SELAMAT BERPISAH

Sore ini serasa angin mendesah mengeluh pada ku, membuat ku mau tak mau menceritakan kembali kisah antara kamu, dia dan aku.

Sore itu aku merasa hidup ku nyaris sempurna dengan kehadiranmu apa lagi di saat hubungan kita menginjak usia pertama rasanya aku satu-satunya wanita yang beruntung di dunia karena memilikimu, Daus.

“happy anniversary beb” ucapmu membawa sepotong kue kecil dengan angka satu di atasnya, aku kira hari itu aku sedang bermimpi indah, Ku merasakan hangatnya kecupan kecilmu di kening ku, yah ini nyata. detik-detik yang kita lalui seakan membuat ku merasa Dewi Fortuna berpihak pada ku, begitu indah hingga tak mampu ku rangkai dalam kata
“beb aku punya sesuatu buat kamu” ucapmu menutup mata ku dan perlahan engkau menyuruh ku membuka mata.
“terima kasih beb” ucap ku menangis bahagia melihat boneka bear berukuran besar di hadapan ku dari mu
“kalau kamu kangen sama aku, tinggal kamu peluk boneka ini” katamu mengelus kepala ku.

Satu minggu sudah aku tak mengetahui keberadaanmu, menghubungimu pun sangat sulit, mencarimu ke rumahmu tak pernah aku dapat kan sosokmu, hingga kejadian yang mengikis kepercayaan ku padamu ku saksikan dengan mata kepala ku. Ya, aku tak salah itu kamu, dengan penuh emosi ku hampiri dirimu yang sedang asik bersama wanita yang tak lain sahabat ku, Rina.
“tak ada yang perlu kamu jelasin” kata ku mengangkat kedua tangan dan berjalan mundur
“beb, aku dan rina itu tidak ada apa-apa” tuturmu membala dirimu
mencoba mengengam tanganku sekuat mungkin agar aku tak pergi sebelum mendengar penjelasanmu
“semua orang bisa mengatakan hal yang sama saat dia telah tertangkap mata selingkuh dan kamu Rina aku benci sifat mu yang ini” ucap ku lantang berurai air mata, aku tak perduli mereka yang menatap perselisihan antara kami sore itu di sebuah cafe.
“aku khwatir saat kamu tidak mengabari ku, aku gelisah ingin tahu keadaan mu. Namun, yang ada hari ini aku melihat kamu dan dia disini” tutur ku masih dengan berlinang air mata dan emosi yang tak mampu kendalikan dan aku pun memilih pergi meninggalkan kalian.

23:45 wita
37 panggilan tak terjawab 5 sms dan itu semua darimu Daus, aku tak mau tahu lagi apa alasanmu karena hati ku terlanjur sakit oleh pengkhianatanmu tadi. aku pun hanya membalas sms darimu dengan satu kalimat
“SELAMAT BERPISAH”

Cerpen Karangan: Chariskawulandari
Facebook: Chika Xendrhyidlhyu

TERIMA KASIH SENJA

Langit senja sudah menampakkan lembayungnya, burung-burung sudah berterbangan kembali ke sarangnya. sambil melambaikan tangan dan saling mengucapkan salam perpisahan, aku dan sahabatku berpisah untuk pulang kembali ke rumah.
“sampai jumpa besok raina! besok kita main perahu kertas lagi ya, disini!” ucapku sambil membawa sekantung plastik perahu kertas yang basah.
“dah gita! tunggu aku disini ya besok, jangan lupa besok kita buat perahu kertas yang banyak lagi!” lambai raina perlahan meninggalkanku pergi.
Setelah melihat raina pulang, aku pun bergegas pulang ke rumah.

Raina adalah sahabat baruku, aku dan dia baru mengenal tiga hari yang lalu. di taman ini di perairan danau. saat itu, aku sadang bermain perahu kertas di danau sambil menunggu senja tiba. tiba-tiba terdengar suara meminta bantuan. ku cari sumber suara itu, ternyata ada anak tenggelam di danau. aku ingin menolongnya, tapi aku tidak bisa berenang. namun, dengan akalku, aku menolong anak itu dengan perahu yang ada di pinggiran danau. akhirnya anak itu bisa ku selamatkan, namun dia dalam keadaan pingsan. Untung waktu aku kelas 7 smp, aku pernah mengikuti ekskul pmr. jadi, aku tau cara membangunkan orang pingsan.

Beberapa menit kemudian, dia sadarkan diri dan sejak saat itulah aku berkenalan dengan dia dan akhirnya menjadi sahabat. Ternyata dia menyukai langit senja, dia tenggalam karena penasaran dengan cahaya senja yang membias di perairan danau. tetapi dia tak menyalahkan senja, karena berkat senja dia bisa menemukan sahabat. aku juga menyukai senja, berkat senja juga aku bisa bertemu dengan raina yang kini menjadi sahabatku. setiap sore di danau ini aku dan raina bermain perahu kertas sampai senja tiba.

Cerpen Karangan: Mayadasari
Facebook: Mayadasari
mayadasari, siswi kelas 9a di smp negeri 1 pangkalan karawang, jawa barat

ULANG TAHUN KU

Nama ku Bunga… namaku memang terdengar cukup aneh namun sanggat berarti, nama lengkapku Bunga Aprillia. Namun kebanyakan orang memanggilku bunga, tak apa lah toh hanya sebuah panggilan, aku baru duduk di kelas 3 sekolah menenggah atas. umurku sekarang sudah mengginjak 16 tahun. seperti yang telah tertera di nama ku aku lahir di bulan april, tepatnya 16 april 1997.

Pagi itu sanggat hening…
seisi rumah kelihatan sama sekali tidak memperhatikanku, padahal hari itu aku berulang tahun yang ke-15 tahun. mereka seperti tidak ada yang ingin mengucapkan selamat ulang tahun pada ku. apakah mereka lupa akan hari ulang tahun ku? apakah mungkin mereka sengaja tidak mengingatnya? fikiran itu selalu mendatanggi ku. sontak saja aku pergi ke sekolah dengan perasaan kesal.

Sampai di sekolah ternyata temanku pipin sudah datang aku langsung menghampirinya.
“pipin” teriak ku.
“ciee yang ulang tahun seneng banget kayaknya” ucap pipin meledekku.
“hmmm…kado” menjulurkan tangganku pada pipin.
“tar kadonya nyusul, selamat ulang tahun ya semoga panjang umur dan sehat selalu” tersenyum padaku.
“makasih pipon” membalas senyum pipin.

Tak hanya pipin yang memeberi ucapan padaku teman-teman ku yang lain juga, namun tak bisa ku sebutkan satu persatu. bel istirahat telah berbunyi, aku dan teman-teman yang lain berhamburan ke kantin.
“yang ulang tahun biasanya traktir nih” ucap salah satu temanku.
“ya nih mana lupa bawa uang lagi, uangnya ketinggalan di kelas” tambah pipin.
“ya udah deh untuk hari ini kalian gua traktir” ucap ku.
“makasih bunga yang cantik banget” ucap pipin
“muji kalau ada mau nya aja ni bocah” jawabku.
“hhahahhaha” semua kecuali pipin.

Selesai makan kami pun kembali ke kelas, namun karena bel masuk belum berbunyi jadi kami duduk-duduk di selasar sekolah yang tak jauh dari kelasku. tak lama kami duduk-duduk dan bercerita disana bel masuk pun berbunyi, aku dan teman-teman ku pun masuk ke kelas.

Sejenak kekesalan dan kemarahan ku pada orangtua ku pun hilang, karena saat bersama mereka aku selalu merasa nyaman semua beban yang ada di fikiran ku pun hilang. mereka selalu bisa membuatku tersenyum dan menikmati hidup ini sebagaimana mestinya.

Bel pulang pun telah berbunyi, aku sanggat malas untuk pulang.
“bung kita duluan ya, kamu bawa motor kan” ucap salah satu temanku.
“ya bawa, kita jalan bentar yuk, males nih pulang ke rumah” ajak ku.
“maaf bung gak bisa kita pulang ini ada kerjaan” jawab mereka
“ajak pipin aja bung, kamu juga kan pulang sama dia” saran teman ku.
“oh iya” senyum.
“ya udah kita duluan ya, bye bunga selamat ulang tahun ya” ucap teman ku.
“ok makasih semua” ucapku melambaikan tanggan pada mereka.

Aku pun langsung mencari pipin, namun sedari tadi aku tidak melihatnya. apa mungkin dia sudah pulang duluan? guman ku dalam hati, aku pun mencarinya ke kelas namun sudah tidak ada orang. saat aku kembali ke parkiran ternyata dia sudah ada disana.
“pipinnn” teriak ku.
“ngapa kamu bung kesurupan?” ucapnya tanpa berdosa.
“kamu tadi dari mana, aku cariin di kelas gak ada?” tanya ku dengan sedikit membentak.
“ngapain juga kamu nyari aku ke kelas, aku tadi kan ke kantin dulu beli minum haus” ucapnya tersenyum.
“oh kita jalan aja yuk, males nih pulang ke rumah” ajak ku.
“ya gak bisa bung aku mau pergi sama papa” ucap pipin.
“ya udah deh kita pulang yuk” ajak ku.

Sehabis mengantar pipin aku dengan sanggat terpaksa pulang ke rumah, walau aku tidak ingin pulang karena masalah tadi tapi mau gimana lagi… hufss. sampai di rumah kelihatannya tidak ada orang, tidak biasanya pintu rumah ku tertutup seperti ini. aku langsung masuk dan membuka pintu…
“assalamualaikum” membuka pintu.
Namun tidak ada yang menjawab, sehabis membuka sepatuku aku langsung masuk dan menutup kembali pintu rumah dan ternyata..
“happy birtday bunga” ucap ibu ku yang muncul tiba-tiba membawa sebuah kue.
ayah, ibu, dan adik ku pun bernyanyi, aku sanggat senang semua yang aku fikirkan ternyata salah, mereka masih menggingat ulang tahunku.
“selamat ulang tahun sayang” ucap ayah memeluk ku.
“makasih yah” dengan nada yang sedikit lirih aku tak kuasa menahan tanggis.
“lah kok nangis, jangan nangis dong” ucap ayah ku.
“nih kak kadonya” ucap adik kecil ku memberikan sebuah kado.
“makasih dek” mengambilnya.
“nih tiup lilinnya dulu” ucap ibu ku.
“oh ya lupa” meniup lilin.
“semoga anak ibu menjadi anak yang baik dan bisa membangakan keluarga” ucap ibu ku penuh harap.
“ya bu terima kasih bu” mencium pipi ibu ku.

Saat itu begitu sangat spesial untukku, aku begitu merasakan kebahagian yang utuh dan ternyata ibu dan ayah ku memberi kado sebuah cincin dan boneka. sampai sekarang boneka yang diberikan mereka masih tersimpan rapi di kamarku, sedangkan cincinnya sudah melingkar di jari manisku.

Jika ku ingat saat-saat itu apakah bisa hal itu terulang kembali? jika ya, saat itu terulang kembali, apakah keluargaku masih lengkap seperti dulu? apakah aku bisa bahagia seperti saat itu? Fikiran-fikiran seperti itu selalu terlintas di benak ku. Aku juga tidak tahu apa jawabannya, semua ku ku serah kan pada allah. aku percaya allah selalu memberi yang terbaik untuk ku dan keluarga ku.
Ingin ku saat-saat itu terulang kembali walau dengan suasana yang berbeda, tapi dengan keluarga yang utuh dan dapat merasakan kebahagian itu kembali. bahagia yang sederhana, namun sungguh berarti.

Cerpen Karangan: Bunga Aprillia
@bungaaprillia16

3 sekawan berjuba merah

Triple best friend bernama Safari Anatasya Sarah dipanggil sara, gadis ini berumur 17 tahun lho.. Tepatnya 3 SMA. Anisya Rizqia tasya dipanggil Icha berumur 16 tahun tepatnya kelas 2 SMA dan Tisa Zhuraila dipanggil Tisa sudah jalan 16 seperti icha. hari ini mereka liburan sekolah hari pertama. Karena sedang hujan mereka jadi hanya berdiam diri saja di rumah sambil browsing atau bermain jejaring sosial.

3 sahabat ini sering Gowes saat hari minggu, biasanya mereka pergi ke Taman, Kebun Binatang, Kolam Renang ataupun ke tempat rekreasi lainnya. Maklum rumah mereka terletak di dekat tempat-tempat rekreasi. Selain itu mereka juga suka sama hal yang berbau misteri lho..

Siang ini Sara, Icha dan Tisa sedang mengobrol lewat chat facebook mereka. Mereka membicarakan tentang rencana berlibur hari kedua besok dimana?.

Percakapan antara Sara, Tisa dan Icha.

Sara: teman-teman kita besok ke mana nih.. bosan dirumah
Tisa: Iya, sama.. ra, aku sih kepingin banget pergi camping ke Hutan Marapis? Kan kita belum pernah camping bertiga? Kayaknya seru deh
Icha: Boleh juga tuh sa.. aku pengen sekalian menghirup udara segar dan mengambil beberapa daun obat-obatan disana.
Sara: Boleh.. juga tuh, kita perginya mau jam berapa?
Tisa: gimana kalau jam 8 aja?
Icha: emangnya kamu udah bangun jam segitu? (sambil meledek)
Tisa: udah dong.. cha!!
Sara: oke friend.. jadi kita ngumpul dirumah aku aja yaa
Tisa: Oke..
Icha: oke.. aku jam 07.30 udah datang kok 🙂
Sara: oke deh sa, cha.

lalu mereka pun log out dari akun facebook mereka masing-masing. Dan segera tidur siang agar nanti malam bisa menyiapkan perlengkapan besok ke perpustakaan daerah.

Tepat jam 17.00 sore Icha dan Tisa bangun, sementara Sarah sudah bangun dari jam 16.30 tadi, tepat jam 18.00 adzan maghrib pun berkumandang mereka pun shalat berjama’ah dengan keluarga mereka masing-masing. selesai sholat mereka makan lalu menyiapkan keperluan untuk pergi besok. Mereka ada yang membawa

-Kaca Pembesar
-Handphone
-Tali
-Alat perkakas yang ringan
-kompas
-Peta-Senter
-Baju ganti
-Kamera
-Tenda Besar
-Alat untuk mandi
-Alat sholat
-Jaket tebal
-Peralatan Makan
-Peralatan Masak
-Korek Api
-Sarung Tangan
-Topi
-Ponco
-Kantung Tidur
-Obat-Obatan
Ada yang membawa beberapa makanan
-Telur
-Beras
-Makanan Ringan
-Susu Bubuk
-Indomie
-Sosis
-Tempe
-Tahu
-Permen
-Kopi
-Teh
-Air Mineral
-Marshmallow
-Coklat
-Ayam yang sudah siap digoreng
-Bumbu masak
-Ikan Goreng yang sudah siap dimasak
Dan minyak goreng, serta bahan-bahan lainnya.

Selesai itu mereka menyiapkan pakaian untuk pergi besok, Sarah menyiapkan baju Kaos lengan panjang berwarna biru tua cerah, celana jeans biru, dan kerudung segi empat biru muda. sementara Icha dia menyiapkan baju kaos pendek berwarna putih dengan gambar K-ON anime favoritnya, Jaket warna Merah muda yang tidak terlalu tebal, celana jeans hitam. serta kerudung persegi warna merah muda. Dan Tisa.. dia meyiapkan baju terusan dengan garis-garis putih dan ungu muda serta kerudung warna putih dan celana jeans warna putih dan tidak lupa topi bertulisan “Woles” warna merah.
Mereka sepakat memakai sepatu warna putih bertali agar kompak, jam sudah menunjukkan pukul 21.00 mereka pun tidur agar bisa bangun awal, semuanya telah masuk ke alam mimpi yang berbeda-beda…

Tepat jam 05.00 Tisa sudah bangun, sedangkan sara dan icha bangun pada pukul 05.30. Setelah bangun mereka pun merapikan tempat tidur, lalu mereka sholat subuh, lalu mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi, setelah itu memakai baju yang sudah mereka siapkan dan memeriksa keperluan-keperluan yang akan dibawa apakah sudah siap tersedia semuanya.

Jam 07.00 pun Tisa dan Icha pergi ke rumah Sara yang lumayan jauh menggunakan mobil angkutan mereka masing-masing. Tepat jam 07.30 pun mereka sudah sampai di depan rumah sara. Tisa pun memencet bel rumah sara, dan bunyinya.. “Ting Tong” “Ting Tong”. Pembantu sara yang bernama Bi Nisa pun segera membukakan pintu rumah. Bi Nisa pun menyuruh mereka masuk “Dik, silahkan masuk dulu… Saranya sedang di kamar tuh, sebentar lagi turun kok”. “Baiklah, terima kasih bi” kata Tisa dan icha dengan sebuah senyum.

Tak lama kemudian.. Sara pun turun dari tangga, dan segera menghampiri teman-temannya yang sedang duduk menunggu kehadiran dirinya. Sara berkata.. “Kalian udah sarapan belum teman-teman?”, “Udah kok..” jawab Tisa dan Icha serempak. “Oke deh kalau gitu kita langsung aja ya ke Hutan Mastiranya?” “Ayok..” Jawab Icha dan Tisa serempak lagi.

Mereka pun berangkat menggunakan mobil shara.. 2 jam kemudian pun mereka sampai di Hutan Mastira, setelah mobil shara pergi icha, Shara, Tisa pun berteriak girang “Yeayy… nyampai juga kita”, setelah itu mereka berjalan-jalan mencari lokasi yang sesuai untuk halaman perkemahan mereka

Tisa pun menemukan tempat yang sesuai, Tempatnya lumayan teduh dan banyak pepohonan rimbun mengelilingi area tersebut. Sesaat kemudian Tisa, Shara dan Icha pun mendirikan Tendanya, dan mengeluarkan semua perlengkapan mereka dan merapikaannya. Setelah itu Icha ingin berjalan-jalan dahulu untuk mencari mata air terdekat, sementara Tisa menemani icha untuk mencari mata air sekalian ingin melihat keaadan hutan tersebut. Sedangkan Shara dia bertugas menjaga tenda, merapikan, menata tempat tidur mereka, setelah itu Shara pun mencari sedikit kayu atau ranting yang patah untuk membuat api unggun nanti malam. Lalu Shara juga duduk-duduk sambil mengamati lingkungan hutan mastira yang agak suram.

Tak terasa jam pun sudah pukul 10.00, Shara, tiba-tiba mendengar suara orang memelas “Tolong… tolonglah aku” tiba-tiba shara melihat seorang gadis yang memakai jubah berwarna merah dengan tongkatnya berjalan menghampirinya, Saat shara hampiri dan Shara pun terkejut melihat muka gadis itu. Mendadak shara pun pingsan. Akhirnya Shara pun terkulai tak berdaya di atas tanah, Lalu gadis tadi pun hilang sekejap mata, tanpa jejaknya…

Beberapa menit kemudian icha dan tisa pun datang, mereka agak cemas karena melihat shara pingsan. Tisa dan icha pun mencoba membangunkannya tapi berselang 10 menit kemudian Shara tak kunjung bangun juga. Untung icha membawa minyak kayu putih dan segera mengoleskannya ke hidung shara. Untunglah shara segera siuman, karena teman-temannya agak merasa panik.

Icha pun bertanya “shar, kamu kok bisa pingsan sih? Kenapa?”, shara menjawab “Anu.. tadi aku lihat sosok gadis berjubah merah dengan muka yang seram, mukanya seperti hantu” jawab shara. “apa…?” kata icha. “Hush.. Jangan ngaco deh!!” kata tisa. “Kamu yakin shar?” tanya tisa, “iya.. Tadi aku lihat emang, makanya aku shock jadi pingsan deh”. “mungkin itu halusinasi kamu kali”. “bisa jadi tisa.. aku memang agak kecapekkan” kata shara, “iya, mending kamu minum teh dulu deh, terus istirahat, nanti kalau kamu sakit kan kita semua kepayahan” kata Tisa.. “Baiklah, makasih tis” kata shara. “oke shar” jawab tisa.

Tisa pun heran mengapa icha dari tadi diam “Cha? Kok kamu diam melulu sih?”. “Gak apa-apa tis” jawab icha “oh ya sudahlah.” jawab tisa.

Semuanya telah sepakat untuk tidur, dan mereka pun tak lama kemudian telah terlelap. Tak mereka sadari bahwa gadis berjubah merah tadi duduk masuk di dalam tenda memperhatikan icha dan shara. Jam 12 pas pun icha terbangun dia melihat bayangan orang mendekati tenda mereka.. Dia memakai jubah merah dan mukanya menunduk sehingga terihat tidak terlalu jelas.. Tiba-tiba pandangan icha teralihkan dengan bangunnya shara dan tisa.. Icha pun melihat lagi apakah gadis tadi masih ada. Ternyata tidak ada lagi. Lalu icha pun mengajak tisa dan shara mandi “Shar, tisa mandi yuk.. Gerah nih?” ajak icha, “ayo…” kata shara dan tisa.

Sarah dan Tisa pun mandi ke sungai.. sesampainya disana sarah mencelupkan kakinya ke air.. “Wah.. Ternyata airnya hangat tis” kata shara. “Iya shar”. Ternyata airnya luamayan hangat (daripada lu manyun), ditambah pemandangan indah, sinar matahari masuk lewat celah-celah daun pohon yang rimbun, serta air sungai yang jernih sangat mendukung untuk membersihkan badan.

Sementara Sarah dan Tisa mandi, Icha pun menunngu di tenda, tiba-tiba bayangan Gadis berjubah merah muncul. Dan sesaat kemudian icha mendengar gadis tersebut menyanyikan lagu “LENGSER WENGI” dengan nada yang sedih.. Seperti meratapi, Icha pun bergidik ngeri. Lalu dia bertanya “Si.. siapa I.. Itu?”.
Tiba-tiba Gadis tadi memasuki tubuh icha, dan sekejap icha pun melihat semuanya.. Icha benar-benar terkejut.. “sangat sadis” katanya.

Jadi ceritanya begini..”Pada Tahun 1990.. seorang mahasiswi di salah satu universitas bernama “Universitas Cakra Jaya” pada pukul 5 sore pulang sekolah melewati jalan pintas terdekat untuk ke rumahnya.. Yaitu sebuah jalan kecil di hutan mastira. Dia bernama “Christina Xavier Ellatana” panggilannya “VIE”. Waktu itu dia berumur 19 tahun, dia tiba-tiba saja tertarik ingin masuk ke hutan mastira karena mendengar suara-suara aneh seperti ini “Tolong…” “Hihhiii…” “Hahahaha” dan lain-lain.

Saat dia memasuki hutan tersebut.. Tiba-tiba dia melihat sosok gadis berjalan melewatinya.. karena penasaran vie pun mengikutinya, saat gadis itu berhenti di tempat sebuah pohon yang aneh.. Pohon tersebut bercabang-cabang membentuk segitiga. Tiba-tiba gadis tersebut menyentuh pohon tersebut dan terpeleset lalu jatuh pingsan. Saat bangun dia merasakan tubuhnya terasa ringan. Ada sekitar milyaran orang di sekitarnya mengambang, dan penasaran. Dia bertanya kepada anak gadis berkuncir 1. Katanya mereka semua disini merupakan korban dari seorang penyihir yang gila dan lupa ingatan menjadi “peminum darah segar” sudah milyaran orang menjadi korban. Di antara milyaran orang tersebut hanya ada 10 orang yang bisa berwujud manusia atau arwah untuk meminta bantuan. konon katanya Mereka semua disitu bisa hidup kembali tapi di dimensi lain, dengan syarat mereka harus mengalahkan penyihir tersebut dan harus nmenemukan dimana letak jasad-jasad mereka.

Dan Vie termasuk dari 10 orang tersebut, dia pun menyamar dengan memakai jubah merah karena tidak bisa terkena matahari langsung, karena jika hal itu terjadi dia akan terbakar. Sampai suatu ketika dia bertemu icha dan memberitahukan kepadanya

Lalu icha pun mendengar bisikan di kepalanya.. Vie meminta bantuannya, namun sayangnya dia Belum Mandi… Lalu teman-temannya pun datang. setelah itu icha pun menceritakan semuanya. teman-temannya begitu terkejut terutama sarah yang pertama kali melihatnya. Akhirnya icha pun mengundur waktu untuknya bermandi, biarlah dia mengutamakan menolong orang dahulu.

Mereka pun membawa alat-alat yang diperlukan dan mengunci tanda serta semua alat-alat dan barang-barang lainnya. Mereka pun berjalan ke arah barat dan menemukan sebuah pohon segitiga, sesaat icha menyentuhnya, dia pun dapat melihat semua orang yang arwahnya penasaran. Begitu pula disusuli oleh tisa dan shara. Shara serasa ingin pingsan walaupun umurnya paling tua tetapi dia paling takut dengan hantu. sesaat tiba-tiba dia bertemu dengan penyihir itu. Dan Icha pun ingat Mantra yang dibisikkan oleh vie tadi. Tiba-tiba icha melompat dan menerjang nenek itu tetapi serangan icha gagal.. Dia pun meminta bantuan teman-temannya untuk bersatu dan mereka pun bersatu membaca mantra “Terra Ta! Na tara, sukido amino yaruku! Kisukitse!” Blaar.. Penyihir itu hilang sekejap terbawa angin. Lalu orang-orang arwah penasaran yang jumlahnya milyaran pun hilang terbawa angin.

Vie pun berterima kasih kepada Icha, Sarah dan Tisa, sebagai hadiah Vie memberikan Kalung berbatu rubi warna ungu untuk icha, pink untuk tisa, dan hijau untuk sarah. Vie berpesan jika merek perlu bantuan maka genggamlah batu tersebut lalu sebut nama VIE dan vie akan bisa berbicara dengan mereka lewat hati mereka.

Karena masalah selesai, mereka pu mengadakan pesta api unggun, membakar jangung, sosis dan marshmallow, serta menyanyi-nyanyi. Sesaat tiba-tiba ada seorang anak duduk di samping tisa dan membisikkan tisa sesuatu “Tolong aku.. bantu aku mencari ibuku. Jangan takut… Aku arwah yang baik”, petualangan baru pun baru saja dimulai.

Cerpen Karangan: Nurul Shivani
Facebook: Nurul Shivani
Hai semuanya, namaku Nurul Shivani, sekarang aku kelas 2 smp. Tepatnya aku bersekolah di MTsN2 Pontianak Kota. Aku lahir di Kalimantan Barat, tepatnya di pontianak pada 13-desember-2000. Hobiku adalah Menulis, memebaca, menonton tv, berenang, dan menggambar manga. Jika kalian senang baca ceritaku atau ingin kenal lebih dekat denganku add fb-ku: Nurul Shivani, dan Follow twitterku @Shiva_shivers, email-ku :nurul_shivani[-at-]ymail.com,

Thank’s udah baca cerita aku.. semoga kalian terinspirasi ya ^^

ketika cinta harus berbeda

Mentari bersinar terang, aku pun bergegas mandi dan langsung melaksanakan shalat subuh. Yaa, itu kebiasaan aku setiap pagi, lalu aku bersarapan bersama ayah dan bunda ku lalu, setelah itu, aku pun berangkat sekolah.

Di sekolah
Yaa.. aku suka dengan teman sekelasku, Sebut saja namanya, Irsyad. Ya menurutku, dia baik, sholeh. Tapi, sahabatku juga menyukainya, ya itulah ceritanya.

Disaat aku masuk kelas, aku dikejutkan dengan berita dari temanku.
“Ehh.. lif, lu tau gak, Si Irsyad kan baru jadian sama Anya loohh..” Kata temanku
“Iya? Oh.. ya udah atuh.. selamat aja, aku juga ikut bahagia” Jawab aku, sebenarnya, hati aku hancur berkeping-keping pas tau dia jadian sama sahabat aku sendiri.

Sehabis itu. aku langsung ngucapin selamat sama sahabatku ya.. dia Anya
“Selamat ya Anya, semoga langgeng” mata aku mulai berkaca-kaca, lalu tanpa mendengar jawaban Anya, aku langsung bergegas keluar kelas, lalu ke kamar mandi, supaya tidak ada satu pun orang yang melihatku menangis.

“Yaa, kasihan banget ya, gue, ell.” Jelasku terhadap Elida, ya elida juga sahabatku, dia selalu ngedengerin curhatan curhatan aku.
“Udah lif, kamu gak boleh sedih, Kan kamu cewek yang tegar, ramah, murah senyum, masa cuman gara gara ini aja, kamu nangis?” jelas Elida
“Tapi ell, aku gak kuat ell, sahabat aku sendiri kayak gini sama aku, apa aku gak pantes dicintai ya?”
“Kamu pantes kok lif, udah, kamu jangan sedih terus.”
“iya ell. makasih nasihatnya”

2 minggu pun berlalu..
Ternyata, Irsyad Putus sama Anya..

Baru juga masuk ke kelas, elida sudah memanggilku.
“Alifia, alifia” teriak elida
“Ya.. ada apa ell? Teriak teriak?”
“Si Irsyad udah putus noh, sama si Anya.”
“Iya? ya Allah, terus si anya nya gimana?”
“Udahlah gak usah mentingin dia lif, dia kan udah bikin kamu sakit hati, kamu kok masih aja belain dan peduli sama dia?”
“Ell.. bagaimanapun, dia sahabat aku ell”
“Sahabat macam apa dia, nusuk kamu dari belakang?”
“Udahlah biarin ell.. Kan itu udah berlalu..”
“Iya, lif kenapa kamu gak nembak Irsyad aja?”
“Gak ell.. gak bisa.. mana mungkin aku nembak dia, dia juga gak akan suka sama aku.”
“Coba ajaa.”

“Hai, Alifia.” sapa irsyad
“oh.. hai.. Ada apa? Tumben manggil.”
“Gak papa kok.”
“oohh..”
“Lif, memangnya kamu suka sama aku?”
DEG! jantung ini serasa berhenti sejenak.. Apa yang harus aku katakan sama Irsyad?
“Enggak kok Syad, lagian aku juga nyadar kok kalau aku gak pantes buat kamu.”
“Oh”
Cuma kata “Oh” saja?
Ya Allah.. rasanya hati ini remuk.

Keesokannya..
Ternyata Irsyad sudah tau kalau aku suka sama dia dari dulu.
Ya Allah, apa yang bakalan terjadi?
Ternyata benar, apa yang aku Fikirkan terjadi.

“Eh, lif jujur deh, lu suka kan sama gua?”
“Iya. Syad, tapi aku udah coba buat lupain kamu kok, aku nyadar aku gak pantes buat kamu, aku gak secantik Anya.”
“Oh.. bagus deh kalau kamu nyadar.”
“Iya.”
Ya Allah, ternyata? Dia? Astagfirullah, Irsyad, kenapa kamu tega kayak gini sama aku?

“Oke Syad, aku bakalan lupain kamu.”
“Kamu, aku bakalan lupain kamu, Syad walaupun ini berat buat aku, ini demi kebaikan kamu, Maaf Syad, aku pergi.”

Aku pun menangis setiap mengingat kejadian itu.

Aku menulis sebuah puisi untuk dia yang berjudul “Kamu”
“Kamu”

Hey.. iya, kamu.
Kamu kenapa sih jauhin aku?
Aku tau kok, aku gak sempurna..
Aku jelek.. Gak seperti dia..
Aku tau..
Tapi, apakah ini jawaban atas semua rasa sayang aku ke kamu?
Iya Syad, aku juga bakalan berusaha melupakan mu ..
Walaupun menurutku, melupakan mu butuh waktuku seumur hidup.. aku bakalan berusaha..
Makasih Syad, atas luka yang telah kau beri
Makasih Syad
Maafkan atas perasaanku ini
Maaf.. Aku pergi
Pergi dengan serpihan hati yang patah karenamu

Alifia

KAULAH CINTA TERAKHIRKU

Handphoneku bergetar tanda pesan singkat masuk, tertera di layar ‘sayangku’ yang mengirim pesan itu.
“besok kamu akan aku jemput jam 10 tepat. tampillah cantik di hadapanku, aku akan membawamu ke suatu tempat yang sangat indah”
lekukan indah di bibirku tak mampu aku tahan setelah aku membaca pesan singkat itu. pacarku ini memang jarang sekali punya waktu untukku, wajar saja aku sangat senang jika ia mengajakku jalan seperti ini.

Keesokan harinya, sinar sang surya masuk melalui celah-celah kamarku. Ya Tuhan ini sudah siang sekali, jam dinding di kamarku sudah menunjukan pukul 8 pagi. aku segera membereskan kamarku dan bergegas mandi lalu siap tampil cantik di hadapan lelaki yang sangat aku sayangi.

Jarum jam menunjukan pukul 9.45 aku sudah siap dengan gaun sederhana namun terlihat anggun dan cocok di tubuhku. tak lama, suara klakson motor terdengar, ku buka jendela terlihat sesosok lelaki tampan melemparkan senyuman ke arahku. aku bergegas meneminya di depan, dan aku pun meluncur ke tempat yang sudah ia siapkan untukku.

“taman yang cantik” satu kalimat yang ada di otakku ketika aku sampai di tempat yang ia maksud
“bagaimana, kamu suka?” tanyanya, aku menganggukan kepalaku lalu tersenyum.

Ku lewati siang ini dengan berbincang dan menikmati pemandangan yang indah bersamanya, aku harap ini akan terjadi terus menerus kepadaku karena aku sangat menginginkan momen ini.

Tuhan mendengar doaku, satu bulan belakangan ini ia lebih banyak meluangkan waktu bersamaku daripada dengan berkas-berkas penting di kantor. mungkin ia sudah mulai penat dengan kesibukannya, aku senang kini aku punya banyak waktu bersamanya. malam ini aku mempunyai rencana untuk makan malam bersamanya di sebuah restoran, dan kini aku sudah siap. setibanya di restoran kami langsung memesan makanan seraya menunggu aku membuka percakapan dengan menanyakan apa yang akan ia berikan sebagai kado ulang tahunku, karena 2 hari lagi aku akan berulang tahun.
Ia tersenyum mendengar pertanyaanku “aku gak akan ngasih tau kamu apa yang akan aku kadoin ke kamu, yang pasti kado ini akan bikin kamu bahagia.” jawabannya membuatku penasaran, aku bertanya lagi dan mendesaknya untuk memberitahu tapi ia tetap pada pendiriannya ia tidak akan memberitahuku. aku pun mengalah, ku biarkan hadiah ulang tahunku tak aku ketahui dahulu, pasti ia mempunyai sebuah rencana yang akan membuatku terharu.

Tepat pukul 00.00 hari ulang tahunku, ia mengirimkan pesan singkat kepadaku “selamat ulang tahun sayang, semoga kamu menjadi sesosok wanita yang lebih baik lagi dan semakin sayang sama aku. besok aku tunggu kamu di taman yang sebulan lalu kita datangi jam 10. jangan terlambat ya sayang! aku sayang kamu, kamulah cinta terakhir dalam hidupku”
“terima kasih sayang atas doanya, aku pasti tidak akan terlambat, aku juga sayang sekali sama kamu dan kamu adalah matahari di hidupku” balasku. ku letakkan handphoneku kembali di meja dekat kasurku, ku rebahkan tubuhku dan aku mencoba memejamkan mataku dengan sejuta pertanyaan yang hinggap di otakku.

Pukul 02.00 dini hari, bel rumahku berbunyi. dengan mata yang masih ngekantuk aku berjalan dan membukakan pintu, terlihat di depan pintu sesosok lelaki yang sangat aku cintai bertamu ke rumahku.
“sayang, ada apa kamu ke rumahku malam-malam seperti ini? ayo masuk, di luar sangat dingin” ucapku memegang tangannya. tangannya dingin seperti salju, ia hanya menggelengkan kepala lalu ia pun duduk di bangku teras rumahku. wajahnya pucat pasi aku mulai khawatir dengan keadaannya “kamu sakit? wajahmu pucat” tanyaku, ia hanya menatapku dalam. penuh dengan makna yang tidak aku mengerti, ia berbeda sungguh berbeda.
“mau aku buatkan teh atau coklat panas?” tanyaku lagi, ia hanya tersenyum dan memandangku tajam, wajahnya bercahaya. sungguh, ia sangat tampan walaupun wajahnya pucat. tak lama ia berdiri, aku pun menyusul. dia menggenggam tanganku, lalu berbisik “aku sangat mencintaimu, kamu adalah cinta terakhir dalam hidupku. selamat ulang tahun sayang” kalimat itu diiringin dengan lekukan manis di bibirnya
“aku juga sangat mencintaimu” ia mencium keningku. lalu berjalan menyusuri jalanan gelap seorang diri, karena rasa dingin yang tak bisa kutahan aku memutuskan untuk kembali ke kamar. ia berbeda, tak biasanya jam 02.00 dini hari ini ia ke rumahku.

Keesokan harinya, dering telfon membangunkanku. aku menjawabnya terdengar suara seorang perempuan menangis terisak-isak di kejauhan sana
“maaf ini siapa?” tanyaku
“ini mamahnya reno (pacarku) benar ini flesya?”
“ia benar tante. ada apa ya tante?”
“kamu datang sekarang ya ke rumah reno, supir tante sudah tante suruh menjemputmu” ucap mamahnya reno lalu telefon itu terputus.

Aku segera membersihkan badan dan tak lama jemputan itu datang. setibanya di rumah reno, terlihat sesosok orang yang sangat aku cintai sudah terbujur kaku tak bernyawa. meninggalkan aku dan semua kenangan kami di dunia ini menjadi sebuah lembaran. air mataku menetes, membuat sungai kecil di pipiku. aku menghapiri mamahnya reno, mamah reno pun menjelaskan semuanya kepadaku. jantungku serasa ingin copot ketika aku tahu reno meninggal jam 01.00 dini hari, sedangkan tadi malam. tadi malam reno datang ke rumahku pukul 02.00 dini hari, mamah reno tak percaya mendengar ucapanku tapi itulah yang aku alami. setelah mengikuti pemakaman reno aku pun pulang. hanya duka mendalam yang aku rasakan di hari ulang tahunku saat ini.

3 hari telah berlalu, rasa duka masih menyelimuti hatiku. kalau aku bisa membuat permohonan aku akan memohon kembalikan reno di pelukanku Tuhan. aku sangat merindukannya, merindukan senyum manisnya dan kelembutannya. aku ingat, aku belum sempat ke taman tersebut. aku pergi ke taman itu, ku lihat bunga mawar yang sudah layu memenuhi taman itu. ketika aku duduk, hatiku terpukul. aku ingin berteriak, aku ingin memeluk reno saat ini. pasti ini kado yang ia sediakan untukku sebuah kata “WILL YOU MARRY ME?” dengan bertintakan bunga mawar merah di taman yang luas ini. air mataku tak terbendungkan, aku menangis terisak-isak, aku semakin merindukan reno. tiba-tiba seorang penjaga taman datang menghampiriku.
“mbak flesya bukan?”
“iya, flesya saya. ada apa ya?”
“ini ada titipan kotak dari 3 hari yang lalu tapi mbaknya baru hadir sekarang!”
“terima kasih ya”
“iya sama-sama mbak”

Kotak berwarna merah hati yang beruliskan ‘untuk kekasihku’
Ku buka, kotak itu beisi cincin emas yang cantik dan di bawahnya ada sebuah kertas yang berisikan
‘aku tidak tau harus berkata apa, lidahku kelu, otakku tak mampu berfikir untuk merangkai kata, penaku pun sudah lelah menuliskan kata. aku hanya ingin kamu tahu, bahwa kaulah orang yang sangat aku cintai. jika ibumu masih ada di dunia ini aku akan mengucapkan terima kasih karena telah melahirkan sesosok perempuan yang bisa mengerti aku dan menerima aku apa adanya. aku mencintai kamu. menikahlah denganku, karena aku yakin kaulah bidadari yang tuhan kirimkan untuk menemani hidupku’ aku semakin merindukannya.

“Rennoooooooo

KEPERGIAN YANG TAK TERDUGA

Sabtu pagi ada kabar bahwa ayah saya kecelakaan tepatnya di jl. baru mamuju, setelah pulang sekolah hujan gerimis terus mengguyur wilayah di mamuju. pas jam 04.23 wib aku disuruh oleh tante saya yang kebetulan rumahnya aku tumpangi, tente saya menyuruh saya untuk pergi menengok ayah saya di rumahnya, pasti pada heran deh kenapa saya lebih memilih tinggal bersama tante di banding sama ayah sendiri? itu dikarenakan saya sangat membenci ayah saya.

Setelah beberapa menit di perjalanan akhirnya saya sampai di tempat tujuan, sesampainya disana jujur saya sagat sedih melihat kondisi ayah saya yang terbaring lemah, tidak lama kemudian aku pun mengulurkan tanganku untk memijit badan ayah saya, jujur waktu itu aku benci sama ayah saya tapi aku juga sedih melihat kondisinya.

Setelah beberapa jam kemudian aku memutuskan untuk tidur dan ternyata aku belum makan, dengan sangat mengeluhnya aku meminta uang di ayahku untuk beli roti dan minumnya, ayahku pun memberikannya padaku aku pun pergi, tidak lama kemudian aku pun kembali, ayahku ternyata sudah tidur pulas sedangkan aku memutuskan untuk memakan roti dan minumannya sendiri.

Keesoakan harinya jam 05.12 aku bangun dan melihat ayah ku yang tengah sholat dengan keadaan yang terlihat kaku, aku begitu sedih dan aku juga rasanya ingin meninggalkan ayahku, keesokan harinya aku memutuskan untuk pergi dan aku sangat mengeluh ke ayahku untuk kembali ke rumah tanteku, ayah ku pun mengizinkan aku.

Setelah beberapa hari, ayahku sudah pulih dan kembali mencari uang seperti biasanya, ketika aku kehabisan uang aku pun langsung meminta ke ayahku dengan cara yang kasar, ayah ku pun memberikannya dengan cara datang ke sekolahku.

2 minggu sudah lewat tidak lama lagi ujian penentuan kelulusan dari SMP akan aku hadapi, dengan tekunnya aku belajar di tengah derasnya hujan yang membuatku heran dan bertanya-tanya “kenapa satu harian ini hujannya gak berhenti-berhenti padahal baju yang akan saya pakai untuk ujian besok belum kering”.

Jam 10.00 pagi tiba-tiba sepupu saya muntah-muntah, dan aku pun disuruh untuk mencari taxi, tanpa menggunakan alas kaki aku berlari dengan sangat panik di tengah teriknya matahari, tidak lama kemudian taxinya sudah saya dapat dan tante sama sepupu saya naik di taxi tersebut aku pun kembali ke rumah, karena saya bosan di rumah aku pun pergi jalan-jalan ke tetangga terdekat untuk cerita-cerita dan bermain untuk hibur diri.

Setelah beberapa jam tante dan sepupuku sudah datang, dari atas loteng sepupuku memanggilku dengan wajah yang tidak seperti biasanya aku pun naik ke rumah dan berkata “ada apa? tumben manggil aku segitunya” lalu sepupuku berkata “kamu yang sabar yah dek?” hal itu membuat aku semakin bertanya tanya ada apa sebenarnya? namun ternyata sepupu saya tidak memberitahukan saya dengan alasan dia dilarang oleh ibunya karena ibunya tidak mau aku sedih dan tidak pergi ujian penentuan kelulusan, aku terus bertanya-tanya ada apa?

Jam 06.00 minggu pas adzan maghrib dan keesokan harinya adalah hari senin dimana pada hari itu saya ujian, pada jam 06.00 itu aku dapat kabar dari tante yang ada di kampung bahwa ayah saya sudah meninggal betapa pada saat itu perasaan saya sangat campur aduk, aku pun langsung turun tangga dan memeluk sang kakak sepupu yang lagi masak dan aku berkata “kak ayahku meninggal..” kakak sepupuku pun langsung memelukku dan berkata “kamu harus sabar dek”

Tidak lama kemudian aku menelpon ibu saya “bu ayah kenapa?” dengan tersedu-sedu, lalu ibu saya berkata “kamu harus belajar dengan baik besok kamu sudah ujian nak” tanpa ada kata aku pun langsung menutup telpon tersebut. aku hanya bisa menangis. aku ingin pergi melihat wajah terakhir ayahku namun aku tidak kesampaian.

Aku selalu terhantui oleh rasa bersalahku ke ayahku yang dulu aku sangat membencinya selalu kurang ajar.. ingin rasanya ku memeluknya untuk terakhir kalinya, hanya aku anaknya sendiri yang tidak melihat jenazah terakhir ayahku.

Keesokan harinya aku sudah UN tentu saja aku tidak konsen pas jam 09.00 ayah ku sudah dikubur, sedangkan aku sementara jam istirahat di sekolah, teman-temanku hanya bisa membelai rambutku dan turut berduka cita.

Tidak lama kemudian bell tanda pulang pun berbunyi, aku pun pulang dengan sepupuku. sesampainya di rumah aku pun wudhu lalu membacakan ayat-ayat suci al-quran untuk ayahku dengan bercucuran air mata yang membasahi al-quran aku pun membacanya.

Tidak lama kemudian aku pun tertidur dan teringat oleh bayang-banyangan ayahku yang dulu selalu menyayngiku sedangkan aku tidak memperdulikannhya, sungguh kepergian mu tak terduga ayah,..

(SEKIAN)

KENANGAN YANG TAK TERLUPAKAN

Seperti judul di atas, aku akan berbagi pengalaman ku yang sangat tak terlupakan untukku, peristiwa ini ku alami waktu aku pertama masuk sekolah SMP itu. Saat itu aku masuk sekolah pertama ku yang sekarang menjadi berseragam putih biru. Saat aku masuk kelas ternyata ada seorang wanita, dia sangat anggun, cantik dan sepertinya dia baik, pikirku, aku pun duduk di bangku sebelah dia.

Awalnya sih aku ingin sekali berkenalan dengan dia, mungkin waktu itu aku masih kecil jadi aku masih malu malu untuk berkenalan dengan dia, namun karena aku sangat ingin berkenalan dengan dia, aku pun berkenalan dengannya dengan memberanikan diriku walau saat itu aku sangat gugup.

Aku mendekatinya terus dan saat waktunya aku pun berkenalan dengan dia. dengan gugup aku pun menyapanya. “hay” sapaku, “hay juga” dibalasnya dengan senyuman yang sangat imut sekali, “bolehkan kita berkenalan?” dengan bicara lumayan gugup aku menanyanya. “yah boleh dong” ucapnya, hatiku pun sangat senang sekali, “namamu siapa?” tanyaku, “putri, kamu?” dengan menjawab dan menanya kembali, “wow cantik sekali namamu seperti orangnya, hehe namaku ryan.” candaku dengan menjawab pertanyaan dari dia.

Singkat cerita kami telah duduk di bangku kelas 2 smp, dan disitu tumbuh rasa sayang pada putri, dengan modal keberanian aku ingin sekali menjadi pendamping hidupnya. Saat kelas 2 semester 2, aku memberanikan diri untuk menembaknya, aku bawa dia ke taman sekolah dan aku pun menembaknya, “put apakah kamu mau jadi pacar aku?” pintaku dengan gugup. putri sangat lama berpikir, kuulangi kalimat itu berulang ulang kali, dan putri pun menjawabnya “iya aku mau yan” dengan muka yang malu dan gugup juga putri menjawabnya, hatiku sangat senang dan berbunga bunga, disitu pun kami berhubungan sampai sekarang.

Sekian cerpen dariku, mungkin indah untukku, tapi tidak tahu untukmu, namaku rifky alwy febriansyah. thank for reading

AKU TIDAK PUNYA TEMAN

Jam menunjukan pukul 06.55. Seorang gadis muda tampak berlari-lari dari arah barat. Hampir saja ia terjatuh ketika tersandung sebuah batu kecil. Ia terus berlari walau ia tahu bahwa jalanan licin karena hujan semalam. Hingga tiba ia di sebuah tikungan sempit dalam gang dan ia terpeleset, alhasil kali ini ia jatuh dengan sukses. Namun tak menunggu waktu lama, ia segera bangkit, membersihkan rok panjangnya sebentar dan berlari kembali. Sampai juga ia di tempat yang dituju, sekolah.

“Pak satpam tunggu sebentar! Jangan ditutup dulu gerbangnya.” katanya dengan wajah panik saat melihat satpam sekolahnya menutup gerbang depan.
“Oh, kamu Nessa, sudah berapa kali kamu terlambat minggu ini, hah?! Sebenarnya aku enggan mengijinkan anak yang terlambat walau hanya satu menit untuk masuk. Tapi kali ini kau ku bolehkan masuk dan ingat, tak ada toleransi lagi lain kali.” pak satpam yang terkenal galak itu membuka gerbang kembali dan mengijinkan gadis itu masuk.
“Terimakasih banyak pak!” teriak gadis itu kegirangan sambil berlari masuk kelas. Sekilas Nessa melirik Rio, teman basketnya yang menawan.

Vanessa Alexandra Ibrahim merupakan nama lengkap dari Nessa, gadis yang sekarang duduk di kelas XI SMA. Ia anak pertama dari lima bersaudara, semua adiknya laki-laki. Ia tinggi kurus berkulit sawo matang dengan potongan rambut pendek lurus hampir seperti anak lelaki. Sudah beberapa hari ini ia datang terlambat ke sekolah, entah apa sebabnya.

Hidup Nessa mungkin bisa dibilang tak begitu menyenangkan seperti teman-teman sebayanya. Saat SMP, kedua orangtuanya bercerai, ayahnya meninggalkan mereka tanpa uang sepeser pun. Ibunya memutuskan untuk pindah ke kota lain dan memulai hidup baru walaupun sederhana. Di sekolah, Nessa bergabung dengan tim basket, olahraga favoritenya yang telah ditekuni semenjak SD kelas empat.

“Hai Nessa, enggak terlambat lagi? tanya Nina, teman sebangku sekaligus sesama tim basket SMA dengan nada bercanda.
Nessa hanya menjawab dengan senyuman. Ia segera mengeluarkan buku matematika, pelajaran pertama hari itu. Pak Sato guru matematika mereka terlihat masuk kelas.
“Ulangan minggu kemarin sudah bapak periksa dan akan bapak bagikan hasilnya sekarang, selamat Nessa kamu satu-satunya yang mendapat nilai sempurna, seratus.” kata Pak Sato mengawali pertemuan hari itu.
Sebagian anak bertepuk tangan untuk Nessa. Ada yang menatap iri padanya. Ada pula yang melongo tidak percaya. Bagaimana mungkin seorang anak miskin yang selalu datang terlambat dan bau keringat bisa mendapat nilai matematika terbaik di kelas. Begitu pikir sebagian anak. Sementara sisa anggota kelas yang lain tidak peduli apa yang terjadi. Sementara Nessa hanya tersenyum garing. Ada sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya. Tapi hanya ia pendam dalam hati.

Sepulang sekolah seperti biasa ia bermain basket di lapangan basket yang tidak jauh dari rumah maupun sekolahnya. Ia bermain bersama tim basket sekolahnya dimana ia dipercaya sebagai kapten. Walaupun tidak ada jadwal latihan, ia selalu menyempatkan diri untuk bermain basket walaupun hanya seorang diri.
“Aku pulang dulu teman-teman, dah.” pamit Nessa saat latihan selesai.
“Oh ayolah Nessa, baru jam 03.00 sore, duduk-duduk dulu sama kita sini.” ajak salah seorang teman kepada Nessa.
“Maaf aku tidak bisa, aku harus pulang sekarang.” tolaknya
“Boleh aku antar pulang?” tiba-tiba Rio menyela pembicaraan.
“Oh wow!” Nessa kaget dan tak percaya tapi ia segera menolak.
“Eh maaf, aku bisa pulang sendiri kok, rumahku deket.”
“Ya udah kalau gitu,” jawab Rio.

Hari selanjutnya Nessa tidak masuk sekolah. Tidak ada kabar sama sekali, hingga datang sebuah pesan singkat ke handphone Nina bahwa ibu Nessa telah meninggal dunia. Satu kelas kaget dan pulang sekolah mereka melayat ke rumah Nessa untuk memberi ucapan belasungkawa. Namun tak seperti yang mereka duga, Nessa sama sekali tak menampakan kesedihan. Ia tampak tegar dan bahkan tidak menangis.

Esoknya, saat ia sedang berjalan ke lapangan basket, seorang anak perempuan dengan sengaja menyilangkan kaki di depan Nessa hingga ia terjatuh.
“Ups, maaf sengaja.” katanya tanpa merasa bersalah sama sekali.
“Hei, apa maksudmu!” dengan muka marah Nessa bangkit menghampiri gadis yang bernama Viana tersebut.
“Hei kamu, anak yatim miskin, item, jelek dekil dan bau kambing mulai sekarang nggak usah deketin Rio lagi. Rio itu calon pacar gue tahu!” Viana menyerang Nessa dengan kata-katanya.
“Rio itu temen aku, masalah buat loooe!” jawab Nessa santai.
“Heh anak bau, pergi sana, kamu nyebelin banget tau nggak si.” Viana menghardik Nessa.

Nessa tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia langsung pergi, namun bukan ke lapangan basket seperti tujuan awalnya tadi. Ia berlari ke pinggir danau yang teduh dan sepi. Dan diam-diam ia meneteskan air mata. Yap, Nessa si tegar, ia menangis.
“Ya Tuhan, kenapa. Kenapa semua ini terjadi? Kenapa kau ambil segalanya dari hidupku! Kau bawa pergi ayahku, Kau ambil ibuku dan semua kebahagianku!” secara tak sadar Nessa mulai berteriak dan mengeluarkan segala unek-uneknya karena memang tak akan ada yang mendengar.
“Kenapa semua orang bisa hidup tenang dan bermimpi, sementara aku? Bahkan tak ada satu pun orang yang mau mendengarku. Tak ada yang mau mendengar! Tak seorang pun bisa memberi jawaban. Aku bahkan tak punya teman.”

“Aku mau kok ndengerin kamu.” tiba-tiba suara lain muncul dari belakang.
“Nina, kamu lagi ngapain disini?” kata Nessa kaget saat melihat Nina tiba-tiba muncul.
“Sebenernya tadi aku lihat kamu sama Viana di jalan, lalu aku ngikutin kamu sampai sini. Jangan anggap kamu nggak punya sahabat. Aku disini mau kok ndengerin semua curhat kamu.”
“Nina…” Nessa tertegun sejenak lalu memeluk Nina sambil menangis lagi.
“Nin, aku enggak setegar yang kamu lihat selama ini. Selama ini aku itu palsu. Aku cuma menjalan peran dari status yang terlanjur dilabelin ke diri aku. Aku anak pertama dari lima bersaudara, aku enggak mungkin nangis saat ibu meninggal, aku pengin ngajarin adik-adik aku buat tegar. Hidup itu keras. Setelah ayah pergi, aku harus nyari uang buat biaya hidup keluarga aku. Aku sama sekali nggak punya waktu buat main nggak jelas. Aku datang terlambat dan penuh keringat karena aku harus lari dari rumah setelah belajar dan ngerjain PR dari jam tiga pagi. Cuma itu waktu aku buat belajar, selebihnya aku rela jadi buruh cuci dan juga aku sibuk ngerawat ibu aku yang sakit-sakitan. Aku belajar keras karena aku nggak mau nyia-nyiain uang yang keluar untuk sekolah. Basket itu cuma pelarian dari semuanya. Basket itu sahabat aku satu-satunya yang bener-bener bikin aku bahagia. Aku capek Nin, aku capek.” panjang lebar Nessa menjelaskan semuanya.
“Aku emang nggak bisa selalu ada di samping kamu Ness. Tapi aku harap kamu bisa lebih terbuka sama aku, sahabat kamu, percayalah kamu itu enggak sendiri. Kamu punya banyak temen di luar sana, kamu hanya perlu untuk membuka mata dan hatimu untuk melihat semuanya lebih jelas. Memang tidak semua hal berjalan seperti yang kita harapkan, tapi yang pasti semuanya akan baik-baik saja. Ikhlaskan saja jalani semuanya walaupun aku nggak bisa ngrasain apa yang kamu rasain tapi aku bakal terus support kamu, biar kamu kuat. Teruslah pegang mimpi kamu. Kamu bakal sukses kalau kamu yakin.” Nina berucap panjang untuk mendukung Nessa.
Semua baik-baik saja. Mereka berdua pun pulang dengan tersenyum.

BIDADARI DI PINTU MULTAZAM

Air mata itu tak berhenti. Tenggorokannya kering, hanya suara serak yang keluar dari mulutnya yang menganga. Hampir dua jam tanggannya mengadah menghadap langit-langit Nabawi. Tapi tak satu kata pun yang terdengar menjadi doa. Andaikan kata-kata itu mampu ia ucapkan, niscaya pilar-pilar masjid akan bergetar mendengar segala pengakuan kesalahannya.

Semenjak ia menginjakkan kaki di tanah suci, suaranya seakan-akan terampas oleh udara. Pita suaranya terkunci, lidahnya kaku. Dia tak bisa lagi berbicara, bahkan untuk minum atau makan pun mulutnya sulit untuk digerakkan. Tapi untunglah, teman-teman di rombongan ibadah umrohnya bersedia untuk membantunya melaksanakan ibadah.

Mariana namanya, usianya 28 tahun. Seorang anak yatim piatu karena ia pun belum berkeluarga, tapi dia sudah berpengalaman menjalani peran sebagai ‘ibu rumah tangga’ cadangan bagi para lelaki yang kesepian. Setelah hampir beberapa tahun menjalani profesi yang tidak halal tersebut, hidayah mampir ke hatinya, walaupun sedikit terlambat.

Mariana dulu tinggal bersama ibunya di sebuah kontrakan yang dekat dengan tempat mangkalnya. Di rumah, sering terdengar kata-kata kasar terlontar dari Mariana, manakala sang ibu menasihatinya untuk berhenti dari pekerjaannya. Hanya untaian tasbih ke tahmid, tahmid ke tahlil, di dalam hati sang ibu, demi melahirkan kesabaran dalam lautan maaf untuk anaknya. Tapi sayang, Mariana belum mampu menyadari kesalah besarnya.

Setiap subuh, manakala sang ibu bermunajat kepada tuhan di atas sajadahnya, Mariana biasanya baru pulang. Tercium bau alkohol yang menyengat dari tubuh Mariana, tapi itu tak menyurutkan kasih sang ibu untuk mengusap wajah anaknya dengan handuk yang hangat. Setiap usapan sang ibu yang penuh cinta, menghapuskan sisa-sisa bedak dan lipstik yang sudah dijamah oleh lelaki berbeda di tiap malam Mariana.

Mulai dari pengusaha, pegawai kantor, pejabat, hingga preman, pernah menjadi tamu Mariana. Tak satu pun lelaki-lelaki itu menyadari betapa sakitnya hati sang ibu, manakala mereka mengantarkan Mariana pulang di waktu subuh. Sang ibu selalu menangis, manakala sang anak diantarkan pulang dalam kondisi mabuk bahkan pernah hampir tak sadarkan diri. Bagi para lelaki binatang tadi, Mariana mungkin hanya sebatas barang sewaan, yang setelah dipakai dikembalikan lagi. Tapi bagi sang ibu, Mariana adalah separuh raga dan jiwanya, dimana ketika di dunia Mariana adalah seluruh kebahagiaannya.

Di kamar sang ibu, terpajang hiasan sulam bergambar Ka’bah. Hiasan itu adalah satu-satunya kenangan yang bisa membawa sang ibu membuka kembali kenangan-kenangan indah bersama suaminya. Orangtua Mariana memiliki cita-cita sejak menikah untuk bersama-sama suatu saat nanti berdoa di pintu Multazam, tapi kini tidak mungkin lagi. Suaminya telah tiada, meninggalkan ibu dan Mariana berdua untuk melanjutkan hidup yang harus terus dipertahankan.

Hampir tujuh tahun Mariana terjun sebagai perempuan malam, selama itu pula hubungannya dengan sang ibu semakin merenggang. Walau begitu, Mariana tau benar akan impian ibu dan mendiang ayahnya. Sering Mariana tak sengaja melihat sang ibu menangis sembari memeluk hiasan Ka’bah yang usianya hampir seusia Mariana. Tapi rasa angkuh Mariana selalu membuatnya enggan untuk membicarakan impian itu pada sang ibu.

Tetapi ketulusan sang ibu yang selalu merawat Mariana dalam kondisi apapun rupanya sedikit demi sedikit mengikis rasa angkuh di dalam hati. Walaupun tetap pada pekerjaannya, di hati kecil Mariana ada niat untuk mewujudkan cita-cita sang ibu. Uang yang didapatkan Mariana memang tidak terlalu besar, dan butuh waktu yang sangat lama untuk membiayai ibadah tersebut. Akhirnya mimpi itu pun disimpannya dalam-dalam.

Tuhan punya rencana lain. Mariana membaca sebuah kolom berita di surat kabar tentang sayembara penulisan resensi novel yang berhadiah paket perjalanan umroh untuk dua orang. Keinginan yang tulus itu menggerakkan Mariana untuk mengikuti sayembara. Mariana meluangkan waktu di siang hari, yang biasanya ia gunakan untuk tidur, kini ia gunakan untuk menuliskan resensi novel. Sang ibu belum mengetahui niat Mariana, apalagi Mariana kini banyak menghabiskan waktu siang di kontrakan temannya.

Tiga bulan terlampaui sejak Mariana mengirimkan hasil tulisannya ke panitia sayembara tersebut, dan pengumuman yang ditunggu pun tiba. Mariana bergegas mencari informasi di surat kabar, seluruh surat kabar lokal dan nasional ia beli. Lama ia mencari, satu surat kabar bisa ia baca ulang sampai tiga kali. Tetapi informasi itu tidak ia dapatkan, tak ada dalam seluruh surat kabar yang ia beli. Ia pasrah, mungkin sayembara itu sudah menemukan juaranya.

Di suatu malam ketika ia bekerja, ada pesan yang masuk ke handphonenya. Mariana terkejut, pesan yang masuk itu berasal dari sang penulis novel yang bukunya dijadikan sayembara. Penulis itu memberitahukan bahwa resensi novel yang ditulis Mariana adalah yang terbaik yang pernah ia baca, dan resensi dari Mariana menjadi juara untuk sayembara itu. Mariana menitikkan air mata, bahagia mendekapnya di antara musik-musik keras di diskotik tempatnya bekerja. Dia pun berencana untuk segera memberitahukan ibunya disaat waktu pulang nanti.

Setibanya di rumah, Mariana bergegas masuk ke rumah, tidak mempedulikan tamunya yang saat itu mengantar. Pada subuh itu tidak biasanya kamar sang ibu ditutup, Mariana kemudian menunggu di depan kamar ibunya. Hampir setengah jam Mariana menunggu, sang ibu tak juga keluar. Untuk memastikan bahwa ibunya berada di kamar, Mariana membuka pintu kamar sang ibu perlahan. Terlihat oleh Mariana sang ibu sedang sujud. Lama Mariana menatap ibu yang sedang sujud, tapi sang ibu tak jua selesai bersujud.

Mariana memanggil ibunya pelan. Tidak mendapatkan respon dari sang ibu, Mariana mendekat ke ibunya. Dipanggilnya lagi sang ibu dengan pelan, tetapi ibunya tak juga bergeming. Mariana meletakkan tangannya di pundak ibunya. Sembari memanggil ibunya, Mariana menggetarkan badan sang ibu, sang ibu tak juga bergerak. Perasaan takut mulai menyeruak di benak Mariana.

Diangkatnya wajah sang ibu, rasa dingin terasa di tangan Mariana, wajah ibunya sangat dingin. Mariana terus memanggil ibunya, walau ibunya tetap diam bergeming. Mariana menyadari bahwa ibunya, yang saat itu ada dalam pelukannya, sudah meninggal. Air mata mengalir deras, isak tangis Mariana tak mampu menghadirkan ibunya kembali. Bayangan Mariana akan berangkat umroh bersama ibunya hanya menjadi kenangan yang tersisa.

Kini Mariana hanya sendirian, menjalankan ibadah umroh yang seharusnya bersama sang ibu. Doa-doa untuk ibu selalu mengalir dalam air mata tanpa suara. Tetes-tetes air mata itu jatuh di lantai Masjid Nabawi, membawa gemuruh hatinya yang ingin berontak karena lautan permohonan ampun yang tak mampu ia lontarkan. Suaranya yang tak mampu dikeluarkan sangat menyiksa Mariana, terasa seperti ada penjara yang mengurung rasa salah yang sudah menggunung di hatinya. Mariana pasrah dalam rasa bersalah yang kini menjadi teman dekatnya.

Namun, karunia tuhan untuk Mariana tidaklah putus. Disaat berdoa di Pintu Multazam, tuhan pun menunjukkan kuasanya. Mariana menghadap di pintu itu, meletakkan kedua tanggannya tepat di Pintu Multazam. Air matanya tak berhenti mengalir, sembari mencium dinding pintu, Mariana akhirnya dapat menggerakkan bibirnya. Ia pun berbicara, “maafkan Mariana ibu.”.

Featuring WPMU Bloglist Widget by YD WordPress Developer