Cara Memeroleh Ilmu Manfaat Oleh: Ali Akbar bin Aqil DALAM bukunya berjudul Risalah al- Mu`awanah Imam Abdullah Al Haddad
menganjurkan kepada kita untuk memiliki
kebiasaan membaca kitab-kitab berisi ilmu
yang bermanfaat. Ilmu sendiri dibagi menjadi
dua: ilmu yang manfaat dan ilmu yang
mengandung mudharat. Pada tiap bagian ilmu, terkandung ciri-ciri
tertentu. Ciri ilmu yang bermanfaat adalah
ilmu yang mengantarkan kita semakin
mengenal Allah. Inilah ilmu tauhid. Ciri pertama ini mengandung makna bahwa
dengan semakin berilmu kita semakin
mengenal sifat-sifat, firman-firman, dan
ciptaan-ciptaan Allah. Sebagai contoh ciri pertama, ketika kita telah
mengetahui bahwa Allah Maha Mengetahui
maka pengetahuan kita akan hal ini
membuat kita mawas diri agar tidak terjatuh
dalam lembah maksiat. Kita yakin bahwa
Allah mengetahui segala apa yang kita lakukan. Ketika kita tahu bahwa Allah Maha
Mendengar, maka pengetahuan kita ini akan
membuat kita berhati-hati dalam
melontarkan tiap huruf, kata, dan kalimat.
Kita yakin Allah mendengar segala yang
terucap oleh lisan kita. Kita akan berusaha dengan sungguh-sungguh menjaga lisan agar
tidak sampai mengucapkan kata-kata yang
tercela di sisi-Nya. Sekali lagi, ciri ilmu
bermanfaat yang pertama adalah ilmu yang
mengenalkan kita tentang Allah dalam segala
aspeknya. Ciri kedua dari ilmu yang bermanfaat adalah
ilmu yang mengantarkan kita untuk patuh
terhadap segala peraturan Allah, meliputi
kewajiban dan larangan-Nya. Semakin kaya
ilmu yang kita miliki semakin kaya pula kita
dalam berusaha mengerjakan semua hal yang diperintahkan dan menjauhi segala hal
yang dilarang. Ciri ketiga adalah ilmu yang membuat kita
tidak bergantung pada dunia dan dekat
dengan akhirat. Bukan sebaliknya, ilmu yang
membuat kita ingat dunia tapi lupa alam
akhirat. Berilmu tapi lalai dalam menabung
kebaikan bekal kehidupan selanjutnya adalah kebalikan dari ciri ketiga ini. Ciri berikutnya adalah ilmu yang membuat
kita semakin sadar terhadap kekurangan
diri sendiri. Semakin kita berilmu, semakin
kita sibuk mencari kekurangan diri sendiri
dan tidak menggubris aib dan kekurangan
pada diri orang lain. Singkatnya, orang yang berilmu bukan yang
pandai berdebat, berceramah, mengeritik
setiap orang, tapi ilmu yang membuat kita
semakin takut kepada Allah. Pengertian
demikian telah dituangkan Allah dalam
firman-Nya: ِّﺏﺍَﻭَّﺪﻟﺍَﻭ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ َﻦِﻣَﻭ
ٌﻒِﻠَﺘْﺨُﻣ ِﻡﺎَﻌْﻧَﺄْﻟﺍَﻭ
ﺎَﻤَّﻧِﺇ َﻚِﻟَﺬَﻛ ُﻪُﻧﺍَﻮْﻟَﺃ
ِﻩِﺩﺎَﺒِﻋ ْﻦِﻣ َﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَﺸْﺨَﻳ
ٌﺰﻳِﺰَﻋ َﻪَّﻠﻟﺍ َّﻥِﺇ ﺀﺎَﻤَﻠُﻌْﻟﺍ
ٌﺭﻮُﻔَﻏ “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama
(orang-orang yang berilmu). “ (QS. Fathir
[35] : 28). Sungguh beruntung mereka yang mau
mencari ilmu, mengamalkan, dan
mengajarkannya. Mereka yang memiliki
ilmu bermanfaat tentu akan terhindar dari
sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam
berikut: َﻡْﻮَﻳ ًﺎﺑﺍَﺬَﻋ ِﺱَّﺎﻨﻟﺍ ُّﺪَﺷَﺃ
ْﻢَﻟ ٌﻢِﻟﺎَﻋ ِﺔَﻣَﺎﻴِﻘﻟﺍ
ُﻪُﻤْﻠِﻋ ُﻪْﻌَﻔْﻨَﻳ ) ،ﻱﺪﻋ ﻦﺑﺍﻭ ،ﻰﻧﺍﺮﺒﻄﻟﺍ
ﺐﻌﺷ ﻰﻓ ﻰﻘﻬﻴﺒﻟﺍﻭ
ﺓﺮﻳﺮﻫ ﻰﺑﺃ ﻦﻋ ﻥﺎﻤﻳﻹﺍ) “Kelak, manusia yang paling pedih siksanya
di hari kiamat adalah orang berilmu yang
tidak bermanfaat ilmunya.” (HR. Thabrani,
Ibnu Adiy dan Baihaqi dari Abu Hurairah). Dalam doanya, Nabi pernah memanjatkan
permohonan kepada Allah agar dilindungi
dari ilmu yang tidak bermanfaat: ْﻦِﻣ َﻚِﺑ ُﺫْﻮُﻋَﺃ ْﻰِّﻧِﺇ َّﻢُﻬﻠَّﻟَﺍ
َﻻ ٍﺐْﻠَﻗ ْﻦِﻣَﻭ ُﻊَﻔْﻨَﻳ َﻻ ٍﻢْﻠِﻋ
ُﻊَﺒْﺸَﺗ َﻻ ِﺲْﻔَﻧ ْﻦِﻣَﻭ ُﻊَﺸْﺨَﻳ
ُﺏَﺎﺠَﺘْﺴُﻳ َﻻ ٍﺓَﻮْﻋَﺩ ْﻦِﻣَﻭ َﺎﻬَﻟ ) ﻦﺑ ﺪﻳﺯ ﻦﻋ ﻢﻠﺴﻣ
ﻢﻗﺭﺃ ) “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari
ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak
tenang, jiwa yang tidak pernah merasa puas,
dan doa yang tidak dikabulkan.” (HR.
Muslim dari Zaid bin Arqam). Cara Memperoleh Ilmu Manfaat Menurut Imam Abdullah Al Haddad dalam
bukunya Risalah al-Mu`awanah, keempat ciri
ilmu tersebut dapat diraih dengan rajin
membaca dan mengkaji kitab-kitab yang
telah ditulis oleh Imam Al-Ghazali. “Imam Ghazali telah menulis banyak buku
yang sangat besar manfaat dan mutunya.
Hanya orang yang mantap pandangan
batinnya, kokoh agamanya dan sempurna
keyakinannya yang mau mengkaji buku-
buku beliau,” tulis Imam Abdullah. Maka, seyogiyanya kita selalu mengkaji
buku-buku Imam Ghazali jika kita
mempunyai keinginan untuk bisa sampai
pada derajat yang mulia.
Melihat pentingnya posisi karya-karya Imam
Ghazali, maka tidaklah heran jika di berbagai tempat buku-bukunya dibaca dan dikaji
secara mendalam. Di Tanah Air sendiri tidak
terhitung berapa banyak majelis pembacaan
kitab-kitab Imam Ghazali, khususnya kitab
Ihya` Ulumud-Din. Selain itu, untuk lebih menyempurnakan
syariat, seyogyanya kita juga membaca
kitab-kitab tafsir dan hadits sebagai
penjabaran dari al-Qur`an yang merupakan
kitab suci umat Islam. Tujuannya adalah agar
kita terhindar dari memahami al-Qur`an secara harfiyah saja tanpa mengetahui
makna yang dikandung di dalamnya. Membaca buku tafsir menjadi sangat penting
sebab karena buku tafsir ditulis oleh sosok
yang memiliki ilmu al-Qur`an, meliputi sebab
turunnya suatu ayat atau surat, kandungan
bahasa, nasikh-mansukh, dan sebagainya.
Adapun membaca al-Qur`an dengan bersandar pada terjemahannya semata tak
dapat dijadikan sebagai sebuah pemahaman
yang benar. Pentingnya membaca al-Qur`an dengan
tafsirnya menjadikan pemahaman kita
terhadap isi kandungan di dalamnya lebih
utuh, tidak hanya memahami dari satu sudut
pandangan saja. Begitu pula dalam membaca
sebuah hadits. Agar pemahaman kita terbentuk dengan baik, kita harus merujuk
pada keterangan-keterangan para ulama. Tidak terkecuali membaca buku-buku agama.
Hanya buku-buku yang ditulis oleh orang-
orang shaleh sajalah yang bisa memperkaya
wawasan keagamaan kita. Demikian halnya
membaca buku atas rekomendasi para
ulama, seperti yang telah diterangkan oleh Imam Abdullah Al-Haddad. Meski begitu,
janganlah semua buku para wali Allah kita
baca, seperti karangan Ibnu Arabi, atau
beberapa karangan Imam Ghazali yaitu Al-
Mi`raj. Mengapa kita dilarang membaca buku-buku
seperti itu? Setidaknya ada dua alasan. Pertama, khawatir salah dalam memahami
disebabkan kedangkalan nalar kita. Kedua,
khawatir kita menuduh yang tidak-tidak
terhadap Ibnu Arabiy, seorang wali Allah,
karena kebodohan diri kita sendiri. Sedari dini, kita perlu melatih diri untuk tidak
pernah merasa bosan memburu ilmu.
Kehidupan merupakan universitas yang
mengajarkan banyak hikmah dan pelajaran.
Ambil, petik, manfaatkan sebaik-baiknya. Tidak akan pernah rugi orang yang selalu
haus ilmu dan betapa akan menyesalnya
orang yang melewatkan usianya dalam
keadaan miskin ilmu. Bacalah buku karya para ulama yang telah
teruji oleh sejarah. Buku-buku yang berisi
ajakan kepada Allah dan Rasul-nya, bangkit
menuju kemenangan dan kesuksesan. Tinta-
tinta yang dibubuhkan di atas kertas
menjelma menjadi sebuah karya untuk mencerahkan alam pikiran. Dengan ilmu, dapat kita munculkan
peradaban Islam yang gemilang. Dengan
ilmu, kita rebut kemenangan demi Izzul
Islam wal Muslimin. Wallahu A`lam bis
Shawab.*
Sumber :http://m.hidayatullah.com/artikel/ghazwul-fikr/read/2014/02/10/16258/cara-memeroleh-ilmu-manfaat.html