Dahsyatnya Suara Rasulullah SAW

Dahsyatnya Suara Rasulullah SAW

Posted in Cerita Islami by on 31 December 2013    Tags: , , , , ,

Rasulullah SAW memang memiliki banyak mukjizat. Hampir semua mukjizat para Nabi berada pada diri Rasulullah SAW. Salah satu mukjizat Rasul adalah memiliki suara yang cukup dahsyat, bahkan suara Rasulullah SAW bisa di dengar dari jarak yang jauh sekali.
Pengeras suara juga tidak ada, namun kok bisa didengar oleh banyak manusia dari jarak yang cukup jauh suara Beliau itu, sungguh mukjizat yang tiada tara.
Dahsyatnya Suara Rasulullah SAW

Banyak di antara mukjizat Nabi Muhammad SAW yang seringkali ditunjukkan kepada para sahabat. Salah satunya adalah mukjizat Rasulullah SAW yang memiliki suara yang merdu sekali, sehingga nyaman dan indah didengar oleh telinga.

Seperti halnya penuturan Anas ra dalam sebuah riwayatnya, Rasulullah SAW bersabda,
“Bahwa Allah tidak mengutus seorang Nabi melainkan bermuka tampan dan bersuara merdu. Sedangkan Nabimu adalah yang terbagus raut mukanya dan merdu suaranya,”
(HR. At-Tirmidzi).

Suara Rasulullah SAW ternyata tidak hanya merdu saja, namun juga memiliki kekuatan suara yang cukup dahsyat sehingga orang-orang jauh pun bisa mendengar suara beliau.

Banyak Riwayat yang Mengisahkan
Istri Beliau, Rasulullah SAW yang bernama Aisyah, pernah menceritakan bahwa pada suatu ketika, tepatnya pada hari Jumat, Rasulullah SAW sedang duduk di atas mimbar di masjid. Ketika itu Rasulullah SAW bersabda kepada para manusia,
“Duduklah kalian.”

Sabda Rasulullah yang demikian itu ternyata tidak hanya didengar oleh orang-orang yang berada di masjid itu saja, akan tetapi didengar pula oleh Abdullah bin Rawahah yang pada saat itu sedang berada di wilayah Bani Graham. Saat itu Abdullah bin Rawahah pun langsung duduk di tempat yang jaraknya cukup jauh dari masjid itu. Padahal saat itu belum ada pengeras suara seperti saat ini.

Dalam riwayat lainnya, Abdurrahman bin Mu’adz yang juga termasuk salah satu sahabat Rasulullah SAW menceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW sedang menceramahi para sahabat-sahabatnya di Mina.

Rasulullah SAW bersabda,
“Bawalah kerikil untuk melempar.”

Demikian ucap Rasulullah SAW ketika membimbing para sahabat untuk beribadah.
Sementara itu Abdurrahman sendiri ketika itu berada jauh dari Rasulullah SAW, namun ia bisa mendengar suara beliau ketika mengajari para sahabat tentang tata cara beribadah.

Tidak hanya itu, pada suatu ketika, Bara’ bercerita bahwa Rasulullah SAW pernah berceramah kepadanya dan para sahabat di sekelilingnya. Namun suara Rasulullah SAW ketika itu ternyata mampu didengar oleh para muslimah yang berada dalam kamar pingitan mereka.

Suara Dapat Didengar dari Jarak Cukup Jauh
Pengalaman lainnya juga diungkapkan oleh Ummu Hani. Ia menuturkan bahwa pada suatu malam ketika dirinya sedang membaringkan punggung di rumahnya. Suasana ketika itu cukup sepi, namun tiba-tiba ia mendengar suara Rasulullah SAW. Ummu Hani merasa heran, dari itu ia mencoba mencari-cari Rasulullah SAW di rumahnya. Namun ternyata Rasulullah SAW tidak ada di rumahnya saat itu.

Pada saat yang bersamaan, ternyata Rasulullah SAW ketika itu sedang berada di sisi Ka’bah. Sedangkan rumah Ummu Hani dan Ka’bah memiliki jarak yang cukup jauh sekali.

Ummu Hani menceritakan apa yang disabdakan Nabi adalah sebagai berikut.
Rasulullah SAW bersabda,
“Wahai orang-orang yang beriman, dengan lidahnya dan tak memurnikan keimanan dari hatinya, janganlah kalian memfitnah kaum muslimin dan janganlah kalian mencari-cari cacatnya. Dan barangsiapa yang cacatnya dicari-cari oleh Allah SWT, maka Dia akan membuka kejelekan di tengah rumahnya.”

Subhanallah…
Ucapan Rasulullah SAW tersebut mampu menembus dinding pembatas rumah-rumah para penduduk ketika itu. Sehingga banyak muslimah yang berada di dalam kamarnya juga mampu mendengar apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW tersebut, termasuk Ummu Hani. Padahal jarak mereka dengan Rasulullah SAW cukup jauh dan tidak ada pengeras suara.

 

Baca juga cerita islami lainnya “Kerasnya Suara Api Neraka Jahannam

Beribadah Yang Sempurna

Beribadah Yang Sempurna

Posted in Cerita Islami by on 31 December 2013    Tags: , , , ,

Beribadah Yang Sempurna
Ibadah bukanlah sekedar gerakan jasad yang terlihat oleh mata, namun juga harus menyertakan yang lain. Sebagaimana seseorang yang sedang melaksanakan sholat, ia tidak hanya bergerak untuk melaksanakan setiap rukun dan wajib sholat, tetapi juga harus menghadirkan hati sebagai ruh sholat tersebut. Bahkan jika seseorang menampakkan kekhusyukan badan dan hatinya kosong dan bermain-main maka ia terjatuh dalam kekhusyukan kemunafikan.

Beribadah Yang Sempurna
Ketahuilah, bahwa ibadah seorang hamba harus dibangun oleh tiga pilar, dan ketiganya harus terkumpul seluruhnya dalam setiap muslim. Ibadah seseorang tidaklah akan benar dan sempurna kecuali dengan adanya pilar-pilar tersebut. Bahkan sebagian ulama mengatakannya sebagai ‘rukun ibadah’. Tiga hal itu adalah “cinta, takut dan harap”. Sehingga seorang salaf berkata, “Barang siapa beribadah kepada Alloh dengan cinta saja maka dia seorang zindiq, barang siapa beribadah hanya dengan khouf (takut) saja maka haruri (khowarij), barang siapa beribadah hanya dengan rasa harap saja maka dia seorang murji’ dan barang siapa yang beribadah dengan cinta, takut dan harap maka dia seorang mukmin.”

Cinta
Cinta adalah rukun ibadah yang terpenting, karena cinta adalah pokok ibadah. Makna cinta tidak terbatas hanya kepada hubungan kasih antara dua insan semata, namun sesungguhnya makna dari cinta itu lebih luas dan dalam. Kecintaan yang paling agung dan mulia di dalam kehidupan kita ini adalah kecintaan kita kepada Alloh. Dimana jika seorang hamba mencintai Alloh, maka dia akan rela untuk melakukan seluruh hal yang diperintahkan dan menjauhi seluruh hal yang dilarang oleh yang dicintainya tersebut. Cinta kepada Alloh juga mengharuskan membenci segala sesuatu yang dibenci oleh Alloh. Sesungguhnya apabila ditanyakan kepada setiap muslim “Apakah anda mencintai Allah?” maka tentu dia akan menjawab “Tentu saja”.

Namun pernyataan tanpa bukti tidaklah bermanfaat. Alloh tidak membutuhkan pernyataan belaka, Dia menginginkan agar kita membuktikan pernyataan kita “Aku cinta Alloh”. Oleh karena itulah, Alloh menguji setiap muslim dalam firman-Nya, “Katakanlah (wahai muhammad): Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31). Ya, bukti kecintaan kita kepada Alloh adalah dengan mengikuti Rasululloh dalam segala hal. Bahkan kecintaan kita terhadap beliau harus lebih dari kecintaan kita terhadap diri sendiri dan keluarga. Beliaulah teladan baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, muamalah dan sebagainya. Alloh berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab: 21)

Maka jika kita mencintai Allah, mari kita buktikan dengan menjadikan Rasululloh sebagai panutan kita, bukan dengan menjadikan orang-orang kafir sebagai panutan, walaupun mereka itu populer dan terkenal seperti artis, selebritis dan semacamnya. Karena sesungguhnya Rosululloh bersabda “Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya (di hari akhirat nanti).” (HR. Muslim). Dimana makna dari hadits ini adalah jika ketika di dunia kita mencintai orang-orang shaleh (seperti para rosul dan nabi) dan menjadikan mereka teladan, maka di akhirat nanti kita akan bersama mereka, dan sebaliknya jika ketika di dunia kita mencintai orang-orang kafir dan menjadikan mereka teladan, maka di akhirat nanti kita pun akan bersama mereka. Bukankah tempat mereka di akherat merupakan seburuk-buruk tempat. Duhai, betapa musibah yang sangat besar!

Takut
Pilar lainnya yang mesti ada dalam ibadah seorang muslim adalah rasa takut. Dimana dengan adanya rasa takut, seorang hamba akan termotivasi untuk rajin mencari ilmu dan beribadah kepada Alloh semata agar bebas dari murka dan adzab-Nya. Selain itu, rasa takut inilah yang juga dapat mencegah keinginan seseorang untuk berbuat maksiat. Alloh berfirman, “(Yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat.” (Al Anbiya: 49)
Rasa takut ada bermacam-macam, namun yang takutnya seorang muslim ialah takut akan pedihnya sakaratul maut, rasa takut akan adzab kubur, rasa takut terhadap siksa neraka, rasa takut akan mati dalam keadaan yang buruk (mati dalam keadaan sedang bermaksiat kepada Alloh), rasa takut akan hilangnya iman dan lain sebagainya. Rasa takut semacam inilah yang harus ada dalam hati seorang hamba.

Harap
Pilar berikutnya yang harus ada dalam ibadah seorang hamba adalah rasa harap. Rasa harap yang dimaksud adalah antara lain harapan akan diterimanya amal kita, harapan akan dimasukkan surga, harapan untuk berjumpa dengan Alloh, harapan akan diampuni dosa, harapan untuk dijauhkan dari neraka, harapan diberikan kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat dan lain sebagainya. Rasa harap inilah yang dapat mendorong seseorang untuk tetap terus berusaha untuk taat, meskipun sesekali dia terjatuh ke dalam kemaksiatan namun dia tidak putus asa untuk terus berusaha sekuat tenaga untuk menjadi hamba yang taat. Karena dia berharap Alloh akan mengampuni dosanya yaitu dengan jalan bertaubat dari kesalahannya tersebut dan memperbanyak melakukan amal kebaikan. Sebagaimana firman Alloh “Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az Zumar: 53)

Harapan berbeda dengan angan-angan. Sebagai contoh orang yang berharap menjadi orang baik maka ia akan melakukan hal-hal yang merupakan ciri-ciri orang baik, sedangkan orang yang berkeinginan menjadi orang baik namun tidak berusaha untuk melakukan kebaikan maka orang-orang inilah yang tertipu oleh angan-angan dirinya sendiri.

 

Baca juga cerita islami lainnya “Dahsyatnya Suara Rasulullah SAW

TAHAPAN JALAN MENUJU ALLAH

Tahapan Jalan Menuju Allah

Posted in Cerita Islami by on 31 December 2013    Tags: , , , , ,

Tahapan Jalan Menuju Allah

Tahapan-tahapan menuju Allah SWT. ada empat, dimana seoang salik tidak boleh melangkah ke dalam tahapan yang kedua sebelum melaksanakan tahapan yang pertama secara sempurna dan tidak boleh melangkah ke dalam tahapan yang ketiga sebelum melaksanakan tahapan yang kedua secara sempurna, begitu pula seterusnya sampai tahapan yang keempat.

Empat tahapan itu adalah :

  1. Tahapan Taubat
  2. Tahapan Istiqomah
  3. Tahapan Pembersihan Hati
  4. Tahapan Pendekatan Diri Kepada ALLAH SWT.

Setelah melakukan keempat sudah tidak ada lagi tahapan lagi, kecuali pemberian langsung dari Allah Yang Maha Dekat dan Pemberi Ijabah.
Baca juga cerita islami lainnya “Beribadah Yang Sempurna

Comments

0 comments

Qiyamullail (Shalat Malam)

Qiyamullail (Shalat Malam)

Posted in Cerita Islami by on 04 January 2014    Tags: , , , ,

Qiyamullail (Shalat Malam)

Qiyamul lail atau yang biasa disebut juga Sholat Tahajjud atau Sholat Malam adalah salah satu ibadah
yang agung dan mulia , yang disyari’atkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai ibadah nafilah atau ibadah sunnah. Akan tetapi bila seorang hamba mengamalkannya dengan penuh kesungguhan, maka ia memiliki banyak keutamaan. Berat memang, dan tidak setiap muslim sanggup melakukannya. Andaikan kita tahu keutamaan dan keindahannya, tentu kita akan berlomba-lomba untuk menggapainya. Banyak nash dalam Al-Quran dan As-Sunnah yang menerangkan keutamaan ibadah ini.

Pertama: Barangsiapa menunaikannya, berarti ia telah mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana firman-Nya: “Dan pada sebagian malam hari, sholat tahajjudlah kamu sebagai ibadah nafilah bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (Al-Isro’:79).

Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqor menerangkan: “At-Tahajjud adalah sholat di waktu malam sesudah bangun tidur. Adapun makna ayat “sebagai ibadah nafilah” yakni sebagai tambahan bagi ibadah-ibadah yang fardhu. Disebutkan bahwa sholat lail itu merupakan ibadah yang wajib bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sebagai ibadah tathowwu’ (sunnah) bagi umat beliau.” (lihat Zubdatut Tafsir, hal. 375 dan Tafsir Ibnu Katsir: 3/54-55)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: “Sholat yang paling utama sesudah sholat fardhu adalah qiyamul lail (sholat di tengah malam).” (Muttafaqun ‘alaih)

Kedua: Qiyamul lail itu adalah kebiasaan orang-orang shalih dan calon penghuni surga. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, (yakni) mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (Adz-Dzariyat: 15-18).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah (yakni Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhuma -ed) seandainya ia sholat tengah malam.” (HR Muslim No. 2478 dan 2479).

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasihati Abdullah ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma: “Wahai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti fulan, ia kerjakan sholat malam, lalu ia meninggalkannya.” (HR Bukhari 3/31 dan Muslim 2/185).

Ketiga: Siapa yang menunaikan qiyamul lail itu, dia akan terpelihara dari gangguan setan, dan ia akan bangun di pagi hari dalam keadan segar dan bersih jiwanya. Sebaliknya, siapa yang meninggalkan qiyamul lail, ia akan bangun di pagi hari dalam keadan jiwanya dililit kekalutan (kejelekan) dan malas untuk beramal sholeh.

Suatu hari pernah diceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang tidur semalam suntuk tanpa mengingat untuk sholat, maka beliau menyatakan: “Orang tersebut telah dikencingi setan di kedua telinganya.” (Muttafaqun ‘alaih).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menceritakan: “Setan mengikat pada tengkuk setiap orang diantara kalian dengan tiga ikatan (simpul) ketika kalian akan tidur. Setiap simpulnya ditiupkanlah bisikannya (kepada orang yang tidur itu): “Bagimu malam yang panjang, tidurlah dengan nyenyak.” Maka apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama Allah Ta’ala (berdoa), maka terurailah (terlepas) satu simpul. Kemudian apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi. Dan kemudian apabila ia sholat, terurailah simpul yang terakhir. Maka ia berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Jika tidak (yakni tidak bangun sholat dan ibadah di malam hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas (beramal shalih).” (Muttafaqun ‘alaih)

Keempat: Ketahuilah, di malam hari itu ada satu waktu dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengabulkan doa orang yang berdoa, Allah akan memberi sesuatu bagi orang yang meminta kepada-Nya, dan Allah akan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya bila ia memohon ampunan kepada-Nya.

Hal itu sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah dalam sabda beliau: “Di waktu malam terdapat satu saat dimana Allah akan mengabulkan doa setiap malam.” (HR Muslim No. 757).

Dalam riwayat lain juga disebutkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Rabb kalian turun setiap malam ke langit dunia tatkala lewat tengah malam, lalu Ia berfirman: “Adakah orang yang berdoa agar Aku mengabulkan doanya?” (HR Bukhari 3/25-26).

Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: “Barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya, siapa yang memohon (sesuatu) kepada-Ku, niscaya Aku pun akan memberinya, dan siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya.” Hal ini terus terjadi sampai terbitnya fajar. (Tafsir Ibnu Katsir 3/54)
Kesungguhan Salafus Shalih untuk menegakkan Qiyamul lail

Disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa tatkala orang-orang sudah terlelap dalam tidurnya, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu justru mulai bangun untuk shalat tahajjud, sehingga terdengar seperti suara dengungan lebah (yakni Al-Qur’an yang beliau baca dalam sholat lailnya seperti dengungan lebah, karena beliau membaca dengan suara pelan tetapi bisa terdengar oleh orang yang ada disekitarnya), sampai menjelang fajar menyingsing.

Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah ditanya: “Mengapa orang-orang yang suka bertahajjud itu wajahnya paling bercahaya dibanding yang lainnya?” Beliau menjawab: “Karena mereka suka berduaan bersama Allah Yang Maha Rahman, maka Allah menyelimuti mereka dengan cahaya-Nya.”

Abu Sulaiman berkata: “Malam hari bagi orang yang setia beribadah di dalamnya, itu lebih nikmat daripada permainan mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya tanpa adanya malam, sungguh aku tidak suka tinggal di dunia ini.”

Al-Imam Ibnu Al-Munkadir menyatakan : “Bagiku, kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara, yakni qiyamul lail, bersilaturrahmi dan sholat berjamaah.”

Al-Imam Hasan Al-Bashri juga pernah menegaskan: “Sesungguhnya orang yang telah melakukan dosa, akan terhalang dari qiyamul lail.” Ada seseorang yang bertanya: “Aku tidak dapat bangun untuk untuk qiyamul lail, maka beritahukanlah kepadaku apa yang harus kulakukan?” Beliau menjawab: “Jangan engkau bermaksiat (berbuat dosa) kepada-Nya di waktu siang, niscaya Dia akan membangunkanmu di waktu malam.” (Tazkiyyatun Nufus, karya Dr Ahmad Farid)

Pembaca yang budiman, inilah beberapa keutamaan dan keindahan qiyamul lail. Sungguh, akan merasakan keindahannya bagi orang yang memang hatinya telah diberi taufik oleh Allah Ta’ala, dan tidak akan merasakan keindahannya bagi siapa pun yang dijauhkan dari taufik-Nya. Mudah-mudahan, kita semua termasuk diantara hamba-hamba-Nya yang diberi keutamaan menunaikan qiyamul lail secara istiqamah. Wallahu waliyyut taufiq.

Judul Asli : Shifat shaum an Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Fii Ramadhan, penulis Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid. Penerbit Al Maktabah Al islamiyyah cet. Ke 5 th 1416 H. Edisi Indonesia Sifat Puasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam oleh terbitan Pustaka Al-Mubarok (PMR), penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata. Cetakan I Jumadal Akhir 1424 H.

Keutamaan Membaca Al-Quran

Keutamaan Membaca Al-Quran

Posted in Cerita Islami by on 04 January 2014    Tags: , , , , ,

Keutamaan Membaca Al-Quran

Segala puji bagi Allah, yang telah menurunkan kepada hamba-Nya kitab Al-Qur’an sebagai penjelasan
atas segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang muslim. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada hamba dan rasul-Nya Muhammad, yang diutus Allah sebagai rahmat bagi alam semesta.

Sesungguhnya Al Qur’an diturunkan tidak lain kecuali untuk suatu tujuan yang agung yaitu sebagai pelajaran dan hukum. Adapun pada saat ini, banyak manusia yang meninggalkan kitab yang agung ini, tidak mengenalnya kecuali hanya pada saat-saat tertentu saja. Diantara mereka ada yang hanya membaca saat ada kematian, diantara mereka ada yang hanya menjadikannya sebagai jimat dan diantara mereka ada yang hanya mengenalnya pada saat bulan Ramadhan saja.

Memang benar bahwa bulan Ramadhan adalah bulan Al Qur’an, kita dianjurkan agar memperbanyak membaca Al Qur’an pada bulan ini. Namun tidak sepantasnya seorang muslim berpaling dari kitab yang mulia ini di luar bulan Ramadhan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjanjikan keutamaan yang begitu banyak bagi para pembacanya meskipun di luar bulan Ramadhan.

Al-Qur’an diturunkan untuk dibaca oleh setiap orang muslim, direnungkan dan dipahami makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya dan pemberi syafa’at baginya pada hari Kiamat. Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat, dengan firmanNya: “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha:123)

Janganlah seorang muslim memalingkan diri dari membaca kitab Allah, merenungkan dan mengamalkan isi kandungannya. Allah telah mengancam orang-orang yang memalingkan diri darinya dengan firman-Nya: “Barangsiapa berpaling dari Al-Qur’an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari Kiamat” (Thaha : 100). “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (Thaha: 124)

Di antara keutamaan Al-Qur’an:

1. Firman Allah Ta ‘ala: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (An-Nahl: 89)

2. Firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Al-Ma’idah: 15-16).

3. Firman Allah Ta ‘ala: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi ouang-orang yang beriman. ” (Yunus: 57).

4. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa ‘at bagi pembacanya.” (HR. Muslim dari Abu Umamah).

5. Dari An-Nawwas bin Sam’an radhiallahu ‘anhu, katanya: Aku mendengar Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Didatangkan pada hari Kiamat Al-Qur’an dan para pembacanya yang mereka itu dahulu mengamalkannya di dunia, dengan didahului oleh surat Al Baqarah dan Ali Imran yang membela pembaca kedua surat ini.” (HR, Muslim).

6. Dari Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu, katanya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari)

7. Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, katanya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi, katanya: hadits hasan shahih).

8. Dari Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash radhiallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an: “Bacalah, naiklah dan bacalah dengan pelan sebagaimana yang telah kamu lakukan di dunia, karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang kamu baca.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dengan mengatakan: hadits hasan shahih).

9. Dari Aisyah radhiallahu ‘anhu, katanya: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang membaca Al-Qur’an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua pahala.” (Hadits Muttafaq ‘Alaih). Dua pahala, yakni pahala membaca dan pahala susah payahnya.

10. Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak boleh hasad (iri) kecuali dalam dua perkara, yaitu: orang yang dikaruniai Allah Al-Qur’an lalu diamalkannya pada waktu malam dan siang, dan orang yang dikaruniai Allah harta lalu diinfakkannya pada waktu malam dan siang”. (Hadits Muttafaq ‘Alaih). Yang dimaksud hasad di sini yaitu mengharapkan seperti apa yang dimiliki orang lain. (Lihat kitab Riyadhus Shaalihiin, hlm. 467-469).

Maka bersungguh-sungguhlah -semoga Allah menunjuki Anda kepada jalan yang diridhaiNya- untuk mempelajari Al-Qur’anul Karim dan membacanya dengan niat yang ikhlas untuk Allah Ta’ala. Bersungguh-sungguhlah untuk mempelajari maknanya dan mengamalkannya, agar mendapatkan apa yang dijanjikan Allah bagi para ahli Al-Qur’an berupa keutamaan yang besar, pahala yang banyak, derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi. Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu jika mempelajari sepuluh ayat dari Al-Qur’an, mereka tidak melaluinya tanpa mempelajari makna dan cara pengamalannya.

Dan perlu Anda ketahui, bahwa membaca Al-Qur’an yang berguna bagi pembacanya, yaitu membaca disertai merenungkan dan memahami maknanya, perintah-perintahnya dan larangan-larangannya. Jika ia menjumpai ayat yang memerintahkan sesuatu maka ia pun mematuhi dan menjalankannya, atau menjumpai ayat yang melarang sesuatu maka iapun meninggalkan dan menjauhinya. Jika ia menjumpai ayat rahmat, ia memohon dan mengharap kepada Allah rahmat-Nya; atau menjumpai ayat adzab, ia berlindung kepada Allah dan takut akan siksa-Nya.

Al-Qur’an itu menjadi hujjah bagi orang yang merenungkan dan mengamalkannya; sedangkan yang tidak mengamalkan dan memanfaatkannya maka Al-Qur’an itu menjadi hujjah terhadap dirinya (mencelakainya).
Firman Allah Ta ‘ala: “lni adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran. ” (Shad: 29).

Bulan Ramadhan memiliki kekhususan dengan Al-Qura’nul Karim, sebagaimana firman Allah: “Bulan Ramadhan, yang di dalamnya diturunkan permulaan Al-Qur’an … ” (Al-Baqarah: 185). Dan dalam hadits shahih dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu dengan Jibril pada bulan Ramadhan setiap malam untuk membacakan kepadanya Al-Qur’anul Karim. Hal itu menunjukkan dianjurkannya mempelajari Al-Qur’an pada bulan Ramadhan dan berkumpul untuk itu, juga membacakan Al-Qur’an kepada orang yang lebih hafal. Dan juga menunjukkan dianjurkannya memperbanyak bacaan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan.

Tentang keutamaan berkumpul di masjid-masjid untuk mempelajari Al-Qur’anul Karim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah seraya membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali turunlah ketenangan atas mereka, serta mereka diliputi rahmat, dikerumuni para malaikat dan disebut-sebut oleh Allah kepada para malaikat di hadapan-Nya.” (HR. Muslim).

Ada dua cara untuk mempelajari Al-Qur’anul Karim:
1. Membaca ayat yang dibaca sahabat Anda.
2. Membaca ayat sesudahnya. Namun cara pertama lebih baik.

Dalam hadits Ibnu Abbas di atas disebutkan pula mudarasah antara Nabi dan Jibril terjadi pada malam hari. Ini menunjukkan dianjurkannya banyak-banyak membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan pada malam hari, karena malam merupakan waktu berhentinya segala kesibukan, kembali terkumpulnya semangat dan bertemunya hati dan lisan untuk merenungkan. Seperti dinyatakan dalam firman Allah: “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’), dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (Al-Muzzammil: 6).

Disunatkan membaca Al-Qur’an dalam kondisi sesempurna mungkin, yakni dengan bersuci, menghadap kiblat, mencari waktu-waktu yang paling utama seperti malam, setelah maghrib dan setelah fajar. Boleh membaca sambil berdiri, duduk, tidur, berjalan dan menaiki kendaraan. Berdasarkan firman Allah: “(Yaitu) orang-orang yang dzikir kedada Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam keadaan berbaring…” (Ali Imran: 191). Sedangkan Al-Qur’anul Karim merupakan dzikir yang paling agung.

Kadar bacaan yang disunatkan

Disunatkan mengkhatamkan Al-Qur’an setiap minggu, dengan setiap hari’ membaca sepertujuh dari Al-Qur’an dengan melihat mushaf, karena melihat mushaf merupakan ibadah. Juga mengkhatamkannya kurang dari seminggu pada waktu-waktu yang mulia dan di tempat-tempat yang mulia, seperti: Ramadhan, Dua Tanah Suci dan sepuluh hari Dzul Hijjah karena memanfaatkan waktu dan tempat. Jika membaca Al-Qur’an khatam dalam setiap tiga hari pun baik, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Abdullah bin Amr: “Bacalah Al-Qur’an itu dalam setiap tiga hari” (Lihat kitab Fadhaa’ilul qur’an, oleh Ibnu Katsir, him. 169-172 dan Haasyiatu Muqaddimatit Tafsiir, oleh Ibnu Qaasim, hlm. 107.)

Dan makruh menunda khatam Al-Qur’an lebih dari empat puluh hari, bila hal tersebut dikhawatirkan membuatnya lupa. Imam Ahmad berkata : “Betapa berat beban Al-Qur’an itu bagi orang yang menghafalnya kemudian melupakannya.”

Dilarang bagi yang berhadats kecil maupun besar menyentuh mushaf, dasarnya firman Allah Ta’ala: “Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.” (Al-Waqi’ah: 79). Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam: “Tidak dibenarkan menyentuh Al-Qur’an ini kecuali orang yang suci.” (HR. Malik dalam Al-Muwaththa, Ad-Daruquthni dan lainnya)”. Hal ini diperkuat hadits Hakim bin Hizam yang lafazhnya: “Jangan menyentuh Al-qur’an kecuali jika kamu suci.” (HR. Ath-Thabrani dan Al-Hakim dengan menyatakannya shahih).

Al-Qur’anul Karim syari’at sempurna:

Asy-Syathibi dalam kitab Al-Muwaafaqaat mengatakan : “Sudah menjadi kesepakatan bahwa kitab yang mulia ini adalah syari’at yang sempurna, sendi agama, sumber hikmah, bukti kerasulan, cahaya penglihatan dan hujjah. Tiada jalan menuju Allah selainnya, tiada keselamatan kecuali dengannya dan tidak ada yang dapat dijadikan pegangan sesuatu yang menyelisihinya. Kalau demikian halnya, mau tidak mau bagi siapa yang hendak mengetahui keuniversalan syariat, berkeinginan mengenal tujuan-tujuannya serta mengikuti jejak para ahlinya harus menjadikannya sebagai kawan bercakap dan teman duduknya sepanjang siang dan malam dalam teori dan praktek; maka dekat waktunya ia mencapai tujuan dan menggapai cita-cita serta mendapati dirinya termasuk orang-orang pendahulu, dan dalam rombongan pertama jika ia mampu. Dan tidaklah mampu atas hal itu kecuali orang yang senantiasa menggunakan apa yang dapat membantunya, yaitu sunnah yang menjelaskan kitab ini. Selainnya, adalah ucapan para imam terkemuka dan salaf pendahulu yang dapat membimbingnya dalam tujuan yang mulia ini.” ( Lihat AI Muwafaqaat, oleh Asy-Syathibi, 31224.)

Hukum melagukan Al-Qur’an :

Pembaca dan pendengar Al-Qur’an yang hatinya disibukkan dengan lagu dan sejenisnya -yang dapat mengakibatkan perubahan firman Allah, padahal kita diperintahkan untuk memperhatikannya sebenamya menghalangi hatinya dari apa yang dikehendaki Allah dalam kitab-Nya, memutuskannya dari pemahaman firman-Nya. Mahasuci firman Allah dari hal itu semua. Imam Ahmad melarang talhin dalam membaca Al-Qur’an, yaitu yang menyerupai lagu, beliau berkata : “Itu bid’ah.

Ibnu Katsir rahimahullah dalam Fadhaailul Qur’an mengatakan: “Sasaran yang diminta menurut syara’ tiada lain yaitu memperindah suara yang dapat mendorong untuk merenungkan dan memahami Al-Qur’an yang mulia dengan khusyu’, tunduk, dan patuh penuh ketaatan. Adapun suara-suara dengan lagu yang diada-adakan yang terdiri atas nada dan irama yang melalaikan, serta aturan musikal, maka Al-Qur’an adalah suci; dari hal ini dan tak layak jika dalam. Membacanya diperlakukan demikian.” (Lihat kitab Fadhaa’ilul qur’an, oleh Ibnu Katsir, him. 125-126.)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: “Irama-irama yang dilarang para ulama untuk membaca Al-Qur’an yaitu yang dapat memendekkan huruf yang panjang, memanjangkan yang pendek, menghidupkan huruf yang mati dan mematikan yang hidup. Mereka lakukan hal itu supaya sesuai dengan irama lagu-lagu yang merdu. Jika hal itu dapat mengubah aturan Al-Qur’an dan menjadikan harakat sebagai huruf, maka haram hukumnya. (Lihat Haasyiatu Muqaddimatit Tafsiir, oleh Ibnu Qaasim, hlm. 107.)

Jenazah Dilindungi Sayap Malaikat

Jenazah Dilindungi Sayap Malaikat

Posted in Cerita Islami by on 07 January 2014    Tags: , , , ,

Jenazah Dilindungi Sayap Malaikat

 

Tak dapat diketahui secara pasti kelahiran Abdullah bin Amru bin Harram. Abdullah bin Amru ini termasuk golongan 70 orang yang ikut dalam pembaiatan Rasulullah SAW di Aqobah Kedua. Ia juga dipercaya sebagai salah satu ketua dari 12 ketua yang ikut dalam pembaiatan Rasulullah.
Selama hidupnya bersama Rasululah SAW, ia ikut perang Badar dan maju ke medan perang seperti pahlawan yang penuh keberanian.

Sebelum pergi ke medan perang UHUD pada tahun ke 3 Hijriyah, ia berkata,
“Aku tidak ingin melihat aku terbunuh di perang ini tapi aku berharap menjadi orang pertama yang mati syahid diantara orang-orang muslim.”

Perang Uhud.
Diantara peperangan yang diikuti adalah Perang Badar dan Uhud.
Pada waktu perang Uhud, anaknya yang bernama Jabir bin Abdullah bercerita bahwa pada suatu malam ayahnya memanggil dirinya pada waktu hendak di mulai perang Uhud. Ayahnys berkata,
“Rasanya sayalah yang akan terbunuh diantara para sahabat dalam perang ini. Semoga saya orang pertama yang mati syahid. Demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih saya cintai setelah Rasulullah SAW melainkan dirimu. Saya mempunyai hutang, maka kelak kalau saya wafat bayarlah hutangku dan berilah nasehat kepada saudaramu yang lain.”

Keesokan harinya, umat islam keluar rumah untuk menghadapi kaum kafir Quraisy. Mereka datang dengan tentara yang tidak sedikit.
Terjadilah peperangan yang sangat hebat. Namun para pemanah melanggar perintah Rasululah SAW agar tetap berjaga di tempatnya. Rasul ini merupakan seorang pemimpin perang yang sangat-sangat ulung.

Pada saat pasukan pemanah tidak mematuhi perintah Rasulullah SAW, maka pasukan kafir Quraisy menggempur habis-habisan sehingga umat islam dapat dikalahkan. Di antara pahlawan umat islam yang gugur dalam perang itu adalah Abdullah bin Amru.

Malaikat Hadir.
Setelah selesai berperang, umat islam mengumpulkan pasukannya yang telah wafat.

Jabir pun ikut mencari di mana ayahnya. Setelah itu, akhirnya Jabir menjumpai mayat ayahnya yang sudah tidak bernyawa lagi.
Dalam perang itu, Abdullah bin Amru gugur sebagai Syuhada. Rasulullah SAW ikut belasungkawa sekaligus bangga terhadap Abu Jabir hingga beliau bertakziah ke keluarga Abdullah bin Amru.

Pada waktu Rasulullah SAW melihat Jabir dan keluarganya sedang menangis, Rasul bersabda,
“Kalian menangis atau tidak menangis, para malaikat akan melindunginya dengan saya-sayapnya.”

Subhanallah…
Pastilah benar dan sungguh benar setiap kata yang diucapkan oleh Rasulullah SAW.
Setiap kata yang diucapkan tak ada dusta sama sekali, hingga terciptalah judul postingan ini.

Setelah mendengar penuturan Rasululah SAW itu, keluarga Abdullah bin Amru bertambah pasrah dan ikhlas.
Pada suatu hari Rasulullah SAW bersabda,
“Wahai Jabir, Allah tidak pernah berbicara kepada seseorang melainkan di balik tabir. Dan Allah SWT berbicara dengan ayahmu secara langsung.”

Makam Baqi’
Suatu saat Rasul juga pernah menceritakan bahwa ada keinginan yang kuat dari ayahnya Jabir ini untuk berjuang membela agama Allah SWT.
Abdullah binAmru pernah berdoa,
“Ya Allah, berikanlah keturunanku nikmat yang engkau berikan padaku.”

Rasulullah SAW memerintahkan untuk menguburkan jenazah Abdullah bin Amru bin Harram di kuburan Baqi bersama Amru bin Al-Jumuh dalam satu kuburan.
Sebab keduanya adalah teman akrab yang saling mencintai di jalan Allah SWT selama hidupnya.

Ummu Banin Menebus Dosa

Ummu Banin Menebus Dosa

Posted in Cerita Islami by on 07 January 2014    Tags: , , , ,

Ummu Banin Menebus Dosa

Adalah Ummu Banin yang merupakan salah satu wanita teladan dalam sejarah islam.
Keteladanan itu muncul dalam dirinya setelah ia sempat berlaku sombong dengan mampu menanggung dosa orang lain. Namun, akhirnya ia sadar dan meminta Allah SWT membisukannya demi menebus dosanya.

Dikisahkan dari Marwan bin Muhammad bahwa Azzah sahabat Kutsayyir pernah datang menghadap kepada Ummu Banin.
Ummu Banin sendiri adalah putri dari Abdul Azis bin Marwan serta saudara wanita dari Umar bin Abdul Azis.
Umar bin Abdul Azis sendiri adalah salah satu pemimpin, salah satu khalifah teladan sepeninggal Khulafaur Rasyidin.

Ketika Azzah bertemu dengan Ummu Banin, ada seorang pemuda bernama Kutsayyir yang mendendangkan sebuah puisi.
Puisi tersebut berbunyi,
“Setiap orang membayar hutangnya.
Aku ketahui orang yang meminjamnya.
Akan tetapi Azzah orang yang suka mengulur-ulur.
Yang suka mempersulit kepada orang yang meminjamkannya.”

Berkata Sombong.
Kala mendengar puisi itu, Azzah terlihat begitu murung dan sikapnya gelisah menggambarkan seolah penuh dengan dosa.
“Wahai Azzah, apa maksud dari kata-kata Kutsayyir itu, hutang apakah yang dimaksud?” tanya UmmuBanin.
“Maafkan aku, aku tidak bisa mengatakannya,” jawab Azzah.
“Kamu haru memberitahukannya kepadaku,” desak Ummu Banin.

Azzah lantas bersedia jujur.
Ia menceritakan bahwa suatu hari dirinya pernah berjanji bersedia untuk dicium oleh Kutsayyir. Lalu Kutsayyir datang untuk menagih janji itu, akan tetapi Azzah merasa berdosa kepada dirinya dan ia merasa tidak akan mungkin memenuhi janji yang bermakna maksiat itu.

“Aku bingung, aku tak mungkin menepati janjiku itu,” ujar Azzah.
Mendengar cerita itu, Ummu Banin tak sengaja berkata sombong.
Ia menyuruh Azzah untuk menpati janjinya sedangkan ia sendiri yang akan menanggung dosanya.

“Tepatilah janjimu kepadanya dan akulah yang akan menanggung dosanya,” kata Ummu Banin.
Namun setelah berkata demikian, Ummu Banin pun segera menginterospeksi diri atas perkataannya. Ia memohon ampun kepada Allah SWT atas kesombongannya. Sebagai wujud kesungguhan tobatnya, ia memerdekakan 40 budak sebagi gantinya.
“Ya Allah, mengapa tidak bisukan saja mulutku ini ketika mengatakan hal itu,” pintanya dalam tobat.

Tekun Beribadah.
Dalam menjalani kehidupan selanjutnya, Ummu Banin kian tekun dalam beribadah. Ummu Banin selalu meninggalkan peraduannya guna menunaikan shalat sepanjang malam. Setiap hari jumat, ia selalu keluar rumah dengan membawa sesuatu di atas punggung kudanya kemudian diberi-berikannya kepada fakir miskin.

Tidak jarang pula Ummu Banin mengundang para wnita ahli ibadah untuk berkumpul di rumahnya kemudian menggelar pengajian membahas keagamaan.

“Setiap manusia pasti akanmembutuhkan sesuatu, sedangkan aku akan menjadikan kebutuhanku itu menjadi sebuah pengorbanan dan pemberian. Demi Allah, silaturrahmi bagiku lebih menarik daripada makanan selezat apapun,” tuturnya kepada para wanita lainnya.

Hingga akhir hayatnya, Ummu Banin selalu berbuat kebaikan.
Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada Ummu Banin, salah seorang Wanita Teladan dalam Sejarah Islam.

Meraih Rejeki Lewat Infaq

Meraih Rejeki Lewat Infaq

Posted in Cerita Islami by on 07 January 2014    Tags: , , , ,

Meraih Rejeki Lewat Infaq

MERAIH REJEKI LEWAT INFAQ DAN SEDEKAH DENGAN IKHLAS DAN JUJUR

“Tidak akan pernah berkurang harta yang disedekahkan kecuali ia bertambah…bertambah…bertambah…” (HR. Al Tirmidzi)

“Siapa yang memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan balasannya dan baginya pahala yang mulia.” (QS. Al Hadiid 57:11)
“…dan (janganlah kamu takut kepada kemiskinan karena membelanjakan harta kepada Allah)…” (QS. Al Baqarah 2:245)

Kami tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sehingga kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai…” (QS. Ali Imran 3:92)

“Ingatlah kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah maka diantara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah Yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan (Nya)…” (QS. Muhammad 38)

“Dan Allah senantiasa memberi pertolongan kepada hamba-Nya selama ia menolong saudaranya” (HR. Muslim)

Perbanyaklah SEDEKAH, karena di dalamnya terdapat KHASIAT :

1. Menyembuhkan berbagai macam penyakit

2. Melampangkan rezeki

3. Menjauhkan diri dari segala macam kesulitan dan masalah

4. Diselamatkan dari segala keburukan

5. Menenangkan hati dan jiwa

 

Baca juga cerita islami lainnya “Ummu Banin Menebus Dosa

Satria Bercadar (Shahib An-Naqb)

Satria Bercadar (Shahib An-Naqb)

Posted in Cerita Islami by on 07 January 2014    Tags: , , , ,

Satria Bercadar (Shahib An-Naqb)

Panglima Besar Maslamah tengah menghadapi masalah besar dalam operasi militernya. Daerah musuh yang bakal ditaklukannya telah terbentang di depan mata. Namun satu hal yang menjadi kendala, benteng yang kokoh berdiri tegak, seakan tak bisa ditembus oleh kekuatan tentaranya.

Ia berpikir keras, strategi apa yang akan dilakukannya. Tiba-tiba ia menemukan jalan. Ada sebuah lorong dalam benteng yang tidak terjaga kuat, jika lorong dapat ditembus dan membuka pintunya, pastilah para mujahid akan lebih mudah menyerang ke dalam benteng. Akan tetapi, tentu saja pekerjaan itu tak dapat dilakukan secara terang-terangan dengan melibatkan banyak pasukan. Artinya pekerjaan itu harus dilakukan oleh seorang yang kuat dan pemberani, yang dapat menyelinap dan menaklukkan para penjaga, tanpa membuat kehebohan.

Maslamah pun mengunpulkan para mujahidin. Dia menceritakan taktik yang ada di pikirannya, kemudian ia bertanya “Siapakah yang bersedia merelakan dirinya untuk mengemban tugas ini?” Susana menjadi senyap dan tak ada jawaban. Maslamah pun kembali mengulang pertanyaan yang sama, tetap saja tak ada jawaban, “Ini suatu pekerjaan yang mustahil,” pikir mereka. Maslamah tercenung dan berpikir apakah ia akan merubah strateginya?

Maslamah hampir putus asa, sampai tiba-tiba seorang pemuda mendekat dan berseru, “Saya akan mengerjakan tugas itu, Maslamah!” Maslamah terkejut, dipandangnya pemuda yang berdiri di hadapannya, dia berbadan tegap, di pinggangnya terselip pedang dengan sorot mata tajam yang menampakkan keperkasaannya. Tetapi ya Allah! Ia menyembunyikan wajahnya di balik kain penutup kepala yang dililitkan ke wajahnya, hanya mata dan pangkal hidungnya saja yang nampak kelihatan.

Doa Maslamah mengiringi kepergian pemuda itu, “Semoga Allah melindunginya…” bisik Maslamah memohon. Tak lama berselang, pemuda itu memberi isyarat, ia telah menaklukkan para penjaga dengan mudah dan berhasil menguasai pintu masuk. Para mujahidin pun segera menyerbu masuk ke dalam benteng. Pertempuran dahsyat terjadi, pekik takbir dan denting pedang yang berbenturan, bersahutan silih berganti. Hingga Allah melimpahkan karunia-Nya dengan kemenangan yang dicapai pasukan Maslamah.

Usai pertempuran, Maslamah berteriak, “Wahai Shahib An-Naqb (si muka bercadar) siapakah engkau sebenarnya? Kemarilah dan kenalkan dirimu!” Namun tak ada seorangpun yang menyahut dan mengaku sebagai Shahib An-Naqb. Para mujahid hanya bisa saling berpandangan. Mereka pun ingin mengetahui siapa sebenarnya pemuda yang gagah perkasa itu.

Selang beberapa lama kemudian, datanglah seseorang di kediaman Maslamah. Orang itu berkata, “Jika engkau ingin mengetahui siapa sebenarnya Shahib An-Naqb. saya dapat memberitahukannya”. “Engkaukah Shahib An-Naqb..?” sergah Maslamah. “Sebelum saya memberi tahu siapa Shahib An-Naqb, engkau harus memenuhi tiga syarat,” kata orang itu lagi. Maslamah yang penasaran segera menyetujui persyaratan yang diajukan. “Silahkan sebutkan syaratnya!” kata Maslamah.

“Pertama, engkau jangan bertanya siapa nama Shahib An-Naqb yang sebenarnya. Kedua, jangan memberi hadiah apapun kepadanya. Ketiga, jangan ceritakan peristiwa ini kepada Amirul Mu’minin!” kata lelaki itu menyebutkan syaratnya. “Baiklah!” jawab Maslamah. “Katakan siapakah Shahib An-Naqb?”

“Sayalah Shahib An-Naqb!” jawab orang tersebut. Setelah kejadian itu, panglima perang Maslamah mengangkat tangan seraya berdoa, “Yaa, Allah! Kumpulkan aku di surga bersama Shahib An-Naqb!” Subhanallah, Maha suci Allah dan Dialah Yang Maha Agung.

Dia Jujur Sekalipun Dia Pembohong

Dia Jujur Sekalipun Dia Pembohong

Posted in Cerita Islami by on 08 January 2014    Tags: , , , ,
Dia Jujur Sekalipun Dia Pembohong
Abu Hurairah ra., berkata, “Rasulullah SAW menyerahkan kepadaku penjagaan dan pengawasan zakat (Baitul Maal) di bulan Ramadhan.  Pada saat menjelang subuh, datang seseorang untuk mencuri makanan, kemudian aku tangkap dan aku berkata kepadanya, “Sungguh aku akan melaporkan engkau kepada Rasulullah SAW.” Kemudian pencuri itu berkata, “Lepaskan aku, sungguh aku berbuat demikian, karena aku dan keluargaku sangat membutuhkan makanan ini.” Abu Hurairah merasa iba hatinya dan kemudian pencuri itu dilepaskannya.
Pagi harinya Rasulullah SAW datang dan Abu Hurairah menceritakan tentang kejadian semalam, “Wahai Abu Hurairah, apa yang dikerjakan tawanan itu semalam?” tanya Rasulullah kepada Abu Hurairah.  “Ya.. Rasulullah, dia mengadu bahwa keluarganya sangat membutuhkan makanan, sehingga aku merasa kasihan padanya dan kemudian aku melepaskannya.”  “Ketahuilah, Abu Hurairah, sesungguhnya dia berbuat kebohongan padamu dan dia akan kembali lagi.” ujar Rasulullah SAW kepada Abu Hurairah.
Mendengar jawaban tegas dari Rasulullah SAW itu, Abu Hurairah percaya dan dia pun siap menanti kedatangan pencuri itu.  Ternyata benar, pencuri itu datang lagi untuk mengambil makanan. Dan untuk yang kedua kalinya Abu Hurairah menangkap orang itu seraya berkata kepadanya, “Sungguh, sekarang aku akan melaporkan engkau kepada Rasulullah SAW.”  Kembali pencuri itu berkata, “Jangan, jangan.., lepaskan aku dan aku berjanji tidak akan datang lagi selamanya.  Ketahuilah bahwa aku mencuri karena aku punya banyak kebutuhan, aku punya keluarga dan anak yang sangat membutuhkan itu semua.”  Mendengar keluh pencuri itu pun hati Abu Hurairah tidak tega dan dengan menyatakan tidak akan mencuri lagi, maka pencuri itupun dilepaskannya.
Seperti biasa pagi harinya, Rasulullah SAW datang untuk mengontrol dan bertanya kepada Abu Hurairah, “Bagaimana cerita semalam tentang pencuri itu wahai Abu Hurairah..?” Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, dia tetap mengadukan tentang kebutuhan keluarganya dan dia berjanji tidak akan kembali lagi.  Aku sangat iba kepadanya, maka aku melepaskannya lagi.”  Rasulullah SAW tersenyum kemudian berkata, “Sesungguhnya dia telah berbohong kepadamu, namun dia akan kembali lagi.”
Abu Hurairah pun merasa bingung dan untuk kali ini dia akan berusaha untuk hati-hati dalam memutuskan sesuatu, tapi tetap ada perasaan bahwa pencuri itu akan kembali lagi dengan adanya keterangan dari Rasulullah.
Malam berikutnya, dengan rasa penasaran Abu Hurairah menanti datangnya pencuri itu.  Ternyata benar, pencuri itu datang lagi dan Abu Hurairah kembali menangkapnya, “Sungguh kali ini aku harus melaporkan kepada Rasulullah, sebab sudah tiga kali engkau mencuri dan engkau juga berjanji tidak akan kembali lagi, namun kenyataannya engkau kembali lagi.”  Pencuri itu berkata, “Lepaskan aku.. wahai Abu Hurairah, sebagai imbalannya akan kuajarkan kepadamu beberapa kalimat yang Allah akan memberikan manfaat kepadamu.”
“Kalimat apakah itu?” tanya Abu Hurairah.  “Bila engkau akan tidur dan telah meletakkan badan di tempat tidur, maka bacalah Ayat Kursi sampai selesai.  Sesungguhnya Allah akan menjagamu dan setan tidak akan mendekat padamu sampai pagi” jawab pencuri itu.  Abu Hurairah terpesona dengan ajaran pencuri itu kemudian kembali dia melepaskannya.
Pagi harinya sebelum Rasulullah Muhammad SAW datang, Abu Hurairah mendatangi beliau, kemudian Rasulullah pun berkata, “Apa yang dilakukan oleh tawanan itu semalam?” Abu Hurairah menjawab, “Dia mengajarkan beberapa kalimat yang Allah akan memberikan manfaat kepadaku, lalu aku lepaskan dia.”  “Kalimat apakah itu?” tanya Rasulullah selanjutnya.  “Wahai Rasulullah, tawanan itu berkata kepadaku, agar aku membaca Ayat Kursi apabila akan tidur.” jawab Abu Hurairah.
“Ingat..! Sesungguhnya dia kali ini jujur kepadamu, sekalipun dia pembohong. Sekarang wahai Abu Hurairah, apakah engkau tahu siapa yang engkau ajak berbicara sejak tiga malam itu?” tanya Rasulullah SAW, dan Abu Hurairah pun menjawab, “Aku tidak tahu dan tidak mengenal dia wahai Rasulullah.”  Kemudian Rasulullah SAW menjelaskan, “Ketahuilah Abu Hurairah, bahwa dia adalah Setan.”
Hadits ini diriwayatkan kembali oleh Bukhari – Muslim, dan satu pelajaran yang dapat diambil dari padanya bahwa, apabila setan mengajarkan apa saja kepada kita dan membujuk dengan tipu daya, maka jangan kita terima, sebab setan itu musuh manusia yang nyata, kecuali apa yang telah diterangkan Rasulullah SAW dalam hadits di atas.
Jika Rasulullah SAW menyatakan bahwa kali ini setan itu jujur walau dia pembohong, maka ikuti saja apa yang telah Rasul nyatakan, tapi jika yang menyatakan bukan Rasulullah SAW, maka janganlah kita percaya, sebab setan itu musuh.  Alhamdulillah, semoga kita selalu mendapat rahmat Allah SWT sehingga selalu terhindar dari bujuk rayu setan.
Baca juga cerita islami lainnya “Seorang Anak Dan Gambar Persegi

Featuring WPMU Bloglist Widget by YD WordPress Developer