wudhu kami mendapat sedikit lapak untuk menunggu khotbah usai. Ah sial, tempat ini panas sekali. Tak ada atap menaungi kami duduk. Pohon rindang juga tak sampai menyentuh lokasi kami. Biarlah kami sedikit kepanasan. Sebentar lagi khutbah juga akan berakhir. Soal shalat, ya lihat saja nanti. Pasti juga kebagian! Biasanya juga gitu.

“Allahu Akbar… Allahu Akbar…” Suara Iqomah membangun kan kami dari mata yang setengah tidur mendengarkan khutbah. Ya untung baru setengah tidur!

Orang-orang kemudian bergegas mengambil posisi shalat jumat. Mereka saling dorong hingga tempat saya yang hanya memungkinkan satu baris langsung terisi penuh, sangat rapat. Alhasil kami terseleksi untuk masuk barisan itu. Kami menatap ke depan mencari peluang baris-baris kosong.

Gawat! Semua barisan terlihat penuh. Bapak-bapak, orang tua wisudawan benar-benar memadati setiap jengkal lahan yang biasanya kosong melompong. Di depan kami adalah pekarangan masjid yang ditanami rumput. Sebagian orang sudah merapat ke salah satu tikar tambahan yang digelar. Tak tampak lagi celah kecil yang bisa kami masuki di sana. Di ujung keramik sayap kiri dan kanan masjid juga sudah terisi penuh. Matilah kami!

“Aaaamiiiiiin…” Pertanda itu membuat kami berdua tambah panik. Tampak juga beberapa orang yang senasib dan sepenanggungan.

Sepertinya mereka lebih beruntung karena diam-diam mereka telah membawa koran bekas untuk alas. Sedangkan kami? Kami tak ada sajadah, tak ada koran bekas, kecuali tas. Ya ampun sial sekali nasib kami siang ini.

Saya buka tas dengan sigap, begitu juga Wahyu. Yang ada hanya buku, sampah isi tas, dan alat tulis. haduh.

Apa boleh buat kami shalat beralas rumput. Tak mungkin rasanya shalat dengan bersujud di atas tas. Dalam hati hanya perasaan kesal dan gondok yang menggebu-gebu membuat shalat saya terasa tidak kyusyuk. Alamak… pasti orang-orang dalam batinnya menertawakan kami.

Seminggu telah berlalu. Kejadian minggu lalu menyimpan pelajaran berarti bagi saya.

“Makanya… kalau sholat Jumat bawa koran bekas!” Kalimat itu terngiang-ngiang dalam benak saya.

Ini adalah jumat kedua. Kali ini saya sudah menyiapkan koran bekas yang baru saja saya beli dari tukang koran keliling di dalam kampus.

“Ini berapa mas?” tanya saya terbayang proses jual beli koran tadi.

“Tiga setengah, ka,” sahut anak kecil penjual koran.

Huuh… padahal di koran itu ada cap tertulis “Rp.2000 Khusus Stasiun Depok”

Ah tapi sudahlah itu tak jadi soal. Lagi pula harga koran sekelas Kompas kan memang tiga ribu lima ratus. Biarlah selebihnya untuk anak ini. Yaa.. hitung-hitung amal.

Begitulah kejadian tadi pagi saat saya berusaha mengambil hikmah dari tragedi Jumat kemarin. Koran itu saya sisipkan di jaring-jaring bagian luar tas.

Pukul setengah dua belas kurang sedikit kembali saya bergegas menuju masjid UI sendirian. Hari ini tampak jauh berbeda dari kemarin. Tak tampak lagi orangtua para wisudawan, tak ada lagi keramaian.

Santai sajalah. Pikir saya dengan enteng. Hari ini masjid pasti lowong. Pasti dapat tempat.

Benar saja. Masjid terlihat lowong begitu saya masuk areal masjid. Ya, seperti dugaan saya. Biasanya memang seperti ini. Kalau seperti ini sih bisa sambil tidur siang dan bersandar di lantai dua.

Yah…. tapi saya kan sudah beli koran. Masa mahal-mahal tidak dipakai? pikir saya.

Setelah mengambil air wudhu saya putuskan untuk memanfaatkan koran itu sekalipun masih banyak tempat yang lowong. Sekali-kali boleh lah saya berbangga punya koran. Saya mau pamer ah. Biar orang lain iri dengan saya. Terutama yang tidak kebagian tempat. Ada rasa dendam yang tiba-tiba saja berbisik membalas kejadian minggu lalu.

Tiga lembar tikar tipis itu saya tata sedemikian rupa hingga mirip sajadah. Saya duduk dengan tenang di atas lembaran koran itu mendengarkan khutbah sambil sayup-sayup terpejam.

“Allahu Akbar… Allahu Akbar…” Lagi lagi suara iqomah kembali membangunkan saya dari kenikmatan itu.

Santai sekali saya pada saat itu. Sholat dengan angkuh sambil seakan meledek yang tak kebagian tempat. Emangnya enak, week! Makanya modal dong, beli koran… Pikir saya saat itu.

“Samiallahulimanhamidah.” Instruksi itu keluar dari pengeras suara masjid pertanda saya siap-siap akan sujud dalam waktu sebentar lagi.

Tanpa diduga-duga, angin tiba-tiba saja bertiup sangat kencang. Angin itu seperti isyarat peringatan.

WUUSSHH

Koran yang sudah saya tata dengan apik itu tiba-tiba tertiup angin lalu melayang ke sebelah kanan. Angin yang bertiup kencang itu membawa kabur koran, alas saya untuk bersujud.

Hah? Koranku…

Lagi-lagi saya bersujud seperti minggu lalu. Beralas rumput gajah dan tanah. Miris sekali rasanya hari ini. Lagi-lagi Jumat yang membawa kesialan.

Pelajaran yang dapat dipetik :
Jika ingin aman shalat jumat, bawalah koran.
Jika ingin korannya tak melayang. pakailah ganjalan.

Hari jumat kembali menyapa saya dengan senyuman. Senyum yang lebih mirip tertawaan. Kali ini saya lebih sibuk dari biasanya. Hingga jam dua belas saya masih berkutat dengan laptop di fakultas saya. Saya kali ini bersama Wahyu lagi. Turut hadir, kekasih saya dan kekasihnya Wahyu di tempat kami main laptop. Saking asiknya tanpa kami sadari suara adzan telah berkumandang dari masjid. Suara itu hampir tak terdengar saking asiknya main laptop.

“Udah sana pada berangkat. Udah adzan tuh!” Pacar saya dan Wahyu berusaha mengingatkan.

Peringatan itu kami abaikan. Saya lihat di jam laptop baru menunjukan pukul dua belas lebih lima menit. Masih ada injury time. Sebentaar…

Laptop kami tutup. Dengan semangat empat lima kami bergegas ke masjid yang berbeda. Ganti suasana ah, pikir saya. Wahyu juga menyetujui tampaknya.

“Ya udah ke masjid stasiun UI aja. Udah lama kan gak ke sana,” ajak wahyu.

“Ayo, berangkat!”

Langkah kami terasa sendirian. Tak tampak orang yang menuju masjid. Alamak pertanda kesuraman. Kami juga tak mendengar suara khutbah yang seharusnya sudah terdengar jelas dari tempat kami melangkah ini. Kami sudah di kandang rusa, sekitar 100 meter lagi untuk mencapai masjid.

“Allahu Akbar… Allahu Akbar…” Suara itu terdengar dari balik stasiun.

Astaga!!! Itu kan suara iqomah!

Kami langsung lari tergopoh-gopoh mengarah ke masjid. Surat alfatihah telah berlalu cepat sekali.

“Aaaamiiiin…”

Tanpa memperdulikan deru nafas kami bersigap mengambil air wudhu secara kilat, lalu….

“Allahu akbar.”

Kami menuju halaman depan masjid. Ternyata terisi penuh. Ada satu bagian yang lowong tapi kami tidak mungkin menembus pagar setinggi 1,5 meter. Orang-orang menutupi jalan masuk pintu sehingga daerah lowong itu tidak bisa dijamah.

Kami panik. ada niatan untuk memanjat. Tetapi apa daya. Imam sudah rukuk dan hampir sujud. Sepertinya tak ada daya dan upaya yang bisa kami lakukan.

“Kita ke masjid dekat kontrakkanku saja,” ucap wahyu kilat.

“Wah ayo kalau gitu. Mungkin masih ada kesempatan.”

Dengan menggunakan angkutan umum, hanya tiga menit kami sampai di dekat kontrakan. Pemandangan pilu kami temui begitu kami tiba di sana. Orang-orang sudah pulang dari masjid.

Yaaaah….

Rasa kecewa bercampur kesal menjadi satu.

“Ya udah, kita shalat zuhur aja di kontrakanku,” ajak Wahyu lagi.

Saya hanya mengangguk-anggukan kepala. Apa boleh buat. dari pada tidak sama sekali. Yaa cari alternatif saja.

“Yang penting jangan bilang-bilang pacar kita, nanti kita dimarahin!” timpal Wahyu.

“Betul juga tuh, baiklah.”

Lagi-lagi hari Jumat saya berujung pilu. Sial, sial, sial. Jangan ditiru yaa….

cerpen cinta sejati

pertemuanku dengannya di sebuah halte bus. Waktu itu, aku dan temanku urip melintas di depan halte bus jalan pramuka. Urip yang membawa motornya dan aku membonceng di belakang, aku melihat ada dua orang cewek memakai seragam kerja sedang menunggu angkutan umum, ketika melewatinya, biasa lah laki-laki, kami goda sambil bercanda, “aduuh… Cantiknya, nunggu bus ya..” sambil aku melambaikan tanganku kepada 2 cewek tersebut.

Beberapa kali kami menggoda cewek-cewek tersebut, akhirnya suatu waktu kita berhenti juga di halte tersebut. Kenalan lah ceritanya, satu orang agak kecil orangnya, yang kedua retno..
“hai.. Kenalan dong” sapaku sambil mengulurkan tanganku.
Tersenyum dia melihatku “hai juga. Tati..” uuuh cantik juga ni cewek pikirku.
“aku anto.. Kerja dimana?” tanyaku
“di daerah kramat jati” jawabnya singkat
“ooo… Aku di sudirman” sahutku.

Beberapa kali kami mampir di halte tersebut, sampai akrab, oh ya aku lupa, temanku urip berlanjut dengan cewek yang satunya lagi.

Singkat cerita. Hubunganku dengan tati berlanjut samapai ke jenjang pernikahan. Dalam perjalanan hidupku, jatuh bangun kita berdua jalani. Karier ku di tempat kerja terus menanjak, sehingga aku bisa mempunyai rumah sendiri, yang waktu itu aku masih kontrak rumah di tahun 1998. Suatu hari isteriku mengeluh kurang enak badan,
“pah… Dah seminggu kok aku pusing gak ilang-ilang sih”
“sudah minum obat belum?” Tanyaku
“udah… Obat warung”
“nanti sore ke dokter”

Sorenya aku ke dokter. Ternyata dia terkena diabetes. Akhirnya, kata dokter harus jaga makan dan minum obat teratur.
Bertahun-tahun aku merawat istriku, membelikan obatnya yang harus diminum setiap hari. Tapi hatiku semakin sedih, karena kondisi istriku semakin lama semakin menurun, aku berusaha untuk berobat ke alternatif, tapi tidak ada hasilnya.

Pulang kerja setiap hari aku merawat isteriku karena sudah tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Pada hari raya idul fitri 2012 kami dan anak-anak sungkeman, pada waktu itulah isteriku bicara padaku..
“apakah tahun depan kita masih bisa seperti ini..?”
“ya.. Jangan bicara seperti itu, kan umur bukan di tangan kita” sahutku
“aku sudah nggak tahan lagi… sepertinya aku mau berangkat duluan, aku titip anak-anak” Menangis aku mendengar kata-katanya, karena aku tahu, betapa besar kasih sayangku padanya dan juga dia padaku.

Kondisi istriku semakin menurun terus, hanya tinggal tulang berbalut kulit saja, tapi dia tetap tersenyum, walaupun aku tahu dia merasakan sakit.

Akhirnya pada januari 2013, istriku dipanggil oleh allah swt. Aku, dan 3 orang anakku sangat merasa kehilangan… Cinta sejati, sepanjang kehidupan ku bersamanya, keterbukaan, saling memaafkan, saling isi, saling menyayangi, bersama menghadapi kehidupan yang berat ini tanpa mengeluh sedikitpun. Aku ridho karena semuanya itu memang kehendak dari allah swt.

cerpen Kancil dan Monyet

Di suatu hutan belantara hiduplah seekor binatang yang bernama kancil, monyet dan buaya. suatu hari kancil mendengar berita bahwa di desa seberang sana banyak timun dan buah pisang yang sangat segar, setibanya di jalan kancil bertemu dengan Monyet. monyet bertanya pada kancil
“cil pean mau pergi kemana?”
“kate lungo ke desa sebrang yang jarene akeh buah pisang dan timun”
“aku oleh melu ora cil”
“ngge cil oleh kok, kita berangkat sekarang ajha mumpung sek isuk”

Setibanya di sungai kancil dan monyet tidak bisa menyebrang di karenakan arus sungai yang sangat deras sekali dan akhirnya kancil bertemu dengan buaya. kancil meminta tolong kepada buaya dan teman-temannya untuk menyebrangkan agar sampai ke desa sebrang
“He kon buaya buntung”
“kon lak nyelok aku kok gg enak she, geger ae ngene iki”
“ora ora aku jaok tolong sebrangno sungai oleh ta ora?”
“lak iku see gampang, tapi onok syarat ee cil”
“opo syarat ee?”
“awakmu lak wez totok tujuan ojok lali gawak no daging 2 kg oke aaaa”
“oke tokk wezzz, santai ae brooo”

Setelah disebrangkan buaya kancil dan monyet segera menuju ke tempat yang banyak timun dan pisangnya kemudian kancil bertemu dengan petani yang baik hati. kancil dan monyet di beri timun dan pisang. dan akhirnya petani mempunyai fikiran untuk memelihara kancil dan monyet. tetapi kancil tidak lupa akan janjinya dengan si Buaya, kancil membawakan tiga buah ayam untuk diserahkan ke pada buaya, kancil dan monyet pun senang bisa makan timun dan pisang setiap hari.

The end

Misteri Coretan Dinding Sekolah

Mata pelajaran kali ini adalah Kimia. pak Bono tengah menerangkan materi Metana dan Karbondioksida, memang sedikit agak mumet untuk mempelajari Bab yang satu ini, lalu dari pada bete mereka berdua memutuskan untuk mengobrol dalam kelas “Nay, sssttt… Hey Nay” panggil Sinta ke Nay yang duduk di seberang kanannya berbisik takut ketahuan pak bono yang super galak “kenapa?” Tanya Nay “lo ngerti apa yang diterangin pak bono, sumpah gue males plus bete pelajaran dia?” ujarnya “sedikit sih, sama gue juga bete” ujar Nay “eh, Nay proyek misteri kita udah lo survey belum?” “boro-boro Sin gue enggak sempet untuk survey lokasi yang kira-kira misterius untuk dijadikan proyek kita kali ini, sibuk belajar gue sama bantu nyokap gue.” “ahhh… payah lo Nay ya udah nanti malam pokonya kita harus nyeleseiin proyek kita yang kemarin dulu,” ancamnya “gimana yah Sin? Gue…” “sssttt… aaahh udah gue gak mau tau pokoknya nanti malem kita lanjutin proyek kita oke?” akhirnya mau tidak mau Nay pun mensetujuinya.

Bel pun berdering kali ini jam istirahat telah tiba seperti biasa Nay dan Sinta selalu manfaatin waktu istirahatnya untuk nongkrong di kantin dan memesan menu kesukaanya yaitu nasi goreng buatan bu Laksmi, salah satu pedagang di kantin tersebut “Sin, lo duluan aja ke kantin nanti gue nyusul gue mau ke toilet sebentar oh ya jangan lupa pesenin kesukaan gue yah sekalian oke thanks, ya udah gue kebelet nih…” buru-buru. “dasar, tuh anak beser terus”

Lalu Sinta pun mulai menuju ke kantin dan memesan menu kesukaan Nay “bu nasi gorengnya satu yah, pedes aku tunggu disana ya mas” sementara itu Nay yang sedang berada di toilet ia mulai memasuki lalu setelah ia mulai memasuki ia mengalami sebuah keanehan yang sangat membuat dia bingung ia menemukan sebuah spidol berwarna merah yang jatuh dari atas padahal tidak ada siapa-siapa di sana di bawah kloset kemudian dia mulai mengambilnya semenit kemudian ia lalu mendengar tangisan perempuan di balik sebuah dinding kamar mandi yang penuh dengan coretan kegalauan atau curahan hati seorang siswi sekolahnya namun siapa?

Di dinding tersebut terdapat coretan curahan hati yang bertinta merah seperti menggambarkan seseorang yang sedang patah hati? disitulah Nay mulai mengaitkanya dengan hal ghaib, ia percaya di sekolah ini ada suatu rahasia yang harus dipecahkan dan ini menjadi proyek misteriusnya kali ini, setelah selesai lalu Nay menuju ke kantin untuk memberitahu kepada Sinta apa yang sedang dialaminya tadi di kamar mandi sekolah “Sin.. Sin… lo harus tahu apa yang sekarang gue alami tadi di kamar mandi sekolah” ujarnya terbata-bata “lo tuh kalau ngomong pelan-pelan kenapa” ujar Sinta “oke, tadi pas gue lagi ke toilet gue mendengar ada suara perempuan nangis, dan setelah gue cari tahu sumber suara tangisan tersebut ternyata suara itu berasal dari dinding coretan kamar mandi gue sempat baca salah satu coretan yang ada di dinding tersebut disitu tertulis tolong gue…!!! Gue gak ngerti itu maksudnya apa dan sepertinya isi coretan itu penuh dengan curahan hati seorang murid yang sedang patah hati karena cintanya dan gue berfikir kalau sekolah ini ada sesuatu rahasia yang harus kita pecahkan dan ini kita jadikan proyek misterius kita gimana?” ujarnya “ehmm… boleh juga oke nanti malem kita datang kemari untuk memastikan ada apa dibalik coretan dinding tersebut oke?”

Bel masuk pun berbunyi kini semua murid mulai melanjutkan mata pelajaran selanjutnya, namun ketua kelas memberi tahu bahwa guru Bahasa Indonesia berhalangan hadir jadi di kelas gak ada guru namun Nay mendengar pembicaraan dari teman sekelasnya bahwa dia mengalami hal yang sama ketika ia ke toilet “Sin sin lo dengerkan dia aja juga mengalami hal yang sama seperti yang gue alami tadi gue semakin yakin deh dengan rahasia dibalik coretan dinding itu”
“gue jadi penasaran deh dengan suara misterius tersebut..” langkah mereka untuk mencari tahu semakin kuat.

Malam telah beranjak kini jam menujukan pukul 23:00, janji mereka pun ditepati mereka sekarang lagi berada di depan gerbang sekolah “Nay, lo lihat ada mang ibing gak, kalau ada bilang gue yah jangan sampai ketahuan mang Ibing oke…” ujar Sinta “siipp…” balas Nay Sinta berusaha membuka gerbang sekolah.

Ternyata mang Ibing belum mengunci pintu gerbangnya, lantas mereka pun akhirnya dengan mudah masuk ke dalam “Sin, gimana udah bisa belum?” ujar Nay “udeh ayo…” mereka pun mulai masuk ke halaman sekolah setelah ia memasuki beberapa meter, dari depan sekolah ia melihat sebuah bayangan di bawah sinarnya lampu “Nay.. Nayy.. ada orang awas…” mereka pun bersembunyi di balik tembok

“lohh? kok pintu gerbang kebuka perasaan tadi udah di tutup?” mang Ibing penjaga sekolah heran, kemudian ia kedepan untuk menetup pintu gerbang tersebut, “Nay.. kita lewat belakang aja soalnya kalau kita lewat depan nanti ketahuan mang Ibing…” “ya udah ayo cepet” lalu ia mulai menaiki anak tangga.

Lokasi toilet itu ada di lantai 2, dengan berhati-hati mereka naik namun entah mengapa Nay seperti melihat ada seorang wanita berdiri di depan kelas ruang IPA 2 “Sin, sin” “duh, apaan sih?” “ada cewek di depan ruang kelas IPA 2, tuh lihat deh” “kamera, kamera…” mereka mulai mengambil gambarnya namun tanpa terpikirkan bayangan itu lama-lama semakin mendekat, mendekat dan mendekat… kemudian mereka kabur turun ke bawah

Tanpa sengaja mereka tertabrak oleh seseorang “aaahhh” teriak mereka saking terkejutnya “aaahhh” “heyy.. heyyy… ini gue Reno hey…” ternyata dia menabrak cowok bernama Reno salah satu murid di sekolah tersebut, dia adalah ketua osis di sekolah itu “Renooo?” ujar mereka “iya ini gue lagian ngapain lo malem-malem kemari? kurang kerjaan banget?” ujar Reno “yeee… lagian lo ngagetin gue aja…” ujar Sinta “lah lo sendiri ngapain disini belum pulang lo?” ujar Nay “kalian giman sih, kalian lupa yah gua kan ketua osis di sini sudah semestinya gue pulang malem malah setiap hari gue pulang malem lembur gue..” ujar Reno “ouhhh hehehehe… Maaf” ujar Nay “ya udah sekarang lo pulang sana, nagapain lagi disini?” “lo aja duluan kita masih ada urusan..” ujar Sinta “gue penasaran deh sama kalian jangan-jangan lo mau nyuri soal ulangan matematika yahh?” “hahaha… gue lebih pinter kali dari pada lo” ujar Nay “terus lo mau ngapain?” “gue lagi nyelesaiin proyek misteri” “hahahaah… Project misteri? hahahah ada-ada aja lo, kalau lo ingin nyelesaiin protek misteri jangan disini tempatnnya disini mah gak ada apa-apa” “yeehh jangan salah Ren tadi siang gue ke toilet dan tiba-tiba aja gue mendengar suara tangisan dari balik coretan dinding kamar mandi sekolah dan gue pengen mecahin rahasia misteri di sekolah ini..” “oooo yah? ya udah gue juga penasaran pengen tau apa bener di sekolah ini ada rahasia misteri?” ujar Reno “lo mau ikut Ren?” Tanya Sinta “iya ya udah kita mulai dari mana?” “kita ke lantai 2 sekarang”

Mereka pun mulai naik kembali kali ini di temani Reno mereka berjalan pelan-pelan sambil merekam keadaan sekitar namun ketika mereka melewati ruangan Lab komputer terdengar suara ketukan pintu “tukk.. tukkk… tukkk…” “Guys itu bunyi apa?” ujar Nay “kayanya suara itu dari dalam Lab komputer deh” ujar Reno “ya udah kita masuk ke ruang lab.” Namun pintunya terkunci “pintunya dikunci guys…” ujar Reno “ya udah kita lihat dari jendela aja” ujar Sinta kameranya pun mulai merekam sekitar dari dalam lab yang dijulurkan dari luar jendela lalu dari sekian banyak komputer yang ada hanya ada satu komputer yang nyala, mereka melihat dari layar handycam “guys kemari deh di sebelah sana ada cahaya…” ujar Sinta “itu kayanya ada satu komputer yang masih nyala dehh, gue ke mang ibing dulu yah? minta kunci lab?” ujar Reno “jangan… nanti dia curiga sama kita…” ujar Nay “kalian tenang aja serahin semuanya sama gue oke?” ujar Reno “tapi Ren…?” ujar Sinta lalu Reno langsung pergi meninggalkan mereka untuk minta kunci lab sementara itu Reno mulai mencari-cari mang Ibing “mangg… manggg… manggg Ibing… duh kemana sih mang Ibing mang…” Ujar Reno, ia lalu ke pos penjaga siapa tau mang Ibing berada disana, namun ternyata mang Ibing juga gak ada lalu Reno melihat ada sesosok perempuan di depan gerbang tengah menangis masih mengenakan seragam sekolah putih abu-abu… ia sedang bersandar di besi-besi pintu gerbang.

Dengan keberaniannya Reno memanggil nya “Heyyy… Lo ngapain masih disini? lo anak IPA berapa?” Tanya Reno namun tidak digubris olehnya ia hanya terdiam “lo kenapa kok lo diem aja…?” setelah beberapa lama Reno menunggu wanita itu, akhirnya ia menghadapi mukanya kepada Reno daannn… “Siska?” ujar Reno kaget Siska adalah kekasih nya Reno yang menghilang entah kemana tanpa kabar, dan selama kehilangannya tersebut kabar yang beredar Siska telah meninggal dunia semenjak itu Reno mulai menjalani hidup dengan penuh penyesalan dikarenakan dia sebagai cowoknya tidak bisa menjaganya, sering kali Reno jatuh sakit akibat selalu memikirkan Siska cewek nya, ia juga sering melamun dan tidak konsentrasi dalam belajar, namun waktu telah merubahnya dan ia bisa move on darinya namun kini ia kembali, siapa yang berada di depannya sekarang? “kamu, enggak mungkin kamu bukanya sudah meniggal?” “ikuti aku Ren…” ujar siska lalu Reno pun mengikutinya dan Siska menuju ke sebuah tempat yaitu kamar mandi sekolah dan Reno pun bertanya-tanya “Kenapa kamu mengajak aku kemari…?” Siska diam seribu bahasa tatapan matanya yang kosong membuat Reno heran dan bingung namun tak lama Nayla datang bersama Sinta “Ren lo kemana aja sih gue cari-cariin juga Haa? Siska? lo,” ujar Sinta setelah ia menyadari bahwa disana ada Siska “Sis, selama ini lo kemana aja? enggak ada kabar sama sekali” kemudian siska mengambil sebuah spidol bertinta merah lalu ia mulai menulis di sebuah dinding kamar mandi, dalam tulisan tersebut ia menjelaskan tentang hilangnya ia selama ini

“Ren maafkan aku yang menghilang begitu saja tanpa kabar, aku memang sudah meninggal alam kita sudah berbeda aku mau kalian tolong aku makamkan jenazah ku sewajarnya, jenazah ku berada di dalam dinding ini, aku diperk*sa oleh Fadli di dalam sebuah kamar mandi ini kemudian aku berusaha untuk menghindar namun aku tidak bisa, kejadian ini dia lakukan pada malam hari ketika semua anak-anak sudah pada pulang, awalnya ia meminta ku untuk menemaninya mengerjakan sebuah tugas namun setelah itu ia mengajak ku ke dalam sebuah toilet sempat aku menolak tapi ia mengancam dan menarik aku untuk masuk ke dalam kamar mandi, pada saat itulah ia melakukan hal yang tidak sepantasnya terhadap ku, aku mencoba berteriak namun ia telah mengeluarkan sebuah pisau lalu menusuk ku, dengan rasa takutnya ia lalu mengubur jenazah ku di dalam dinding ini tolong kalian pindahkan jenazah ku sewajarnya” mendengar penjelasan yang ditulis siska Reno sedih ia sangat marah terhadap temanya sendiri Fadli, ia tidak menyangka bahwa sahabatnya berani berbuat seperti itu terhadap temanya sendiri “aaarrrggghhh… Fadliii…” teriak Reno penuh penyesalan lalu Sinta dan Nayla menenangkan nya “sudah lah Ren, yang terjadi biarlah terjadi lo yang sabar yah, sekarang lebih baik kita pindahkan jenazahnya Siska dengan selayaknya” ujar Nay

Lalu pagi harinya seluruh isi sekolah gempar mendengar kabar yang selama ini terpendam polisi datang ke tempat kejadian perkara dengan membokar dinding kamar toilet, banyak murid yang penasaran ingin melihat, serta banyak guru yang merasa kehilangan Siska belum lagi Sinta dan Nay, di samping itu Reno datang ke kelasnya Fadli tanpa basa-basi lagi Reno menghajarnya dan memukulinya habis-habisan ia tidak terima wanita yang ia sayang kehormatanya diambil oleh lelaki bejat macam dia “Kurangg ajar, ternyata lo pagar makan tanaman yah, gak nyangka gue kalau lo menusuk gue dari belakang sahabat macem apa lo, lo tega memperk*sa Siska di toilet sampai lo membunuhnya dan asal lo tahu semua rahasia busuk lo telah kebongkar sekarang polisi sedang mengidentifikasi jenazahnya Siska yang lo kubur di dalam dinding kamar mandi…”

Lalu tiba-tiba datang seorang guru beserta polisi berniat ingin menangkap Fadli “Fadli ikut bapak ke kantor…” ujar gurunya dan akhirnya misteri coretan dinding sekolah telah terkuak rahasia yang selama ini tersimpan oleh sekolahan ini menjadikan daftar deretan project misteri yang sukses mereka kerjakan, lalu tiba-tiba Reno melihat sesosok Siska yang tersenyum bahagia itu menandakan bahwa sekarang siska tenang di alam sana, Reno pun membalas senyumannya namun seketika itu juga Siska hilang dari pandangan mata. Dan kini Fadli menjadi tersangka akibat kasus pembunuhannya terhadap seorang wanita remaja berusia 18 tahun dan kini ia mendekam di sel tahanan bersama para Narapidana lainnya dan tidak hanya itu juga pihak sekolah lantas langsung mengeluarkannya dari sekolah.

SELESAI

INDAHNYA JIKA KITA BERSABAR

INDAHNYA JIKA KITA MEMILIKI SIFAT SABAR YANG MENDALAM

Banyak yang berpenampilan indah tetapi terhina, sebab dia tidak punya kesabaran. Banyak orang yang akhirnya merugi, padahal dia memiliki modal. Apa sebabnya? Dia tidak mempunyai kesabaran. Banyak orang yang tergelincir ketika dilanda asmara dan tidak sabar, akibatnya ia merasakan sakit. Alangkah indahnya orang-orang yang diberi kesabaran.

Innallaha ma’ash shaabiriin. Sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. Al-Baqarah :153).

Sabar itu pahalanya insya Allah tiada terputus. Maka, sungguh aneh jika kita ingin dekat dengan Allah, ingin indah, ingin berpahala, ingin bahagia tetapi tidak sabar. Sabar itu kunci. Kalau kita bersabar, kita akan memiliki pribadi yang indah. Kalau selalu sabar, kita akan menjadi orang yang dekat dengan Allah dan insya Allah ganjaran kita tiada terputus.

Setidaknya ada tiga hal yang memerlukan kesabaran kita dalam hidup ini. Yang pertama, sabar ketika berkeinginan. Setiap hari kita selalu dituntun oleh keinginan. Kalau kita tidak sabar, keinginan inilah yang akan menjerumuskan kita. Jadi, sabar yang pertama adalah meluruskan niat ketika kita punya keinginan.

Kita dikarunia Allah keinginan. Keinginan itulah yang menuntun sikap; kalau tidak sabar, kita kehilangan niat. Padahal niat adalah kunci agar amal diterima. Ada orang yang lelah pontang-panting, tetapi tidak ada nilainya. Mengapa? Dia tidak sabar meluruskan niat. Maka, sebelum beramal, wajib bagi kita untuk meluruskan niat. Tanpa niat, amal menjadi sia-sia.

Terkadang, seseorang tidak sibuk meluruskan niat. Akan tetapi ia sibuk dengan perbuatannya. Misalnya, ia ingin membeli pakaian. Kita harus bertanya dulu pada diri sendiri, “Perlukah saya membeli pakaian lagi, padahal di lemari masih banyak pakaian?”, “Untuk Apa?”, “Tapi kan ini warnanya kurang cocok. Kurang cocok kata siapa?”

Untuk apa memberatkan hisab, kalau pakaian indah, tetapi kelakuan tidak indah? Tidak ada gunanya. Ketika akan membeli, tanyakan lagi pada diri kita, “Benarkah kita membeli sesuatu itu karena Allah atau karena ingin dipuji?”

Ingin menikah? kita harus sabar untuk mengevaluasi dulu. Kumpulkan informasi dan studi kelayakan. Sudah layakkah kita menikah? Jangan tergesa-gesa, renungkan dalam-dalam, kumpulkan informasi selengkap mungkin. Bertanyalah kepada yang ahli, sebab kalau kita sudah punya keinginan, itu biasanya nafsu. Hati-hati, nafsu akan membutakan kita dari kebenaran. Kita harus sabar untuk bertanya, “Benarkah niat saya ini? Betulkah tujuan saya? Mintalah petunjuk kepada Allah dengan shalat istikharah.

Lalu, hal kedua yang harus kita miliki adalah sabar berproses. Kita biasanya tidak sanggup untuk berproses. Kita harus menikmati proses, bukan hasil. Dari proses itu, insya Allah akan berbuah pahala.

Kesabaran yang ketiga adalah sabar ketika telah mendapat hasilnya. Hasil itu ada dua jenis, yaitu gagal dan sukses. Keduanya butuh kesabaran. Sudah niat ingin kerja, ikhtiar melamar ke sana-sini, kita harus sabar jika kita belum diterima. Setiap langkah kita insya Allah ada pahalanya. Mungkin memang belum ada rezekinya di sana, kita tidak usah sibuk mengeluh.

Lalu rezekinya di mana? Mungkin memang rezeki kita bukan jadi seorang pekerja tetapi menjadi seorang pengusaha yang menjadi direktur utama, merangkap direktur inti dan karyawan tunggal.

Ikhwan sudah melamar lalu ditolak. Apakah dia gagal? Tidak! Justru keberhasilannya adalah ditolak. Ini berarti dia mempunyai pengalaman ditolak. Misalnya, dia sudah pernah ditolak tiga kali. Dengan begitu, dia sudah berpengalaman menghadapi tiga jenis calon mertua. Harus sabar menghadapinya karena mungkin belum menjadi jodohnya. Niatnya untuk melamar, sudah menjadi amal. Perjalanannya, usahanya untuk bicara baik-baik dengan calon mertua sudah menjadi amal. Bila kemudian hasilnya ditolak, — jika kita sabar — maka menjadi nilai amal juga.

Kegagalan itu adalah ketika kita tidak sabar menghadapi sesuatu hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Kita punya rencana, Allah juga punya. Yang akan terjadi adalah rencana Allah, kenapa Allah menakdirkan sesuatu lalu kita anggap gagal? padahal itu yang terbaik.

Tidak heran seseorang dibimbing Allah dengan sakit, penolakan, hinaan, semua itu bisa menjadi sebuah jalan bagi dia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus sabar menghadapi sesuatu yang tidak cocok dengan keinginan kita.

Ya Allah….limpahkanlah kesabaran pada kami sebagaimana engkau limpahkan kesabaran terhadap orang2 sebelum kami dalam menghadapi berbagai ujian-Mu…. Amiiiin